Anda di halaman 1dari 9

Ibunya pun meyakini bahwa itu anak laki-laki yang turun dari kapal besar itu

Malin Kundang, karena ia melihat bekas luka di lengannya. Dengan cepat, sang
ibu pun memeluk Malin. Namun, dengan kasarnya Malin justri melepaskan
pelukan itu. Malin justru mendorong dan menghinanya, ia pun enggan mengakui
bahwa wanita tua itu ibunya.

Melihat perlakuan Malin tersebut, Ibunya pun sangat sedih dan marah. Oleh
sebab itu, Ibunya pun segera menengadahkan tangan, dan berkata "Oh Tuhan,
kalau benar la anakku, aku akan sumpahi dan kutuk dia menjadi sebuah batu!"
Tidak berapa lama, ada angin kencang bergemuruh kencang disertai badai
dahsyat. Kemudian, tiba-tiba tubuh Malin Kundang pun perlahan kaku dan
berubah menjadi sebuah batu karang.

Batu Belah
Diceritakan bahwa daerah pesisir Tobelo, Maluku Utara, merupakan wilayah
yang memiliki kekayaan laut yang melimpah. Salah satu hasil laut yang sangat
digemari oleh para nelayan di sana yaitu ikan Papayana karena dagingnya
bergizi dan enak.

Orang di sana punya kepercayaan bahwa jika menyimpan telur ikan Papayana di
rumah sebelum melaut, hal itu bisa menjaga keselamatan para nelayan ketika
sedang melaut.

Ada salah satu nelayan di sana bernama Malaihollo yang tinggal bersama istri
dan dua anaknya. Anak sulungnya bernama O Bia Moloku dan si bungsu
bernama O Bia Mokara.

Suatu hari, Malaihollo berhasil mendapat seekor ikan Papayana yang cukup
besar dan juga bertelur banyak. Sebelum Malaihollo berangkat melaut lagi, ia
berpesan kepada sang istri untuk menyimpan telur itu, selama dirinya melaut.
Istrinya pun segera menyimpannya di lemari. Sebelum pergi kebun, ibu berpesan
kepada anak sulungnya agar tidak memakan telur ikan itu. Pasalnya, jika hal itu
terjadi ayahnya akan terancam bahaya di laut.

Tidak lama setelah sang ibu pergi, karena lapar tiba-tiba O Bia Mokara
menangis, dan ia ingin makan dengan telur ikan. Sontak sang kakak pun
berusaha untuk menjelaskan apa yang telah ibu nasihati. Namun, sang adik
terus saja menangis sambil mengguling-gulingkan badannya.

Merasa kasihan, O Bia Moloku kemudian langsung mengambil beberapa telur


ikan di lemari lalu, yang kemudian diberikan kepada adiknya. Namun, pada
akhirnya O Bia Moloku memberikan semua telur ikan itu agar sang adik tidak
merengek-rengek lagi.

Saat sang ibu sampai di rumah ia pun marah mendapati telur ikannya telah
habis. Seketika, ia merasakan firasat buruk terhadap suaminya. Ia pun merasa
kesal, dan segera berlari menuju pantai.
Sesampainya di pantai, ia pun berdiri di atas sebuah batu besar. Dengan segera
ia memohon kepada batu itu untuk menelannya. Sontak batu besar itu pun ter
belah menjadi dua. Setelah sang ibu masuk ke dalamnya, batu itu langsung
tertutup kembali.

Mengetahui ibunya berlari menuju pantai, O Bia Moloku lari juga menyusulnya
sang ibu sambil menggendong adiknya. Ketika sampai di pantai, ia melihat
sedikit kain di antara batu besar. Seketika O Bia Moloku dasar kalau ibunya telah
ditelan batu. Ia pun bersama adiknya menangis dan menyesal.

Sejak saat itu, batu besar tersebut dinamakan Batu Belah. Batu Belah itu masih
bisa ditemukan di daerah Maluku Utara.

Hang Tuah Kesatria Melayu


Pada zaman dahulu, ada seorang kesatria bernama Hang Tuah. Saat berusia 10
tahun, Hang Tuah telah pergi berlayar ke Laut Cina Selatan bersama 4
sahabatnya, yang bernama Hang Kasturi, Hang Jebat, Hang Lekir, dan Hang
Lekiu. Saat berada di perjalanan, mereka pun sempat berkali-kali diganggu oleh
para bajak laut.

Namun, mereka selalu berhasil mengalahkan gerombolan bajak laut itu. Kabar
tersebut pun tersebut terdengar sampai ke telinga Bendahara Paduka Raja
Bintan. Lalu singkat cerita, Raja Bintan tersebut mengangkat mereka sebagai
anak angkat.

Suatu hari di istana Majapahit, telah terjadi kegaduhan. Di mana, prajurit


Majapahit yang sudah tua namun amat tangguh bernama Taming Sari, tiba-tiba
mengamuk. Mengetahui keadaan itu, Hang Tuah kemudian membuat pilihan
untuk menghadang Taming Sari. Hang Tuah pun berhasil mengalahkannya. Atas
kemenangannya tersebut, Hang Tuang lalu diberi gelar "Laksamana" dan
dihadiahi keris Taming Sari.

Sejak saat itu, Hang Tuah menjadi laksamana yang amat disayang dan
dipercaya raja. Namun, hal itu justru menimbulkan rasa iri pada Patih Kerma
Wijaya, sehingga ia pun menoba menyebar fitnah kepada Hang Tuah. Fitnah itu
kemdian dipercaya raja, sekitika itu baginda raja pun marah lalu mengusir Hang
Tuah,untuk meninggalkan Melaka.

Hang Tuang lalu pergi ke Indrapura. Ketika di sana, Hang Tuah kedatangan
tamu dari Melaka yang memintanya untuk kembali ke Melaka. Ia mendapat tugas
menjadi Laksamana Melaka lagi. Suatu hari, Hang Tuah melakukan pelayaran ke
Cina.

Di pelabuhan negeri Cina, rombongannya sempat berselisih paham dengan


orang-orang Portugis. Saat perjalanan pulang kembali ke Melaka, mereka
akhirnya diserang oleh Portugis. Namun, ia mampu selamat dari serangan itu.
Ibunya pun meyakini bahwa itu anak laki-laki yang turun dari kapal besar itu
Malin Kundang, karena ia melihat bekas luka di lengannya. Dengan cepat, sang
ibu pun memeluk Malin. Namun, dengan kasarnya Malin justri melepaskan
pelukan itu. Malin justru mendorong dan menghinanya, ia pun enggan mengakui
bahwa wanita tua itu ibunya.

Melihat perlakuan Malin tersebut, Ibunya pun sangat sedih dan marah. Oleh
sebab itu, Ibunya pun segera menengadahkan tangan, dan berkata "Oh Tuhan,
kalau benar la anakku, aku akan sumpahi dan kutuk dia menjadi sebuah batu!"
Tidak berapa lama, ada angin kencang bergemuruh kencang disertai badai
dahsyat. Kemudian, tiba-tiba tubuh Malin Kundang pun perlahan kaku dan
berubah menjadi sebuah batu karang.

Batu Belah
Diceritakan bahwa daerah pesisir Tobelo, Maluku Utara, merupakan wilayah
yang memiliki kekayaan laut yang melimpah. Salah satu hasil laut yang sangat
digemari oleh para nelayan di sana yaitu ikan Papayana karena dagingnya
bergizi dan enak.

Orang di sana punya kepercayaan bahwa jika menyimpan telur ikan Papayana di
rumah sebelum melaut, hal itu bisa menjaga keselamatan para nelayan ketika
sedang melaut.

Ada salah satu nelayan di sana bernama Malaihollo yang tinggal bersama istri
dan dua anaknya. Anak sulungnya bernama O Bia Moloku dan si bungsu
bernama O Bia Mokara.

Suatu hari, Malaihollo berhasil mendapat seekor ikan Papayana yang cukup
besar dan juga bertelur banyak. Sebelum Malaihollo berangkat melaut lagi, ia
berpesan kepada sang istri untuk menyimpan telur itu, selama dirinya melaut.
Istrinya pun segera menyimpannya di lemari. Sebelum pergi kebun, ibu berpesan
kepada anak sulungnya agar tidak memakan telur ikan itu. Pasalnya, jika hal itu
terjadi ayahnya akan terancam bahaya di laut.

