TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2.1.4. Klasifikasi
Demam berdarah dapat diklasifikasikan menjadi 4 derajat, yaitu:
1. Derajat I
Ditandai dengan demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah uji bendung (uji torniquet)
2. Derajat II
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan
lain
3. Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan
nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis disekitar
mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah
4. Derajat IV
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba, dan tekanan darah
tidak teratur (Sodikin, 2019).
2.1.5. Patofisiologi
Terbentuknya kompleks
virus antibodi
Hipertermia
Sumber : (Erdin, 2018; Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
2.1.7. Manifestasi Klinis
1. Panas tinggi disertai menggigil pada saat serangan
2. Lemah
3. Nafsu makan berkurang
4. Anoreksia
5. Muntah
6. Nyeri sendi dan otot
7. Pusing
8. Trombositopenia
9. Manifestasi perdarahan seperti petekie, epistaksis, gusi berdarah, melena,
hematuria masif (Renira, 2019).
2.1.8. Prognosis
Prognosis DHF ditentukan oleh derajat penyakit, cepat tidaknya
penanganan diberikan, umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD derajat I
dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila dapat dideteksi secara
cepat maka pasien dapat ditolong. Hepatomegali sebagai salah satu patokan
WHO untuk diagnosis DBD dilaporkan sangat bervariasi. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa mungkin hepatomegali berkaitan dengan galur dan
serotipe virus. Hasil analisis regresi logistik memperlihatkan bahwa
parameter klinis yang bermakna sebagai faktor prognosis adalah
hepatomegali dan perdarahan saluran cerna (Raihan et al., 2016).
2.1.9. Komplikasi
Komplikasi pada DHF, yaitu:
1. Dehidrasi sedang sampai berat
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Kejang karena demam terlalu tinggi yang terus-menerus
Selain itu, komplikasi dari pemberian cairan yang berlebihan akan
menyebabkan gagal nafas, gangguan pada elektrolit, gula darah menurun,
kadar natrium dan kalsium juga menurun, serta dapat mengakibatkan gula
darah di atas normal atau mengalami peningkatan (Jannah, 2019).
2.1.10. Pemeriksaan Penunjang
1. Klinis
Gejala klinis berikut yang harus ada, yaitu :
a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berkelanjutan terus-
menerus selama 2-7 hari.
b. Area manifestasi perdarahan diketahui dengan :
- Uji bendung positif
- Petekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
- Hematemesis dan atau melena
c. Pembesaran hati
d. Syok, nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan
nadi (20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan
dingin, kulit lembab, capillary refill time (CRT) memanjang (>2 detik)
dan pasien tampak gelisah.
2. Laboratorium
a. Trombositopenia (100.000/µl atau kurang)
b. Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler,
dengan manifestasi sebagai berikut :
- Peningkatan hematokrit >20% dari nilai standar
- Penurunan hematokrit > 20%, setelah mendapat terapi cairan
- Efusi pleura/ perikardial, asites, hipoproteinemia
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium
(atau hanya peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan
diagnosa DBD (Sidik, 2016).
2.1.11. Penatalaksanaan
2. Mata
Pada klien dengan DHF pada pemeriksaan mata, penglihatan
klien baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik.
3. Telinga
Pada klien dengan DHF tidak ada gangguan pendengaran, tidak
adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak merasa
nyeri ketika di palpasi.
4. Hidung
Klien dengan DHF biasanya pemeriksaan hidung simetris,
bersih, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan.
5. Mulut
Klien dengan DHF kebersihan mulut baik, mukosa bibir kering
dan mulut selalu terbuka.
6. Leher
Klien dengan DHF tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
b) Thorax
1. Paru- paru
Inspeksi : Klien dengan DHF dadanya simetris kiri kanan.
Palpasi : Pada klien dengan DHF saat dilakukan palpasi tidak
teraba massa.
Perkusi : Pada klien dengan DHF saat diperkusi di atas lapang paru
bunyinya normal.
Auskultasi : Klien dengan DHF suara nafasnya normal.
2. Jantung
Inspeksi : Klien dengan DHF ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Klien dengan DHF ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : Suara jantung dengan kasus DHF berbunyi normal.
Auskultasi : Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak.
3. Abdomen
Inspeksi : Klien dengan DHF abdomen tidak membesar atau
menonjol, simetris.
Auskultasi : Peristaltik normal.
Palpasi : Klien tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Klien dengan DHF suara abdomennya normal (Timpani).
4. Ekstremitas
Klien dengan DHF biasanya ekstremitasnya dalam keadaan
normal.
5. Genitalia
Pada klien dengan DHF klien tidak ada mengalami gangguan pada
genitalia.
5. Data Psikologis
Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran,
lingkungan dan terhadap penyakitnya.
c) Harga diri
Penilaian/ penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang
lain.
d) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien
terhadap status dan posisinya.
e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas.
6. Data Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga,
tetangga, masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor
sosial kultural dan support system.
7. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau mengganggu
keseimbangan. Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit
dalam proses suatu penyembuhan penyakit.
8. Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau
menghilangkan stres yang dihadapi.
9. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu dikaji
agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.
10. Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan
Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang
biasa dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama
sakit serta harapan klien akan kesembuhan penyakitnya.
11. Data Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
1. HB dan PVC meningkat (>20%)
2. Trombositopenia (<100.000/ml)
3. Leukopenia
4. Ig. D dengue positif
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia dan hiponatremia
6. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolik : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
8. SGOT/SGPT mungkin meningkat
b) Uji serologi
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita
yang terjadi setelah infeksi.
c) Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat
menghambat reaksi hemaglutinasi darah oleh virus dengue yang
disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
d) Uji netralisasi
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk
virus dengue. Menggunakan metode plague reduction
neutralization test (PRNT).
e) Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination
Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitif dari pada uji HI. Prinsip
dari metode ini adalah mendeteksi adanya antibodi IgM dan IgG
di dalam serum penderita.
f) Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/IV dan
sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura.
Diagnosa yang sering muncul pada kasus DHF menurut ((Erdin, 2018; Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), yaitu :
a.) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
b.) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal
c.) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri
d.) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan)
e.) Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
ditandai dengan kebocoran plasma darah
f.) Defisit pengetahuan behubungan dengan kurang terpapar informasi
g.) Resiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
B. Intervensi Keperawatan
Edukasi:
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu