Anda di halaman 1dari 23

BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti kuliah topik ini, mahasiswa diharapkan :
Memahami tentang pemeliharaan sistem elektronika serta memahami cara mengatasi
gangguan suatu sistem pada industri.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan soal latihannya, diharapkan anda mampu:
 Menyebutkan pentingnya pemeliharaan baik dalam industri maupun dalam
pelayanan umum.
● Menyebutkan beberapa keuntungan suatu pemeliharaan yang direncanakan.
 Memilih cara metoda melacak kerusakan pada suatu sistem elektronika.
 Menyebutkan cara mengatasi ganggguan pada sistem elektronika secara umum.
 Menyebutkan alat-alat bantu untuk melakukan perbaikan sistem elektronika.

8.1. Pendahuluan
Suatu sistem dapat didefenisikan sebagai.:
"Suatu peralatan yang dibentuk oleh bagian komponen yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya secara lengkap dan teratur".
Sebagai contoh sebuah sistem secara umum adalah : manusia, alat ukur elektronika,
alat komunikasi, mobil, peralatan elektronika dalam rumah tangga, peralatan dalam
industri dan lain-lain.
Mengapa dibutuhkan suatu bagian pemeliharaan dan perbaikan secara umum?
Karena agar:
 Peralatan tetap dalam kondisi kerja normal.
 Menghindari kesalahan proses.
 Meningkatkan kualitas layanan jasa.
 Meningkatkan kualitas produksi.
 Meningkatkan kepuasan pelanggan.
 Memenuhi kebutuhan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan.
Tujuan Pemeliharaan adalah untuk mencapai tingkat memuaskan dari
availability sistem dengan biaya yang pantas dan efisiensi.
MTBF
Availability 
MTBF  MTTR
dimana MTBF adalah waktu rata-rata kerusakan sistem dan MTTR adalah waktu
rata - rata perbaikan. Untuk mencapai nilai availability yang tinggi, yaitu
mendekati satu, MTTR harus rendah, yang berarti bahwa sistem tersebut dapat
dipelihara dengan mudah.
Maintainability (kemampuan pemeliharaan) didefenisikan sebagai kemungkinan
suatu sistem yang rusak dikembalikan pada kondisi kerja penuh dalam suatu
perioda waktu yang telah diberikan.
Waktu rata-rata untuk memperbaiki dan kecepatan perbaikan ( µ ) menunjukkan
ukuran Maintainability.
1

MTTR

52
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

 t  t / MTTR
dan Maintainability M (t )  1  e 1 e
dimana t adalah waktu yang diizinkan untuk pemeliharaan.
Contoh :
Suatu sistem memiliki waktu rata-rata untuk perbaikan setiap kerusakan adalah 2
jam. Hitung Maintainability bila waktu yang diizinkan 4 jam.
M (t )  1  e  t / MTTR  1  e 4 / 2  1  0,865
Karena itu, kemungkinan M dari sistem kembali pada keadaan kerja dalam waktu
4 jam adalah 0,865 (86,5%). Dengan cara yang sama, nilai reliability sistem
dapat dihitung untuk waktu kerja yang diberikan, dan nilai-nilai maintainability
juga dapat diperkirakan.
8.2. Prinsip-prinsip Pemeliharaan
Prinsip pemeliharaan bergantung pada beberapa faktor:
● Tipe sistem
● Tempat dan kerja sistem.
● Kondisi lingkungan.
● Tingkat keandalan sistem yang diinginkan.
Semuanya ini berkaitan erat dengan keahlian dari staf pemeliharaan dan perlengkapan
komponen. Kebijaksanaan pemeliharaan tipe tertentu suatu sistem dapat mencakup
program detail tentang kalibrasi ulang dan langkah-langkah pencegahan kerusakannya.
Ada dua cara pemeliharaan, yaitu:
1.Preventive Maintenance (pemeliharaan untuk pencegahan): mengganti bagian-
bagian / komponen yang hampir rusak, serta kalibrasi.
2. Corrective Maintenance (pemeliharaan untuk perbaikan): mengganti komponen
yang rusak.
Pada Preventive maintenance penggantian dilakukan sebelum komponen benar-benar
rusak (aus karena pemakaian) sehingga keandalan sistem dapat diperbesar. Sebagai
contoh, komponen dari bagian yang bergerak dan digunakan secara terus menerus
sebaiknya diganti sebelum rusak misalnya servo potensiometer, motor dan sikatnya
kontak pada relay dan saklar atau lampu pijar (filamen). Pada lampu pijar misalnya,
puncak kegagalan terjadi pada 1000 jam. Kemungkinan suatu lampu pijar mengalami
kegagalan sebelum 1000 jam adalah 0,5 (50 %). Jadi, bila lampu diganti setelah 1000
jam, kemungkinan setiap lampu mengalami kegagalan selama waktu itu adalah 0,5 (50
%). Apabila semua lampu diganti pada waktu yang bersamaan dalam standar deviasi
sebelum umur rata-ratanya, maka hal ini akan membuat tingkat keandalannya lebih
baik.
Kesulitannya adalah memperkirakan dengan tepat periode keausan untuk komponen
pada bagian dalam, sehingga menjadi tidak ekonomis untuk melaksanakan
pemeliharaan preventif.
Kerugiannya adalah gangguan-gangguan yang terjadi selama pengerjaan pemeliharaan
preventif tersebut, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada alat itu
sendiri.
Pemeliharaan yang bersifat memperbaiki (corrective maintenance) atau
"penggantian yang rusak", adalah aktivitas pelayanan yang diperlukan untuk

53
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

kebanyakan sistem elektronik selama penggunaannya, dimana kerusakan dari bagian-


bagian komponen yang ada sama sekali tidak teratur. Kerusakan-kerusakan ini tidak
dapat diperkirakan dan tidak dapat ditanggulangi dengan pemeriksaan.
Dalam kenyataannya, pemeriksaan dari suatu kerusakan lebih disukai daripada
pencegahan. Namun demikian, membuat pemeriksaan rutin pada peralatan dimana
kerusakan yang ada tidak menentu, dapat mengakibatkan terjadinya penurunan
reliability.
Ada tiga tingkatan yang jelas dalam pelaksanaan pemeliharaan yang bersifat
perbaikan, yaitu:
1.Pergamatan kerusakan.
Adanya kerusakan harus ditetapkan dan semua gejalanya harus dicatat dengan
tepat. Artinya harus dibuat suatu tes fungsi-fungsi, pemeriksaan penampilan kerja
sistem dibandingkan dengan spesifikasinya. Hanya dengan melakukan pekerjaan
ini semua gejala-gejala kerusakan akan didapatkan dengan lengkap. Dalam beberapa
kasus, suatu sistem mungkin dikatakan dalam keadaan mengalami gangguan , tetapi
ternyata kesalahan disebabkan oleh adanya kekeliruan dalam operasi atau kesalahan
sistem dikarenakan terlalu sedikit informasi atau mungkin kekeliruan dari informasi
itu sendiri. Pengetesan fungsi sistem memungkinkan adanya pengamatan kesalahan
dan akan memberikan sebanyak mungkin informasi tentang kesalahan yang
ditunjukkan.
2.Menentukan tempat kerusakan (lokalisasi) atau trouble shooting.
Suatu pekerjaan untuk mempersempit penyelidikan penyebab kerusakan.
Pertama-tama diselidiki setiap blok atau subsistem didalam sistem. Kemudian
menuju pada satu komponen dalam blok tersebut. Pekerjaan ini dapat dipermudah
dengan menggunakan satu metoda atau gabungan beberapa metoda untuk
menentukan letak kerusakan secara garis besar akan dibahas pada bagian berikutnya.
3.Perbaikan Kerusakan.
Komponen-komponen atau bagian-bagian yang rusak diganti atau diperbaiki.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi-fungsi untuk seluruh sistem.
Sebagai gambaran, Gambar 8.1 memperlihatkan hubungan antara ongkos pemeliharaan
dan ongkos perbaikan serta tersedianya perlengkapan itu sendiri.
Ongkos

1
5
3

6
4
2

Rendah Kesiapan Perlengkapan 100 %

Gambar 8.1. Hubungan Antara Ongkos Pemeliharaan dan Ongkos Perbaikan serta
Tersedianya Perlengkapan.