Tidak lama setelah sang ibu pergi, karena lapar tiba-tiba O Bia Mokara
menangis, dan ia ingin makan dengan telur ikan. Sontak sang kakak pun
berusaha untuk menjelaskan apa yang telah ibu nasihati. Namun, sang adik
terus saja menangis sambil mengguling-gulingkan badannya.

Merasa kasihan, O Bia Moloku kemudian langsung mengambil beberapa telur


ikan di lemari lalu, yang kemudian diberikan kepada adiknya. Namun, pada
akhirnya O Bia Moloku memberikan semua telur ikan itu agar sang adik tidak
merengek-rengek lagi.

Saat sang ibu sampai di rumah ia pun marah mendapati telur ikannya telah
habis. Seketika, ia merasakan firasat buruk terhadap suaminya. Ia pun merasa
kesal, dan segera berlari menuju pantai.

Sesampainya di pantai, ia pun berdiri di atas sebuah batu besar. Dengan segera
ia memohon kepada batu itu untuk menelannya. Sontak batu besar itu pun ter
belah menjadi dua. Setelah sang ibu masuk ke dalamnya, batu itu langsung
tertutup kembali.

Mengetahui ibunya berlari menuju pantai, O Bia Moloku lari juga menyusulnya
sang ibu sambil menggendong adiknya. Ketika sampai di pantai, ia melihat
sedikit kain di antara batu besar. Seketika O Bia Moloku dasar kalau ibunya telah
ditelan batu. Ia pun bersama adiknya menangis dan menyesal.

Sejak saat itu, batu besar tersebut dinamakan Batu Belah. Batu Belah itu masih
bisa ditemukan di daerah Maluku Utara.

Hang Tuah Kesatria Melayu


Pada zaman dahulu, ada seorang kesatria bernama Hang Tuah. Saat berusia 10
tahun, Hang Tuah telah pergi berlayar ke Laut Cina Selatan bersama 4
sahabatnya, yang bernama Hang Kasturi, Hang Jebat, Hang Lekir, dan Hang
Lekiu. Saat berada di perjalanan, mereka pun sempat berkali-kali diganggu oleh
para bajak laut.

Namun, mereka selalu berhasil mengalahkan gerombolan bajak laut itu. Kabar
tersebut pun tersebut terdengar sampai ke telinga Bendahara Paduka Raja
Bintan. Lalu singkat cerita, Raja Bintan tersebut mengangkat mereka sebagai
anak angkat.

Suatu hari di istana Majapahit, telah terjadi kegaduhan. Di mana, prajurit


Majapahit yang sudah tua namun amat tangguh bernama Taming Sari, tiba-tiba
mengamuk. Mengetahui keadaan itu, Hang Tuah kemudian membuat pilihan
untuk menghadang Taming Sari. Hang Tuah pun berhasil mengalahkannya. Atas
kemenangannya tersebut, Hang Tuang lalu diberi gelar "Laksamana" dan
dihadiahi keris Taming Sari.

Sejak saat itu, Hang Tuah menjadi laksamana yang amat disayang dan
dipercaya raja. Namun, hal itu justru menimbulkan rasa iri pada Patih Kerma
Wijaya, sehingga ia pun menoba menyebar fitnah kepada Hang Tuah. Fitnah itu
kemdian dipercaya raja, sekitika itu baginda raja pun marah lalu mengusir Hang
Tuah,untuk meninggalkan Melaka.

Hang Tuang lalu pergi ke Indrapura. Ketika di sana, Hang Tuah kedatangan
tamu dari Melaka yang memintanya untuk kembali ke Melaka. Ia mendapat tugas
menjadi Laksamana Melaka lagi. Suatu hari, Hang Tuah melakukan pelayaran ke
Cina.

Di pelabuhan negeri Cina, rombongannya sempat berselisih paham dengan


orang-orang Portugis. Saat perjalanan pulang kembali ke Melaka, mereka
akhirnya diserang oleh Portugis. Namun, ia mampu selamat dari serangan itu.

