Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

PENULISAN HUKUM

KAJIAN YURIDIS PENANGANAN LIMBAH PENGOLAHAN KARET


DARI PTPN XII KEBUN GLANTANGAN KABUPATEN JEMBER

Oleh:

MOH LUKMAN HAKIM

NIM. 1810111032

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

2022
ii

PERSETUJUAN

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penulisan hukum yang dibuat

oleh : Nama : Moh Lukman Hakim


NIM : 1810111032
Judul : Kajian Yuridis Penanganan Limbah Pengolahan Karet Dari PTPN
XII Kebun Glantangan Kabupaten Jember

Isi dan formatnya telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diajukan
sebagai Proposal Penulisan Hukum Program Sarjana bidang Ilmu Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jember.

Jember, 31 Januari 2022


Dosen Pembimbing Peneliti

Icha Cahyaning Fitri,S.H.,M.H Moh Lukman Hakim


NPK. 1990050611703780
NIM : 1810111032
iii

PENGESAHAN

KAJIAN YURIDIS PENANGANAN LIMBAH PENGOLAHAN KARET DARI

PTPN XII KEBUN GLANTANGAN KABUPATEN JEMBER

Diterima dan diuji oleh Tim Penguji pada :

Hari : Rabu
Tanggal : 19 Februari 2022
Tempat : Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jember

Tim Penguji :

Djoko Purwanto, SH., M.Hum. Drs. Sulistiyono, MS.i


NPK : 88 03 191 NPK: 83 09 077

Icha Cahyaning Fitri,S.H.,MH


NPK : 1990050611703780

Menyetujui,
Universitas Muhammadiyah Jember
Fakultas Hukum
Dekan,

H. Suyatna, S.H., M.Hum


NPK : 88 09 225
iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Penulisan Hukum yang berjudul “Kajian Yuridis Penanganan Limbah
Pengolahan Karet Dari PTPN XII Kebun Glantangan Kabupaten Jember ” pada
tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan Proposal Penulisan Hukum ini adalah untuk
syarat pembuatan skripsi pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Jember dan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum bidang studi Ilmu Hukum.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga
Proposal Penulisan Hukum ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis
tujukan kepada:
1. Pembimbing Proposal Penulisan Hukum Ibu Icha Cahyaning Fitri, SH.,
MH.
2. Seluruh Dosen dan Civitas Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Jember
3. Untuk Ibunda saya Farhati serta Ayahanda Nurhakim, dan beserta keluarga
lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
4. Teman-teman Fakultas Hukum Angkatan 2018 dari kelas A, B, C yang
tidak bisa disebutkan satu persatu.
5. Sahabat-sabahat sedari dulu hingga seterusnya (Auliatul Habibah, Ahmad
Saufil Ali, Dodik Alex, Fatoni Kurniawan, Arik Fathur Rohman, Asiyah
Bherliati, Vevi Chandra) dan rekan-rekan lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Jember, 17 Desember 2021

Moh Lukman Hakim

DAFTAR ISI
v

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

1. Latar Belakang....................................................................................................1

2. Rumusan Masalah...............................................................................................8

3. Kerangka Dasar Teori.........................................................................................8

3.1 Teori Kewenangan.......................................................................................8

3.2 Pemerintah Daerah.....................................................................................10

3.3 Kebijakan Publik........................................................................................11

3.4 Pengertian Lingkungan Hidup...................................................................13

3.4.1 Pencemaran Lingkungan..................................................................14

3.4.2 Pengertian Hukum Lingkungan.......................................................17

3.4.3 Pengertian Dampak Lingkungan Hidup...........................................18

3.4.4 Pengertian Kerusakan Lingkungan Hidup.......................................19

3.5 Pengertian Limbah.....................................................................................20

3.5.1 Jenis Limbah..........................................................................................20

3.5.2 Jenis Limbah Berdasarkan Wujudnya..............................................21

3.5.3 Kerakteristik Limbah Umum...........................................................22

3.6 Pengaruh Air Limbah Pabrik Karet............................................................23

3.7 Pengolahan Limbah Karet..........................................................................23

4 Tujuan Penelitian...............................................................................................24
vi

5 Manfaat Penelitian.............................................................................................24

6 Metode Penelitian..............................................................................................25

6.1 Metode Pendekatan....................................................................................25

6.2 Jenis Penelitian............................................................................................26

6.3 Bahan Hukum.............................................................................................27

6.4 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................28

6.5 Teknik Analisa Data...................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
1

1. Latar Belakang.

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan karunia Tuhan Yang

Maha Esa yang di berikan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali, oleh