54
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

Keterangan:
1. Jumlah ongkos-ongkos pemeliharaan dan perbaikan.
2. Ongkos-ongkos perbaikan + kerugian kerusakan (kerugian produksi, tenaga kerja
yang mengganggur, dan sebagainya).
3. Ongkos-ongkos perbaikan.
4. Ongkos-ongkos pemeliharaan.
5. Regangan optimum dimana jumlah biaya harus diberikan (batas-batas tidak mutlak
dan mungkin berbeda dari masalah ke masalah).
8. Optimasi tersedianya perlengkapan.
Dapat kita lihat dengan jelas bahwa ada rentangan optimum yaitu usaha pemeliharaan
itu dapat ditentukan secara ekonomis. Sebaliknya, ongkos pemeliharaan meningkat
sedemikian rupa sehingga tak seorangpun dapat mengatasinya.
8.3. Mengatasi Gangguan
Seperti diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa bila dalam suatu rangkaian
terdapat komponen yang rusak, maka akan terjadi gangguan dengan gejala-gejala
tertentu. Gejala-gejala ini biasanya sesuai dengan kerusakan dan akan merubah
kerja dari rangkaian, merubah level bias d.c maupun sinyal outputnya.
Dalam suatu rangkaian yang lengkap, terdapat kesulitan dalam menentukan
komponen yang rusak yang terletak diantara ratusan komponen lain, dan ini
disebabkan karena ukuran dan keaneka ragaman dari sistem. Masalah ini dapat
teratasi dengan cara memandang sistem tersebut dalam bentuk diagram
bloknya. Sistem dibagi menjadi beberapa blok sesuai dengan fungsinya, dan
dengan suatu pengukuran, bagian atau blok yang rusak dapat ditentukan, sehingga
dengan pengukuran yang lebih detail lagi dapat ditentukan komponen mana yang
rusak pada blok tersebut. Diagram blok adalah bantuan yang penting dalam
menentukan letak kerusakan sistem, dan merupakan pembantu tambahan dalam
menolong memahami cara kerja suatu sistem yang kompleks. Dalam service
manual, pada saat pertama sekali, diagram blok ternyata lebih berguna
dibandingkan dengan diagram rangkaian lengkapnya.
Sebelum membahas tentang metoda-metoda lain dalam menentukan tempat
kerusakan, perhatikan diagram blok untuk sebuah generator sinyal frekuensi radio
pada Gambar 8.2. Disini terdapat enam blok rangkaian yang merupakan bentuk-
bentuk dasar yang dapat dilihat. Osilator gelombang sinus r.f variabel menjadi
input amplifier dan modulator dengan frekuensi tinggi. Output r.fnya lewat
melalui attenuator dan amplitudonya dapat dimodulasi pada 400 Hz ataupun tidak
(gelombang kontinu) sesuai dengan pengaturan saklar. Instrumen ini memiliki dua
kemungkinan sinyal output RFnya. Output-output dari setiap yang ada dapat dipakai
sebagai gejala dalam menentukan letak kesalahan pada blok bila generator tersebut
rusak. Sebagai contoh, output dari r.f. dapat mengeluarkan gelombang kontinyu dan
gelombang modulasi sesuai dengan posisi switch , tetapi outputnya tidak 400 Hz.
Dengan demikian, kerusakan mesti terjadi pada attenuator atau konektornya. Hal lain
yang dapat terjadi, bila generator sinyal tidak memberikan output sama sekali, disini
kesalahan hampir dapat dipastikan pada power supplynya. Hal ini bisa terjadi demikian

55
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

karena walaupun mungkin kedua osilator rusak secara bersamaan, tetapi


kemungkinannya kecil.

Gambar 8.2. Diagram Blok Generator Sinyal RF


Dua contoh diatas menunjukkan penggunaan diagram blok dan pendekatan secara
logika yang diminta dalam menelusuri gangguan. Sehingga karena adanya dua output
dan saklar yang dapat digunakan untuk modifikasi output, maka tempat blok yang
rusak relatif mudah didapat.
Untuk sistem yang lebih kompleks, perlu digunakan beberapa metoda umum. Salah
satu metoda yang cukup ampuh dan sangat berguna adalah menentukan letak kesalahan
dengan NONSEQUENTIAL (tidak berurutan). Disini digunakan pengetesan otomatis,
yang didasarkan pada analisa teoritis dari karakteristik transfer dari sistem (respon
output terhadap input). Metoda ini akan lebih baik bila dipakai dengan menggunakan
bantuan komputer untuk menganalisa kesalahan daripada hanya dilakukan oleh teknisi
sendiri. Untuk ini, suatu sistem yang rusak dapat dihubungkan dengan alat-alat tes yang
dikontrol komputer, memeriksa seluruh sistemnya, dan hasilnya akan disamakan
dengan jenis kerusakan yang sesuai yang sudah disimpan dalam memori komputer.
Sering teknisi, pada saat menghadapi suatu sistem yang rusak, harus dapat
memilih satu atau gabungan metoda tentang troubleshooting berurut (sequential).
Urutan metoda-metoda troubleshooting ditunjukan pada Gambar 8.3.
lngat bahwa disini yang diamati hanyalah pengukuran dan pengetesan sifat-sifat
listriknya saja, tetapi disamping itu pemeriksaan yang dapat dilihat seperti putusnya
kawat penyambung, hubungan solder yang kurang baik, kerusakan bagian PCB, dan
komponen-konponen yang rusak atau terbakar perlu juga diperhatikan. Pemeriksaan
mekanis tersebut diatas, akan lebih baik bila diurut secara sistematis, dari satu tempat
ketempat berikutnya dan seterusnya. Sudah tentu dalam menentukan letak kesalahan
pada sistem, dimungkinkan untuk menggunakan deretan pemeriksaan acak yang
lengkap, dan pengetesan dalam setiap tingkat untuk mendapatkan kerusakan.

56
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

Metoda Sequential

Nonsistematik Sistematik (dg aturan)


(pemeriksaan secara
acak)
Berdasarkan
pengalaman, dengan Berdasar pada data yang
Berdasarkan pada benar
sistem ‘Try and Error’, struktur (fungsi sistem
coba-coba diagram blok)

Input terhadap output


Output terhadap input
Half split dll

Gambar 8.3. Urutan Metoda Troubleshooting Secara Berurut (Sequensial)


Namun ada kemungkinan suatu sistem memberikan hasil pemeriksaan yang cepat,
tetapi hal ini tidak umum. Perlu dipilih salah satu pendekatan-pendekatan logik secara
sistematik dimana yang dimaksud dengan "sistematik" disini adalah suatu metoda
penguasaan dengan menggunakan aturan-aturan.
Aturan-aturan tadi, akan ditentukan oleh realibilitas blok rangkaian yang berbeda
beda. Sebagai contoh, jika diketahui bahwa rangkaian (x) mempunyai laju kerusakan
10 kali lebih besar dari rangkaian yang lainnya, pengecekan yang pertama (x) dapat
ditinjau kelayakan kerjanya dan selanjutnya pemeriksaan kebenaraan rangkaian
tersebut, dan sebagainya. Metoda ini jarang dipergunakan. Karena diperlukan banyak
sekali jumlah data yang harus disediakan untuk asumsi reliabilitas dari rangkaian
tersebut.
Metoda-metoda troubleshooting yang paling terkenal adalah:
1. Input terhadap output
2. Output terhadap input
3. Half – split
Dua metoda yang pertama mudah untuk dikerjakan. Sinyal input yang sesuai
dipasangkan pada blok pertama, jika diperlukan dan kemudian dilakukan pengukuran
secara berurutan pada output dari tiap-tiap blok, atau kedua input dan output bersamaan
maupun bergantian, sampai dapat diketemukan kerusakannya.
Metoda berikutnya, yaitu half-split, sangat berguna apabila sistem terdiri dari jumlah
deretan blok yang banyak. Sebagai contoh pada rangkaian pembagi frekuensi dari suatu
meter frekuensi digital seperti pada Gambar 8.4. Disini frekuensi dari suatu osilator
kristal astable yang dikontrol, dibagi oleh decade counter sehingga menghasilkan pulsa
dengan waktu yang berbeda-beda.

57
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

Gambar 8.4. Rangkaian Pembagi Frekuensi : Contoh Metoda Trouble Shooting Half
- Split.
Dengan adanya delapan blok seperti yang ditunjukan, hal ini mungkin untuk dibagi dua
menjadi bagian yang sama (half-split). Kemudian dilakukan pengetesan untuk me-
nentukan yang mana dari yang setengahnya tersebut yang bekerja benar, sedangkan
untuk yang setengahnya lagi yang tidak bekerja dilakukan pembagian dua lagi untuk
menentukan tempat kesalahan akhirnya.
Anggaplah bahwa blok (7) yang rusak, maka urutan pengetesan dilakukan sebagai
berikut :
1. Pecah menjadi dua bagian yang sama, kemudian diukur output dari setengah bagian
pertama, yaitu output dari blok (4). Output dari blok (4) akan menunjukan harga
yang benar yaitu 1 kHz. Disini menunjukkan bahwa kerusakan berada pada blok
(5) sampai dengan blok (8).
2. Pecahan blok (5) dengan blok (8), kemudian ukur output dari blok (6). Output akan
menunjukkan harga yang benar yaitu 10 Hz.
3. Selaniutnya pecahkan blok (7) dan (8) dan ukur output blok (7). Tidak terdapat
output, yang menunjukkan bahwa kerusakan berada dalam blok (7).
Ternyata pada prakteknya, jumlah pengukuran yang diperlukan untuk mencari tempat
kerusakan blok dalam suatu rangkaian pembagi frekuensi yang menggunakan metoda
half-split adalah tiga kali. Biasanya, lebih banyak pengukuran yang diperlukan dalam
menggunakan pemeriksaan input terhadap output.
Metoda half-split ternyata demikian berharga dan ampuh dalam mengatasi
troubleshooting untuk rangkaian seri yang panjang. Sebagai contoh, bila n = 100, jumlah
pemeriksaan cukup hanya 7 buah. Namun demikian ada beberapa asumsi yang harus di
buat untuk metoda half-split ini :
(a) Bahwa semua blok rangkaian dapat dikatakan benar-benar sama.
(b) Hanya terdapat satu kerusakan saja.
(c) Semua pengukuran adalah serupa dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Ternyata dalam prakteknya, asumsi-asumsi ini semua sama sekali tidak membatasi
penggunaan metoda half-split. Asumsi yang pertama, bahwa semua blok benar–benar
sama, dapat ditemui pada kebanyakan contoh-contoh. Tidak kurang informasi lain yang
menunjukkan bahwa untuk komponen-komponen yang mempunyai laju kerusakan yang
tinggi akan merata disemua sistem. Bila tidak demikian, maka alternatif paling tepat
bahwa troubleshooting berdasarkan pada kebenaran data. Asumsi kedua, bahwa hanya
ada satu kerusakan. Ini adalah asumsi yang logis, tetapi sekalipun terdapat kesalahan
berganda, metoda half-split ini masih sangat baik digunakan. Terakhir, asumsi ketiga
seperti dalam contoh, hal ini dapat membuahkan hasil-hasil yang valid dan sempurna,

58
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

karena semua deretan blok identik (pembagi sepuluh), tetapi hal ini tidak tepat untuk
seluruh sistem elektronik.
Pengukuran-pengukuran dan pemeriksaan-pemeriksaan pada bagian-bagian sistem
yang kompleks akan menjadi lebih sulit, diperlukan peralatan tes khusus, dan membutuh-
kan waktu lebih lama daripada yang lain. Sehingga perlu dipertimbangkan mengenai
jenis pemeriksaan atau metoda yang akan digunakan (lihat sub bab 8.4) dan waktu yang
dibutuhkan untuk pengerjaannya.
Banyak sistem-sistem yang tidak hanya terdiri dari blok rangkaian yang
dihubungkan seri saja, tetapi juga memiliki cabang-cabang paralel atau mungkin lup
dalam bentuk feedback.
Hubungan-hubungan yang menimbulkan kesulitan dalam metoda troubleshooting
adalah:
a) Divergensi : Output dari satu blok menjadi input dari dua atau lebih blok
berikutnya.
b) Konvergensi : Dua atau lebih jalur input mencatu satu blok rangkaian.
c) Feedback : Digunakan untuk memodifikasi karakteristik sistem, atau se-
bagai rangkaian penunjang.
Divergensi adalah situasi yang umum dijumpai. Dalam contoh yang terdapat pada
Gambar 8.2, power supply harus mencatu daya d.c pada blok 2, 3 dan 5 sedangkan
output dari osilator frekuensi audio harus memberikan sinyal gelombang sinus 400 Hz
nya pada kedua blok 3 dan 8. Aturan susunan divergen adalah untuk memeriksa tiap-tiap
output dan secara kontinyu mencari blok yang mengalami kerusakan didaerah yang
umumnya outputnya tidak benar. Kemungkinan dari susunan divergen tersebut
ditunjukkan pada Gambar 8.5.
misalkan sinyal-sinyal w, x dan z benar sedangkan pada y tidak benar, tentu saja
kerusakan terletak pada blok C.

