Latar Belakang
mana sistem ini menjunjung tinggi hak-hak asasi seorang warga negara dan menjamin
Indonesia sebagai salah satu negara yang demokrasi sepakat untuk berkomitmen
dalam dunia politik maupun sosial dimana hal tersebut menggambarkan adanya
Indonesia terdiri dari beberapa pulau dan diantara pulau itu terdapat berbagai
daerah yang terdiri dari provinsi, Kota Madya dan juga Kabupaten, serta ketingkat
Desa mengingat Indonesia adalah negara yang sangat luas maka perlu adanya bantuan
Agar semua ini dapat dicapai sesuai apa yang diharapkan maka pemerintah
kabupaten/kota hingga sampai kepada level yang paling bawah yaitu pemerintahan
desa. Pemerintahan desa memiliki otonomi desa yang sah dan telah diakui dalam
1
Bertolomeus Bolong, dan Fredrick Y.A. Doeka, 2014, Demokrasi Pribumi – Membangun Sistem Demokrasi
Berbasis Kearifan Lokal, NTT: Bonet Pinggupir, hal. 9.
2
Ibid.
3
Khofifah Indar Parawansa, 2005, Enhancing Women’s Political Participation in Indonesia, hal, 82, dalam
Jullie Ballington and Azza Karam (Ed), Women in Parliament: Beyond Numbers – A Revised Edition,
Stockholm: International IDEA (International Institute for Democracy and Electoral Assistance).
desa juga memerlukan struktur pemerintahan dan struktur lembaga desa agar dapat
Seiring berjalannya waktu desa mengalami sebuah perkembangan politik hukum yang
diatur oleh pemerintah demi menciptakan desa yang demokratis dan sejahtera5. Jaman
dahulu setiap desa dipimpin oleh raja maupun kepala desa serta dijalankan oleh
muncul sebuah pemikiran yang baru dimana perempuan bisa ikut mengatur
subyek pembangunan.
dan peranan yang sama baik dalam melaksanakan dan menikmati hasil pembangunan
kesetaraan gender tentunya dengan tujuan untuk menciptakan keharmonisan serta keadian
dalam pemenuhan kebutuhan serta penyelesaian masalah yang belum tentu bisa di
Perempuan seringkali masih belum memiliki akses dan peluang yang sama
hambatanhambatan
4
Ryas Rasyid, Memaahami Ilmu Pemerintahan, (Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2006), hlm.4
5
Prambudi,K.N. Penguatan Keterwakilan Perempuan dalam Badan Permusyawaratan Desa. 2019. Tesis.
Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya.
6
Nur Halimah A dan Edison. 2018. Partisipasi Kaum Perempuan dalam Rencana Pengelolaan Dana Desa.
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (JUAN) Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISP Universitas Maritim Raja Ali
Haji ISSN 2354-5798. 6(2):47.
struktural, kultural, dan anggapan-anggapan yang masih bias gender lainnya dimana
perempuan. Faktor struktural dapat berasal dari sistematik pemilihan umum, juga
dominasi laki-laki dalam ruang lingkup politik. Sementara faktor kultural dapat
berupa stereotype negative yang menganggap perempuan tidak mampu dan pantas
Hal tersebut seringkali terjadi karena budaya patriarki yang telah lama
lebih besar dalam urusan domestik seperti pengasuh dan pendidik, menjauhkan
perempuan pada urusan politik yang dianggap menjadi wilayah laki-laki karena erat
ayat (1) yang menyatakan bahwa pengisian keanggotaan BPD menjamin keterwakilan
perempuan.
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan
Adapun untuk penentuan jumlah anggota BPD yang diatur dalam Permendagri
(Peraturan Mentri Dalam Negeri) No.110 Tahun 2016 Pasal 5 ayat 2 yaitu ditetapkan
7
Romany Sihite, 2007, Perempuan, Kesetaraan, & Keadilan: Suatu Tinjauan Berwawasan Gender, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, hal. 159.
