Anda di halaman 1dari 13

OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Skenario Model Optimalisasi Pendapatan Daerah dari Pengelolaan


Sampah Kota Semarang
R Clarrio Dimassetya Jaya1*, Tri Widayati2, Maman Eka Kardiman1

1Divisi Perencanaan Wilayah dan Kota, CV Reswara Praptama, Indonesia


2Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas 17 Agustus 1945 Semarang,
Indonesia

Jurnal Riptek Abstract


Volume 16 No. 1 (21-33) Persoalan sampah merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah, dunia
Tersedia online di: usaha, dan masyarakat, sehingga pengelolaannya pun harus dilakukan secara sinergis
http://riptek.semarangkota.go.id melalui sistem pengelolaan sampah yang terpadu. Akan tetapi, dalam operasionalnya,
biaya investasi pengelolaan sampah yang sangat tinggi justru semakin membebani APBD
Info Artikel: Kota Semarang. Dengan adanya substansi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Diterima: 1 Maret 2022 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan kewenangan kepada Pemerintah
Direvisi: 22 April 2022 Daerah (Pemda) untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam upaya
Disetujui: 19 Mei 2022 untuk mencapai tujuan pembangunan daerah yaitu mengentaskan kemiskinan,
Tersedia online: 9 Juni 2022 menciptakan dan menambah lapangan kerja, serta meningkatkan pendapatan dan
kesehjateraan masyarakat, maka diperlukan kajian terhadap model yang lebih efektif
Kata Kunci: dalam menghimpun pendapatan daerah dari pengelolaan sampah. Untuk memperoleh
skenario, model, optimalisasi, permodelan yang tepat, perlu mengenali isu utama atau batang tubuh dari ranting-
pendapatan daerah, pengelolaan ranting permasalahan pengelolaan persampahan yang menyeruak di Kota Semarang.
sampah Dengan menggunakan pendekatan expert choice, tim ahli yang terdiri atas OPD Teknis,
Bagian Hukum, NGO, dan Akademisi berhasil menyepakati isu utama pengelolaan
Korespondensi penulis: sampah di Kota Semarang yang berupa isu sosial budaya yaitu berkaitan dengan belum
*
Email: djclarrio@gmail.com optimalnya peran serta masyarakat dalam menangani sampah di sektor hulu (16%);
isu hukum yaitu berkaitan dengan belum adanya aspek legal yang bersifat memaksa
bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam membayar retribusi sampah (8,1%);
dan isu tata kelola yaitu berkaitan dengan belum optimalnya pemungutan retribusi pada
sektor domestik yang tidak dipungut oleh PDAM dan sektor niaga (8%). Sehingga model
optimalisasi pendapatan daerah yang dinilai lebih efektif adalah penguatan
kelembagaan melalui restrukturisasi organisasi sesuai kebutuhan daerah, peningkatan
kapasitas Sumber Daya Manusia, Modernisasi administrasi retribusi daerah serta
Penyederhanaan proses bisnis.
Cara mengutip:
Jaya1, R. C. D., Widayati, T., & Kardiman, M. E. (2022). Skenario Model Optimalisasi Pendapatan Daerah dari Pengelolaan
Sampah Kota Semarang. Jurnal Riptek, 16(1), 21-33.

Pendahuluan optimalnya penanganan sampah di sektor hulu


Kota Semarang berhasil mendapatkan (reduce, reuse, recycle) maupun di sektor hilir, serta
penghargaan sebagai Kota Wisata Terbersih standar belum optimalnya pembiayaan pengelolaan sampah di
ASEAN 2020-2022 (ASEAN Clean City Tourism) pada Kota Semarang.
16 Januari 2020, namun pencapaian ini tidak serta Pada dasarnya persoalan sampah merupakan
merta menutup beberapa kekurangan dalam tanggung jawab bersama antara Pemerintah, dunia
pengelolaan persampahan yang perlu segera dibenahi usaha, dan masyarakat, oleh karena itu,
oleh Pemerintah Kota Semarang. Catatan penting pengelolaanya pun harus dilakukan secara sinergis
dalam upaya perbaikan pengelolaan adalah meninjau melalui sistem pengelolaan sampah yang terpadu.
kembali capaian JAKSTRADA yang belum sesuai Namun, dalam operasionalnya, selama ini
target dan Penghargaan Adipura yang belum berhasil Pemerintah Kota Semarang membiayai pengelolaan
teraih kembali hingga saat ini. Dinas Lingkungan sampah tanpa diimbangi pendapatan daerah dari
Hidup (2022) bahkan menyampaikan bahwa masih pembayaran retribusi pengelolaan sampah. Dalam hal
ditemukan tumpukan sampah yang melebihi kapasitas ini, permasalahan tata kelola menjadi pemicu utama.
(overload) pada area TPA Jatibarang dan dibuktikan Berdasarkan sistem tata kelola yang selama ini
melalui data yang menunjukkan sekitar 60-ton berjalan, sebenarnya pendapatan daerah dari
sampah per hari yang belum terkelola, Permasalahan pengelolaan sampah telah dibentuk secara kompleks
tersebut ditengarai sebagai konsekuensi dari belum untuk menyasar berbagai elemen penting sebagai
R Clarrio Dimassetya Jaya1dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33) 21
OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

subyek pendapatan. Sistem ini telah ditujukan untuk juga dilakukan analisis terhadap hasil pengumpulan
menyasar pelanggan air bersih dari BUMD PDAM data dan perumusan Kajian Optimalisasi Pendapatan
Tirta Moedal Kota Semarang, UPTD TPA Jatibarang Daerah dari Sampah Kota Semarang.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, UPTD 4. Perumusan Materi Substansi
Pasar Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM, Pada tahap ini dilakukan perumusan substansi
Dinas Perindustrian, dan Kecamatan/Kelurahan. Kajian Optimalisasi Pendapatan Daerah dari Sampah
Akan tetapi, dalam operasionalnya, masih ditemukan Kota Semarang. Di dalamnya juga dilakukan
banyak uraian pendapatan daerah dan belum dapat diseminasi hasil identifikasi sebagai dasar penyusunan
terserap secara optimal. Perlu diselenggarakan substansi.
peninjauan kembali terhadap penyelenggaraan sistem
pengelolaan sampah yang berlangsung saat ini, karena Data primer diperoleh dengan survei lapangan
data menunjukkan bahwa pengelolaan sampah telah yang menggunakan metode pengumpulan data, salah
memberikan beban yang cukup berat bagi APBD satunya dengan memakai responden kunci. Data
Pemerintah Kota Semarang di setiap tahunnya. sekunder diperoleh dari pemerintah daerah Kota
Dengan adanya substansi Undang-Undang Semarang dari OPD terkait maupun BPS. Data
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan tersebut sudah dipublikasikan baik laporan tertulis
Daerah yang memberikan kewenangan kepada maupun daring (on-line). Dalam penelitian ini, data
Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mengatur dan primer yang dibutuhkan mencakup survei langsung
mengurus rumah tangganya sendiri dalam upaya kepada responden kunci dan penyelenggaraan Focus
untuk mencapai tujuan pembangunan daerah yaitu Group Discussion (FGD). Sementara kebutuhan data
mengentaskan kemiskinan, menciptakan dan sekunder terkait dengan pengelolaan persampahan di
menambah lapangan kerja, serta meningkatkan Kota Semarang.
pendapatan dan kesehjateraan masyarakat, maka Tenik analisis yang digunakan dalam penelitian
diperlukan sebagai bentuk cipta kreasi Pemerintah ini adalah analisis keruangan, analisis ekonomi, dan
Daerah dalam menghimpun pendapatan daerah dari analisis deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan
pengelolaan sampah yang mampu menghasilkan untuk memperoleh potensi pendapatan daerah dari
income generate untuk pembiayaan pengelolaan pengelolaan sampah. Hasil kajian tersebut disajikan
sampah di hulu maupun hilir secara mandiri (self- dalam perhitungan angka melalui tampilan grafik,
financing). gambar maupun tabel. Hasil identifikasi potensi
pendapatan daerah tersebut, kemudian diperkuat
Metode Analisis dengan analisis peran dan kepentingan, analisis model
Penyusunan penelitian dilakukan melalui empat operasional pengelolaan sampah, dan analisis
tahapan kegiatan, yaitu: penilaian kontingen (CVM) yang dipadukan untuk
1. Tahap Persiapan memperoleh model optimalisasi pendapatan dari
Pada tahap ini dilakukan proses identifikasi pengelolaan sampah di Kota Semarang.
potensi dan permasalahan yang terdapat pada 1. Analisis Peran dan Kepentingan
wilayah eksisting sehingga diperlukan inventarisasi Metode analisis peran dan kepentingan yang
data sebagai dasar kegiatan pendataan reklame digunakan adalah Leavitt’s Model yang dikembangkan
permanen. Indikator yang digunakan dalam proses oleh Harold J Leavitts (1965). Dalam metode ini
penentuan, disesuaikan dengan kajian literatur dan dijelaskan setiap organisasi terdiri dari 4 (empat)
peraturan perundangan yang disusun. Tahap elemen yang saling berkaitan yaitu Structure, Task,
persiapan ini dilakukan melalui kegiatan People dan Technology, yang mana antar variable akan
pengumpulan data sekunder dan overlay pemetaan mempangaruhi variable lainnya. Analisis Leavitt’s
yang akan dikonsultasikan kepada instansi terkait. digunakan untuk membuat perubahan organisasi
2. Pengembangan Metodologi Penyusunan lebih efektif, dimana empat komponen Leavitt’s
Pada tahapan ini dilakukan kegiatan perumusan Model mengusulkan setiap sistem organisasi terdiri
tahapan penyusunan kajian yang akan digunakan dari 4 komponen utama yaitu manusia, tugas,
untuk proses pengumpulan data serta menyusun susunan, dan teknologi.
daftar kebutuhan data. 2. Analisis Model Operasional Pengelolaan
3. Pengumpulan dan Analisis Data Sampah
Proses pengumpulan data sekunder akan Pemilihan prioritas strategi pengelolaan sampah
dilakukan melalui kajian literatur. Dalam tahap ini hulu-hilir digunakan metode Analytical Hierarchy

22 R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Process (AHP). Analisis ini dilakukan dengan Berdasarkan perhitungan tersebut, timbulan
menangkap secara rasional persepsi orang yang sampah di Semarang saat ini diperkirakan mencapai
berhubungan erat dengan permasalahan pengelolaan 3,69 liter per orang per hari, setara dengan sekitar
sampah hulu-hilir di Kota Semarang melalui 0,57 kg/orang/hari, termasuk sampah sejenis rumah
prosedur yang didesain untuk sampai pada skala tangga dari sumber-sumber non-domestik. Angka-
preferensi di antara berbagai set alternatif (Falatehan angka ini dianggap realistis untuk situasi saat ini,
2016). dibandingkan kota-kota serupa di daerah tersebut,
3. Analisis Penilaian Kontingen dan dengan mempertimbangkan keadaan lingkungan
Analisis penilaian kontingen (contingent valuation Semarang, namun angka-angka tersebut mungkin
method, CVM) yaitu salah satu di antara banyak tidak akurat karena sebagian didasarkan pada
teknik yang telah dikembangkan oleh para ekonom perkiraan.
untuk menetapkan harga untuk barang dan jasa
lingkungan. Metode CVM adalah metode survei yang Pelayanan Wilayah Persampahan
digunakan untuk memperoleh penilaian konsumen Tantangan utama bidang pengelolaan sampah di
terhadap barang dan jasa tidak dijual di pasar, dengan Kota Semarang adalah jangkauan wilayah layanan;
menunjukkan kesediaan mereka untuk membayar beberapa rumah tangga tidak mendapatkan layanan
(Sizya, 2015). Metode ini telah secara luas digunakan pengumpulan sampah. Namun, telah ada
dalam penilaian sumber daya non-pasar seperti perkembangan sejak Rencana Induk 2012/13. Data
rekreasi, satwa liar dan kualitas lingkungan. mencatat tingkat layanan di tahun 2012/13 hanya
mencapai sekitar 33% atau dalam hal ini memiliki
Hasil dan Pembahasan artian bahwa baru sekitar 33% sampah yang telah
Estimasi Timbulan Sampah berhasil dikumpulkan di TPA Jatibarang. Sebagai
Perhitungan jumlah sampah didasarkan pada perbandingan, menurut DLH, 79% dari kelurahan-
sejumlah asumsi. Sebagian besar diambil dari Rencana kelurahan yang ada telah mendapatkan layanan.
Induk saat ini, seperti ditunjukkan dalam tabel Selain itu, TPA Jatibarang menerima sampah dengan
berikut. Mengacu pada tabel tersebut, angka unit jumlah sekitar 750 ton/hari atau sama dengan sekitar
timbulan sampah yang diperlihatkan berasal dari 275.000 ton/tahun atau sekitar 83% dari sampah yang
contoh yang diambil dari kawasan perkotaan, dari dihasilkan.
penghasil sampah yang berbeda. Kegiatan-kegiatan
non-RT penghasil sampah yang beragam ini kemudian
dikonversikan ke dalam ekuivalen per kapita.
Metodologi memungkinkan untuk memperlihatkan
total timbulan sampah dari kota sebagai sebuah
proporsi langsung dari jumlah penduduk.

Tabel 1. Tingkat Unit Timbulan Sampah Kota


Semarang

(Sumber: COWI, 2018)

Gambar 1. Kelurahan Yang Mendapatkan Pelayanan


Persampahan tahun 2017

Permasalahan utamanya adalah tidak semua


produsen sampah dilayani oleh layanan pengumpulan
sampah. Menurut informasi dari DLH Semarang,
sekitar 13% penduduk tidak memiliki akses terhadap
Sumber: Rencana Persampahan Semarang, 2013 dan
layanan sampah. Angka tersebut didasarkan pada
telah dimodifikasi oleh COWI, 2018
ringkasan mengenai kelurahan-kelurahan yang mana
yang dilayani, dan jumlah penduduknya. Layanan yang
diberikan meliputi penyediaan peralatan di TPS/TPST

R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33) 23


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

dan layanan pengumpulan sampah dengan dalam retribusi jasa umum dan digolongkan sebagai
gerobak/gerobak motor. Namun, terbukti bahwa Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.
tidak seluruh sampah dikumpulkan, bahkan tidak pula
dari kelurahan-kelurahan yang dilayani.
Salah satu cara untuk memastikan hal ini adalah
dengan membandingkan jumlah perkiraan sampah
yang dihasilkan oleh penduduk dengan jumlah yang
diterima di TPA Jatibarang. Berdasarkan informasi
yang diperoleh dari penimbangan sampah di pintu
masuk pada Tahun 2016 diketahui bahwa rata-rata
780 ton/hari sampah masuk ke TPA. Jumlah tersebut
dibandingkan dengan 879 ton/hari yang dihasilkan (Sumber: Penyusun, 2021 dari Peraturan Daerah Kota Semarang
dari daerah yang dilayani. Dapat diperkirakan Nomor 2 Tahun 2012)
terdapat perbedaan sekitar 100 ton/hari. Hal ini Gambar 2. Ilustrasi Pengenaan Iuran Sampah dan
mungkin disebabkan oleh: Retribusi Sampah Rumah Tangga
1. Bahan yang dapat didaur ulang yang ditemukan
dan dipisahkan dari limbah selama
Substansi Pasal 2 mengatur Retribusi Pelayanan
pengumpulan/pengangkutan atau di TPS.
Persampahan/Kebersihan ditetapkan untuk dipungut
2. Ketidakakuratan dalam perkiraan timbulan
retribusi atas dasar pelayanan yang diberikan
sampah.
Pemerintah Daerah dalam pengambilan,
3. Sampah tidak dikumpulkan dari daerah yang
pengangkutan dan pemrosesan akhir serta
dilayani di mana penduduk memilih cara lain
penyediaan lokasi pembuangan/ pemusnahan/
untuk membuang sampah.
pemrosesan akhir sampah. Selanjutnya dalam Pasal 4
Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Kota bahwa Obyek Retribusi Pelayanan Persampahan/
Semarang Kebersihan adalah pelayanan persampahan/
kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Penyelenggaraan pengelolaan sampah Kota
Daerah, meliputi:
Semarang diatur melalui Peraturan Daerah Kota
1. Pengambilan dan pengangkutan sampah dari
Semarang Nomor 6 Tahun 2012. Dengan
sumber sampah ke lokasi tempat
berpedoman pada Peraturan Daerah Kota Semarang
pembuangan/pemusnahan/pemrosesan akhir
Nomor 6 Tahun 2012, Dinas Lingkungan Hidup
sampah untuk sampah Niaga;
merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas
2. Pengambilan dan pengangkutan sampah dari
Lingkungan Hidup Kota Semarang dipimpin oleh
tempat penampungan sementara ke lokasi
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan
tempat pembuangan/ pemusnahan/ pemrosesan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui
akhir sampah untuk sampah Bukan Niaga;
Sekretaris daerah. Dinas Lingkungan Hidup
3. Penyediaan lokasi pembuangan/ pemusnahan/
mempunyai tugas melaksanakan urusan
pemrosesan akhir sampah. Hal ini dapat
Pemerintahan daerah di bidang pengelolaan sampah
dikecualikan dari obyek retribusi adalah
berdasarkan asas otonomi dan tugas perbantuan.
pelayanan kebersihan jalan umum, taman,
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun
tempat ibadah, sosial dan tempat umum lainnya.
2012, masyarakat juga mengambil peranan penting
dalam pengelolaan sampah di Kota Semarang.
Pendekatan partisipatif yang coba diterapkan adalah Capaian Target Pengelolaan Sampah Kota
berupa pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Semarang
Masyarakat dilibatkan pada pengelolaan sampah Optimalisasi Pengumpulan Tarif Retribusi
dengan tujuan membentuk kesadaran masyarakat Sampah Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri
bahwa permasalahan sampah merupakan tanggung Nomor 7 Tahun 2021 tentang Tata Cara Perhitungan
jawab seluruh lapisan masyarakat (Cecep, 2012: 92). Tarif Retribusi dalam Penyelenggaraan Penanganan
Sesuai penjelasan dalam Peraturan Daerah Kota Sampah ditujukan agar daerah dapat meningkatkan
Semarang Nomor 2 tahun 2012 tentang Retribusi pengolahan sampahnya. Retribusi sampah dapat
Jasa Umum di Kota Semarang, pengelolaan yang menjadi alternatif yang efektif untuk meningkatkan
dikenai retribusi adalah pelayanan yang tercantum layanan persampahan pada tahap midstream.

24 R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

(Sumber: DLH Kota Semarang, 2021)

Gambar 3. Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan


Persampahan
(Sumber: Penyusun, 2021)
Hal ini dapat dicapai dengan beberapa langkah
Gambar 4. Identifikasi Bangunan Berdasarkan
strategis seperti mengadvokasi kepala daerah dan
Kelas Jalan Kota Semarang
legislatif, memberikan media KIE (komunikasi,
informasi dan edukasi) bagi masyarakat, serta
Perhitungan Potensi Penerimaan Retribusi
menyusun payung hukum yang berisi besaran tarif
retribusi, penarikan dan pemanfaatan hasil retribusi Pelayanan Kebersihan di Kota Semarang
sampah. menggunakan 3 (tiga) pendekatan, yang pertama
berdasarkan Peraturan Walikota Semarang Nomor
Data menunjukkan bahwa realisasi penerimaan
retribusi pelayanan persampahan mengalami fluktuasi 18 tahun 2018 tentang Perubahan Tarif Retribusi
Pelayanan Persampahan/ Kebersihan dan Retribusi
selama 3 tahun terakhir. Realisasi pada tahun 2108
Penyediaan dan/ Atau Penyedotan Kakus, yang kedua
sebesar Rp 18.854.306.000,00 meningkat menjadi Rp
23.655.170.000,00 pada tahun 2019 dan mengalami berdasarkan Rencana Penambahan Nilai Retribusi
Sampah Tahun 2022 Menurut Kajian Dinas
penurunan pada tahun 2020 menjadi Rp
22.471.335.000,00. Lingkungan Hidup Kota Semarang, dan yang ketiga
dengan menyertakan warga yang belum termasuk
pendapatan daerah dalam Peraturan Daerah Kota
Potensi Retribusi Sampah Domestik dan Semarang Nomor 2 Tahun 2012.
Niaga 1. Potensi Pendapatan Berdasarkan Nilai Berlaku
Perhitungan potensi retribusi sampah dilakukan Dengan menggunakan daftar tarif retribusi sesuai
untuk mengetahui nilai potensi yang ada pada Peraturan Walikota Semarang Nomor 18 Tahun
retribusi kebersihan sampah rumah tangga di kota 2018 tentang Perubahan Tarif Retribusi Pelayanan
Semarang. Adapun rumus analisis potensi menurut Persampahan/ Kebersihan dan Retribusi Penyediaan
Harmolie Harun (17:2003) menggunakan persamaan dan/ Atau Penyedotan Kakus dan hasil identifikasi
sebagai berikut, potensi wajib retribusi di Kota Semarang, maka
diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut
PtKS = Tarif Retribusi Kebersihan Sampah x Rumah (1)
Tabel 2. Perhitungan Potensi Pendapatan Daerah
Dimana PtKS adalah potensi retribusi kebersihan Berdasarkan Nilai Retribusi Berlaku
Kategori ASUMSI 100 % ASUMSI 75 % ASUMSI 50% ASUMSI 30%
sampah rumah tangga. Rumah tangga 16.643.412.000 12.482.559.000 8.321.706.000 4.993.023.600
Niaga Kecil 9.138.744.000 6.854.058.000 4.569.372.000 2.741.623.200
Untuk menghitung potensi pendapatan daerah Rumah Sakit 121.800.000 91.350.000 60.900.000 36.540.000
Kios 1.355.100.000 1.016.325.000 677.550.000 406.530.000
dari retribusi, peneliti menggunakan pendekatan Los 4.941.300.000 3.705.975.000 2.470.650.000 1.482.390.000

keruangan untuk menyempurnakan data dasar yang PKL


Industri
422.100.000
869.400.000
316.575.000
652.050.000
211.050.000
434.700.000
126.630.000
260.820.000

digunakan sebagai obyek perhitungan. Sehingga dapat Niaga Besar 59.484.600.000 44.613.450.000 29.742.300.000 17.845.380.000

teridentifikasi jumlah potensi wajib retribusi TOTAL 92.976.456.000 69.732.342.000 46.488.228.000 27.892.936.800

berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan


Sumber: Penyusun, 2021
sebelumnya, yaitu Domestik, Niaga Kecil, Niaga
Besar, Industri, Pasar, PKL, dan Rumah Sakit