Gambar 8.5. Susunan Divergen Tipikal Dalam Sistem


A

B D

Gambar 8.8. Contoh Konvergensi

59
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

Dalam susunan konvergensi yang umum, suatu blok rangkaian membutuhkan dua
atau lebih input agar output blok rangkaian tersebut menunjukkan harga yang
benar. Hal ini serupa dengan fungsi suatu AND dalam rangkaian logik digital yang
terbatas untuk penjumlahan. Semua input pada titik konvergensi harus diperiksa
satu demi satu. Jika semuanya benar, maka kerusakan berada diluar titik
konvergensi, tetapi bila salah satu tidak benar, kesalahan mestinya terletak pada
rangkaian inputnya. Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 8.6 dimana blok D
memerlukan input A, B dan C untuk operasi yang benar. Misalkan, ketiga input
rangkaian tersebut benar, maka kerusakan hanya dapat terjadi pada blok D. Tetapi
bila input B salah, maka kerusakan terletak dalam rangkaian yang menghasilkan sinyal
B.
Sistem dengan lup feedback, dimana output dari blok dihubungkan dengan input
blok sebelumnya melalui suatu rangkaian, merupakan satu dari sejumlah problem yang
sulit dalam troubleshooting. Sinyal output atau bagian-bagian dari output
diumpanbalikan dengan beberapa cara pada input dari blok sebelumnya, yang
menyebabkan adanya lup tertutup pada sistem. Hal ini akan membuat kesulitan untuk
menentukan tempat kerusakan blok dalam lup, karena ada kemungkinan munculnya
kesalahan output dari semua blok.
Serupa dengan rangkaian yang dilengkapi dengan sistem kopel d.c, dimana kesalahan
tegangan pada suatu titik menyebabkan semua tegangan lain menjadi tidak benar.
Pertama-tama, tujuan feedback yang dipergunakan dalam sistem harus benar-benar di-
pahami. Feedback hanya digunakan untuk modifikasi karakteristik dari sistem seperti
yang terdapat pada rangkaian kontrol penguat otomatik yang dipakai dalam penerima
radio superheterodyne atau feedback penting secara keseluruhan dalam sistem sehingga
dapat terjadi output.
Jenis feedback yang belakangan ini disebut sebagai penunjang, karena sinyal
feedback harus ada untuk mempertahankan output agar tidak terjadi osilasi atau
mempertahankan output agar tidak terjadi osilasi atau mempertahankan output pada
level yang tetap. Feedback penunjang banyak dipergunakan dalam sistem kontrol
posisi, dimana sinyal feedback akan sebanding dengan posisi dari perangkat outputnya,
yang digunakan untuk menghilangkan efek level input referensi. Seperti dalam motor
yang dikendalikan, sinyal feedback akan bergerak kearah nilai yang sama dengan input
referensi, dan kesalahan sinyal akan dikembalikan lagi ke nol. Dalam hal ini output
dibuat tetap dan ditentukan pada posisi yang diinginkan. Setiap kerusakan akan
menyebabkan kesalahan dalam lup feedback yang menghasilkan output dan akan
mengendalikan sistem pada salah satu batas ekstrimnya mencapai batas ujung.
Membagi jenis feedback dalam cara pengembangannya dan tujuannya, kemudian
pengerjaan dalam arah yang benar dapat dipakai untuk menentukan letak kerusakan.
Dengan cara memutuskan hubungan feedback, masing-masing blok dapat di tes bagian
perbagian tanpa adanya kesalahan sinyal yang masuk dari sekitar loop. Cara yang paling
baik yaitu dengan melepaskan hubungan pada input dari blok yang terakhir, tetapi harus
diperhatikan, setiap perubahan seperti ini karena feedback ada kemungkinan di lengkapi
dengan bias d.c dan sinyal a.c. Dalam hal ini bagian sinyal a.c dari feedback dapat
dihilangkan cukup dengan memisahkan ke ground melalui kapasitor.

60
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

Gambar 8.7.(b) Alternatif Lain untuk Hubungan Feedback


Bila jenis feedback penunjang ini tidak dihubungkan dengan input rangkaian, hal ini
memungkinkan untuk memberikan sinyal yang sesuai pada tempat itu dan kemudian
memeriksa output blok rangkaiannya, dan tentu saja termasuk elemen feedbacknya.
Karena adanya variasi yang lebar mengenai rangkaian feedback, tidak ada aturan standar
yang dapat digunakan untuk sistem troubleshooting. Pengetahuan tentang sistem,
pengertian operasinya, dan pendekatan secara logika cukup penting. Contoh, perhatikan
diagram blok dari sistem pengaturan kecepatan motor pada Gambar 8.7. Kecepatan
motor d.c ini diatur dengan supply referens untuk harga tertentu dan ini akan

61
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

dipertahankan konstan oleh feedback yang dipasang melalui generator dari tachometer.
Generator tachometer merupakan perangkat yang menghasilkan tegangan output d.c yang
sebanding dengan kecepatan rotasinya. Bila kecepatan motor telah mencapai harga yang
diinginkan, sinyal feedback d.c dari generator tachometer akan seimbang dengan
tegangan input referens. Perbedaan sinyal, setelah diperkuat, cukup untuk
mempertahankan motor bekerja dengan konstan pada kecepatan yang diinginkan.
Pemeliharaan sistem jika ada kerusakan pada feedback, maka akan
menyebabkan sinyal feedback pada komparator menjadi nol, dan motor
cenderung untuk berputar pada kecepatan maksimum tanpa dipengaruhi lagi oleh
tegangan refernsi yang sudah diset. Kerusakan yang menyebabkan motor
berputar pada kecepatan maksimum, terjadi saat komparator, kontroler generator
tachometer (rangkaian terbuka) atau rangkaian yang putus pada feedback. Untuk
menentukan tempat kerusakannya dapat dilakukan sebagai berikut :
(a) Mengukur output generator tachometer. Harus ada output dc yang relatif
besar, karena motor berputar dengan kecepatan tinggi.
(b) Ukur sinyal feedback pada input inverting komparator. Harganya harus sama
dengan level dc yang diukur.
(c) Cek output komparator, dimana harga dc harus rendah pada saat referens
variabel di set mendekati minimum.
Bila yang terakhir ini juga benar, kesalahan hanya mungkin terjadi pada power
amplifier dan kontroler. Untuk menggambarkan perubahan-perubahan kondisi
troubleshooting jika feedback dihubungkan secara berbeda, pelajarilah diagram
blok pada Gambar 8.7b. Dalam hal ini output dc dari generator tachometer
dihubungkan secara seri dengan input supply referens. Bila tegangan dc refer ens
diberikan dan motor berputar, maka kecepatannya bertambah. Selisihnya adalah
referens dc dikurangi sinyal generator tachometer sehingga preamplifier
memberikan suatu input yang cukup untuk mempertahankan putaran motor pada
kecepatan yang diinginkan.
Karakteristik operasi untuk metoda hubungan ini akan hampir serupa
dengan rangkaian sebelumnya, tetapi kesalahan yang menyebabkan putusnya
jalur feedback akan menghasilkan input nol pada preamplifier dan motor tidak
akan berputar. Jika kesalahan seperti ini terjadi, suatu tes sederhana untuk
mengetahui operasi sistem tersebut, dapat memberikan teganqan dc kecil pada
input preamplifier. Kemudian jika motor berputar, maka kerusakan terjadi pada
generator tachometer, jalur feedback, atau supply input referens.
8.4. Cara Memilih Metoda Melacak Kerusakan yang Tepat
Metoda yang dipilih untuk mencari kerusakan akan dapat menentukan efisiensi
kerja. Anda harus berusaha mencari sebanyak mungkin kerusakan atau ketidakberesan
itu sendiri. Untuk menghemat waktu, ada baiknya bila kita menanyakan kepada orang
yang mengetahui adanya gangguan pada alat tersebut, melalui beberapa pertanyaan
seperti ditunjukkan berikut ini:
1. Apakah yang sebenarnya salah ?
2. Bagaimana ini terlihat rusak ?
3. Apakah selalu ini jalannya ?

