Anda di halaman 1dari 13

Hang Tuang lalu pergi ke Indrapura.

Ketika di sana, Hang Tuah kedatangan


tamu dari Melaka yang memintanya untuk kembali ke Melaka. Ia mendapat tugas
menjadi Laksamana Melaka lagi. Suatu hari, Hang Tuah melakukan pelayaran ke
Cina.

Di pelabuhan negeri Cina, rombongannya sempat berselisih paham dengan


orang-orang Portugis. Saat perjalanan pulang kembali ke Melaka, mereka
akhirnya diserang oleh Portugis. Namun, ia mampu selamat dari serangan itu.

Mendengar kemenangan Hang Tuah, Gubernur Portugis di Manila pun sangat


marah. Sehingga, sebagai balas dendam ia melakukan penyerangan ke Selat
Melaka. Pada saat itu raja di sanamemerintahkan Tuan Bendahara untuk
meminta bantuan Hang Tuah.

Hang Tuah pun tetap memimpin pasukan, walaupun sedang dalam keadaan
sakit. Namun, ada sebuah peluru Portugis yang menghantam Hang Tuah.
Sehingga, membuatnya terlempar sejauh 7 meter dan terjatuh ke laut. Tapi
beruntung, Hang Tuah berhasil diselamatkan.

Peperangan itu pun berakhir tanpa pemenang dan si kalah. Setelah sembuh,
Hang Tuah tak lagi menjabat sebagai Laksamana Melaka. Ia menjalani hidupnya
dengan menyepi di puncak bukit Jugra di Melaka.

Asal Usul Nama Kota Dumai


Di daerah Dumai, Kepulauan Riau, berdiri sebuah kerajaan Seri Bunga Tanjung.
Kerajaan itu dipimpin oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Ratu itu memiliki 7
orang putri yang cantik dan rupawan, yang dikenal dengan Putri Tujuh. Dari ke-7
putri tersebut, putri bungsulah bernama Mayang Sari yang dianggap paling
cantik.

Pada suatu hari, 7 putri itu sedang mandi dilubuk Sarang Umal. Namun, tanpa
sadar, ternyata ada beberapa pasang mata yang sedang mengamati mereka,
yakni Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya. Pangeran itu telah
terpesona oleh kecantikan Putri Mayang Sari, dan jatuh cinta kepadanya.

Pangeran Empang Kuala pun sering bergumam "Gadis cantik di lubuk Umai...
cantik di Umai. Ya, ya... dumai... dumai". Dari cerita itu, konon nama kota Dumai
berasal.

Beberapa hari kemudian, pangeran mengirim utusan untuk meminang putri


Mayang Sari. Pinangan itu disambut baik oleh Ratu Cik Sima. Namun,
berdasarkan adat kerajaan, putri yang tertua yang berhak menerima pinangan
terlebih dahulu.

Mengetahui pinangannya ditolak, Pangeran Empang Kuala pun naik pitam


karena malu. Lalu, ia pun segera memerintahkan para panglima dan prajuritnya
untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung.
Mengetahui hal itu, Ratu Cik Sima segera melarikan ke-7 putrinya ke dalam
hutan dengan membekali mereka makanan untuk 3 bulan. Setelah itu, ratu
kembali ke kerajaan untuk melawan pasukan Pangeran Empang Kuala.

Sudah 3 bulan berlalu, pertempuran antara kedua kerajaan itu tak usai-usai. Di
suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala tengah beristirahat di hilir Umai
dan berlindung di bawah pohon bakau. Ketika menjelang malam, tiba-tiba
mereka tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh hingga menusuk ke badan
mereka.

Saat pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, datanglah utusan Ratu Cik
Sima yang meminta pangeran untuk menghentikan peperangan ini. Seketika,
Pangeran Empang Kuala menyadari kesalahannya dan dengan segera
menghentikan peperangan.

7 Anak Lelaki
Ada sebuah kampung di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam yang tengah
dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Banyak tumbuhan yang mati,
sehingga membuat persediaan makanan semakin menipis. Atas keadaan
tersebut, ada sepasang suami-istri yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki
yang masih kecil, lemas kelaparan.

Suami istri itu pun mencoba untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan
menanam sayuran untuk dimakan lalu sisanya dijual ke pasar. Keadaan kemarau
yang berkepanjangan itu semakin membuat mereka tidak sanggup, untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sehingga pada suatu malam, mereka sepakat untuk membuang semua anaknya
ke sebuah hutan yang jauh dari perkampungan. Namun,salah seorang anaknya
mendengar pembicaraan orang tuanya itu.

Pada hari yang ditentukan, suami dan istri itu mengajak ketujuh anaknya untuk
mencari kayu bakar ke hutan. Saat sedang istirahat makan siang, suami istri itu
berpura-pura pergi untuk mencari air minum. Memasuki senja, ketujuh anak itu
mulai cemas, karena orang tuanya belum juga kembali. Lalu, salah satu anak
menghalangi niat saudara-saudaranya yang hendak mencari orang tua mereka,
ia pun akhirnya menceritakan semua pembicaraan orang tuanya.

Mendengar cerita tersebut, ketujuh kakak beradik itu sedih. Lalu mereka
memutuskan untuk menyusuri hutan hingga menemukan sebuah rumah besar.
Ternyata rumah itu adalah milik seorang raksasa yang baik hati. Sontak, mereka
masuk dan disuguhi makanan enak diberi emas serta intan untuk melanjutkan
perjalanan.

Emas dan intan akhirnya mereka jual pada seorang saudagar kaya. Hasilnya
digunakan untuk membangun rumah masing-masing. Setelah bertahun- tahun
bekerja keras dan saling membantu, mereka berhasil memiliki harta kekayaan
yang melimpah.

Suatu hari, mereka pun berinisiatif untuk mencari orang tuanya. Setelah
perjalanan panjang, mereka berhasil menemukan dan memilih untuk membawa
orang tua mereka agar tinggal bersama di rumah yang bagus. Akhirnya, suami
istri itu bisa berkumpul kembali dan hidup bahagia bersama anak-anaknya.

Asal-usul Tari Guel


Di suatu hari, hidup kakak beradik putra Sultan Johor, Malaysia, bernama Muria
dan Sangede. Suatu ketika mereka sedang menggembala itik di tepi laut, sambil
bermain layang-layang. Namun, tiba-tiba datang badai dahsyat yang membuat
layang-layang mereka pun putus. Membuat mereka harus mengejar layang-
layang tersebut sehingga lupa akan itik-itiknya.

Setiba di rumah, ayah mereka pun menyuruh untuk mencari itik itu. Mereka tidak
boleh pulang jika belum berhasil menemukannya. Sudah berbulan-bulan, mereka
berjalan ke sana ke mari mencari itik hingga sampai di Kampung Serule. Lalu,
mereka dibawa oleh orang kampung yang menghadap ke istana Raja Serule.

Di luar dugaan, mereka justru diangkat anak oleh baginda raja di sana. Mereka
dianggap memiliki kesaktian, dan karena kesaktian kedua anak tersebut, rakyat
Serule hidup makmur, aman, dan sejahtera.

Hal ini membuat Raja Linge iri, sehingga mengancam akan membunuh kedua
anak itu. Malang bagi Muria, ia pun berhasil dibunuh.

Suatu hari, para raja berkumpul di istana Sultan Aceh untuk mempersembahkan
upeti kepadanya.Ketika itu Sangede juga ikut datang, sambil menunggu ayah
angkatnya.

la menggambar seekor gajah berwarna putih, dan lukisan Sangede itu telah
menarik perhatian putri sultan. Sang putri kemudian meminta dicarikan gajah
putih yang mirip pada gambar itu. Saat itu juga, Sultan pun memerintahkan Raja
Serule dan Raja Linge untuk menangkap gajah putih untuk dipersembahkan
kepada Sultan.

Pada Pagi harinya, Sangede dan Raja Serule pergi ke Samarkilang


sebagaimana perintah dalam mimpi Sangede. Benar, mereka menemukan gajah
putih itu sedang berkubang di pinggiran sungai.

Dengan cepat, Sangede dan Raja Serule memasang tali di tubuh gajah. Namun,
saat akan menghelanya, gajah itu lari sekuat tenaga. Dalam usaha mengejar
gajah itu, mereka berinisiatif untuk bernyanyi sambil menari untuk menarik
perhatian gajah.

Di luar dugaan, gajah putih itu pun tertarik dan mau mengikuti gerakan-gerakan
mereka. Mereka terus menari sambil berjalan, supaya gajah itu mau mengikuti
langkahnya hingga berhasil tiba di istana. Nah, tarian itulah yang disebut tarian
Guel hingga saat ini.

Itu dia kumpulan contoh cerita rakyat pendek beserta asal daerahnya. Semoga
dengan membaca artikel ini, bisa menambah pengetahuan detikers tentang
berbagai cerita rakyat pendek yang ada ya!

Hang Tuang lalu pergi ke Indrapura. Ketika di sana, Hang Tuah kedatangan
tamu dari Melaka yang memintanya untuk kembali ke Melaka. Ia mendapat tugas
menjadi Laksamana Melaka lagi. Suatu hari, Hang Tuah melakukan pelayaran ke
Cina.

Di pelabuhan negeri Cina, rombongannya sempat berselisih paham dengan


orang-orang Portugis. Saat perjalanan pulang kembali ke Melaka, mereka
akhirnya diserang oleh Portugis. Namun, ia mampu selamat dari serangan itu.

Mendengar kemenangan Hang Tuah, Gubernur Portugis di Manila pun sangat


marah. Sehingga, sebagai balas dendam ia melakukan penyerangan ke Selat
Melaka. Pada saat itu raja di sanamemerintahkan Tuan Bendahara untuk
meminta bantuan Hang Tuah.

Hang Tuah pun tetap memimpin pasukan, walaupun sedang dalam keadaan
sakit. Namun, ada sebuah peluru Portugis yang menghantam Hang Tuah.
Sehingga, membuatnya terlempar sejauh 7 meter dan terjatuh ke laut. Tapi
beruntung, Hang Tuah berhasil diselamatkan.

Peperangan itu pun berakhir tanpa pemenang dan si kalah. Setelah sembuh,
Hang Tuah tak lagi menjabat sebagai Laksamana Melaka. Ia menjalani hidupnya
dengan menyepi di puncak bukit Jugra di Melaka.

Asal Usul Nama Kota Dumai


Di daerah Dumai, Kepulauan Riau, berdiri sebuah kerajaan Seri Bunga Tanjung.
Kerajaan itu dipimpin oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Ratu itu memiliki 7
orang putri yang cantik dan rupawan, yang dikenal dengan Putri Tujuh. Dari ke-7
putri tersebut, putri bungsulah bernama Mayang Sari yang dianggap paling
cantik.

Pada suatu hari, 7 putri itu sedang mandi dilubuk Sarang Umal. Namun, tanpa
sadar, ternyata ada beberapa pasang mata yang sedang mengamati mereka,
yakni Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya. Pangeran itu telah
terpesona oleh kecantikan Putri Mayang Sari, dan jatuh cinta kepadanya.

Pangeran Empang Kuala pun sering bergumam "Gadis cantik di lubuk Umai...
cantik di Umai. Ya, ya... dumai... dumai". Dari cerita itu, konon nama kota Dumai
berasal.
Beberapa hari kemudian, pangeran mengirim utusan untuk meminang putri
Mayang Sari. Pinangan itu disambut baik oleh Ratu Cik Sima. Namun,
berdasarkan adat kerajaan, putri yang tertua yang berhak menerima pinangan
terlebih dahulu.

Mengetahui pinangannya ditolak, Pangeran Empang Kuala pun naik pitam


karena malu. Lalu, ia pun segera memerintahkan para panglima dan prajuritnya
untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung.

Mengetahui hal itu, Ratu Cik Sima segera melarikan ke-7 putrinya ke dalam
hutan dengan membekali mereka makanan untuk 3 bulan. Setelah itu, ratu
kembali ke kerajaan untuk melawan pasukan Pangeran Empang Kuala.

Sudah 3 bulan berlalu, pertempuran antara kedua kerajaan itu tak usai-usai. Di
suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala tengah beristirahat di hilir Umai
dan berlindung di bawah pohon bakau. Ketika menjelang malam, tiba-tiba
mereka tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh hingga menusuk ke badan
mereka.

Saat pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, datanglah utusan Ratu Cik
Sima yang meminta pangeran untuk menghentikan peperangan ini. Seketika,
Pangeran Empang Kuala menyadari kesalahannya dan dengan segera
menghentikan peperangan.

7 Anak Lelaki
Ada sebuah kampung di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam yang tengah
dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Banyak tumbuhan yang mati,
sehingga membuat persediaan makanan semakin menipis. Atas keadaan
tersebut, ada sepasang suami-istri yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki
yang masih kecil, lemas kelaparan.

Suami istri itu pun mencoba untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan
menanam sayuran untuk dimakan lalu sisanya dijual ke pasar. Keadaan kemarau
yang berkepanjangan itu semakin membuat mereka tidak sanggup, untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sehingga pada suatu malam, mereka sepakat untuk membuang semua anaknya
ke sebuah hutan yang jauh dari perkampungan. Namun,salah seorang anaknya
mendengar pembicaraan orang tuanya itu.

