Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam telah berlangsung sejak abad ke-15 yaitu pada masa
Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rasul. Pada dasarnya pendidikan Islam
telah diletakkan dasarnya oleh nabi Muhammad SAW berdasarkan petujuk dari
Allah SWT. Pendidikan memiliki arti penting bagi kehidupan manusia,
pendidikan juga diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat
mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban.
Jika dilihat dari sejarah pendidikan Islam, perkembangan yang terjadi pada
pendidikan Islam terlihat lambat dalam pertumbuhannya dibanding dengan ilmu-
ilmu keIslaman yang lainnya seperti ilmu fiqih, ilmu kalam, tafsir, hadist dan lain
sebagainya. Hal ini disebabkan karena kurangnya aktivitas penelitian dan kajian
bidang ilmu pendidikan Islam, juga selama ini pendidikan Islam lebih tampak
sebagai sebuah praktek pendidikan bukan sebahgai ilmu dalam arti ilmu yang
memeilki struktur bahasan dan metedologi penelitian tersendiri.1
Dengan minimnya catatan sejarah mengenai pendidikan Islam, akhir-akhir
ini banyak dilakukan kajian ataupun penelitian terhadap ilmu pendidikan Islam
guna menumbuh kembangkan ilmu pendidikan Islam. Salah satunya dengan cara
membahas dan mengkaji gagasan serta pemikiran tokoh yang berperan besar
terhadap perkembangan ilmu pendidikan Islam.
Salah satu tokoh yang ikut andil dalam pembahasan ilmu pendidikan Islam
adalah Muhammad Bin Sahnun. Pemikiran Ibnu Sahnun mengenai pendidikan
banyak menyoroti tentang perilaku pendidik, dan berkenaan dengan kompetensi
pendidik itu sendiri. Selain tangguang jawabnya dalam mengajar, seorang
pendidik dituntut memilki kemampuan atau kapasitas keilmuan yang mumpuni.
Maka dalam makalah ini akan membahas secara keseluruhan mengenai segala
sesuatu yang bersangkutan dengan Ibnu Sahnun, baik dari biografinya,
pemikirannya, akhlak dan kepribadiannya, pujian terhadapnya dan masih banyak
lagi lainnya.

1
Abadudin Nata, Pemikiran para Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali Press,
2000), hal.1.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ibnu Sahnun?
2. Bagaimana pemikiran Ibnu Sahnun tentang Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui biografi Ibnu Sahnun
2. Mengetahui pemikiran Ibnu Sahnun tentang Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ibnu Sahnun
1. Riwayat Hidup Ibnu Sahnun
Ibnu Sahnun bernama lengkap Abdullah Muhammad bin Abu
Sa’id Sahnun bin Sa’id bin Habib Hilal bin Bakar bin Rabi’ah At-Tanikhi.
Ibnu Sahnun merupakan seorang ulama’ fikih dan pendidikan, ia lahir
pada tahun 202 H di Gadat, Qairawan. Adapun tanggal dan bulan lahirnya
tidak diketahui secara detail karena tidak ada buku atau karangan yang
menulis tentang dirinya, akan tetapi yang pastinya ia hidup pada masa
Daulah Bani Abbassiyah.2
Ayah dari Ibnu Sahnun bernama Abu Sa’id Abdussalam Ibn Habib
Ibn Hassan Ibn Hilal Ibn Bikar Ibn Rabiah Ibn Abdillah At-Tanukhi, Al-
Maghribi Al-Qairawani Al-Maliki, Qadhi Al-Qairawan dan ia memilki
kitab Al-Mudawwanah yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan tentang
agama, dan digelari dengan Sahnun. Ayahnya dikenal dengan nama
julukannya, yaitu Sahnun yang berarti burung yang memiliki pandangan
tajam.3 Dan memang benar beliau memilki kecerdasan dan ketangkasan
yang luar biasa sehingga anaknya juga digelari dengan Sahnun.
Ibnu Sahnun lahir dan tinggal didaerah penganut fanatic madzhab
Maliki (ahlu al-Madinah) melaui didikan ayahnya, Abu Sa’id Sahnun
yang juga seorang Syekh terkenal yang pertama kali mengajarkan
madzhab Imam Maliki yang menjadi madzhab pertama di Afrika Utara
khususnya di daerah Qairawan. Meskipun ayahnya yang pertama kali
mengajarkan madzhab Maliki di Afrika Utara, Tunisia, Hijaz bahkan
Andalusia-Spanyol, namun ia tidak lebih terkenal dari anaknya. Karena
Ibnu Sahnun lah yang pertama kali menjadi peletak dasar bidang
pemikiran pendidikan Islam khususnya pada pemikiran pendidikan yang
bebas dan berdiri sendiri serta lepas dari pengaruh sastra dan madzhab-

2
Anisatun Nur Laili, Konsep Pendidikan Informal Perspektif Ibnu Sahnun (Indonesian
Journal of Islamic Education Studies, Volume 3 No 1, 2020), hal.34.
3
Abdurrahman Mas’ud, Pemikiran Emas Pra Tokoh Pendidikan Islam (Yogyakarta:
Arruz Media, 2017), hal. 33.

3
madzhab pemikiran filsafat yang sebelumnya belum ada yang membahas
ilmu pendidikan Islam secara rinci dan jelas.
Ibnu Sahnun meninggal dunia pada tahun 256 H dalam usia 54
tahun. Ia wafat setelah 16 tahun berselang kewafatan ayahnya. Ibnu
Sahnun wafat di Sahil dan dibawa oleh keluarganya ke Qairawan serta
dikuburkan di Bab Nafi’ disamping kuburan ayahnya.4
2. Perkembangan Keilmuan Ibnu Sahnun
Muhammad Sahnun atau juga bisa disebut dengan Ibnu Sahnun
lahir dari keluarga ilmiah pada tahun 202 H dan dibesarkan ditengah-
tengah pengawasan ayahnya, ia mendapat perhatian lebih dari ayahnya.
Ibnu Sahnun semenjaka kecil tumbuh dalam pengawasan ayahnya karena
pada waktu itu ayahnya tidak memilki anak kecuali Ibnu Sahnun. Ayahnya
memberikan perhatian dan perlakuan khusus dalam pendidikannya,
adabnya, dan pengajarannya dengan hal-hal yang sesuai dengan keadaan
beliau. Abu Said dapat melihat tanda-tanda kecerdasan anaknya, dalam
usia muda ibnu Sahnun sudah mampu menguasai kitab-kitab tulisan
ayahnya.
Pelajaran pertama yang dipelajarai Ibnu Sahnun adalah Al-Quran
dan dasar-dasar membaca dipusat pendidikan dasar Islam tepatnya di Al-
Kuttab. Orang tuanya sangat memperhatikan pendidikan Ibnu Sahnun
setelah melihat tanda-tanda kecerdasan dan kesungguhannya dalam
menuntut ilmu pengetahuan terhadap anaknya tersebut.Selain itu, orang
tuanya juga meminta kepada pengajarnya agar tidak mendidiknya kecuali
dengan pujian dan teguran yang lemah lembut dan tidak dengan pukulan
dan kekerasan.
Selepas dari Al-Kuttab Ibnu Sahnun mulai mendatangi majelis-
majelis ilmu yang hebat dan tinggi, maka ia sangat banyak mengambil
pelajaran dari ayahnya sehingga ia sering berdiskusi dengan ayahnya.
selain itu Muhammad bin Sahnun mengambil dari periwayat hadist
daintaranya adalah: As-Syaikh asSholih Musa Ibn Mu‟awiyah As-
Somadihi, dan dari Abdullah Ibn Abi Hassan alYahshobi salah seorang
4
Syahrizal, Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Sahnun: Analisis Kritis Kurikulum
Pengajaran di Institusi Pendidikan Dasar Islam (Jurnal MIQOT Vol.36 No.1, 2012), hal. 140.

4
murid Al-Imam Malik Ibn Anas, dan ia juga mengambil hadis dari selain
keduanya dari beberapa Masyayih Afrika, maka ia banyak meriwayatkan
dari mereka dan ia sangat terampil dalam membawakan riwayat dari
mereka.5
3. Rihlah Ibnu Sahnun Dalam Menuntut Ilmu
Setelah namanya terkenal dengan keilmuan dan ketakwaan, maka
ayahnya menyuruhnya untuk menunaikan haji dan berkunjung ke beberapa
ulama’ Masyriq (Madinah dan Mekkah) untuk menghafal Al-Quran dan
belajar ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Al-Quran dan gramatika.
Dilanjutkan dengan ilmu syariat, bahasa, sejarah, dan sebagainya kepada
para ulama, di antaranya adalah Abdul Aziz bin Yahya Al-Madani, Musa
bin Mu’awiyah As-Samadihi, Abdur Rahman bin Al-Qasim,Abdullah bin
Abi Hisan Al-Yahsabi, dan Ibnu Abd al-Hakam.6
Setelah ke daerah Masyriq, Ibnu Sahnun juga berangkat menuju
Mesir, maka disana ia disambut oleh para ulama fiqh, diantara mereka
adalah Abu Roja’ Ibn Syahb. Ia disana mengajar di Jami’ Amr di Fishtaat
untuk mengajar yang mana dihadiri oleh banyak para ulama’. Setelah dari
Mesir ia menuju ke Hijaj lalu menunaikan ibadah haji. Sampainya di
masjid Nabawi Ibnu Sahnun mendapati jamaah orang yang mengelilingi
Abu Mus’ab Ahmad Bin Abi Bakar Azzuhri yang mana didepannya para
murid sedang berdebat, lalu Ibnu Sahnun memberikan sebuah faedah
sampai diterima faedah tersebut. maka ketika itu Muhammad Ibnu Sahnun
memperkenalkan dirinya, lalu Az-Zuhri pun berdiri dan menyalami
Muhammad Ibnu Sahnun, dan mengajaknya ke rumahnya dan ia tinggal di
rumah Az-Zuhri selama ia menetap di kota Madinah.
Muhammad Ibnu Sahnun bertemu dengan beberapa orang Perawi
hadis dan teman-teman Al-Imam Malik di Madinah, di antaranya adalah
Ya‟kub Ibn Hamid Ibn Kasib, dan Salamah Ibn Syabib An-Naisaburi dan
selain mereka, ringkas kata adalah: Ibnu Sahnun dalam melakukan
perjalan ilmiahnya ini bertemu dengan banyak para ulama, setelah itu ia
5
Muhammad al-Arusi al-Mathwi, Adab Al-Mu‟allimin libni sahnun, Cet II ( Tunis : Al-
Manar, 1972), hal. 15.
6
Muhammad bin Sahnun, Kitab Adab al-Muallimin (Tunis: Dar Bussalamah Li Thab’ah
wan Nasyr), hal. 15.

5
kembali ke negerinya, dan telah tersebar luas namanya di kalangan para
ulama di seluruh penjuru dunia ketika itu.
4. Akhlak dan Kepribadian Ibnu Sahnun
Sekembalinya Muhammad Ibnu Sahnun ke Al-Qairawan, dan
ayahandanya ketika itu Qodhi di Afrika, maka ia mulai memalingkan
perhatiannya dan berkonsentrasi untuk mengarang dan mengumpulkan
hasil-hasil penelitiannya dan karangan-karangannya, ia menceritakan
tentang dirinya, suatu hari, Ayahnya masuk ke kamarnya dan dia sedang
mengarang buku yang berjudul ‘Keharaman hal-hal yang dapat
memabukkan’, maka ayahnya berkata kepadanya, “wahai anakku
sesungguhnya engkau membantah orang-orang Irak, dan mereka memiliki
kecerdasan yang hebat dan lidah yang pedas, maka hindarilah tulisanmu
dari kesalahan yang pada akhirnya engkau meminta ma’af kepada
mereka”.
Dan diriwayatkan bahwasanya ia pada suatu hari, sedang
mengarang kitab sehingga sampai waktu makan malam, maka datang
budak perempuannya yang beranama Ummu Middam membawakan
makanan untuknya, maka beliau berkata kepada budaknya, “wahai Ummu
Middam, saya sekarang sibuk jadi tidak sempat untuk makan”, maka
manakala ummu middam telah lama menuggu, maka ummu middam
menyuapinya sedangkan beliau masih dalam keadaan menulis sehingga
makananpun habis, dan beliau terus dalam keadaan demikian sehingga
Muazzin mengumandangkan azan subuh, lalu ia menutup kitabnya seraya
berkata : “wahai ummu middam, berikan saya makanan malam”, maka
ummu middam mengatakan, “wahai tuanku sesungguhnya aku telah
menyuapimu tadi”, lalu beliau berkata “demi Allah aku tidak
merasakannya”.
Walaupun beliau sibuk dalam mengarang buku, namun hal itu
tidak menghalangi beliau untuk mengajar dan menyebarkan ilmu, dan
menanamkan sifat taqwa kepada murid-muridnya (Tullabnya), dan beliau
lebih semangat lagi dalam mengajar dan menyebarkan ilmu setelah
meninggalnya ayahandanya pada tahun 240 H, maka iapun menggantikan

6
posisi ayahandanya, maka ia telah mendahuli teman sejawatnya dalam
ilmu dan taqwa, sehingga banyak para penuntut ilmu yang datang dari
berbagai penjuru dunia, sehingga Al-Qairawan disebutkan dengan As-
Sahnuniah sebagaimana dikatakan oleh sejarawan pada waktu itu.
Ibnu Sahnun juga dikenal dengan sifat zuhud dan berpaling dari
kesenangan dunia, khusyu' dan selalu ingat kepada akherat dan menunggu
kedatangannya, menghidupkan malam dengan membaca al-Qur'an.
Melalui pembinaan dan bimbingan ayahnya, Ibnu Sahnun menjadi
seorang yang taat dan berkeyakinan teguh pada ajaran-ajaran agama Islam,
berkepribadian santun dan lemah lembut, giat dan tekun dalam menuntut
ilmu sehingga menjadikannya sebagai seorang ulama terkenal di Maghrib
dan tokoh pertama yang merintiskan konsep pendidikan dan pengajaran
Islam dengan fokus perhatian pada keprofesionalismenya sebagai seorang
pendidik dalam mengajar.

B. Pemikiran Ibnu Sahnun Tentang Pendidikan


Kurikulum yang dirancang oleh Ibnu Sahnun pada dasarnya
bertujuan untuk menanamkan sendi-sendi pendidikan berdasarkan norma-
norma pengetahuan Islam dan penerapan kurikulum pendidikan sejalan
dengan filsafat Islam yang mengajak manusia
memiliki pengetahuan sesuai dengan nilai-nilai Islam. 7 Kurikulum
pendidikan yang dibagi oleh Ibnu Sahnun tentang pemikirannya ada dua
bagian, Kurikulum Wajib, meliputi Al-Qur’an, Hadits, dan Fiqh.
Kurikulum Pilihan, meliputi Ilmu Hitung, Syair, Al-Gahrib (kata-kata
sulit), Bahasa Arab, dan Ilmu Nahwu. Pemikiran-pemikirannya antara
lain :
1. Pengajaran Al-Qur’an
Seperti hadist nabi yang menunjukkan keutamaan mempelajari
AL-Qur’an dan mengajarkannya :

7
Nurhayati, Pemikiran Ibn Sahnun dalam Prespektif Pendidikan Islam, Serambi Tarbawi,
(Jurnal Studi Penelitian, Riset, dan Pengembangan Pendidikan Islam, Volume 4, no. 2, juli 2015)