8
Ibid hal. 158.
dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan)
Desa. Sehingga dipertegas dalam Pasal 58 ayat (1) UU Desa bahwa keanggotan BPD
desa. Demikian pula perempuan, baik sebagai individu maupun golongan mendapat
kesejajaran hak dan kewajiban sebagaimana hak dan kewajiban itu dimiliki oleh kaum
Republik Indonesia 1945 pasal 27 ayat (1) dan (2) tersebut bahwa setiap warga negara
semua sama dimata hukum tidak ada pengecualian antara kaum laki-laki maupun
kaum perempuan dan semua warga Negara berhak mendaapatkan hakhaknya tidak
ada perbedaan antara kaum laki-laki dan kaum perempuan. Karena, setiap pribadi
melebihi dengan kawannya yang berprestasi baik. Oleh karenanya perempuan adalah
kedudukan dan hak yang sama dengan laki-laki. Keterwakilan perempuan dalam
laki dan perempuan telah dijamin dalam UUD 1945 pasal 27 dan konvensi
1984.
lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
9
Satjipto Raharjo,Sisi-Sisi Lain Dari Hukum Di Indonesia,(Jakarta:Kompas,2003),hlm.121.
Desa Pasal 72 ayat (1) yang menyatakan bahwa pengisian keanggotaan BPD
Melihat aturan diatas maka sudah semestinya setiap desa melaksanakan aturan
yang telah dibuat oleh pemerintah, dimana setiap desa memilih 1 (satu) orang
perempuan yang duduk menempati sebagai anggota BPD. Seperti yang terkandung
ternyata bukan hanya dari pembangunan, tetapi juga dari budayanya. Nilai-nilai yang
dianut oleh budaya tertentu dan dipelihara masyarakat desa sering menempatkan
Namun,pada kenyataannya
Ahmad Wildan Sukhoyya dkk, “Pemilihan Wanita Dalam Badan Permusyawaratan Desa Berdasarkan
10
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa di Kabupaten Semarang Ditinjau Dari Perspektif
Gender”, dalam Jurnal Diponegoro Law Journal, Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018, hlm. 75.
masih ada pengesampingan suara perempuan dalam keterlibatannya pada
masalah pemerintahan dan dianggap lebih cakap untuk mengurus rumah daripada
2. Permasalahan
Jember.
Desa yakni, Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama
selanjutnya disingkat BPD atau yang disebut dengan nama lain adalah
wewenangnya12.
Adapun fungsi dari BPD itu sendiri, yang telah diatur di dalam
11
A.W.Widjaja, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), hlm.
35.
12
Moch Solekhan, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi Masyarakat (Malang: Setara
Press,2014), hlm.76.
Badan Permusyawaratan Desa ditegaskan bahwa secara kelembagaan BPD
atas nama suatu kelompok yang lebih besar. Perwakilan adalah orang yang
tersebut
13
Cholisin dan Nasiwan, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Yogyakarta: Ombak,2012), hlm. 68.
harus mendengar permasalahan yang di suarakan rakyat kepadanya dengan
pada pembatasan gender, namun beradu dalam ruang kompetensi, siapa saja
akan disebut layak sebagai pemimpin, baik itu kaum laki-laki maupun
perempuan. Permpuan memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga
dengan lakilaki.
Dedi Kurnia Putra, Media Politik: Menemukan Relasi Antara Dimensi SimbiosisMutualisme Media Dan
15
Publik, hlm.100.
Namun secara politik, ekonomi maupun budaya, peran serta tanggung jawab
adalah sama16.
dalam BPD di tingkat Desa yang terjun langsung dalam masyarakat untuk
mewakili Desa, sehingga ada anggapan bahwa cukup hanya ada satu kuota
perempuan yang dapat mewakili aspirasi perempuan di BPD Desa. Hal ini
sangat tidak arif dan salah besar. Hak politik perempuan pada dasarnya adalah
hak asasi manusia, dan asasi manusia merupakan esesi dari kerangka
16
Akhmad Ola Bali, Peran Prempuan Dalam Badan Permusyawaratan Desa Di Desa Lewopulo,
Kec.Witihama, Kab. Flores Timur, Provinsi NTT, Skripsi Sarjana, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa STPMD, 2018,hlm.12.