Pada hari yang ditentukan, suami dan istri itu mengajak ketujuh anaknya untuk
mencari kayu bakar ke hutan. Saat sedang istirahat makan siang, suami istri itu
berpura-pura pergi untuk mencari air minum. Memasuki senja, ketujuh anak itu
mulai cemas, karena orang tuanya belum juga kembali. Lalu, salah satu anak
menghalangi niat saudara-saudaranya yang hendak mencari orang tua mereka,
ia pun akhirnya menceritakan semua pembicaraan orang tuanya.
Mendengar cerita tersebut, ketujuh kakak beradik itu sedih. Lalu mereka
memutuskan untuk menyusuri hutan hingga menemukan sebuah rumah besar.
Ternyata rumah itu adalah milik seorang raksasa yang baik hati. Sontak, mereka
masuk dan disuguhi makanan enak diberi emas serta intan untuk melanjutkan
perjalanan.

Emas dan intan akhirnya mereka jual pada seorang saudagar kaya. Hasilnya
digunakan untuk membangun rumah masing-masing. Setelah bertahun- tahun
bekerja keras dan saling membantu, mereka berhasil memiliki harta kekayaan
yang melimpah.

Suatu hari, mereka pun berinisiatif untuk mencari orang tuanya. Setelah
perjalanan panjang, mereka berhasil menemukan dan memilih untuk membawa
orang tua mereka agar tinggal bersama di rumah yang bagus. Akhirnya, suami
istri itu bisa berkumpul kembali dan hidup bahagia bersama anak-anaknya.

Asal-usul Tari Guel


Di suatu hari, hidup kakak beradik putra Sultan Johor, Malaysia, bernama Muria
dan Sangede. Suatu ketika mereka sedang menggembala itik di tepi laut, sambil
bermain layang-layang. Namun, tiba-tiba datang badai dahsyat yang membuat
layang-layang mereka pun putus. Membuat mereka harus mengejar layang-
layang tersebut sehingga lupa akan itik-itiknya.

Setiba di rumah, ayah mereka pun menyuruh untuk mencari itik itu. Mereka tidak
boleh pulang jika belum berhasil menemukannya. Sudah berbulan-bulan, mereka
berjalan ke sana ke mari mencari itik hingga sampai di Kampung Serule. Lalu,
mereka dibawa oleh orang kampung yang menghadap ke istana Raja Serule.

Di luar dugaan, mereka justru diangkat anak oleh baginda raja di sana. Mereka
dianggap memiliki kesaktian, dan karena kesaktian kedua anak tersebut, rakyat
Serule hidup makmur, aman, dan sejahtera.

Hal ini membuat Raja Linge iri, sehingga mengancam akan membunuh kedua
anak itu. Malang bagi Muria, ia pun berhasil dibunuh.

Suatu hari, para raja berkumpul di istana Sultan Aceh untuk mempersembahkan
upeti kepadanya.Ketika itu Sangede juga ikut datang, sambil menunggu ayah
angkatnya.

la menggambar seekor gajah berwarna putih, dan lukisan Sangede itu telah
menarik perhatian putri sultan. Sang putri kemudian meminta dicarikan gajah
putih yang mirip pada gambar itu. Saat itu juga, Sultan pun memerintahkan Raja
Serule dan Raja Linge untuk menangkap gajah putih untuk dipersembahkan
kepada Sultan.

Pada Pagi harinya, Sangede dan Raja Serule pergi ke Samarkilang


sebagaimana perintah dalam mimpi Sangede. Benar, mereka menemukan gajah
putih itu sedang berkubang di pinggiran sungai.

Dengan cepat, Sangede dan Raja Serule memasang tali di tubuh gajah. Namun,
saat akan menghelanya, gajah itu lari sekuat tenaga. Dalam usaha mengejar
gajah itu, mereka berinisiatif untuk bernyanyi sambil menari untuk menarik
perhatian gajah.

Di luar dugaan, gajah putih itu pun tertarik dan mau mengikuti gerakan-gerakan
mereka. Mereka terus menari sambil berjalan, supaya gajah itu mau mengikuti
langkahnya hingga berhasil tiba di istana. Nah, tarian itulah yang disebut tarian
Guel hingga saat ini.

Itu dia kumpulan contoh cerita rakyat pendek beserta asal daerahnya. Semoga
dengan membaca artikel ini, bisa menambah pengetahuan detikers tentang
berbagai cerita rakyat pendek yang ada ya!