R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33) 25


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Asumsi yang dibangun pada perhitungan tersebut


adalah asumsi apabila jumlah wajib retribusi yang aktif
membayar retribusi adalah senilai n%. Sehingga dapat
dibangun bentuk evaluasi serapan pendapatan dari
pengolahan sampah dan dibangun strategi untuk
optimalisasi penyerapannya.
2. Potensi Pendapatan Berdasarkan Kajian Retribusi
DLH
Dengan menggunakan daftar tarif retribusi sesuai
hasil kajian retribusi yang telah disusun sebelumnya
oleh DLH dan direncanakan untuk digunakan sebagai
(Sumber: Penyusun, 2021)
acuan penambahan tarif dasar retribusi persampahan
Tahun 2022 juga mempergunakan hasil identifikasi Gambar 4. Nilai Iuran Warga Untuk Pemungutan
potensi wajib retribusi di Kota Semarang, maka Sampah dari Rumah Tangga Ke TPS
diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut
Dengan menggunakan data dasar berupa daftar
Tabel 3. Perhitungan Potensi Pendapatan Daerah iuran warga sesuai hasil inventarisasi yang telah
Berdasarkan Kajian Retribusi DLH disusun sebelumnya oleh Bintari juga
Kategori ASUMSI 100 % ASUMSI 75 % ASUMSI 50 % mempergunakan hasil identifikasi potensi wajib
Rumah tangga 23.470.752.984 17.603.064.738 11.735.376.492
Niaga Kecil 10.990.862.784 8.243.147.088 5.495.431.392 retribusi di Kota Semarang, maka diperoleh hasil
Rumah Sakit 121.800.000 91.350.000 60.900.000
Kios 1.846.066.500 1.384.549.875 923.033.250 perhitungan potensi pendapatan daerah yang belum
Los 4.121.430.300 3.091.072.725 2.060.715.150
PKL 584.608.500 438.456.375 292.304.250 terserap sama sekali yaitu sebesar Rp
Industri 806.601.996 604.951.497 403.300.998
Niaga Besar 55.187.942.364 41.390.956.773 27.593.971.182 100.157.796.000,- setahun dengan asumsi 100
TOTAL 97.130.065.428 72.847.549.071 48.565.032.714 persen warga membayar iuran. Sementara itu, jika
Sumber: Penyusun, 2021 sumsinya 75 % warga membayar iuran sampah, maka
potensi penerimaaan retribuai dari sampah domestic
Asumsi yang dibangun pada perhitungan tersebut sebesar Rp 75.118.347.000,-.
adalah asumsi apabila jumlah wajib retribusi yang aktif
membayar retribusi adalah senilai n%. Sehingga dapat Tinjauan Kesediaan dan Kesanggupan Warga
dibangun bentuk evaluasi serapan pendapatan dari Membayar Retribusi Sampah
pengolahan sampah dan dibangun strategi untuk Dalam penentuan tarif retribusi sampah sering
optimalisasi penyerapannya. dijumpai ketidaksesuaian antara AtP dan WtP.
3. Potensi Pendapatan dengan menyertakan warga Terdapat beberapa kondisi yang mungkin terjadi
yang belum termasuk pendapatan daerah dalam dalam penentuan tarif tersebut, yaitu sebagai berikut
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 (Tamin, Rahman, Kusumawati, Munandar dan
Tahun 2012. Setiadji, 1999: 133):
Merujuk pada hasil survei yang telah 1. ATP > WTP Kondisi ini menunjukkan
diselenggarakan oleh Bintari dalam kegiatan kemampuan membayar lebih besar dari
terdahulu berkaitan dengan Iuran Warga yang ditarik keinginan membayar jasa transportasi. Hal ini
sebagai biaya untuk pengangkutan sampah dari rumah terjadi bila pengguna mempunyai penghasilan
tangga menuju TPS, besarnya iuran warga yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut
dipungut adalah berkisar antara Rp 5.000,- sampai relatif rendah, pengguna pada kondisi ini disebut
dengan Rp 60.000,- per bulan. Dengan menggunakan pengguna yang bebas memilih (choice riders).
ilustrasi berupa grafik, dapat dilihat bahwa iuran 2. ATP = WTP Menunjukkan kemampuan dan
dengan kisaran Rp 7.500 sampai dengan Rp 15.000,- keinginan untuk membayar jasa yang dikonsumsi
adalah rentang nilai iuran yang terpopuler yaitu pengguna tersebut sama. Pada kondisi ini telah
mencapai 80 RT di Kota Semarang, sementara itu terjadi keseimbangan antara utilitas pengguna
iuran dengan nilai tertinggi adalah sebesar Rp 75.000,- dengan biaya yang dikeluarkan oleh pengguna
dan hanya terdapat pada 1 (satu) lokasi saja, yaitu jasa tersebut.
pada Tempat Pembuangan Sampah di daerah 3. ATP < WTP Kondisi ini menggambarkan
Manyaran. keinginan pengguna untuk membayar jasa lebih
besar dari kemampuan yang dimiliki. Sangatlah

26 R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

wajar bagi seseorang yang memiliki nilai ATP Dengan hasil kajian berupa situasional
rendah memiliki nilai WTP yang tinggi karena preferensi retribusi sampah tersebut, maka dapat
nilai WTP ditentukan oleh pertimbangan dijelaskan bahwa perlu pertimbangan dalam
psikologis pengguna (Ajzen, Rosenthal dan menentukan tarif pada rumah tangga kelas jalan III
Brown, 2000: 2448). Hal ini dapat terjadi karena dan kelas jalan IV. Sementara itu, pada rumah tangga
pengguna yang berpenghasilan rendah memiliki kelas jalan V, kelas jalan I, dan kelas jalan II dapat
utilitas yang tinggi terhadap jasa tersebut. segera ditentukan nilai ketetapan penambahan
Keinginan pengguna membayar jasa yang tarifnya.
tertahan oleh kemampuan membayar jasa Membandingkan hasil perhitungan tersebut
disebut pengguna tertahan (captive riders). dengan hasil kajian dari DLH untuk tarif retribusi
Bila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, persampahan di Tahun 2022, dapat dijelaskan bahwa
maka aspek pengguna dalam hal ini dijadikan subyek nilai yang diperoleh tidak jauh berbeda. Hasil
yang menentukan nilai tarif yang diberlakukan dengan perhitungan dalam kajian dapat disebutkan memiliki
prinsip sebagai berikut (Permata, 2012: 36): representatif yang baik terhadap perkembangan
1. ATP merupakan fungsi dari kemampuan masyarakat di Tahun 2022. Di sisi lain, khusus rumah
membayar sehingga nilai tarif yang diberlakukan tangga kelas jalan V, Pemerintah dapat dengan leluasa
sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP dalam perhitungan/pengajuan nilai tarif baru karena
kelompok masyarakat sasaran. Campur tangan nilai yang diperoleh dalam hasil perhitungan AtP dan
pemerintah dalam bentuk subsidi langsung, WtP lebih besar dari hasil perhitungan dalam kajian
subsidi silang maupun dukungan pemerintah terdahulu.
lainnya dibutuhkan pada kondisi nilai tarif
berlaku lebih besar dari ATP. Hal ini diperlukan Isu dan Tantangan Optimalisasi Realisasi
agar nilai tarif sama dengan nilai ATP. Pendapatan Daerah dari Pengelolaan
2. WTP merupakan fungsi dari tingkat kepuasan Sampah
terhadap pelayanan angkutan umum, sehingga Berdasarkan data realisasi penerimaan retribusi
bila nilai WTP masih berada dibawah ATP maka sampah Kota Semarang Tahun 2018-2020,
masih dimungkinkan melakukan peningkatan Penerimaan retribusi sampah berada pada kisaran 18
nilai tarif dengan perbaikan kinerja pelayanan. hingga 23 Milyar per tahun. Penerimaan ini mencakup
3. Apabila perhitungan tarif berada jauh dibawah retribusi yang dipungut oleh PDAM, Kelurahan,
ATP dan WTP, maka terdapat keleluasaan dalam Dinas, dan UPTD TPA seperti yang telah diatur
perhitungan/pengajuan nilai tarif baru. dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6
Tahun 2012 dan Peraturan Walikota Semarang
Tabel 4. Kondisi Situasional Preferensi Retribusi Nomor 18 Tahun 2018 dan Peraturan Walikota
Sampah di Kota Semarang Semarang Nomor 52 Tahun 2018.
No Kelas Jalan Korelasi AtP dan WtP Keterangan
1 Jalan Kelas V dengan lebar kurang dari 4 AtP = WtP Kemampuan dan
meter keinginan wajib
retribusi untuk Tabel 5. Realisasi Penerimaan Retribusi Sampah
membayar retribusi
sampah adalah sama. Kota Semarang Tahun 2018-2020
2 Jalan Kelas IV dengan lebar 4 meter AtP < WtP Keinginan wajib
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Capaian (%)
sampai dengan kurang 6 meter retribusi untuk
2018 18.049.207.000,00 18.854.305.700,00 104,46
membayar retribusi
2019 19.975.000.000,00 23.655.169.700,00 118,42
sampah lebih besar
2020 21.400.000.000,00 22.471.335.400,00 105,01
dari kemampuan yang
dimiliki.
3 Jalan Kelas III dengan lebar 6 meter AtP < WtP Keinginan wajib
sampai dengan kurang 8 meter retribusi untuk
Sumber: Penyusun, 2021
membayar retribusi
sampah lebih besar
dari kemampuan yang
dimiliki.
Berdasarkan perbandingan data tersebut
4 Jalan Kelas II dengan lebar 8 meter
sampai dengan kurang 10 meter
AtP = WtP Kemampuan
keinginan
dan
wajib
dengan data potensi pendapatan daerah yang telah
retribusi untuk
membayar retribusi
berhasil disusun dalam analisis terdahulu, diperoleh
5 Jalan Kelas I dengan lebar 10 meter ke AtP = WtP
sampah adalah sama.
Kemampuan dan
informasi bahwa penerimaan retribusi sampah Kota
atas keinginan
retribusi
wajib
untuk
Semarang hingga Tahun 2021 masih berada pada
membayar retribusi posisi di bawah asumsi 30% dari potensi
sampah adalah sama.
penerimaannya. Akan tetapi, merujuk pada data
Sumber: Penyusun, 2021
pemungutan retribusi sampah yang telah
diselenggarakan oleh PDAM, penerimaan retribusi
Rumah Tangga telah bertumbuh hingga melebihi

