Anda di halaman 1dari 2

Hai (?) bingung mau ngawalinnya gimana.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan


syukur atas kehadirat Allah SWT.

Aku minta maaf kalau ada salah kata disini, yang bikin lukamu terbuka lagi. Tapi anggep aja
ini tuh betadine, jadi pas lukamu kebuka, betadinenya masuk buat nyembuhin. Oke? Kita
mulai sekarang.

Aku tadi sore, baca semua pesan shitpostmu, yang dari atas sekali. Jujur, nggak tau mau bilang
apa. Sekali lagi, aku ngerasa bersalah. Aku emang jahat banget gituin kamu, padahal aku tau
yang aku perbuat itu juga bakal nyakitin kamu. Kamu anggep aku sebagai kakak, kamu
percaya sama aku. Tapi nyatanya aku yang ngehancurin harapanmu sendiri. Aku ngga mau
bilang maaf lagi, dan aku yakin kamu juga udah muak sama kata maaf.

Komunikasi kita putus habis itu, sementara. Jujur aku kangen Sekala, kangen Rajendra. Aku
kangen Bubbie. Aku kangen dimasa kamu ngadu ke aku waktu Jungwon update. Dimasa aku
ngga aktif seharian, ada Jungwon update buat ngobatin rindumu. Dulu kita ketemu pertama
di Enhtayo, berawal dari aku yang iseng pc kamu, eh dibalesnya gemes banget.

“Bam. Surprised?”

“No! :p.”

Terus untuk pertama kalinya kita resmiin panggilan Bubbie. Aku kaget, kamu udah seberani
itu ternyata ya, hmmm.

“Thanks, Bub.”

“Bub???”

“Bubbie.”

Cara kita berinteraksi dan berbicara, layaknya pasangan. Aku nyaman dan kangen sama masa-
masa itu. Tau gak? Aku padahal ada nyiapin satu gif lucu lho. Aku mau kasih kamu, tapi ngga
kesampean karena udah keburu kejadian kemarin. Nanti aku kirim via tele kok. Maaf ya aku
ga jelas banget selama jadi Jendra? Tapi beneran, tiap waktu, aku selalu mikirin sesuatu untuk
bikin kamu seneng dibalik kehilangan diriku seharian.

“I’m not Jake whose good at physics, but lemme tell you that Iodine Lutetium Vanadium Yttrium
Oxygen Uranium.”

Tapi sekarang Bubbie-ku udah gapapa kan? Dia sekarang belajarnya rajin banget, apalagi kalo
diajarin kak Nono ini ya? Nanti kita sering-sering belajar bareng. Doain urusanku cepet kelar
semua dan lancar kegiatannya. Aku pasti istirahat cukup kok nanti, jangan khawatir.

Lirik yang terlarik, sepatah dua kata, tergores dalam tinta usang yang mungkin tertunda.
Barangkali penempatan titik koma yang dirasa tak mempan dalam akhir suatu frasa. Dimana
tergores sebelum titik dengan akhiran rumit, tak sadar menepi garis limit hingga tercipta
opini sengit.
Barangkali lupa, perjalanan mencinta tak hanya nafsu belaka. Lika-liku lara, turut
membungkam asa, berputar ria seolah semesta merestuinya. Bahkan, adigdaya amarah sebagai
puncak ego keduanya, pertanda jangka waktu lama.

Ini bukan salam hari jadi, ditulis atas nama takut ia pergi, lalu kehilangan jati diri, dan akhir
dari kisah yang terbilang dini. Semangat bubbie!

Anda mungkin juga menyukai