Hang Tuang lalu pergi ke Indrapura. Ketika di sana, Hang Tuah kedatangan
tamu dari Melaka yang memintanya untuk kembali ke Melaka. Ia mendapat tugas
menjadi Laksamana Melaka lagi. Suatu hari, Hang Tuah melakukan pelayaran ke
Cina.

Di pelabuhan negeri Cina, rombongannya sempat berselisih paham dengan


orang-orang Portugis. Saat perjalanan pulang kembali ke Melaka, mereka
akhirnya diserang oleh Portugis. Namun, ia mampu selamat dari serangan itu.

Mendengar kemenangan Hang Tuah, Gubernur Portugis di Manila pun sangat


marah. Sehingga, sebagai balas dendam ia melakukan penyerangan ke Selat
Melaka. Pada saat itu raja di sanamemerintahkan Tuan Bendahara untuk
meminta bantuan Hang Tuah.

Hang Tuah pun tetap memimpin pasukan, walaupun sedang dalam keadaan
sakit. Namun, ada sebuah peluru Portugis yang menghantam Hang Tuah.
Sehingga, membuatnya terlempar sejauh 7 meter dan terjatuh ke laut. Tapi
beruntung, Hang Tuah berhasil diselamatkan.

Peperangan itu pun berakhir tanpa pemenang dan si kalah. Setelah sembuh,
Hang Tuah tak lagi menjabat sebagai Laksamana Melaka. Ia menjalani hidupnya
dengan menyepi di puncak bukit Jugra di Melaka.

Asal Usul Nama Kota Dumai


Di daerah Dumai, Kepulauan Riau, berdiri sebuah kerajaan Seri Bunga Tanjung.
Kerajaan itu dipimpin oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Ratu itu memiliki 7
orang putri yang cantik dan rupawan, yang dikenal dengan Putri Tujuh. Dari ke-7
putri tersebut, putri bungsulah bernama Mayang Sari yang dianggap paling
cantik.

Pada suatu hari, 7 putri itu sedang mandi dilubuk Sarang Umal. Namun, tanpa
sadar, ternyata ada beberapa pasang mata yang sedang mengamati mereka,
yakni Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya. Pangeran itu telah
terpesona oleh kecantikan Putri Mayang Sari, dan jatuh cinta kepadanya.

Pangeran Empang Kuala pun sering bergumam "Gadis cantik di lubuk Umai...
cantik di Umai. Ya, ya... dumai... dumai". Dari cerita itu, konon nama kota Dumai
berasal.

Beberapa hari kemudian, pangeran mengirim utusan untuk meminang putri


Mayang Sari. Pinangan itu disambut baik oleh Ratu Cik Sima. Namun,
berdasarkan adat kerajaan, putri yang tertua yang berhak menerima pinangan
terlebih dahulu.

Mengetahui pinangannya ditolak, Pangeran Empang Kuala pun naik pitam


karena malu. Lalu, ia pun segera memerintahkan para panglima dan prajuritnya
untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung.

Mengetahui hal itu, Ratu Cik Sima segera melarikan ke-7 putrinya ke dalam
hutan dengan membekali mereka makanan untuk 3 bulan. Setelah itu, ratu
kembali ke kerajaan untuk melawan pasukan Pangeran Empang Kuala.

Sudah 3 bulan berlalu, pertempuran antara kedua kerajaan itu tak usai-usai. Di
suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala tengah beristirahat di hilir Umai
dan berlindung di bawah pohon bakau. Ketika menjelang malam, tiba-tiba
mereka tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh hingga menusuk ke badan
mereka.

Saat pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, datanglah utusan Ratu Cik
Sima yang meminta pangeran untuk menghentikan peperangan ini. Seketika,
Pangeran Empang Kuala menyadari kesalahannya dan dengan segera
menghentikan peperangan.

7 Anak Lelaki
Ada sebuah kampung di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam yang tengah
dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Banyak tumbuhan yang mati,
sehingga membuat persediaan makanan semakin menipis. Atas keadaan
tersebut, ada sepasang suami-istri yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki
yang masih kecil, lemas kelaparan.