17
Ibid, hlm. 15.
18
Mariam Budiarjo, Partisipasi Dan Partai Politik (Jkarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm.10.
Berdasarkan survey yang telah peneliti lakukan di beberapa desa di
2. Proses seleksi dalam partai politik, yaitu seleksi yang dilakukan oleh
3. Faktor keluarga, faktor ini bisa menjadi penghambat terkait izin dari
pihak
yang mengawasi jalannya pemerintahan desa. Perlindungan hukum ini pada
kepentingan tersebut20.
hukum yang bersifat in abstracto, yang berarti meninjau sejauh mana substansi
melindungi perempuan.
BAB III
KEANGGOTAAN BPD
Paragraf 1
Anggota BPD
Pasal 5
1) Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang pengisiannya
19
Alef Musyahadah Rahmah, “Kebijakan Pengaturan Hak Keterwakilan Perempuan Di BPD Pada
Pemerintahan Desa Di Kabupaten Banyumas”, Artikel,ibid,hlm.635.
20
Satjipto Rahardjo, Sisi lain dari hukum di indonesia, (Jakarta: Kompas,2003), hlm.121.
21
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 110 Tahun 2016, diambil dari 20180320091312-
permendagri-no-110-thn-2016-ttg-bpd (4).pdf, diunduh pada tanggal 19 Juli 2022, Pukul.20.02 Wib.
dilakukan secara demokratis melalui proses pemilihan secara langsung
atau musyawarah perwakilan.
2) Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9
(sembilan) orang.
3) Penetapan Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memperhatikan jumlah penduduk dan kemampuan Keuangan Desa.
4) Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan wilayah dalam
desa seperti wilayah dusun, RW atau RT.
Pasal 6
Pengisian keanggotaan BPD dilakukan melalui:
a. Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah; dan
b. Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan perempuan
Pasal 8
1) Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan perempuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dilakukan untuk memilih 1 (satu) orang
perempuan sebagai anggota BPD.
2) Wakil perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah perempuan
warga desa yang memenuhi syarat calon anggota BPD serta memiliki
kemampuan dalam menyuarakan dan memperjuangan kepentingan
perempuan.
3) Pemilihan unsur wakil perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh perempuan warga desa yang memiliki hak pilih.
Dari peraturan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Pemerintah
Tahun 2016 Tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Perbup No.
22
Alef Musyahadah Rahmah, “Kebijakan Pengaturan Hak Keterwakilan Perempuan Di BPD Pada
Pemerintahan Desa Di Kabupaten Banyumas”, Artikel,ibid,hlm.683.
Candijati 2019-2025 9 Orang 2 Orang 11 Orang
Kamal 2019-2025 7 Orang 4 Orang 11 Orang
Table 2 Data Anggota BPD di 5 Desa di Kecamatan Arjasa Periode 2019-2025
Gambar 1. Gambar Grafik Perbandingan Keterwakilan Perempuan dalam Anggota BPD pada 2 Periode
Permusyawaratan Desa (BPD) Jo. Perbup No. 20 tahun 2018 Pasal 2 Kab.
4. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya bahwa tujuan penelitian adalah jawaban yang ingin dicari dari
rumusan masalah. Dalam setiap penelitian yang dilakukan akan memiliki tujuan yang
Kabupaten Jember
5. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan maka penulis berharap semoga penelitian ini
sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
teliti, serta Sebagai sarana latihan dalam melaksanakan penelitian dan menyusun
pengetahuan.
2) Manfaat Praktis
Kabupaten Jember, dan bagi para penyusun supaya lebih luas wawasannya dalam
6. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan yang digunakan dalam mencari,
menggali, mengolah dan membahas data dalam suatu penelitian untuk memperoleh
kebenaran data dalam penelitian23. Dengan demikian, penulis perlu melakukan
penelitian guna memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang akan di
bahas dan gambaran dari masalah tersebut secara akurat dan jelas. Oleh sebab itu ada
mengenai isu hukum yang diangkat dalam permasalahan untuk kemudian dicari
jawabannya. Pendekatan yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Pendekatan Perundang-Undangan
undangan yang bersangkut paut dengan permasalahan (isu hukum) yang sedang
b. Pendekatan Kuantitatif
sekiranya mampuo memberikan jawaban yang konkrit dari apa yang diteliti,
Kabupaten Jember
23
Sukiati, Metodologi Penelitian Sebuah Pengantar, (Medan: Perdana Publishing, 2017), hlm. 8.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis empiris. Penelitian
hukum yuridis empiris yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku yang
dikaitkan dengan apa yang terjadi pada masyarakat24. Dengan demikian dalam hal
perundang- undangan seperti dalam hal ini Permendagri No.110 Tahun 2016
Kab. Jember.