R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33) 27


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

potensi asumsi 100% penerimaannya sejak Tahun sekitar kurang lebih Rp 22.899.913.200,00 yang
2019. Dengan kondisi jumlah pelanggan PDAM yang diterima oleh Pemerintah Kota Semarang dari
hanya sekitar 30% dari masyarakat Kota Semarang, variabel tersebut. Bahkan dengan asumsi penerimaan
pemungutan oleh PDAM ini cenderung optimal. Rumah Tangga PDAM, seharusnya Pemerintah Kota
Semarang masih mendapatkan penerimaan sebesar
Tabel 6. Realisasi Penerimaan Retribusi Sampah Rp 10.731.261.800,00 dari variable tersebut.
Oleh PDAM Tirta Moedal Tahun 2017-2020 Setidaknya dengan asumsi nilai terendah tersebut,
Tahun Jumlah Pelanggan (SR) Realisasi (Rp) penerimaan dari Rumah Tangga Non-PDAM serta
2017 167.612 11.980.217.000,00
2018 170.380 14.664.658.000,00 niaga kecil dan niaga besar adalah Rp
2019 173.211 17.317.842.500,00
2020 174.310 17.161.675.000,00 10.731.261.800,00 atau terdapat margin negatif
sebesar Rp 5.421.601.400,00 dari asumsi 30%
Sumber: PDAM Tirta Moedal Kota Semarang, 2021 potensinya. Sehingga dapat diidentifikasi bahwa
pemungutan retribusi dari sektor Rumah Tangga
Sebagai bentuk pembanding, menurut hasil Non-PDAM, Niaga kecil, dan Niaga Besar masih
perhitungan penyusun yang menggunakan belum optimal.
pendekatan keruangan berupa data bangunan dari Dengan menggunakan data dasar berupa daftar
Open Street Map (Basis Data Tahun 2020) dan Data iuran warga sesuai hasil inventarisasi yang telah
Jalan Kota Semarang (Basis Data Tahun 2015) disusun sebelumnya oleh Bintari juga
potensi pendapatan Rumah Tangga adalah sebesar mempergunakan hasil identifikasi potensi wajib
Rp. 16.643.412.000,00. Secara teknis, nilai potensi retribusi di Kota Semarang, maka diperoleh hasil
penerimaan restribusi diperkirakan lebih tinggi dari perhitungan potensi pendapatan daerah yang belum
nilai tersebut sebagai akibat adanya aspek yang terserap sama sekali yaitu sebesar Rp
dianggap bias dalam pendekatannya. Bias yang 100.157.796.000,- setahun dengan asumsi 100
dimaksud adalah kondisi lebar jalan yang tidak sesuai persen warga membayar iuran. Sementara itu, jika
dengan ketentuan dan peruntukkannya (misal jalan asumsinya 75 % warga membayar iuran sampah,
lingkungan perumahan yang beberapa ada di atas 8- maka potensi penerimaaan retribusi dari sampah
meter atau 10-meter). domestic sebesar Rp 75.118.347.000,-. Akan tetapi
Pemungutan yang kurang optimal cenderung terdapat kendala besar dalam upaya perwujudannya,
terdapat pada masyarakat yang bukan pelanggan karena untuk mengelola penyerapan dana iuran
PDAM. Pemungutan pada masyarakat yang bukan warga yang memiliki potensi sangat besar ini,
pelanggan PDAM diselenggarakan oleh Kelurahan, Pemerintah Kota Semarang perlu
namun pemungutannya cenderung tumpang-tindih mempertimbangkan untuk merubah substansi
dengan iuran retribusi warga. Masyarakat merasa pengenaan retribusi dan mekanisme pengelolaan
telah membayar retribusi sampah dari pelayanan sampah dalam Peraturan Daerah Kota Semarang
RT/RW/Komunitas/Swasta sebagai biaya Nomor 2 Tahun 2012.
pengangkutan sampah dari Rumah Tangga menuju
TPS. Sementara sesuai dengan substansi yang diatur
Isu Strategis Menurut Dokumen Perencanaan
oleh Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6
Penelitian ini turut memetakan isu strategis
Tahun 2020, retribusi adalah biaya pengangkutan
pengolahan sampah yang telah berhasil diidentifikasi
sampah dari TPS menuju TPA. Pemahaman yang
pada dokumen-dokumen perencanaan terdahulu.
tidak utuh inilah yang kemudian menjadi isu dalam
Informasi mengenai isu strategis dipetakan dari data-
optimalisasi penerimaan retribusi sampah domestik.
data yang telah dipublikasikan melalui dokumen-
Sementara itu, dengan nilai realisasi penerimaan
dokumen berikut:
retribusi sampah Tahun 2020 sebesar Rp
1. Master Plan Persampahan Kota Semarang, 2012
22.471.335.400,00 dan realisasi penerimaan retribusi
2. Revisi Rencana Induk Pengelolaan Sampah Kota
sampah domestik dari PDAM sebesar Rp
Semarang, Laporan Akhir Januari 2018
17.161.675.000,00 maka dapat disebutkan bahwa
3. Laporan Akhir Kajian Model Pengelolaan
penerimaan retribusi dari Rumah Tangga Non-
Persampahan di Kota Semarang, 2018
PDAM serta Niaga Kecil dan Niaga Besar adalah
4. Buku Putih Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kota
sebesar Rp 5.309.660.400,00. Mempertimbangkan
Semarang, 2020
asumsi penerimaan sebesar 30% yang telah
5. Laporan Akhir Kajian Pengelolaan Sampah di
diperhitungkan oleh Konsultan, maka seharusnya ada
Tingkat Hulu di Kota Semarang, 2021

28 R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Isu-isu strategis yang teridentifikasi dalam ➢ Ketidaksesuaian antara target/data dan


Dokumen Perencanaan, kemudian disempurnakan realisasi pengangkutan sampah
oleh tim teknis melalui proses diskusi yang ➢ Tingkat pelayanan yang belum mencakup
diselenggarakan pada tanggal 5 Oktober 2021. Dari seluruh wilayah administratif Kota Semarang
proses diskusi tersebut, diperoleh 2 tambahan isu ➢ Keterbatasan SDM dalam mendukung
yang merujuk pada aspek hukum yaitu (1) Belum ketepatan pengangkutan dan frekuensi
adanya aspek legal yang bersifat memaksa bagi pengangkutan
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
➢ Struktur organisasi yang tersedia belum
membayar retribusi sampah dan (2) Belum adanya
ditunjang dengan kapasitas yang memadai
aspek legal yang mengatur sanksi atas pelanggaran
sesuai dengan kewenangannya
terhadap substansi yang mengatur persampahan.
➢ Kurangnya koordinasi dan Kerjasama antara
Berdasarkan keterkaitan antara permasalahan/isu-isu
strategis yang diidentifikasi tersebut, maka disusunlah instansi terkait yang ada di lapangan
pokok permasalahan yang disusun hingga diperoleh ➢ Pelimpahan kewenangan pada perangkat

isu-isu strategis dengan mengacu pada Peraturan daerah (Kecamatan) dalam pemungutan
Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang retribusi belum tepat sasaran
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah 5. Kepastian hukum dalam pengelolaan
Sejenis Sampah Rumah Tangga, Pengelolaan sampah, persampahan (Hukum)
yaitu: ➢ Belum adanya aspek legal yang bersifat
1. Pembiayaan Pengelolaan Sampah (Ekonomi) memaksa bagi masyarakat untuk
➢ Tingginya biaya operasional berpartisipasi aktif dalam membayar
➢ Belum sesuainya kemampuan indikatif retribusi sampah
Pemerintah untuk pengelolaan sampah ➢ Belum adanya aspek legal yang mengatur
➢ Tingkat kepentingan pelaku niaga dalam sanksi atas pelanggaran terhadap substansi
mengikuti aturan penyelenggaraan yang mengatur persampahan
pengelolaan sampah
2. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Dengan menggunakan pendekatan expert
Sampah (Sosial Budaya) choice, tim ahli yang terdiri atas OPD Teknis, Bagian
➢ Belum sesuainya pemahaman antar Hukum, NGO, dan Akademisi berhasil menyepakati
stakeholder untuk pengaturan pembiayaan isu utama pengelolaan sampah di Kota Semarang
sektor persampahan yang berupa isu sosial budaya yaitu berkaitan dengan
➢ Belum optimalnya peran serta masyarakat belum optimalnya peran serta masyarakat dalam
dalam menangani sampah di sektor hulu menangani sampah di sektor hulu (16%); isu hukum
3. Teknik Operasional Pengelolaan Sampah yaitu berkaitan dengan belum adanya aspek legal yang
(Teknis) bersifat memaksa bagi masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam membayar retribusi
➢ Kapasitas sarana dan prasarana
sampah (8,1%); dan isu tata kelola yaitu berkaitan
pengangkutan yang belum mendukung
dengan belum optimalnya pemungutan retribusi pada
kebutuhan/volume pengangkutan
sektor domestik yang tidak dipungut oleh PDAM dan
➢ Belum optimalnya penggunaan teknologi
sektor niaga (8%).
pemusnahan sampah di sektor hilir
➢ Belum sesuainya upaya integrasi sektor
Skenario Model Optimalisasi Pendapatan
informal dalam sistem pengelolaan sampah Daerah dari Pengelolaan Sampah
kota Sehubungan dengan penentuan isu strategis
4. Tata kelola yang mampu menjaga peningkatan yang telah dihasilkan melalui pandangan tenaga ahli,
kualitas kehidupan dari satu generasi ke untuk mendapatkan gambaran kondisi pemungutan
generasi berikutnya (Tata Kelola dan retribusi sampah untuk mendukung optimalisasi
Kelembagaan) pendapatan daerah, maka perlu dilakukan
➢ Belum optimalnya pemungutan retribusi penyusunan pemodelan dengan skenario optimalisasi
pada sektor domestik yang tidak dipungut pengolahan sampah. Kajian Optimalisasi Pendapatan
oleh PDAM dan sektor niaga dari Pengolahan Sampah disusun dengan 3

R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33) 29


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

permodelan skenario yang nantinya dapat terpilih retribusi di Kota Semarang untuk memastikan
satu scenario yang dapat digunakan sebagai acuan kebenaran data tunggakan yang dapat ditagih. Oleh
optimalisasi pendapatan. Pilihan skenario yang dapat karena itu, untuk ketetapan pengaturan retribusi
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah adalah sebagai tertunggak perlu diatur lebih lanjut
berikut, penyelenggaraannya dalam peraturan perundang-
1. Skenario-1. Ekstensifikasi Pendapatan undangan melalui peraturan kepala daerah atau
---Perubahan mekanisme pemungutan retribusi ketetapan kepala daerah.
untuk meningkatkan jumlah Wajib Retribusi--- 3. Skenario-3. Penguatan Kelembagaan
Ekstensifikasi pendapatan dapat diselenggarakan ---Optimalisasi mekanisme eksisting dalam
dengan pengelolaan sumber penerimaan baru serta mencapai potensi pendapatan dari retribusi
penjaringan Wajib Retribusi baru. Pengelolaan sampah---
sumber penerimaan baru terutama untuk masyarakat Penguatan kelembagaan merupakan salah satu
yang pemungutan retribusinya belum terlayani oleh kunci keberhasilan dalam optimalisasi penerimaan
PDAM. Penjaringan skema kemitraan baru dapat daerah. Pengutan kelembagaan dapat dilakukan
dilakukan melalui Kerjasama dengan institusi yang melalui restrukturisasi organisasi sesuai kebutuhan
memiliki relasi yang melekat dengan masyarakat daerah, peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia
seperti PLN maupun Bapenda dengan pengelolaan (SDM), modernisasi administrasi retribusi daerah
Pajak PBB. Penjaringan skema kemitraan perlu serta penyederhanaan proses bisnis.
mempertimbangkan situasi dan kondisi kebijakan dari Melalui kajian terhadap skenario optimalisasi
masing-masing institusi berkaitan dengan rewards and pendapatan daerah, para ahli yang terdiri dari
punishment dalam kepatuhan konsumen dalam Bappeda Kota Semarang, Dinas Lingkungan Hidup
melakukan pembayaran. Kota Semarang, Perusahaan Daerah Air Minum Kota
2. Skenario-2. Intensifikasi Pendapatan Semarang, BINTARI, Bagian Hukum Sekretariat
---Penghitungan ulang nilai retribusi sebagai Daerah Kota Semarang, Pemerintah Kecamatan
acuan peningkatan tarif retribusi sampah---- Ngaliyan, dan Pemerintah Kelurahan Ngaliyan telah
Intensifikasi pendapatan dapat dilakukan dengan bersepakat untuk menetapkan skenario-3 berupa
optimalisasi penerimaan sesuai potensi daerah serta penguatan kelembagaan (optimalisasi mekanisme
optimalisasi penerimaan. Salah satu kunci untuk eksisting dalam mencapai potensi pendapatan dari
mencapai potensi retribusi daerah yaitu melalui retribusi sampah) sebagai model optimalisasi
pemutakhiran atau validasi data retribusi daerah. pendapatan daerah dari pengelolaan sampah.
Validasi data retribusi daerah dapat dilakukan dengan
pengecekan di lapangan secara bertahap apakah data Tabel 7. Output Analisis Prioritas Permasalahan
wajib retribusi masih sama atau sudah berubah. Jika Optimalisasi Sampah
terdapat perubahan perlu penyesuaian pada basis Penyelenggaran
Terselenggaranya
Tercapainya Optimalnya Tata Kelola
data. Untuk nilai retribusi perlu dilakukan Alternativ
Kebutuhan
Pembiayaa
Peran
Masyarakat
Teknis
Operasiona
Sampah yang
Telah Mampu
Kepastian Hukum yang
Bersifat Memaksa Sektor