62
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

4. Jika memang benar, dibawah kondisi apa ?


5. Adakah penyalahgunaan? (getaran, goncangan, panas, dll)
6. Apakah kerusakkan terjadi secara tiba-tiba atau berangsur-angsur ?
7. Apakah kerusakkan terjadi selama pengoperasian perlengkapan ?
8. Apakah kerusakkan terlihat mempengaruhi fungsi yang lain ?
9. Adakah keterangan-keterangan tambahan ?
10. Adakah orang yang mencoba memperbaikinya ?
Ketika pemilik suatu hi-fi set mengatakan alat tidak berfungsi dengan baik, ini sangat
minim informasinya. Maka untuk memperjelas masalahnya dilakukan langkah
pertanyaan sbb:
● Bagaimana alatnya tidak bekerja dengan baik atau bagian mana yang tidak baik?
Misal salah satu kanal sistem stereo lebih lemah dibanding yang lain. Ini akan
mempersempit masalah hingga menuju kesalah satu penguat kanal untuk diukur.
● Pertanyaan kedua bertujuan untuk memfokuskan kesalahan. Pada contoh diatas, kita
menanyakan pada pemilik apakah dia telah mencoba mengatur volume, pengatur
loudness, tone control, atau balance.
● Pertanyaan ketiga bertujuan untuk mengetahui apakah kerusakan tsb terjadi secara
terus menerus atau kadang-kadang saja, apakah tergantung pengaruh luar. Apakah
rusaknya total.
● Pertanyaan keempat, untuk me ngetahui dalam kondisi bagaimana kerusakan itu
muncul. Seringkali kerusakan terjadi pada saat terjadi getaran, suhu tinggi, mendapat
kejutan (terjatuh, terbentur) atau beberapa efek lainnya.
● Pertanyaan kelima yaitu bantuan kita untuk mengetahui apakah kerusakan hanya
tampak setelah jatuh, terkena getaran (saat dibawa dengan mobil), terkena suhu
terlalu tinggi dll.
● Pertanyaan keenam, membantu kita untuk menemukan apakah kerusakan tersebut
disebabkan oleh usia atau kerusakan tiba-tiba.
● Pertanyaan ketujuh, untuk mengetahui apakah kerusakan terjadi pada saat alat /
sistem tersebut beroperasi atau mati.
● Pertanyaan kedelapan, Kadang-kadang kerusakan pada salah satu fungsi juga dapat
mempengaruhi bagian lainnya. Misalnya, gangguan pada catu daya (filter yang
kurang baik) akan mempengaruhi bagian lain.
● Pertanyaan kesembilan akan membantu kita untuk menentukan lokasi kerusakan,
dengan menambahkan detail dari alat tersebut misalnya cacat gambar pada TV ada
lah sejenis dengan operasi sebuah pembersih vakum (vacum cleaner).
● Akhirnya, pertanyaan kesepuluh adalah untuk mengatasi kerusakan.
Penggunaan teknik / metoda yang cocok untuk masalah tertentu sangat efisisen
dalam proses troubleshooting. Ada beberapa teknik / metoda yang bisa digunakan :
 Symptom-function (fungsi gejala): untuk mengisolir kerusakan pada bagian
tertentu.
 Signal-tracing : untuk menemukan blok tertentu penyebab kegagalan pemakaian.
 Metoda tegangan dan hambatan: untuk mengisolasi kerusakan komponen atau
daerah rangkaian tertentu.

63
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

 Metoda Half-split: untuk rangkaian dengan blok-blok tersusun seri (lihat sub bab
8.3).
 Metoda Pemutusan Lup: untuk sistem lup tertutup pada industri-industri.
 Metoda substitusi: mencoba menyolderkan komponen yang sama pada bagian
yang rusak.
Symptom-function (fungsi gejala) sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh, saat kita menyalakan lampu belajar dan tidak menyala (gejalanya) maka yang
diperiksa (fungsinya) adalah:
- Kabel powernya terhubung atau tidak,
- Lampunya mati atau tidak,
- jika masih tidak menyala mungkin switchnya tidak bekerja dengan baik dan
seterusnya.
Dengan melihat gejala kerusakannya, dapat diperkirakan jenis dan letak kerusakan alat
tersebut, tanpa menggunakan alat ukur.
Signal tracing: Gambar 8.8 menggambarkan prinsip dari signal-tracing pada suatu
penguat sederhana.Generator sinyal dengan hambatan dalam R G memberikan sinyal
input pada penguat, dan dapat dilihat apakah penguat akan menguatkan sinyal DC,
audio, video atau IF. Amplitudo dari sinyal input yang terukur pada Vi ketika diukur
pada impedansi input R1. Output dari penguat terukur oleh Vo ketika diukur pada
beban resistor RL

Gambar 8.8. Signal-Tracing Sebuah Penguat Sederhana

● Dengan membandingkan pembacaan Vi dan Vo, kita dapat menentukan


penguatannya. Metoda ini disebut juga Metoda Input-Output / Metoda Output-
Input (lihat sub bab 8.3)
● Dengan memvariasi amplitudo keluaran dari generator sinyal, kita dapat melihat
apakah penguat linear didaerah sinyal input.
● Dengan variasi impedansi beban RL, kita dapat melihat apakah penguatan linear
terhadap perubahan beban.
● Dengan merubah frekuensi generator sinyal, kita dapat menentukan respon
frekuensi dari penguat.
Dengan pengaturan yang sederhana ini, karakteristik-karakteristik yang penting dari
penguat dapat diukur dengan sistem signal-tracing, pada amplitudo dan frekuensi, dari
input ke output penguat.
Pada beberapa peralatan elektronik, pemberian sinyal dari luar (signal tracing aktif) ini
tidak selalu diperlukan, terutama bila sinyal yang seharusnya ada pada peralatan
tersebut dapat dengan mudah diketahui. Metode ini disebut dengan metode signal-
tracing pasif. Misalnya: memeriksa sebuah catu daya seperti Gambar 8.9 berikut ini:

64
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

Gambar 8.9. Metoda Signal Tracing Pasif Sebuah Catu Daya

● Tegangan jala-jala diukur dengan voltmeter AC pada stop kontak dinding, pada
sekring, dan pada saklar. Bila ada te-gangan AC 220 V pada ujung primer
transformator, maka dapat dipastikan, bahwa plug, kabel, sekring dan saklar dalam
kondisi baik.
● Sinyal AC pada sekunder trafo dapat diukur pada masing-masing sisi (sekunder
trafo ada CT) terhadap ground. Bila ada tegangan pada sekunder trafo yang
besarnya sesuai, maka dapat dipastikan bahwa trafo dalam keadaan baik.
● Selanjutnya, pindahkan saklar meter pada skala DC. Ukur tegangan pada C1 dan
pada C2. bila tidak ada tegangan DC pada C1 maupun C2 berarti kapasitor tersebut
terhubung singkat. Bila lilitan L terbuka, maka hanya ada tegangan DC pada C1,
tetapi tak ada pada C2.
Bila C1 dan C2 terbuka (putus), atau bila penyearah CR1 dan CR2 terbuka, atau
keduanya terhubung-singkat, maka tegangan DC yang terukur tidak benar. Dalam
kondisi seperti itu, perlu dilakukan pengukuran resistansi untuk memastikan
komponen yang rusak.
● Cara kedua merupakan kebalikan dari cara pertama, yakni dimulai dari pengukuran
tegangan DC pada kapasitor C2, dilanjutkan dengan pengukuran tegangan DC pada
kapasitor C1 dst. Hasilnya sama saja karena pengukuran hanya menggunakan
voltmeter saja.
Metoda Tegangan dan Hambatan: digunakan untuk menunjukkan dengan tepat suatu
komponen atau kerusakan rangkaian dan pada umumnya memerlukan data perusahaan
untuk nilai-nilai komponen dan tegangan. Pada umumnya pengukuran tegangan dan
resistansi dilakukan untuk memeriksa jaringan atau komponen yang dicurigai rusak.
Pengukuran tegangan memerlukan peralatan dengan kondisi ON, sedangkan
pengukuran resistansi dilakukan pada saat peralatan dalam kondisi OFF. Biasanya
diagram rangkaian dan lembar data menunjukkan tegangan yang diperlukan untuk
kondisi operasi normal pada titik tes tertentu. Dengan melakukan pengukuran seperti
itu, biasanya lokasi kerusakan pada jaringan dan komponen dapat diketahui. Metoda ini
pada umumnya ditempuh setelah dilakukan pemeriksaan secara visual atau signal-
tracing.
Metoda Pemutusan Lup: sistem atau subsistem elektronik dengan umpan-balik sangat
sulit dilacak kerusakannya tanpa memutus lup. Tegangan DC yang sesuai atau sinyal
harus diinjeksikan pada titik, tempat lup diputus. Tegangan dan sinyal yang melalui

65
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

rangkaian seharusnya dapat digunakan untuk memonitor kesalahan. Tegangan atau


sinyal yang diinjeksikan dapat diubah untuk melihat perubahan respon rangkaian dari
keadaan normal. Biasanya lup diputus pada titik tempat sinyal dengan daya kecil dapat
diinjeksikan dengan baik. Teknik ini dapat digunakan misalnya pada sebuah PLL
(phase lock loop), seperti Gambar 8.10. Catu daya dan keluaran osilator referensi
seharusnya diperiksa dahulu sebelum lup diputus. Dalam hal ini t0 seharusnya tidak
normal atau tidak stabil atau hilang, sehingga anda dapat memastikan, bahwa VCO
tidak bagus. Selanjutnya dapat anda lakukan pemutusan lup pada titik yang sesuai.