Suami istri itu pun mencoba untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan
menanam sayuran untuk dimakan lalu sisanya dijual ke pasar. Keadaan kemarau
yang berkepanjangan itu semakin membuat mereka tidak sanggup, untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sehingga pada suatu malam, mereka sepakat untuk membuang semua anaknya
ke sebuah hutan yang jauh dari perkampungan. Namun,salah seorang anaknya
mendengar pembicaraan orang tuanya itu.
Pada hari yang ditentukan, suami dan istri itu mengajak ketujuh anaknya untuk
mencari kayu bakar ke hutan. Saat sedang istirahat makan siang, suami istri itu
berpura-pura pergi untuk mencari air minum. Memasuki senja, ketujuh anak itu
mulai cemas, karena orang tuanya belum juga kembali. Lalu, salah satu anak
menghalangi niat saudara-saudaranya yang hendak mencari orang tua mereka,
ia pun akhirnya menceritakan semua pembicaraan orang tuanya.

Mendengar cerita tersebut, ketujuh kakak beradik itu sedih. Lalu mereka
memutuskan untuk menyusuri hutan hingga menemukan sebuah rumah besar.
Ternyata rumah itu adalah milik seorang raksasa yang baik hati. Sontak, mereka
masuk dan disuguhi makanan enak diberi emas serta intan untuk melanjutkan
perjalanan.

Emas dan intan akhirnya mereka jual pada seorang saudagar kaya. Hasilnya
digunakan untuk membangun rumah masing-masing. Setelah bertahun- tahun
bekerja keras dan saling membantu, mereka berhasil memiliki harta kekayaan
yang melimpah.

Suatu hari, mereka pun berinisiatif untuk mencari orang tuanya. Setelah
perjalanan panjang, mereka berhasil menemukan dan memilih untuk membawa
orang tua mereka agar tinggal bersama di rumah yang bagus. Akhirnya, suami
istri itu bisa berkumpul kembali dan hidup bahagia bersama anak-anaknya.

Asal-usul Tari Guel


Di suatu hari, hidup kakak beradik putra Sultan Johor, Malaysia, bernama Muria
dan Sangede. Suatu ketika mereka sedang menggembala itik di tepi laut, sambil
bermain layang-layang. Namun, tiba-tiba datang badai dahsyat yang membuat
layang-layang mereka pun putus. Membuat mereka harus mengejar layang-
layang tersebut sehingga lupa akan itik-itiknya.

Setiba di rumah, ayah mereka pun menyuruh untuk mencari itik itu. Mereka tidak
boleh pulang jika belum berhasil menemukannya. Sudah berbulan-bulan, mereka
berjalan ke sana ke mari mencari itik hingga sampai di Kampung Serule. Lalu,
mereka dibawa oleh orang kampung yang menghadap ke istana Raja Serule.

Di luar dugaan, mereka justru diangkat anak oleh baginda raja di sana. Mereka
dianggap memiliki kesaktian, dan karena kesaktian kedua anak tersebut, rakyat
Serule hidup makmur, aman, dan sejahtera.

Hal ini membuat Raja Linge iri, sehingga mengancam akan membunuh kedua
anak itu. Malang bagi Muria, ia pun berhasil dibunuh.

Suatu hari, para raja berkumpul di istana Sultan Aceh untuk mempersembahkan
upeti kepadanya.Ketika itu Sangede juga ikut datang, sambil menunggu ayah
angkatnya.
la menggambar seekor gajah berwarna putih, dan lukisan Sangede itu telah
menarik perhatian putri sultan. Sang putri kemudian meminta dicarikan gajah
putih yang mirip pada gambar itu. Saat itu juga, Sultan pun memerintahkan Raja
Serule dan Raja Linge untuk menangkap gajah putih untuk dipersembahkan
kepada Sultan.

Pada Pagi harinya, Sangede dan Raja Serule pergi ke Samarkilang


sebagaimana perintah dalam mimpi Sangede. Benar, mereka menemukan gajah
putih itu sedang berkubang di pinggiran sungai.

Dengan cepat, Sangede dan Raja Serule memasang tali di tubuh gajah. Namun,
saat akan menghelanya, gajah itu lari sekuat tenaga. Dalam usaha mengejar
gajah itu, mereka berinisiatif untuk bernyanyi sambil menari untuk menarik
perhatian gajah.

Di luar dugaan, gajah putih itu pun tertarik dan mau mengikuti gerakan-gerakan
mereka. Mereka terus menari sambil berjalan, supaya gajah itu mau mengikuti
langkahnya hingga berhasil tiba di istana. Nah, tarian itulah yang disebut tarian
Guel hingga saat ini.

Itu dia kumpulan contoh cerita rakyat pendek beserta asal daerahnya. Semoga
dengan membaca artikel ini, bisa menambah pengetahuan detikers tentang
berbagai cerita rakyat pendek yang ada ya!

