Anda di halaman 1dari 2

Gunung Londa dan Wadu Mbolo yang berada di sisi timur teluk Bima, menyimpan sebuah kisah indah di

masa lalu. Al kisah, permaisuri Raja Dompu Sultan Nurullah sangat cantik dan baik hati. Permaisuri itu
bernama Nurul Fatirah. Kecantikan dan kebaikan budi pekertinya membuat rakyat Dompu sangat
senang kepadanya. Tetapi ada seorang nenek sihir yang sangat iri hati atas kecantikan dan kemuliaan
budi Sang Permaisuri. Lalu dia menyihir Permaisuri menjadi se ekor kerbau betina.

Seantero negeri terkejut melihat keanehan itu. Karena merasa malu menjadi kerbau, permaisuri keluar
dari istana dan menyusuri hutan belantara bersama dua orang puterinya yang masih kecil yang bernama
Nurul Patindah dan Nurtindah. Dalam pengembaraan itu, mereka akhirnya tiba di Gunung Londa,
sebuah gunung di tepi teluk Bima. Mereka tinggal di gunung Londa. Dengan penuh ketabahan serta
kasih sayang, Nurul Fatirah membesarkan kedua puterinya. Dia mengajarkan kedua puterinya tata
krama, sopan santun serta shalat lima waktu. Dia juga mengajari puterinya untuk menari dan menyanyi.

Setelah beranjak remaja, kedua puterinya tampil cantik dan anggun. Pada suatu hari Sangaji Mbojo pergi
berburu Rusa di Gunung Londa dan menemukan kedua puteri yang cantik jelita dan baik budinya itu.
Sangaji jatuh cinta kepada yang sulung, Nurul Patindah. Disepakatilah pernikahan itu dilaksanakan di
gunung Londa. Raja Dompu juga diundang pada pesta itu. Alangkah terkejutnya Raja Dompu melihat
kecantikan Nurul Patindah yang mirip sekali dengan isterinya yang telah pergi dua puluh tahun silam.

Seluruh undangan terkejut dan heran, tiba-tiba seekor kerbau betina menari di arena pesta itu. Orang-
orang mengusir kerbau itu. Lalu, Nurul Patindah berteriak dan melarang orang-orang mengusir kerbau
itu.

“ Jangan..jangan usir dia. Dia adalah ibuku. “ Pinta Nurul Patindah.

“ Ayah……….” Nurtindah menghampiri Raja Dompu dan memeluknya.

Tiba-tiba kerbau betina itu kembali berubah wujud menjadi seorang perempuan cantik jelita. Dialah
Nurul Fatirah, permaisuri Raja Dompu Sultan Nurullah yang telah disihir oleh seorang nenek. Mereka
akhirnya bertemu dan berkumpul kembali. Hubungan kerajaan Bima dan Kerajaan Dompu terus terjalin
mesra. Untuk mengabadikan kerukunan antara kedua kerajaan, maka dibuatlah prasasti di sebuah batu
bulat di kaki Barat gunung Londa yang dekat dengan pantai lawata. Batu Bulat itu diberinama Wadu
Mbolo yang sekarang menjadi kampong Wadu Mbolo.

Anda mungkin juga menyukai