Ibunya pun meyakini bahwa itu anak laki-laki yang turun dari kapal besar itu
Malin Kundang, karena ia melihat bekas luka di lengannya. Dengan cepat, sang
ibu pun memeluk Malin. Namun, dengan kasarnya Malin justri melepaskan
pelukan itu. Malin justru mendorong dan menghinanya, ia pun enggan mengakui
bahwa wanita tua itu ibunya.

Melihat perlakuan Malin tersebut, Ibunya pun sangat sedih dan marah. Oleh
sebab itu, Ibunya pun segera menengadahkan tangan, dan berkata "Oh Tuhan,
kalau benar la anakku, aku akan sumpahi dan kutuk dia menjadi sebuah batu!"
Tidak berapa lama, ada angin kencang bergemuruh kencang disertai badai
dahsyat. Kemudian, tiba-tiba tubuh Malin Kundang pun perlahan kaku dan
berubah menjadi sebuah batu karang.

Batu Belah
Diceritakan bahwa daerah pesisir Tobelo, Maluku Utara, merupakan wilayah
yang memiliki kekayaan laut yang melimpah. Salah satu hasil laut yang sangat
digemari oleh para nelayan di sana yaitu ikan Papayana karena dagingnya
bergizi dan enak.

Orang di sana punya kepercayaan bahwa jika menyimpan telur ikan Papayana di
rumah sebelum melaut, hal itu bisa menjaga keselamatan para nelayan ketika
sedang melaut.

Ada salah satu nelayan di sana bernama Malaihollo yang tinggal bersama istri
dan dua anaknya. Anak sulungnya bernama O Bia Moloku dan si bungsu
bernama O Bia Mokara.

Suatu hari, Malaihollo berhasil mendapat seekor ikan Papayana yang cukup
besar dan juga bertelur banyak. Sebelum Malaihollo berangkat melaut lagi, ia
berpesan kepada sang istri untuk menyimpan telur itu, selama dirinya melaut.
Istrinya pun segera menyimpannya di lemari. Sebelum pergi kebun, ibu berpesan
kepada anak sulungnya agar tidak memakan telur ikan itu. Pasalnya, jika hal itu
terjadi ayahnya akan terancam bahaya di laut.

Tidak lama setelah sang ibu pergi, karena lapar tiba-tiba O Bia Mokara
menangis, dan ia ingin makan dengan telur ikan. Sontak sang kakak pun
berusaha untuk menjelaskan apa yang telah ibu nasihati. Namun, sang adik
terus saja menangis sambil mengguling-gulingkan badannya.

Merasa kasihan, O Bia Moloku kemudian langsung mengambil beberapa telur


ikan di lemari lalu, yang kemudian diberikan kepada adiknya. Namun, pada
akhirnya O Bia Moloku memberikan semua telur ikan itu agar sang adik tidak
merengek-rengek lagi.

Saat sang ibu sampai di rumah ia pun marah mendapati telur ikannya telah
habis. Seketika, ia merasakan firasat buruk terhadap suaminya. Ia pun merasa
kesal, dan segera berlari menuju pantai.

Sesampainya di pantai, ia pun berdiri di atas sebuah batu besar. Dengan segera
ia memohon kepada batu itu untuk menelannya. Sontak batu besar itu pun ter
belah menjadi dua. Setelah sang ibu masuk ke dalamnya, batu itu langsung
tertutup kembali.

Mengetahui ibunya berlari menuju pantai, O Bia Moloku lari juga menyusulnya
sang ibu sambil menggendong adiknya. Ketika sampai di pantai, ia melihat
sedikit kain di antara batu besar. Seketika O Bia Moloku dasar kalau ibunya telah
ditelan batu. Ia pun bersama adiknya menangis dan menyesal.

Sejak saat itu, batu besar tersebut dinamakan Batu Belah. Batu Belah itu masih
bisa ditemukan di daerah Maluku Utara.

Hang Tuah Kesatria Melayu


Pada zaman dahulu, ada seorang kesatria bernama Hang Tuah. Saat berusia 10
tahun, Hang Tuah telah pergi berlayar ke Laut Cina Selatan bersama 4
sahabatnya, yang bernama Hang Kasturi, Hang Jebat, Hang Lekir, dan Hang
Lekiu. Saat berada di perjalanan, mereka pun sempat berkali-kali diganggu oleh
para bajak laut.

Namun, mereka selalu berhasil mengalahkan gerombolan bajak laut itu. Kabar
tersebut pun tersebut terdengar sampai ke telinga Bendahara Paduka Raja
Bintan. Lalu singkat cerita, Raja Bintan tersebut mengangkat mereka sebagai
anak angkat.

Suatu hari di istana Majapahit, telah terjadi kegaduhan. Di mana, prajurit


Majapahit yang sudah tua namun amat tangguh bernama Taming Sari, tiba-tiba
mengamuk. Mengetahui keadaan itu, Hang Tuah kemudian membuat pilihan
untuk menghadang Taming Sari. Hang Tuah pun berhasil mengalahkannya. Atas
kemenangannya tersebut, Hang Tuang lalu diberi gelar "Laksamana" dan
dihadiahi keris Taming Sari.

Sejak saat itu, Hang Tuah menjadi laksamana yang amat disayang dan
dipercaya raja. Namun, hal itu justru menimbulkan rasa iri pada Patih Kerma
Wijaya, sehingga ia pun menoba menyebar fitnah kepada Hang Tuah. Fitnah itu
kemdian dipercaya raja, sekitika itu baginda raja pun marah lalu mengusir Hang
Tuah,untuk meninggalkan Melaka.

Hang Tuang lalu pergi ke Indrapura. Ketika di sana, Hang Tuah kedatangan
tamu dari Melaka yang memintanya untuk kembali ke Melaka. Ia mendapat tugas
menjadi Laksamana Melaka lagi. Suatu hari, Hang Tuah melakukan pelayaran ke
Cina.

Di pelabuhan negeri Cina, rombongannya sempat berselisih paham dengan


orang-orang Portugis. Saat perjalanan pulang kembali ke Melaka, mereka
akhirnya diserang oleh Portugis. Namun, ia mampu selamat dari serangan itu.

Ibunya pun meyakini bahwa itu anak laki-laki yang turun dari kapal besar itu
Malin Kundang, karena ia melihat bekas luka di lengannya. Dengan cepat, sang
ibu pun memeluk Malin. Namun, dengan kasarnya Malin justri melepaskan
pelukan itu. Malin justru mendorong dan menghinanya, ia pun enggan mengakui
bahwa wanita tua itu ibunya.

Melihat perlakuan Malin tersebut, Ibunya pun sangat sedih dan marah. Oleh
sebab itu, Ibunya pun segera menengadahkan tangan, dan berkata "Oh Tuhan,
kalau benar la anakku, aku akan sumpahi dan kutuk dia menjadi sebuah batu!"
Tidak berapa lama, ada angin kencang bergemuruh kencang disertai badai
dahsyat. Kemudian, tiba-tiba tubuh Malin Kundang pun perlahan kaku dan
berubah menjadi sebuah batu karang.

Batu Belah
Diceritakan bahwa daerah pesisir Tobelo, Maluku Utara, merupakan wilayah
yang memiliki kekayaan laut yang melimpah. Salah satu hasil laut yang sangat
digemari oleh para nelayan di sana yaitu ikan Papayana karena dagingnya
bergizi dan enak.

Orang di sana punya kepercayaan bahwa jika menyimpan telur ikan Papayana di
rumah sebelum melaut, hal itu bisa menjaga keselamatan para nelayan ketika
sedang melaut.

Ada salah satu nelayan di sana bernama Malaihollo yang tinggal bersama istri
dan dua anaknya. Anak sulungnya bernama O Bia Moloku dan si bungsu
bernama O Bia Mokara.

Suatu hari, Malaihollo berhasil mendapat seekor ikan Papayana yang cukup
besar dan juga bertelur banyak. Sebelum Malaihollo berangkat melaut lagi, ia
berpesan kepada sang istri untuk menyimpan telur itu, selama dirinya melaut.
Istrinya pun segera menyimpannya di lemari. Sebelum pergi kebun, ibu berpesan
kepada anak sulungnya agar tidak memakan telur ikan itu. Pasalnya, jika hal itu
terjadi ayahnya akan terancam bahaya di laut.

