Anda di halaman 1dari 2

Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Abu al-Ali Husein ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn

Ali Ibnu Sina atau di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna. Ia dilahirkan pada bulan Safar
di desa Afsana, pada tahun (370-428 H/980-1037 M) sebuah desa dekat dengan Bukhara (kini
termasuk wilayah Uzbekkistan) pada masa sebuah dinasti Persia di Asia Tengah. Ibunya yang
bernama Setarah yang berasal dari Bukhara. Ayahnya bernama Abbdullah ia adalah seorang
sarjana yang dihormati berasal dari Balkh (kini menjadi wilayah Afganistan), yaitu sebuah kota
penting di masa pemerintahan Dinasti Samaniyah. Abdullah sangat berhati-hati dalam mendidik
anaknya Ibnu Sina di (Bukhara). Ia memiliki seorang saudara yang bernama Mahmud (kemudian
dikenal sebagai Abul Harits) yang berusia lima tahun lebih muda darinya.

Sejak kecil, Ibnu Sina sudah menunjukkan tingkat intelektual yang luar biasa. Pada usia 5
tahun, ia mulai belajar menghafal Al-Quran dan ilmu-ilmu agama. Dan pada masa itulah
saudaranya lahir. Setelah saudaranya lahir, keluarga mereka pindah dari desa ke Kota Bukhara.
Disana Ibnu Sina diajari oleh seorang yang ia anggap guru dan mengajarkannya Al-Quran dan
ilmu sastra. Ia menguasai kedua hal tersebut pada saat menginjak usia 10 tahun. Setelah itu, ia
mempelajari logika dan matematika yang dibimbing oleh Abdillah An-Natili. Setelah menguasai
ilmu tersebut, ia kemudian mempelajari fisika, metafisika, dan kedokteran bersama Abu Sahl Al-
Masihi, dan menguasai semua bidang ilmu pada masa itu terkecuali metafisika pada usia 16
tahun. Pada usia tersebut, ia tidak hanya mempelajari teori kedokteran, namun juga menemukan
metode perawatan baru melalui pelayanan yang ia lakukan dan perhitungannya sendiri. Setelah
gurunya berpindah ke Karkanj, Ibnu Sina menulis buku tauhid, fisika, dan ilmu kedokteran.
Setelah itu ia mendalami dan hanya berfokus mempelajari ilmu mantik dan filsafat.

Kepopuleran Ibnu Sina semakin meningkat setelah ia berhasil menyembuhkan penyakit


Nuh Ibnu Manshur yang masih berusia 17 tahun, yang merupakan seorang Sultan di Bukhara
masa itu. Sebagai penghargaan atas jasa Ibnu Sina, ia diizinkan untuk menetap di istana selama
sang sultan dalam masa penyembuhan. Namun, Ibnu Sina menolak dengan halus dan meminta
izin untuk menggunakan perpustakaan kesultanan sebagai imbalannya untuk memperdalam
keilmuannya. Pada usia 21 tahun, Ibnu Sina menguasai berbagai macam keilmuan berkat
kemampuannya dalam menyerap ilmu pengetahuan. Setelah ayahnya wafat, Ibnu Sina
meninggalkan Bukhara dan pergi menuju kota Gurganj yang kala itu terkenal akan
kebudayaannya yang tinggi. Disana ia membuka praktik dokter, menulis buku dan bergerak di
bidang pendidikan. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan ke Kota Rayy dan Kota Hamadzan.

Ibnu Sina lahir di lingkungan dan kultur yang baik untuk masa pertumbuhannya berkat
ayahnya yang merupakan seorang yang berkedudukan tinggi dan berpengetahuan. Oleh karena
itu, Ibnu Sina memiliki kecakapan dan kecerdasan yang luar biasa, hingga mencapai tingkat
tertinggi di bidang politik dan pengetahuan.

Sumber:

Ulum, Ahmad Ridlo Shohibul.2018.Ibnu Sina: Sarjana, Pujangga, dan Filsuf Besar Dunia
Biografi Singkat 980-1037M. Yogyakarta. Anak Hebat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai