Anda di halaman 1dari 3

PENENTUAN KEBUTUHAN PEMELIHARAAN DENGAN MENGGUNAKAN

‘RELIABILITY-CENTRED MAINTENANCE (RCM)’

1. PENDAHULUAN
Kebanyakan sistem dan produk (moderen) baik komersial maupun militer cenderung
menjadi kompleks dan canggih. Contoh khasnya adalah jaringan telekomunikasi,
pesawat terbang, computer, mesin perkakas, sistem manufaktur, pabrik kimia, reaktor
nuklir, dan lain-lain. Untuk produk-produk tersebut, kebutuhan untuk keandalan
(reliability) yang tinggi adalah hal yang sangat penting. Kegagalan dalam memenuhi
tingkat keandalan yang dipersyaratkan dapat mengakibatkan tidak hanya kerugian
secara ekonomi tetapi juga dapat mempengaruhi keselamatan manusia dan kelestarian
lingkungan (Iskandar (1989).

Pada banyak kasus (misalnya pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, pabrik kimia
atau reaktor nuklir), ketidak–andalan (unreliability) dari produk tersebut
mempengaruhi keselamatan manusia dan untuk pabrik kimia dan raktor nuklir tidak
hanya mempengaruhi keselamatan manusia tetapi juga berakibat buruk pada
lingkungan. Pada kasus lain, kegagalan dalam memenuhi tingkat keandalan dapat
mempengaruhi keamanan dari suatu negara misalnya tidak berfungsinya sistem
pengindra atau senjata anti pesawat terbang.

Mempertimbangkan akibat-akibat dari ketidak andalan, kebutuhan untuk memiliki


sistem atau produk dengan tingkat keandalan yang tinggi adalah sangat utama.
Sebagai contoh US Air Force melalui program yang disebut ‘Reliability &
Maintainability 2000’ telah menetapkan persyaratan keandalan untuk system-sistem
yang baru yaitu harus memiliki keandalan 2 (dua) kali lebih besar dari sistem yang
diganti (Piotrowski (1987).

Terdapat beberapa cara untuk menjamin keandalan yang tinggi pada suatu system di
antaranya adalah :
1. Dengan menggunakan ‘redundant components’ pada sistem.
2. Pengendalian mutu – juga dapat mencapai keandalan yang lebih baik dengan
menjamin bahwa sistem yang diproduksi harus memenuhi spesifikasinya.

1
c. Penyebab-penyebab apakah yang mengakibatkan terjadinya setiap kegagalan
fungsional? (penyebab kegagalan).
d. Apakah yang terjadi jika kerusakan (kegagalan funsional) terjadi ? (Pengaruh
kerusakan)
e. Pada bentuk seperti apakah kerusakan perlu diperhatikan? (Akibat kerusakan).
f. Tindakan apakah yang dilakukan untuk mencegah kerusakan ? (Tindakan
Pencegahan)
g. Tindakan apakah yang harus dilakukan jika kegiatan pencegahan yang tepat
tidak ditemukan (Tindakan Default)

Penjelasan yang lebih rinci mengenai pertanyaan (a) – (d) akan disajikan pada bagian
3 dengan heading Fungsi dan Kerusakan, dan pertanyaan (e), (f), dan (g) masing-
masing pada bagian 4, 5, dan 6 dengan ‘ heading’ Akibat Kerusakan, Tindakan
Pencegahan, serta tindakan ‘Default’.

3. FUNGSI DAN KERUSAKAN


3.1. Fungsi dan Ukuran Performansi
Seperti telah dijelaskan bahwa tujuan pemeliharaan adalah untuk menjaga system
tetap dapat memenuhi fungsinya. Dengan demikian untuk dapat menentukan
kebutuhan ‘maintenance’ dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap fungsi-fungsi
dari system. Uraian bagian berikut ini akan dimulai dengan penjelasan mengenai
fungsi-fungsi dari system kemudian ukuran-ukuran performansi, fungsi dan kondisi
operasi serta yang terakhir adalah uraian mengenai bagaimana fungsi seharusnya
dicatat.

3.1.1. Jenis-jenis Fungsi Sistem


Umumnya suatu system memiliki lebih dari satu fungsi dan fungsi tersebut dapat
dibagi ke dalam 4 katagori :
a. Fungsi utama
b. Fungsi sekunder
c. Fungsi sebagai peralatan pelindung (protective device)
d. Fungsi ‘superflous’

3
Fungsi Utama
Menentukan kebutuhan pemeliharaan dari fungsi yang dilindungi tidak

terlepas dari kebutuhan dari peralatan pelindungnya.

Fungsi ‘Superfluous’
Item atau komponen kadang-kadang dihadapi dengan permasalahan ‘superfluous’
artinya bahwa fungsi dari item tersebut lebih dari yang diinginkan. Biasanya ini
terjadi jika peralatan telah mengalami modifikasi beberapa kali dalam suatu kurun
waktu.

Ukuran Performansi lainnya.


Ukuran performansi lainnya adalah mutu produk, keamanan, efisiensi energi dan
lingkungan.

3.1.3. Fungsi dan Kondisi Operasi


RCM, seperti yang telah dijelaskan merupakan teknik yang digunakan untuk
menentukan kebutuhan pemeliharaan dari sistem pada kondisi operasinya.
Pentingnya kondisi operasi diilustrasikan berikut ini :

Stand Alone Duty Stand by

pompa A pompa B pompa C


Gambar 1. Kondisi operasi yang berbeda
Pada gambar 1 ditunjukkan 3 pompa yang identik, di mana fungsi utama pompa
adalah untuk memindahkan cairan dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Kondsi operasi
pompa A sebagai ‘stand alone’ tidak didukung oleh pompa stand-by dan pompa B
didukung oleh pompa C sebagai ‘back up’ jika pompa B mengalami kerusakan.

Perbedaan dari kondisi operasi mengakibatkan kebutuhan pemeliharaan untuk


pompa-pompa ini akan berbeda, meskipun pompa-pompa tersebut identik (Hal ini
akan dijelaskan kemudian).

Anda mungkin juga menyukai