Tidak lama setelah sang ibu pergi, karena lapar tiba-tiba O Bia Mokara
menangis, dan ia ingin makan dengan telur ikan. Sontak sang kakak pun
berusaha untuk menjelaskan apa yang telah ibu nasihati. Namun, sang adik
terus saja menangis sambil mengguling-gulingkan badannya.

Merasa kasihan, O Bia Moloku kemudian langsung mengambil beberapa telur


ikan di lemari lalu, yang kemudian diberikan kepada adiknya. Namun, pada
akhirnya O Bia Moloku memberikan semua telur ikan itu agar sang adik tidak
merengek-rengek lagi.
Saat sang ibu sampai di rumah ia pun marah mendapati telur ikannya telah
habis. Seketika, ia merasakan firasat buruk terhadap suaminya. Ia pun merasa
kesal, dan segera berlari menuju pantai.

Sesampainya di pantai, ia pun berdiri di atas sebuah batu besar. Dengan segera
ia memohon kepada batu itu untuk menelannya. Sontak batu besar itu pun ter
belah menjadi dua. Setelah sang ibu masuk ke dalamnya, batu itu langsung
tertutup kembali.

Mengetahui ibunya berlari menuju pantai, O Bia Moloku lari juga menyusulnya
sang ibu sambil menggendong adiknya. Ketika sampai di pantai, ia melihat
sedikit kain di antara batu besar. Seketika O Bia Moloku dasar kalau ibunya telah
ditelan batu. Ia pun bersama adiknya menangis dan menyesal.

Sejak saat itu, batu besar tersebut dinamakan Batu Belah. Batu Belah itu masih
bisa ditemukan di daerah Maluku Utara.

Hang Tuah Kesatria Melayu


Pada zaman dahulu, ada seorang kesatria bernama Hang Tuah. Saat berusia 10
tahun, Hang Tuah telah pergi berlayar ke Laut Cina Selatan bersama 4
sahabatnya, yang bernama Hang Kasturi, Hang Jebat, Hang Lekir, dan Hang
Lekiu. Saat berada di perjalanan, mereka pun sempat berkali-kali diganggu oleh
para bajak laut.

Namun, mereka selalu berhasil mengalahkan gerombolan bajak laut itu. Kabar
tersebut pun tersebut terdengar sampai ke telinga Bendahara Paduka Raja
Bintan. Lalu singkat cerita, Raja Bintan tersebut mengangkat mereka sebagai
anak angkat.

Suatu hari di istana Majapahit, telah terjadi kegaduhan. Di mana, prajurit


Majapahit yang sudah tua namun amat tangguh bernama Taming Sari, tiba-tiba
mengamuk. Mengetahui keadaan itu, Hang Tuah kemudian membuat pilihan
untuk menghadang Taming Sari. Hang Tuah pun berhasil mengalahkannya. Atas
kemenangannya tersebut, Hang Tuang lalu diberi gelar "Laksamana" dan
dihadiahi keris Taming Sari.

Sejak saat itu, Hang Tuah menjadi laksamana yang amat disayang dan
dipercaya raja. Namun, hal itu justru menimbulkan rasa iri pada Patih Kerma
Wijaya, sehingga ia pun menoba menyebar fitnah kepada Hang Tuah. Fitnah itu
kemdian dipercaya raja, sekitika itu baginda raja pun marah lalu mengusir Hang
Tuah,untuk meninggalkan Melaka.

Hang Tuang lalu pergi ke Indrapura. Ketika di sana, Hang Tuah kedatangan
tamu dari Melaka yang memintanya untuk kembali ke Melaka. Ia mendapat tugas
menjadi Laksamana Melaka lagi. Suatu hari, Hang Tuah melakukan pelayaran ke
Cina.
Di pelabuhan negeri Cina, rombongannya sempat berselisih paham dengan
orang-orang Portugis. Saat perjalanan pulang kembali ke Melaka, mereka
akhirnya diserang oleh Portugis. Namun, ia mampu selamat dari serangan itu.

Anda mungkin juga menyukai