penyesuaian nilai tarif agar tidak terlalu jauh dari biaya e n


Pengelolaa
dalam
Pengelolaan
l Sampah
yang Telah
Menunjang
Kebutuhan
Domestik dan Non-
Domestik Agar Berperan
Sesuai Aktif dalam Pembayaran
operasional yang dibutuhkan. n Sampah Sampah Pengelolaan
Sampah
Retribusi Sampah

Penyesuaian nilai tarif ini perlu Skenario 1


Skenario 2
0,058
0,028
0,177
0,064
0,062
0,034
0,042
0,019
0,302
0,066
mempertimbangkan beberapa aspek yang dapat Skenario 3 0,120 0,369 0,113 0,097 0,173

diperbaiki sehingga meningkatkan penerimaan Sumber: Penyusun, 2021


masyarakat dan niaga dalam upaya penyesuaian tarif
retribusi. Berdasarkan hasil analisa terdapat 3 hal Berdasarkan penjabaran pada hasil analisis
utama yang perlu dipertimbangkan dalam tersebut, dapat disimpulkan bahwa alternatif
menetapkan penyesuaian tarif retribusi, yaitu skenario yang diprioritaskan adalah Skenario 3
pendapatan masyarakat/niaga per bulan, pengelolaan dengan jumlah bobot 0,87, kemudian Skenario 1
sampah yang diinginkan, dan pemilahan sampah. dengan jumlah bobot 0,64, serta Skenario 2 dengan
Selain penyesuaian nilai tarif retribusi, biaya jumlah bobot 0,21. Berikut adalah tabel kesimpulan
retribusi tertunggak oleh wajib retribusi merupakan alternatif kebijakan optimalisasi pengelolaan sampah
salah satu permasalahan yang harus dapat yang dapat menghasilkan income-generate secara
diselesaikan dan akan menjadi salah satu sumber mandiri.
penerimaan daerah. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
verifikasi retribusi tertunggak kepada seluruh wajib

30 R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

2. Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi


Tabel 8. Penilaian Bobot Alternatif Model Arus Informasi yang cepat didukung dengan
Optimalisasi Pendapatan Daerah dari Pengelolaan teknologi yang baik dapat memudahkan Pemerintah
Sampah Kota Semarang dalam optimalisasi penyerapan
Skenario 1
Alternatif Kebijakan Jumlah
0,64
pendapatan daerah dari retribusi sampah (Misalnya
Skenario 2
Skenario 3
0,21
0,87
e-retribusi yang terintegrasi dengan berbagai jaringan
terkait) sehingga OPD teknis terkait mendapatkan
Sumber: Penyusun, 2021
kiriman data secara langsung Ketika terjadi transaksi
pembayaran untuk selanjutnya dilakukan monitoring
Strategi optimalisasi pendapatan dari
pengolahan sampah dengan pendekatan skenario-3 oleh BAPENDA Kota Semarang. BAPENDA perlu
yang dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Kota dipertimbangkan untuk mengambil peran dalam
Semarang dapat dijelaskan sebagai berikut: menyambut era teknologi dimana semua dapat di
1. Optimalisasi Pelayanan Pembayaran Retribusi akses lewat komputerisasi tanpa harus bertemu
Daerah petugas. Upaya yang dapat dilakukan dalam
Strategi Pemerintah Kota Semarang dalam mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi
meningkatkan PAD dari pengolahan sampah dapat antara lain,
diwujudkan dengan mengedepankan pelayanan prima ➢ Pemanfaatan teknologi informasi berbasis online

dan juga mengharapkan agar masyarakat dapat lebih dimana masyarakat dapat mengakses informasi
mudah untuk mengurus pembayaran retribusi. apapun terkait retribusi sampah dimana pun dan
Seperti yang telah disimpulkan dalam kajian terhadap kapanpun karena semua informasi dapat diakses
survei kebutuhan nyata, bahwa kualitas pelayanan lewat komputer ataupun handphone.
menjadi salah satu faktor kunci dan memiliki kaitan ➢ Penggunaan Program e-retribusi perlu
dengan kepuasan wajib retribusi. Layanan kepada disederhanakan agar mempermudah percepatan
wajib retribusi akan memacu puas tidaknya mereka aliran transaksi tanpa adanya kecurigaan atas
terhadap pelayanan yang telah diselenggarakan. penerimaannya.
Pengembangan strategi yang tepat diharapkan dapat ➢ Bekerjasama dengan beberapa merchant dalam
memacu kepuasan pada wajib retribusi yang secara pengadaan perangkat elektronik pendukung di
langsung akan berimbas pada peningkatan kantor pemerintahan (Kecamatan maupun Kota)
pendapatan asli daerah. Pemanfaatan peran PDAM untuk mempermudah masyarakat yang ingin
sebagai salah satu institusi pelayanan pemungutan mengurus retribusi sampah sendiri tanpa harus
retribusi sampah di Kota Semarang ditengarai cukup mendatangi petugas.
untuk membantu mempermudah masyarakat dalam 3. Peningkatan Kesadaran Masyarakat Sebagai Wajib
mengurus pembayaran retribusi sampah, namun Retribusi
masih terdapat beberapa kendala yang perlu Berdasarkan data penerimaan yang dihimpun
dipertimbangkan perbaikannya guna mencapai dari DLH dan PDAM, maka dapat disimpulkan bahwa
optimalisasi pendapatan. Selain itu Pemerintah Kota banyak wajib retribusi yang terdaftar tapi masih
juga perlu mengoptimalkan SDM Perangkat Wilayah belum taat untuk membayarkan kewajiban
guna mengoptimalkan penerimaan retribusi sampah retribusinya. Berdasarkan hasil kajian, terdapat
dari masyarakat bukan pelanggan PDAM, karena beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah wajib
potensi penerimaannya masih jauh lebih besar dari retribusi yang belum taat dalam pembayaran, yaitu:
yang saat ini dikelola oleh PDAM. Untuk upaya ➢ Belum tercapainya integrasi kerjasama dengan
pengembangan SDM dapat dilakukan melalui Instansi lain (pihak ketiga) guna mendapatkan data
beberapa kegiatan: mengenai potensi Wajib Retribusi yang valid.
➢ Menyelenggarakan kegiatan Pengembangan ➢ Masih belum tersampaikan secara utuh untuk
Kapasitas. informasi yang semestinya disebarkan dan dapat
➢ Memberikan insentif/reward atas capaian potensi diterima masyarakat mengenai peranan retribusi
yang telah dicapai. sampah sebagai sumber penerimaan daerah dan
segi-segi positif lainnya.