karena itu hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah

sama bagi semua manusia bahkan mahluk hidup yang ada di dunia. Dibalik

kesamaan tersebut, tentunya adalah kewajiban semua manusia juga untuk menjaga

dan melestarikan fungsi lingkungan hidup ini. Kewajiban disini menjurus kepada

semua tindakan, usaha, dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara

individu maupun secara kelompok guna menjaga dan melestarikan lingkungan

hidup. Hal ini perlu dan wajib untuk dilaksanakan pelestarian karena kondisi

lingkungan hidup dari hari kehari semakin menunjukan penurunan kualitas yang

cukup signifikan.1

Manusia sangatlah bergantung terhadapat lingkungan, Adapun hubungan

antara manusia dan lingkungan hidup sangatlah erat kaitannya. Sebagaimana telah

sesuai di dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945 yang menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yag terkandung

di dalamnya dikuasi oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”.

Lingkungan hidup menurut Pasal (1) ayat 1 Undang-undang Nomor 32

tahun 2009 tentang” Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan Hidup”

Menjelasakan Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya,

1
Hermawan, Perlindungan Hukum Terhadap korban sebagai Akibat Pembakaran Lahan Tebu
Pada Saat Hendak Panen Tebu di Kabupaten Lampung Tengah, Laporan Penelitian, FH UM
Yogyakarta, Tahun 2018. Hlm. 4
2

keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan

manusia serta mahluk hidup lainya, dan di jelaskan dalam pasal 1 ayat (14)

Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang” Perlindungan dan Pengolahan

Lingkungan Hidup” dijelaskan pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau

dimasukanya mahkluk hidup, zat, energi, dan atau/kompenen lain dalam

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampui baku mutu

lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Tujuan dari Pasal 3 Nomor 32 Tahun 2009 tentang “Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup” adalah untuk :

a) Melindungi wilayah Negara Kesatuan Repuplik Indonesia dari pencemaran

dan/atau kerusakan lingkumgan hidup;

b) Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

c) Menjamin kelangsungan kehidupan mahluk hidup dan kelestarian ekosistem;

d) Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e) Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

f) Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;

g) Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai

bagian dari hak asasi manusia;

h) Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

i) Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

j) Mengantisipasi isu lingkungan global.


3

Terdapat beberapa Sanksi-sanksi apabila terdapat pelanggaran dalam

pelaksanaanya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang “Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup” yang menyatakan

bahwa ;

1. Dalam Pasal 76 ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup “Sanksi administratif terdiri

atas:”

a) Teguran tertulis;

b) Paksaan pemerintah;

c) Pembekuan izin lingkungan; atau

d) Pencabutan izin lingkungan.

2. Sanksi Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan diatur dalam Pasal 87 ayat

1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa “Setiap penanggung jawab

usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian

pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau

melakukan tindakan tertentu.”

3. Sanksi Pidana diatur dalam Pasal 98 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang

menyatakan bahawa “ Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan

yang mengakibatkan dilampuinya baku mutu udara ambien, baku mutu air,

buku mutu air laut, atau kreteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana

dengan
4

pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliyar rupiah) dan paling

banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).”

Indonesia memiliki potensi lahan perkebunan karet yang paling luas di

dunia, yaitu 3,6 juta hektar area (ha), yang sebagian besar adalah perkebunan

milik rakyat dengan produksi indonesia mencapai 3,6 juta per ton per tahun.