7
: ‫ عن الن يب ص لى اهلل علي ه وس لم ق ال‬,‫عن عثم ان رض ي اهلل عن ه‬

‫خريكم من تعّلم القرآن وعّلمه‬


2. Khatam Al-Qur’an
Yang dimaksud dengan khatam Al-Qur’an adalah tidak harus
menghafal seluruhnya, tetapi bisa berarti menghafal sebagian besar,
separuh, sepertiga, atau seperempat. Guru tidak boleh memaksanya.
Pada acara wisuda khatam Al-Qur’an, guru dibolehkan untuk
menerima hadiah dari murid-muridnya, dengan izin orang tua murid.
3. Tugas Seorang Guru
a. Tidak boleh becanda dengan murid, kecuali sekedarnya,
b. Melarang muridnya untuk melempar-lempar serta berebutan
makanan/buah buahan dalam acara “Wisuda” Khatam Al-
Qur’an. Karena makanan yang dilempar atau yang direbut
termasuk rampasan.
c. Meluangkan waktu untuk murid-muridnya, tidak meninggalkan
tugasnya karena hal-hal yang kurang perlu.
d. Tidak boleh memukul dibagian kepala, muka/wajah murid
e. Harus menguji sejauh mana kemajuan belajar murid-muridnya
f. Tidak boleh menggabungkan anak perempuan dan laki-laki
dalam belajar
4. Hukuman
Adab menghukum murid-murid ada batasannya seperti sabda Nabi
SAW.
“Dari Abu Burdah Ibn Niar ia berkata : Telah berkara Rasulullah
SAW, janganlah seorangpun diantara kamu memukul dengan cambuk
melebihi 10 kali, kecuali karena hukuman berbentuk hudud (seperti
karena mencuri, berzina, minum khamar, dan sebagainya”
5. Mengenai Libur dan Murid yang Absen
Libur puasa adalah 1-3 hari, dan lebaran haji 3-4 hari. Mengenai
murid yang absen, guru tidak boleh menugaskan murid lain untuk

8
menyelidikinya. Karena itu berdampak buruk terhadap anak, antara
lain:
1. Pelajaran anak yang ditugaskan akan tertinggal selama masa
penyelidikan
2. Mungkin ia akan mendapat penerimaan yang tidak baik atau
mungkin ancaman dari murid yang diselidiki.

9
BAB III
KESIMPULAN
Pandangan Ibnu Sahnun dalam bidang pendidikan adalah penekanan pada
kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik. Model pendidikan yang diharapkan
adalah pendidikan kejiwaan, pendidikan yang memadukan antara duniawi dan
ukhrawi. Pemikirannya sangat besar terhadap pendidikan. Yang dapat kita
teladani dan terapkan pada dunia pendidikan Islam sehari-hari. Tentunya dengan
memperhatikan zaman dan perkembangan teknologi dengan tetap dalam bingkai
Al-Qur’an.
Adapun pemikiran Ibnu Sahnun pada ilmu pendidikan islam antara lain
adalah pengajaran al-qur’an, khatam al-qur’an, tugas seorang guru,hukuman. Dari
pemikiran-pemikirannya inilah muncullah beberapa karya dari Ibnu Sahnun yaitu
Adab al-Mu‟allimin, Ajwibah Ibnu Sahnun, Kitab al-Jami’, Kitab al-Musnad al-
Hadits, Risalah fi as-Sunnah, Kitab al-Ibadah, Kitab al-Wara’, Kitab al-Hujjah
„ala an-Nasara, dan lain-lain

10
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mathwi, Muhammad al-Arusi. (1972). Adab Al-Mu‟allimin libni sahnun.
Tunis: Al-Manar.
Laili, Anisatun Nur. (2020). Konsep Pendidikan Informal Perspektif Ibnu Sahnun.
Indonesian Journal of Islamic Education Studies, Volume 3 No 1.
Mas’ud, Abdurrahman. (2017). Pemikiran Emas Pra Tokoh Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Arruz Media.
Nata, Abadudin. (2000) Pemikiran para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta:
Rajawali Press.
Nurhayati. (2015). Pemikiran Ibn Sahnun dalam Prespektif Pendidikan Islam,
Serambi Tarbawi. Jurnal Studi Penelitian, Riset, dan Pengembangan
Pendidikan Islam, Volume 4, no. 2, Juli.
Sahnun, Muhammad bin Sahnun. Kitab Adab al-Muallimin. Tunis: Dar
Bussalamah Li Thab’ah wan Nasyr.
Syahrizal. (2012) Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Sahnun: Analisis Kritis
Kurikulum Pengajaran di Institusi Pendidikan Dasar Islam (Jurnal
MIQOT Vol.36 No.1.

11

Anda mungkin juga menyukai