R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33) 31


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

➢ Adanya anggapan masyarakat bahwa timbal balik berkaitan dengan belum optimalnya peran serta
(kontra prestasi) retribusi sampah belum bisa masyarakat dalam menangani sampah di sektor hulu
dinikmati secara langsung, bahkan wujud (16%); isu hukum yaitu berkaitan dengan belum
pembangunan sarana prasana belum merata, adanya aspek legal yang bersifat memaksa bagi
meluas, apalagi menyentuh beberapa wilayah masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
administrasi. membayar retribusi sampah (8,1%); dan isu tata
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Pemerintah kelola yaitu berkaitan dengan belum optimalnya
Kota Semarang perlu menyusun strategi untuk pemungutan retribusi pada sektor domestik yang
mengajak kembali para wajib retribusi bersama-sama tidak dipungut oleh PDAM dan sektor niaga (8%).
membayar kewajiban retribusinya untuk Melalui kajian terhadap skenario optimalisasi
pembangunan daerah. Wajib retribusi perlu pendapatan daerah, para ahli yang terdiri dari
memahami manfaat dari membayar retribusi. Wajib Bappeda Kota Semarang, Dinas Lingkungan Hidup
retribusi perlu mengetahui bahwa pajak yang mereka Kota Semarang, Perusahaan Daerah Air Minum Kota
bayarkan sangat membantu dalam mendukung upaya Semarang, BINTARI, Bagian Hukum Sekretariat
Pemerintah Kota Semarang dalam menghimpun Daerah Kota Semarang, Pemerintah Kecamatan
kebutuhan dana untuk pembangunan daerah. Selain Ngaliyan, dan Pemerintah Kelurahan Ngaliyan telah
itu Pemerintah Kota Semarang juga perlu bersepakat untuk menetapkan skenario-3 berupa
mempertimbangkan pengenaan punishment yang penguatan kelembagaan (optimalisasi mekanisme
tepat bagi Wajib Retribusi yang tidak taat dalam eksisting dalam mencapai potensi pendapatan dari
pembayaran sebagai kewajibannya. retribusi sampah) sebagai model optimalisasi
pendapatan daerah dari pengelolaan sampah melalui
Kesimpulan restrukturisasi organisasi sesuai kebutuhan daerah,
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia,
dapat disimpulkan bahwa penerimaan retribusi Modernisasi administrasi retribusi daerah serta
sampah Kota Semarang hingga Tahun 2021 masih Penyederhanaan proses bisnis.
berada pada posisi di bawah asumsi 30% dari potensi
penerimaannya. Akan tetapi, merujuk pada data Ucapan Terima Kasih
pemungutan retribusi sampah yang telah Penelitian ini merupakan penelitian kerjasama
diselenggarakan oleh PDAM, penerimaan retribusi antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Rumah Tangga telah bertumbuh hingga melebihi (Bappeda) Kota Semarang dengan CV Reswara
potensi asumsi 100% penerimaannya sejak Tahun Praptama. Oleh karena itu, pertama-tama peneliti
2019. Dengan kondisi jumlah pelanggan PDAM yang mengucapkan terimakasih kepada Bappeda Kota
hanya sekitar 30% dari masyarakat Kota Semarang, Semarang yang telah memberikan support dan arahan
pemungutan oleh PDAM ini cenderung dinilai sehingga penelitian ini dapat terlaksana dan
optimal. terselesaikan dengan baik. Kedua, peneliti
Pemungutan yang kurang optimal cenderung menyampaikan terima kasih banyak kepada CV
terdapat pada masyarakat yang bukan pelanggan Reswara Praptama yang telah memberikan
PDAM. Pemungutan pada masyarakat yang bukan kesempatan dan fasilitas dalam pelaksanaan
pelanggan PDAM diselenggarakan oleh Kelurahan, penelitian. Tidak lupa ucapan terima kasih juga
namun pemungutannya cenderung tumpang-tindih peneliti sampaikan kepada para stakeholder lainnya
dengan iuran retribusi warga. Masyarakat merasa yang telah berkontribusi dalam penelitian ini.
telah membayar retribusi sampah dari pelayanan
RT/RW/Komunitas/Swasta sebagai biaya Daftar Pustaka
Ajzen, I., Rosenthal, L. H., & Brown, T. C. (2000).
pengangkutan sampah dari Rumah Tangga menuju
Effects of perceived fairness on willingness to
TPS. Sementara sesuai dengan substansi yang diatur pay. Journal of Applied Social Psychology, 30(12),
oleh Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 2439-2450.
Tahun 2020, retribusi adalah biaya pengangkutan Bappeda Kota Semarang. (2012). Master Plan
sampah dari TPS menuju TPA. Pemahaman yang Persampahan Kota Semarang. Semarang:
tidak utuh inilah yang kemudian menjadi isu dalam Bappeda Kota Semarang.
optimalisasi penerimaan retribusi sampah domestik. Bappeda Kota Semarang. (2018). Laporan Akhir
Isu utama pengelolaan sampah di Kota Kajian Model Pengelolaan Persampahan di Kota
Semarang. Semarang: Bappeda Kota Semarang.
Semarang yang berupa isu sosial budaya yaitu

32 R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33)


OPEN ACCESS JURNAL RIPTEK

Bappeda Kota Semarang. (2020). Buku Putih Strategi 2021 Tentang Tata Cara Perhitungan
Sanitasi Kota (SSK) Kota Semarang. Semarang: Tarif Retribusi dalam Penyelenggaraan
Bappeda Kota Semarang. Penanganan Sampah.
Bappeda Kota Semarang. (2021). Laporan Akhir Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
Kajian Pengelolaan Sampah di Tingkat Hulu di Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Kota Semarang, Semarang: Bappeda Kota dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga,
Semarang. Pengelolaan sampah,
Cecep, D. S. (2012). Teknologi Pengolahan Daur Ulang Peraturan Walikota Semarang Nomor 18 tahun
Sampah. Semarang: Gosyen Publishing. 2018 tentang Perubahan Tarif Retribusi
Cowi, (2018). Revisi Rencana Induk Pengelolaan Pelayanan Persampahan/ Kebersihan dan
Sampah Kota Semarang. Laporan I Proyek "Revisi Retribusi Penyediaan dan/ Atau Penyedotan
Rencana Induk Pengelolaan Sampah Kota Kakus.
Semarang Dan Kajian Kelayakan Strategi Peraturan Walikota Semarang Nomor 52 Tahun
Pembuangan Sampah Termasuk Pengolahan 2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi
Sampah Menjadi Energi". Jakarta: Kementerian Pelayanan Persampahan/Kebersihan Dan
PPN/Bappenas. Retribusi Penyediaan Dan/Atau Penyedotan
Falatehan, A.F. (2016). Analytical Hierarchy Process Kakus Di Kota Semarang.
(AHP) Teknik Pengambilan Keputusan untuk Permata, M. R. (2012). Analisa Ability To Pay dan
Pembangunan Daerah. Yogyakarta (ID): Willingness To Pay Pengguna Jasa Kereta Api
Indomedia Pustaka. Bandara Soekarno Hatta-Manggarai. Jakarta:
Harmolie, H. (2003). Menghitung Pajak dan Retribusi Universitas Indonesia.
Daerah. Yogyakarta: BPFE UGM. Sizya, R. R. (2015). Analysis of Inter-Household
Leavitt, H. J. (1965). Applied organisational change in Willingness to Pay for Solid Waste Management
industry: Structural, technological and humanistic in Mwanza City, Tanzania. Journal of Resources
approaches. In J. G. March (Ed.), Handbook of Development and Management, 4.
organisation. Rand McNally and Company. Tamin, O. Z., Rahman, H., Kusumawati, A.,
Chicago, Illinois. Munandar, A. S., & Setiadji, B. H. (1999).
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 2 Tahun Evaluasi tarif angkutan umum dan analisis ability
2012 Tentang Retribusi Jasa Umum Di Kota To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) di
Semarang. DKI Jakarta. Jurnal Transportasi, 1(2), 121-135.
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
2012 Tentang Pengelolaan Sampah. Pemerintahan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun

R Clarrio Dimassetya Jaya dkk. / Jurnal Riptek Vol 6 No 1 (21-33) 33

Anda mungkin juga menyukai