Sektor industri merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting dalam

pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya Negara berkembang, oleh karena

itu sektor-sektor industri kini mulai banyak di dirikan di negara-negara

berkembang salah satunya Indonesia. Pada dasarnya karet terbuat dari getah

pohon karet atau dikenal dengan istilah latex. Saat ini Asia menjadi sumber Karet

alami, awal mulanya pohon karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun

sekarang sudah berhasil dikembangkan di Asia Tenggara berkat jasa dari Hany

Wickham. Saat ini negara-negara asia menghasilkan 93% produksi karet alam,

yang tersebar antara lain di Thailan, Indonesia dan diakui oleh Malaysia.2

Lokasi utama industri manufaktur di Provensi Jawa Timur adalah terutama

terkonsentrasi di lima (5) Kabupaten, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang,

Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Jember dan Kabupaten Lamongan. Bagi

perekonomian Nasional, karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat

penting. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan

kontribusi yang singnifikan sebagai salah satu sumber devisa non migras,

2
Nilawati & Fadillah Natasya, Dampak Limbah Karet Terhadap Lingkungan dan Aktivitas
Masyarakat di Kabupaten Aceh Timur, Pros. SemNas. Peningkatan Mutu Pendidikan, Vol 2 No.1
Tahun 2021 hlm. 26
5

pemasukan bahan baku karet dan berperan penting dalam mendorong

pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan

karet. Karet bersama-sama dengan Kelapa Sawit merupakan dua komoditas utama

penghasil devisa terbesar dari subsektor perkebunan. Dalam kurun waktu 5 tahun

terakhir, karet menyumbang devisa dari 25% hingga 40% terhadap total ekpor

produk Perkebunan. 3

Pengembangan Perkebunan Karet terbukti telah menjadi penggerak

perekonomian wilayah dengan berbagai multiplier effect. Jawa Timur merupakan

salah satu wilayah Indonesia yang sangat potensial untuk pengembangan

perkebunan karet. Poduksi karet Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar 6.085 ton.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (2012), Luas

perkebunan karet terbesar adalah di Kabupaten Jember. Pada perkebunan Besar

Negara Komoditas karet Kabupaten Jember sebesar 10.215 (ha) dan perkebunan

besar swasta sebesar 4.268 (ha).4

PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) yang selanjutnya disebut PTPN

XII Merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan status perseroan

terbatas yang keseluruhan sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik

Indonesia. Kantor pusat PTPN XII beralamat di Jl. Rajawali No 44 Surabaya,

Jawa Timur. PTPN XII Kebun Glantangan ini berlokasi di Dusun Sumberejo,

Desa Pondokrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, PTPN XII Kebun

Glantangan merupakan perkebunan dengan komoditas yaitu tanaman kakao,

tebu, gula kelapa, produksi

3
Nanang Dwi Wahyono, Pemetaan Rencana aksi Pengembangan Industri Karet di Provinsi Jawa
Timur, Jurnal Ilmiah Inovasi, Vol 14 No.1 Tahun 2014. Hlm 118
4
Retno Harieswantini, Hariadi Subagja dan Muksin, Analisis Produktivitas Dan Pendapatan
Tenaga Kerja Penyadap Karet Di Kabupaten Jember, POLTEK Jember Tahun 2017. Hlm 55
6

Kayu dan Karet sehingga PTPN XII Kebun Glantangan ini merupakan salah satu

Perkebunan Karet yang memproduksi Getah Karet (lateks).

PTPN XII Kebun Glantangan terdapat Pabrik Karet yang memberikan

dampak positif dan negatif, dampak positif dengan adanya PTPN XII yaitu

meningkatkan perekonomian bagi masyarakat sekitar, dengan adanya PTPN XII

dapat menekan angka pengangguran bagi penduduk desa yang ada disekitar dan

juga dapat mendirikan usaha sampingan seperti warung makan hingga dapat

menjadi opsi masyarakat untuk menjual hasil dari kebun mereka. Sedangkan

Dampak Negatif dengan adanya PTPN XII Kebun Glantangan adalah limbah

Getah Karet itu sendiri, Terdapat permasalahan dengan masyarakat sekitar, karena

terdapat saluran pembuangan limbah Getah Karet yang bocor, sehingga

mengakibatkan Pencemaran Lingkungan seperti Sungai dan sawah-sawah milik

masyarakat. Terdapat dampak negatif lainnya seperti hewan-hewan kecil yang ada

di sungai ataupun beraktivitas di sungai ini terganggu akibat adanya kebocoran

Limbah Getah Karet, dan juga dampak buruk lainnya dari limbah pembuangan

getah karet tersebut dengan munculnya bau yang tidak sedap dan sangat

menyengat di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat.