Hang Tuang lalu pergi ke Indrapura. Ketika di sana, Hang Tuah kedatangan
tamu dari Melaka yang memintanya untuk kembali ke Melaka. Ia mendapat tugas
menjadi Laksamana Melaka lagi. Suatu hari, Hang Tuah melakukan pelayaran ke
Cina.

Di pelabuhan negeri Cina, rombongannya sempat berselisih paham dengan


orang-orang Portugis. Saat perjalanan pulang kembali ke Melaka, mereka
akhirnya diserang oleh Portugis. Namun, ia mampu selamat dari serangan itu.

Mendengar kemenangan Hang Tuah, Gubernur Portugis di Manila pun sangat


marah. Sehingga, sebagai balas dendam ia melakukan penyerangan ke Selat
Melaka. Pada saat itu raja di sanamemerintahkan Tuan Bendahara untuk
meminta bantuan Hang Tuah.

Hang Tuah pun tetap memimpin pasukan, walaupun sedang dalam keadaan
sakit. Namun, ada sebuah peluru Portugis yang menghantam Hang Tuah.
Sehingga, membuatnya terlempar sejauh 7 meter dan terjatuh ke laut. Tapi
beruntung, Hang Tuah berhasil diselamatkan.

Peperangan itu pun berakhir tanpa pemenang dan si kalah. Setelah sembuh,
Hang Tuah tak lagi menjabat sebagai Laksamana Melaka. Ia menjalani hidupnya
dengan menyepi di puncak bukit Jugra di Melaka.
Asal Usul Nama Kota Dumai
Di daerah Dumai, Kepulauan Riau, berdiri sebuah kerajaan Seri Bunga Tanjung.
Kerajaan itu dipimpin oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Ratu itu memiliki 7
orang putri yang cantik dan rupawan, yang dikenal dengan Putri Tujuh. Dari ke-7
putri tersebut, putri bungsulah bernama Mayang Sari yang dianggap paling
cantik.

Pada suatu hari, 7 putri itu sedang mandi dilubuk Sarang Umal. Namun, tanpa
sadar, ternyata ada beberapa pasang mata yang sedang mengamati mereka,
yakni Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya. Pangeran itu telah
terpesona oleh kecantikan Putri Mayang Sari, dan jatuh cinta kepadanya.

Pangeran Empang Kuala pun sering bergumam "Gadis cantik di lubuk Umai...
cantik di Umai. Ya, ya... dumai... dumai". Dari cerita itu, konon nama kota Dumai
berasal.

Beberapa hari kemudian, pangeran mengirim utusan untuk meminang putri


Mayang Sari. Pinangan itu disambut baik oleh Ratu Cik Sima. Namun,
berdasarkan adat kerajaan, putri yang tertua yang berhak menerima pinangan
terlebih dahulu.

Mengetahui pinangannya ditolak, Pangeran Empang Kuala pun naik pitam


karena malu. Lalu, ia pun segera memerintahkan para panglima dan prajuritnya
untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung.

Mengetahui hal itu, Ratu Cik Sima segera melarikan ke-7 putrinya ke dalam
hutan dengan membekali mereka makanan untuk 3 bulan. Setelah itu, ratu
kembali ke kerajaan untuk melawan pasukan Pangeran Empang Kuala.

Sudah 3 bulan berlalu, pertempuran antara kedua kerajaan itu tak usai-usai. Di
suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala tengah beristirahat di hilir Umai
dan berlindung di bawah pohon bakau. Ketika menjelang malam, tiba-tiba
mereka tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh hingga menusuk ke badan
mereka.

Saat pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, datanglah utusan Ratu Cik
Sima yang meminta pangeran untuk menghentikan peperangan ini. Seketika,
Pangeran Empang Kuala menyadari kesalahannya dan dengan segera
menghentikan peperangan.

7 Anak Lelaki
Ada sebuah kampung di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam yang tengah
dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Banyak tumbuhan yang mati,
sehingga membuat persediaan makanan semakin menipis. Atas keadaan
tersebut, ada sepasang suami-istri yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki
yang masih kecil, lemas kelaparan.
Suami istri itu pun mencoba untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan
menanam sayuran untuk dimakan lalu sisanya dijual ke pasar. Keadaan kemarau
yang berkepanjangan itu semakin membuat mereka tidak sanggup, untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.

Sehingga pada suatu malam, mereka sepakat untuk membuang semua anaknya
ke sebuah hutan yang jauh dari perkampungan. Namun,salah seorang anaknya
mendengar pembicaraan orang tuanya itu.