Pembagi
frekuensi

Osilator dengan filter lolos


referensi pembanding bawah VCO
fasa

Keluaran pembanding fasa injeksi tegangan DC variabel

Gambar 8.10. Contoh Pemutusan Lup


Untuk memastikan bahwa keluaran suatu rangkaian benar, anda dapat
membandingkannya dengan keluaran rangkaian yang fungsinya sesuai. Akan tetapi
anda harus tahu benar bentuk keluaran rangkaian yang seharusnya ada.
Metoda subsitusi: dalam metoda ini biasanya diperlukan penyolderan atau
penggantian komponen. Sebelum melakukan penggantian, disarankan untuk
melakukan pemeriksaan dengan metoda lain, seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
sehingga yakin komponen mana yang mengalami kerusakan. Lakukan pengukuran
tegangan untuk meyakinkan apakah tegangan yang seharusnya ada memang benar-
benar ada. Pemeriksaan tegangan dan pemeriksaan secara berurutan yang dilakukan
pada komponen gabungan resistor dan kapasitor, akan dapat menunjukkan apakah
keduanya rusak atau hanya salah satu saja. Bila pelacakan langsung dilakukan pada
transistor, maka dengan mudah dapat dilakukan, yaitu dengan mengganti transistor
yang diagnosa rusak dengan transistor yang baru. Tempelkan transistor yang baru pada
tempat transistor lama sebelum dilakukan penyolderan secara sempurna.
Penggantian komponen biasanya dilakukan sebagai tahap akhir dari proses
pelacakan kesalahan, setelah dilakukan tahap pemeriksaan sebelumnya. Ada dua tahap
pokok dalam metoda substitusi yang harus dilakukan, yakni gunakan komponen
pengganti yang benar dan hubungkan secara benar pada rangkaian. Dalam praktek,
biasanya anda sangat sulit mencari pengganti komponen berupa IC dan dioda yang

66
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

sama persis dengan komponen yang diganti. Untuk mengatasi hal ini, anda perlu
mencari data ekivalen tipe IC, transistor atau dioda pada buku petunjuk
semikonduktor. Untuk menghindari prosedur pelacakan yang lebih kompleks,
sebaiknya dilihat dulu karakteristik komponen aslinya, kemudian cari ekivalennya.
Periksalah secara teliti karakteristik komponen ekivalen ini, karena mungkin komponen
tersebut mempunyai karakteristik yang sama pada suhu kamar, tetapi berbeda pada
kondisi lain (lebih dingin atau lebih panas dari suhu ruang). Dengan demikian anda
dapat menentukan komponen yang paling mendekati komponen aslinya.
Bila komponen yang diganti mempunyai tipe khusus, misalnya transformator, coil
deflection yoke, dan komponen khusus lain, maka perlu dicari komponen pengganti
yang benar-benar sesuai. Karena bila tidak, mungkin peralatan akan mengalami
kerusakan lain atau bahkan mati lebih cepat. Bila hal ini yang terjadi, pelacakan
kerusakan yang kedua akan lebih rumit dan sulit.
Metoda ini merupakan metoda terakhir yang harus ditempuh, setelah metoda
sebelumnya dilakukan. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, gunakan pengganti
yang tepat dan pasanglah pada tempat yang benar dengan cara yang benar pula.
Metoda-metoda yang telah diuraikan di atas sangat cocok untuk melokasisasi
kerusakan yang bersifat spesifik, hubung-singkat, terputus atau kerusakan komponen.
Akan tetapi, bila anda menghadapi sistem elektronik yang kompleks, cara tersebut di
atas belum cukup. Anda perlu cara atau metoda yang lebih canggih lagi. Teknik
pelacakan yang lebih canggih antara lain adalah analisis kesalahan, analisis signal,
analisis logika, diagnosis rute dan diagnosis dengan program komputer, yang tidak
dibahas di buku ini.
8.5. Alat-alat Bantu Troubleshooting Sistem
Bila sembarang sistem elektronik rusak, ini adalah tugasnya teknisi untuk
memeriksa, menentukan tempat dan kemudian memperbaiki setiap kerusakan. Tentu
saja dikehendaki untuk diselesaikan dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk
menyelesaikan dengan cepat troubleshootingnya, sehingga waktu berhenti / rusak
sistem pendek maka teknisi perlu dilengkapi dengan alat-alat bantuan untuk menunjang
keterampilan dalam menyelesaikan troubleshooting.
Perangkat bantu terpenting antara lain :
a) Manual (petunjuk) pemeliharaan dan penuntun troubleshooting.
b) Instrumen-instrumen tes.
c) Kunci-kunci khusus.
Perlu diingat bahwa aspek-aspek disain secara keseluruhan seperti kemudahan
diperolehnya komponen-komponen, perlengkapan display kerusakan, dan rangkaian tes
yang sudah terkandung didalamnya tidak dapat dianggap sebagai alat bantu
troubleshooting dalam konteks ini. Aspek-aspek ini selayaknya dan harus dilengkapi
oleh disainer untuk mencapai nilai maintainability yang tinggi. Yang dianggap sebagai
pembantu langsung adalah segala kelengkapan informasi, perlengkapan tes dan kunci-
kunci yang dapat membantu pekerjaan troubleshooting.
Sebelum meninjau tentang bantuan-bantuan khusus secara lebih detail, terlebih
dahulu.harus dinyatakan bahwa bantuan-bantuan seperti petunjuk pemeliharaan atau
penuntun troubleshooting tidak selalu dapat diperoleh. Dengan demikian teknisi

67
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

tersebut hanya dapat bersandar pada pengetahuannya, keahliannya dan pengalamannya


sendiri untuk mengatasi kerusakan sistem tersebut. Pengalaman tentang sistem-sistem
lain yang serupa dapat membantu teknisi itu untuk memperbaiki kerusakan tanpa
petunjuk buku, dan dalam beberapa hal dimungkinkan untuk membandingkan sistem
yang rusak dengan suatu model kerja yang identik.
Namun, jika suatu sistem yang rusak tersebut tidak diketahui dan tidak ada model
lainnya, maka sebaiknya mencari keterangan sebelum memulai pengetesan untuk
menentukan letak kerusakan.
Memulai pengetesan tanpa mengetahui bagaimana kerja sistem dengan tepat, dapat
membawa pada kesimpulan yang tidak benar, dan menyebabkan kebingungan antara
kesalahan operasi dan kesalahan yang sebenarnya, atau dalam kasus yang paling
buruk dapat menyebabkan kerusakan tambahan.
Suatu bantuan yang penting adalah Petunjuk Pemeliharaan (Maintenance
Manual). Buku tersebut disusun dengan keterampilan yang tinggi, karena itu hanya
informasi-informasi yang penting, yaitu informasi yang tegas-tegas berhubungan
dengan pemeliharaan yang diberikan. Aspek-aspek penting apa saja yang perlu dari
suatu petunjuk pemeliharaan ?
Daftar isi hal-hal yang terpenting pada petunjuk pemeliharaan, berdasarkan
urutannya adalah :
1. Uraian sistem dengan keterangan tentang penggunaannya.
2. Spesifikasi kemampuan alat.
3. Teori tentang operasi
a) Sistem (ditunjukkan pada diagram blok).
b) Masing-masing rangkaian (ditunjukkan pada diagram rangkaian).
4. Pemeliharaan
a) Pencegahan (jika perlu), yaitu penggantian bagian-bagian yang aus, kalibrasi
ulang, dan pelumasan.
b) Perbaikan :
I. Metoda-metoda untuk pembongkaran, termasuk prosedur-prosedur yang
benar (aman).
II. Daftar instrumen tes dan kunci-kunci khusus yang diperlukan.
III. Instruksi-instruksi tes.
IV. Tuntunan troubleshooting dan prosedur troubleshooting yang disarankan.
5. Diagram rangkaian.
6. Daftar spare parts (suku cadangan).
7. Gambar mekanik (lay out) : Foto, gambar jalur-jalur listriknya, atau mungkin
gambar struktur mekanik yang terurai.
Untuk memahaami pentingnya petunjuk pemeliharaan, adalah baik sekali untuk
mempelajari suatu petunjuk instrumen penguji seperti CRO. Jika mungkin, dapat juga
dibandingkan petunjuk-petunjuk dari pabrik yang berbeda. Dalam suatu manual, materi
yang tidak berhubungan tidak perlu disertakan, dan menuliskan instruksi harus singkat dan
jelas sehingga tidak tercantum dua pengertian. Umumnya, sebuah diagram harus disusun
sehingga pembaca dengan cepat dan mudah untuk mengerti maksudnya.
Informasi tambahan seperti besarnya tegangan dan bentuk gelombangnya sering juga
disertakan untuk membantu troubleshooting. Merupakan informasi terpenting yang

68
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

berguna untuk membantu troubleshooting dapat ditemukan pada bab Pemeliharaan yang
bersifat Perbaikan (Corrective Maintenance Section) dari buku petunjuk. Instruksi-instruksi
untuk pembongkaran dan keamanannya juga diberikan, disertai dengan tuntunan
troubleshooting dan tesnya. Instruksi keamanan harus selalu diperhatikan karena hal ini
akan mengurangi bahaya kecelakaan bagi staf yang memperbaiki dan menunjuk
pencegahan yang harus diambil untuk melindungi komponen-komponen yang sensitif.
Bagian ini juga berisi suatu daftar peralatan tes yang diperlukan bersama detailnya, serta
prosedur set-up dan pengaturannya (adjustment). Ini jelas berguna bila kerusakan telah
diperbaiki dan sistem harus dicek untuk operasi yang memuaskan, tetapi dalam suatu kasus
kerusakan bantuan yang paling penting adaiah lampiran tuntunan troubleshooting.
Ini mungkin memerlukan beberapa lampiran. Contoh, tabel yang disertakan yang
menunjukkan gejala-gejala tipikal untuk variasi kondisi kerusakan, disertai dengan
penyebab-penyebab yang paling mungkin dan atau saran cara kerja untuk mempersempit
daerah kerusakan. Mungkin bantuan yang paling berguna adalah "penuntun troubleshoo-
ting", yang sebenarnya adalah urutan-urutan langkah terencana yang ditunjukkan dalam
bentuk diagram blok, dimulai dari sekumpulan gejala-gejala troubleshooting tertentu.
Untuk memahami sepenuhnya jenis penuntun ini, suatu contoh diberikan pada Gambar
8.12, yang merupakan kata penuntun troubleshooting terencana untuk sistem timbangan
digital seperti ditunjukkan dalam bentuk blok Gambar 8.11.
Dengan memperoleh suatu jawaban YA atau TIDAK atas pertanyaan-pertanyaan
pada tiap tingkat, umumnya dengan pengukuran dan pengamatan, maka teknisi yang
menjalankan troubleshooting dituntun menuju komponen atau bagian yang rusak.
Dalam contoh tersebut, kondisi tidak jalan total sistem tersebut tampak, dan selayaknya
menyarankan kerusakan pada sumbu daya atau sekitar itu. Penuntun sangat menolong
dalam mempercepat mendapatkan tempat kerusakan dan memperbaikinya. Untuk
membuat petunjuk troubleshooting merupakan latihan yang sangat berguna. Cobalah
untuk menuliskan suatu penuntun troubleshooting untuk suatu gangguan pada amplifier
utama dalam sistem timbangan tersebut. Gejala-gejala yang nampak adalah display
menjadi "stuck" (tidak mau berubah), selalu pada posisi reset (pembacaan semua nol),
dan tidak ada perubahan pada display ketika cel beban dioperasikan.
Beberapa jenis instrumen tes adalah alat bantu penting untuk troubleshooting dan
pemeliharaan. Terpisah dari katakanlah untuk sistem komunikasi atau instrumen digital
yang kompleks, mayoritas kerusakan sistem dapat dicari tempatnya dengan hanya
menggunakan tiga instrumen tes standard, yaitu:
(a) Multimeter (baik analog maupun digital)
(b) Osiloskop
(c) Generator sinyal.

69
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

Gambar 8.11. Diagram Blok Sistem untuk Contoh Tuntunan Troubleshooting: Sistem
Timbangan Elektronik
Untuk kebanyakan servis tes, tidak diperlukan ketelitian yang tinggi, karena
pengukuran paling mungkin adalah tentang level bias d.c yang mungkin mempunyai
batas-batas toleransi yang lebar, atau untuk mengecek bahwa sinyalnya ada. Tetapi
patut tetap diingat bahwa suatu kesalahan (error) dapat dihasilkan oleh meter dan
kabel-kabel tes. Contoh, misal tegangan pada beberapa titik pengukuran yang tertulis
pada buku petunjuk pemeliharaan adalah + 30 V ± 2 V yang diukur dengan Multimeter
20 kΩ/V. Pernyataan ini, walaupun memperhitungkan efek beban meter pada
rangkaian, mungkin tidak diperbolehkan untuk kesalahan instrumen lainnya. Ketelitian
meter analog typicalnya ± 3 % defleksi skala maksimum. Maksudnya bahwa pada
range 100 V d.c, pembacaan 30 V mempunyai ketelitian ± 3V. Jadi bila tegangan yang
diukur pada titik pengukuran +33 V, maka ini masih berada dalam batas spesifikasi,
sehingga suatu kondisi kesalahan mungkin tidak ditunjukan.
Suatu multimeter digital adalah sangat berguna jika diperlukan ketelitian tinggi
atau bila perubahan level yang sangat kecil akan dideteksi. Sebagai tambahan, digital
multimeter mempunyai keuntungan impedansi input yang tinggi, sehingga efek
pembebanan kecil.

70
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

KERUSAKAN

Sistim tidak jalan


Display digital mati
Curigai kerusakan
daya

Ya Ukur tegangan output Ya


Apakah indkator daya
d.c. transformer dan Curigai papan
hidup pada saat
blok penyearah. regulator ganti
saklar ON
Apakah + 30 V ± 2V

Tidak
Tidak

Cek transformer atau


penyearah untuk
rangkaian terbuka.
Penggantian.

Ya Tentukan Kerusakan sebelum


memasang sikring baru.
Cek sikring utama Cek sikring utama (prosedur untuk menentukan
apakah putus? apakah putus? tempat dengan diagram lain
yang sempurna)

Tidak

Ya
Curigai hubungan utama
yang melalui plug dasar Saklar utama
label. Ukur tegangan dc yang pasti
pada input utama. Apakah rusak (ganti)
ini benar?

Tidak

Ganti kabel
atau
penghubung

Gambar 8.12. Penuntun Troubleshooting.