Selain itu Pemerintah Kabupaten Jember telah membuat peraturan

mengenai pengolahan limbah Karet dari PTPN XII Kebun Glantangan, yakni

pengolahan limbah yang awalnya sembarangan dan tidak beraturan, di ubah IPL

setiap lokasi industri menurut Pasal 31 ayat (5) dan Pasal 31 ayat (6) Peraturan

Daerah Kabupaten Jember Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Jember Pasal 31 ayat (5) yang berbunyi “ Pengolahan limbah
7

industri sebagaimana dimaksud pada pasal 31 ayat (3) huruf b berupa Instansi

Pengolahan Limbah (IPL) disetiap lokasi industri.

Pasal 31 ayat (6) yang berbunyi “ Sebagaimana dimaksud pada pasal 31


ayat

(5) meliputi:

a. Peningkatan akses Pengembangan Sistem (PS) air limbah baik sistem

on site maupun off site (terpusat) di perkotaan maupun di perdesaan

untuk memperbaiki kesehatan masyarakat;

b. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam

penyelenggaran pengembangan sistem pengolahan air limbah;dan

c. Penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas bagi aparat

pengolahan air limbah.

Untuk mengurangi pencemaran lingkungan terutama di PTPN XII Kebun

Glantangan wajib memiliki IPL sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Jember Nomor 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Jember Tahun 2015-2035. Untuk pencegahan dan penanggulangan pencemaran

dan/atau kerusakan serta pemulihan fungsi lingkungan hidup guna menjamin tidak

akan terjadi atau terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Berdasarkan pernyataan diatas penulis hendak menuangkan dalam

Proposal Skripsi yang berjudul “Kajian Yuridis Penanganan Limbah Pengolahan

Karet dari PTPN XII Kebun Glantangan Kabupaten Jember.


8

2. Rumusan Masalah

Bagaimana Kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jember Dalam

Menangani Pencemaran Lingkungan Hidup Limbah Pengolahan Karet di PTPN

XII Kebun Glantangan?

3. Kerangka Dasar Teori

3.1 Teori Kewenangan

Secara umum teori kewenangan berasal dari terjemah bahasa Inggris

yaituauthority of theory, istilah yang digunakan dalam bahasa Belanda yaitu

van het gezag. Secara teoritis tentang kewenangan menurut H.D. Stoud, seperti

yang dikutip Ridwan HB, bawasanya kewenangan adalah “ Keseluruhan

aturan- aturan yang berkenaan dengan perolehan dengan dan penggunaan

wewenang pemerintah oleh subjek hukum puplik didalam hubungan puplik”.5

Ada dua unsur yang terkandung dalam pengertian konsep kewenangan menurut

H.D Stoud, yaitu:

1. Adanya aturan-aturanya hukum

2. Sifat hubungan hukum

Berdasarkan konsep puplik wewenang memiiki tiga kompenen yaitu:

1. Kompenen pengaruh adalah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan

untuk mengendalikan perilaku subjek hukum.

2. Kompenen dasar hukum bahwa wewenang itu selalu dapat ditunjkan

dasar hukumnya.

5
Ridwan HR, 2008, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 110
9

3. Kompenen konformatif mengandung makna adanya standat wewenang

yaitu standart umum (semua jenis wewenang tertentu).

Berdasarkan kewenangan yang ada atau sahnya wewenang merupakan

atribut bagi pejabat atau bagi setiap badan dalam melakukan suatu tindakan

serta tinjauan dari sumber kewenangan yang diperoleh, maka terdapat tiga

klasifikasi didalam kewenangan yaitu Atribusi, Delegasi dan Mandat, secara

penjelasanya sebagi berikut:6

1. Kewenangan Atribusi

Dalam perspektif Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 tentang

Administrasi Pemerintahan menyatakan: Atribusi adalah pemberian

kewenangan kepada badan atau pejebat pemerintah oleh Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau Undang-Undang.7