Pada hari yang ditentukan, suami dan istri itu mengajak ketujuh anaknya untuk
mencari kayu bakar ke hutan. Saat sedang istirahat makan siang, suami istri itu
berpura-pura pergi untuk mencari air minum. Memasuki senja, ketujuh anak itu
mulai cemas, karena orang tuanya belum juga kembali. Lalu, salah satu anak
menghalangi niat saudara-saudaranya yang hendak mencari orang tua mereka,
ia pun akhirnya menceritakan semua pembicaraan orang tuanya.

Mendengar cerita tersebut, ketujuh kakak beradik itu sedih. Lalu mereka
memutuskan untuk menyusuri hutan hingga menemukan sebuah rumah besar.
Ternyata rumah itu adalah milik seorang raksasa yang baik hati. Sontak, mereka
masuk dan disuguhi makanan enak diberi emas serta intan untuk melanjutkan
perjalanan.

Emas dan intan akhirnya mereka jual pada seorang saudagar kaya. Hasilnya
digunakan untuk membangun rumah masing-masing. Setelah bertahun- tahun
bekerja keras dan saling membantu, mereka berhasil memiliki harta kekayaan
yang melimpah.

Suatu hari, mereka pun berinisiatif untuk mencari orang tuanya. Setelah
perjalanan panjang, mereka berhasil menemukan dan memilih untuk membawa
orang tua mereka agar tinggal bersama di rumah yang bagus. Akhirnya, suami
istri itu bisa berkumpul kembali dan hidup bahagia bersama anak-anaknya.

Asal-usul Tari Guel


Di suatu hari, hidup kakak beradik putra Sultan Johor, Malaysia, bernama Muria
dan Sangede. Suatu ketika mereka sedang menggembala itik di tepi laut, sambil
bermain layang-layang. Namun, tiba-tiba datang badai dahsyat yang membuat
layang-layang mereka pun putus. Membuat mereka harus mengejar layang-
layang tersebut sehingga lupa akan itik-itiknya.

Setiba di rumah, ayah mereka pun menyuruh untuk mencari itik itu. Mereka tidak
boleh pulang jika belum berhasil menemukannya. Sudah berbulan-bulan, mereka
berjalan ke sana ke mari mencari itik hingga sampai di Kampung Serule. Lalu,
mereka dibawa oleh orang kampung yang menghadap ke istana Raja Serule.

Di luar dugaan, mereka justru diangkat anak oleh baginda raja di sana. Mereka
dianggap memiliki kesaktian, dan karena kesaktian kedua anak tersebut, rakyat
Serule hidup makmur, aman, dan sejahtera.
Hal ini membuat Raja Linge iri, sehingga mengancam akan membunuh kedua
anak itu. Malang bagi Muria, ia pun berhasil dibunuh.

Suatu hari, para raja berkumpul di istana Sultan Aceh untuk mempersembahkan
upeti kepadanya.Ketika itu Sangede juga ikut datang, sambil menunggu ayah
angkatnya.

la menggambar seekor gajah berwarna putih, dan lukisan Sangede itu telah
menarik perhatian putri sultan. Sang putri kemudian meminta dicarikan gajah
putih yang mirip pada gambar itu. Saat itu juga, Sultan pun memerintahkan Raja
Serule dan Raja Linge untuk menangkap gajah putih untuk dipersembahkan
kepada Sultan.

Pada Pagi harinya, Sangede dan Raja Serule pergi ke Samarkilang


sebagaimana perintah dalam mimpi Sangede. Benar, mereka menemukan gajah
putih itu sedang berkubang di pinggiran sungai.

Dengan cepat, Sangede dan Raja Serule memasang tali di tubuh gajah. Namun,
saat akan menghelanya, gajah itu lari sekuat tenaga. Dalam usaha mengejar
gajah itu, mereka berinisiatif untuk bernyanyi sambil menari untuk menarik
perhatian gajah.

Di luar dugaan, gajah putih itu pun tertarik dan mau mengikuti gerakan-gerakan
mereka. Mereka terus menari sambil berjalan, supaya gajah itu mau mengikuti
langkahnya hingga berhasil tiba di istana. Nah, tarian itulah yang disebut tarian
Guel hingga saat ini.

Itu dia kumpulan contoh cerita rakyat pendek beserta asal daerahnya. Semoga
dengan membaca artikel ini, bisa menambah pengetahuan detikers tentang
berbagai cerita rakyat pendek yang ada ya!

Anda mungkin juga menyukai