Suatu multimeter digital mempunyai sampling rate (laju sampling) yang rendah
dan dalam beberapa contoh dapat memberikan indikasi menyesatkan. Untuk alasan ini
suatu analog multimeter lebih disukai dibandingkan dengan jenis digital, karena suatu
penunjukkan dari tegangan perkiraan dapat dengan cepat diamati pada instrumen
analog. Kathode Ray Oscilloscope (CRO) adalah instrumen yang dipakai untuk
berbagai kegiatan dan sangat berguna. Dapat dipakai untuk mengukur tegangan d.c dan
bentuk gelombang a.c. Sensitivitasnya biasanya tinggi, dan efek pembebanan kecil,
karena input impedansi pada umumnya lebih besar dari 1 M ohm. Frekuensi, bentuk

71
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

dan perioda dari gelombang dapat ditentukan, atau bentuk gelombang dapat didisplay
bersamaan, atau dapat pula didisplaykan hubungan fasa satu gelombang dengan
lainnya.
Pada frekuensi-frekuensi rendah, sinyal tegangan yang diukur dapat langsung
dimasukkan pada Y melalui kabel yang sesuai atau kabel coaxial. Untuk frekuensi
tinggi agar kemungkinan sinyal dapat dihindarkan, maka harus digunakan probe yang
benar-benar terlindungi. Penggunaan unit probe yang terkompensasi dengan baik akan
mengurangi efek-efek tadi secara nyata. Suatu probe sederhana pada dasarnya adalah
atenuator resistive dengan kapasitif kompensasi seperti ditunjukkan pada Gambar 8.13.
PEMBUNGKUS

3-30 pF

C1 KABEL TO OXIAL Y INPUT


CRO
UJUNG
PROBE
R1 2M7 R2
Rin
CS
470 Ω

GROUND

Gambar 8.13. Unit Probe Pasif untuk Sebuah Osiloskop


Probe memberikan atenuasi 10 : 1.
Time konstan R1C1 dibuat sama untuk time konstan input dari CRO yaitu Rin//R2C2
dimana C3 adalah kapasitansi Coaxial + CRO. Bila diadakan penguatan yang sesuai,
probe akan memiliki kapasitansi yang rendah terhadap rangkaian yang di ukur (C1 =10
pF) dan hanya berfungsi sebagai tahanan pembagi sederhana.
Uraian perbandingan alat-alat ukur diberikan dalam Tabel 8.1. Generator sinyal atau
generator fungsi, digunakan dalam pemeliharaan bila diperlukan untuk memberikan
sinyal input yang sesuai ke dalam sistem. Kerumitan dan karakteristik kemampuan dari
instrumen tersebut biasanya dinyatakan melalui pengujian sistem.
Kebanyakan peralatan tes yang digunakan untuk troubleshooting, dirancang untuk
penggunaan sehari-hari, dan biasanya cukup dapat bertahan pada saat digunakan.
Akurasi yang dibutuhkan untuk kebanyakan troubleshooting task selalu sebesar 5 %,
dan kalibrasi dari peralatan test tidak harus selalu tepat.
Kebanyakan peralatan tes yang sering kita gunakan untuk troubleshooting, hanya
membutuhkan sedikit pemeliharaan. Satu-satunya komponen yang sering diganti secara
regular adalah batere dalam VOM, tetapi ini adalah latihan yamg baik untuk mengecek
dan mengganti semua timah yang usang, clip, probe, plug, dsb. Ini juga merupakan ide
yang bagus untuk mengencangkan sekrup yang longgar, dan untuk membersihkan dan
meminyaki switch kontak dari semua saklar pada perlengkapan tes. Kawat AC dari
instrument test yang digunakan seringkali rusak dan harus sering diganti.
Kebanyakan meter dapat dikalibrasi pada bagian tengah dan kedua ujung dari skala
dengan mengikuti instruksi yang diberikan. Kita dapat menggunakan batere baru untuk
sumber tegangan, dan 1 % wire wound resistor dapat digunakan untuk mengkalibrasi
skala ohmmeter. Osiloskop dapat dikalibrasi pada garis daya 60 Hz pada frekuensi di

72
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

atas 1.200 Hz. Generator sinyal dapat dikalibrasi dengan menampilkan outputnya pada
osiloskop. Kedua osiloskop dan generator sinyal dapat dikalibrasi berlawanan dengan
ketelitiannya atau dengan kemampuan penerima khusus dari penerimaan WWV
National Bureau of Standards calibrating broadcasts.
Tentu saja dalam beberapa contoh perlu digunakan jenis-jenis instrumen tes lain
yang lebih canggih untuk pemeliharaan. Menggunakan frekuensi counter, spektrum
analyzer, storage oscilloscope, recorder grafik, xy plotter dan instrumen
troubleshooting dengan sistem kontrol microprocesor akan bertambah.
Tabel 8.1. Sifat – Sifat Instrumen Ukur Serbaguna

Instrumen Jenis penggunaan Ketelitian Keterangan


Analog multirange Mengukur tegangan dan ± 3 % FSD Instrumen yang kuat
meter (moving arus DC serta ac. Ohm dan terbukti baik.
coil) range 1ohm sampai
20Mohm. Bandwidth : Range yang baik (3V
15Hz sampai15Khz sampai 3kV) Efek
pembebanan harus
Impedansi range DC 20 diperhitungkan untuk
kΩ/V rangkaian dengan
impedansi menengah
Range ac 10kΩ/V dan impedansi tinggi.

Digital multirange Mengukur tegangan dan ± 0.3 % pembacaan Memiliki resolusi dan
serbaguna (3,5 arus dc serta ac. sensitivity yang baik.
digit) ± 1 digit Mudah dibaca dan
Ohm range 1 sampai 20 digunakan.
M.
Efek pembebanan
Impedansi: 1MΩ paralel dapat diabaikan
dengan 10pF. dalam kebanyakan
kasus.
Bandwidth: 45Hz
sampai 10KHz.

Cathoda Ray Mengukur tegangan ± 3% Amplitudo Serbaguna.


Oscilloscope (level) dc, frekuensi, dan waktu Memberikan
serbaguna bentuk gelombang, rise gambaran informasi
time dan fall time. secara langsung
dalam bentuk
Membandingkan gelombang sinyal.
hubungan waktu atau
fasa antara sinyal-sinyal. Harus menggunakan
unit probe untuk
Bandwidth : dc sampai mendapatkan hasil
10Mhz yang terbaik pada
frekuensi tinggi.
Impedansi : 1MΩ
paralel dengan 20pF.

73
BAB VIII : PEMELIHARAAN SISTEM

Sedangkan di bawah ini (Gambar 8.14) diberikan Flow chart secara umum
bagaimana mencari kerusakan suatu sistem elektronika, dengan langkah-langkah
tersebut diharapkan kita makin terampil dalam mencari kerusakan suatu sistem ataupun
rangkaian elektronika dalam kehidupan kita sehari-hari.
MULAI

MAKSUD DARI SISTEM CATATLAH SEMUA MENGOPERASIKAN


& PROSES GEJALA SEMUA KONTROL

BUKALAH KOTAK &


PERIKSALAH DNG.
CERMAT

APAKAH
DITEMUKAN YA
KESALAHAN

TIDAK
PILIHLAH ATAU
KET: GAMBARLAH DIAGRAM PENGAMATAN
BUKU PEDOMAN & & TAMBAHILAH JALAN TERHADAP PENYEBAB
DIAGRAM FUNGSIONAL SINYAL YANG TAK DARI GEJALA
BERES

METODA UNTUK TENTUKANLAH DIMANA


MENCEK & BAGAIMANA MENCEK

KERJAKANLAH PENGUASAAN DARI


PENGECEKAN PERALATAN TES

APAKAH
DITEMUKAN YA
KESALAHAN

TIDAK

PROSEDUR KALIBRASI CEKLAH KALIBRASI

APAKAH
KEMBALI KE
YA DITEMUKAN
PERMULAAN &
KESALAHAN
ULANGI LEBIH
TELITI
TIDAK

Gambar 8.14. Flow Chart Mencari Kerusakan

74

Anda mungkin juga menyukai