Oleh sebab itu penelitian yuridis empiris ini juga sering disebut dengan
masyarakat untuk meneliti objek di lapangan untuk mendapatkan data yang jelas
Data penelitian ini diambil dari berbagai sumber yang ada kaitannya dengan
a. Sumber Data Primer adalah sumber yang dijadikan objek utama penelitian
24
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 126.
25
Populasi digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen/anggota dari seluruh wilayah yang menjadi sasaran
penelitian.
26
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Teknik yang digunakan adalah Purposive
Sampling yaitu penentuan sample dalam teknik ini dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan
sampel.
b. Sumber Data Sekunder adalah sumber data yang dapat dijadikan sebagai
pendukung data pokok27. Sumber dari data sekunder dalam penelitian ini
penelitian atau hasil karya ilmiah, dan tulisan atau pendapat dari para
c. Sumber Data Tersier adalah bahan data yang memberi petunjuk maupun
informasi yang sesuai dengan fokus penelitian, Maka yang dijadikan metode
d. Metode Wawancara adalah metode atau cara pengumpulan data dengan cara
27
Ibid., hlm.8.
mengetahui permasalahan yang terjadi, data interview dapat diperoleh dari
yang terdiri dari Sekretaris Desa,Aparat Desa, Desa Arjasa, Kab. Jember.
e. Teknik pengumpulan data yang terakhir adalah dokumen yang mana peneliti
mengambil sumber penelitian atau objek dari dokumen serta beberapa literatur
Dalam proposal ini yang dijadikan tempat penelitian adalah Desa Arjasa, Kab.
b. Karena di lokasi tersebut dapat tersedia cukup berbagai sumber data yang
Ahmad Wildan Sukhoyya dkk, “Pemilihan Wanita Dalam Badan Permusyawaratan Desa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa di Kabupaten
Semarang Ditinjau Dari Perspektif Gender”, dalam Jurnal Diponegoro Law Journal,
Volume 7, Nomor 1, Tahun 2018.
Akhmad Ola Bali, Peran Prempuan Dalam Badan Permusyawaratan Desa Di Desa
Lewopulo, Kec.Witihama, Kab. Flores Timur, Provinsi NTT, Skripsi Sarjana,
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa STPMD, 2018.
Alef Musyahadah Rahmah, Nayla Alawiya 2019, Kebijakan Pengaturan Hak Keterwakilan
Perempuan Di Bpd Pada Pemerintahan Desa Di Kabupaten Banyumas” Jurnal
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Andi Nurhalimah Edison, 2018, Partisipasi Kaum Perempuan Dalam Perencanaan
Pengelolaan Dana Desa, ISSN 2354 - 5798 Vol. 6 No. 2 November.
Arisca, Enggita. Implementasi Musyawarah Pemilihan/Penetapan Anggota Badan
Permusyawaratan Desa (BPD0 Di Desa Masam Bulu, Kab.Lahat, Skripsi Sarjana.
Universitas Sriwijaya Indralaya : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2020.
Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) RI No.110 Tahun 2016 Tentang Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), diakses dari
https://www.jogloabang.com/desa/permendagri-110-2016-badanpermusyawaratan-
desa, diunduh pada tanggal 17 Juli 2022, Pukul 10.45 Wib.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 12 Tahun 2008 “Tentang Peraturan
Pelaksanaan UU Nomor 32 Tahun 2004”, diakses dari http//www.hukumonline.com/,
diunduh pada tanggal 17 Juli 2022, Pukul 10.59 WIB.