2. Kewenangan Delegasi

Delagasi adalah pelimpahan wewenang dari badan atau pejabat

pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan atau pejabat pemerintah

yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih

sepenuhnya kepada penerima delegasi.8

3. Kewenangan Mandat

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan juga mengatur mandat. Mandat yaitu pelimpahan

wewenanag dari badan atau pejabat pemerintahan yang lebih tinggi

kepada

6
Ibid., hlm.70
7
Abdul Latif,2014,Hukum Administrasi Dalam praktik tindak Pidana Korupsi, prenada Media
Groub, Jakarta, Hlm.21
8
Ibid.,hal 49
10

badan atau pejabat pemerintahan yang lebih tinggi kepada badan atau

pejabat pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan

tanggung jawab gugata tetap berada pada pemberi mandat.9

3.2 Pemerintah Daerah

Berdasarkan kedudukan Pemerintah terdapat didalam pasal 1 angka 2

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah yang

dimaksud Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Repuplik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam UUD 1945. Serta pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang pemerintah Daerah yang dimaksud Pemerintah Daerah

adalah Gubenur, Bupati, Walikota dan perangkat daerah sebagai

penyelenggaran Pemerintah Daerah.

Dalam hal ini Pemerintah Daerah adalah Gubenur, bupati atau Walikota dan

perangkat daerah sebagai seumber penyelenggara Pemerintah Daerah sesuai

dengan kedudukanya. Pemerintah Daerah Provinsi terdiri atas Pemerintah

Daerah Provinsi dan DPRD Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

terdiri atas Kabupaten/Kota dan DPRD Kabupaten/kota.

Dengan demikian peran Pemerintah Daerah adalah segala sesuatu yang

harus dilakuk dalam bentuk cara dan tindakan baik dalam rangka pelaksanaan

Otonomi Daerah sebagai salah satu hak, wewenang dan kewajiban pemerntah

daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri atau secara mandiri urusan

9
Ibid.,hal 60
11

pemerintahan demi kesejahteraan masyarakat sebagai Daerah otonom. Selain

itu sebagai yang disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai batas-batas wilayah berwenang mengatur dan mengurus

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakasa sendiri

berdasarkan Negara Kesatuan Repuplik Indonesia.

Secara pengertian otonomi daerah berasal dari kata autos dan nomos Kata

pertama berarti “sendiri” sedangkan kata dua berarti “perintah” sehingga

otonomi bermakna pemerintah sendiri.10 Dalam hal pemerintahan juga

menegenal beberapa konsep yang disebut dengan sentralilassi dan

desentralisasi. Sentralisasi adalah pemusatan semua kewenanngan

pemerintahan (politik dan administrasi) pada pemerintah pusat. Pemerintah

pusat dalam dalam hal ini yaitu Presiden dan Materi. Sementara Desentralisai

berasal dari bahasa latin, yaitu De yang berarti lepas dan centrum yang artinya

pusat. Decentrum melepas dari pusat.11

Berdasarkan penjelasan diatas pemerintah daerah mempunyai asas

desentralisasi hal ini bermaksud memberikan wewenang dari pemerintahan

pusat kepala pemerintah daerah untuk mengelola daerahnya sendiri demi

kesejahteraan masyarakat daerah.

3.3 Kebijakan Publik

Secara umum kebijakan diambil dari kata bijak yang berarti pengambilan

keputusan yang baik dan benar, serta secara pengertian kebijakan merupakan

10
Sirajudin dan winardi, 2015, Dasar-dasar Hukum Tata Negara Indonesia, Malang, Setara Press,
hlm. 332

11
Ibid., hlm.332.
12

kemampuan atau kecerdikan seseorang atau kelompok yang dalam

merumuskna prinsip atau konsep sebagai pedoman dasar menjalankan suatu

pekerjaan dalam bentuk Kerjasama untuk mencapai sasaran yang telah

ditentukan. Publik berasal dari kata Publicus dan memiliki pemaknaan rakyat

dan negara dalam ketentuan hukum yang ada. Publik merupakan suatu

kesatuan di dalam suatu masyarakat yang menerima sebuah aturan dalam

bentuk kebijkan. Dalam hal ini kebijakan public merupakan suatu produk

hukum dalam bentuk aturan yang dibuat pemerintahan atau negara untuk

rakyat yang terdampak langsung Maupun tidak langsung.12

Secara jelas tidak dikatakan bahwa kebijakan publik akan ditetapkan dalam

kehidupan masyarakat guna menunjukan keberadaan negara atau pemerintahan

dan digunakan untuk mencegah keburukan yang dilakukan dalam kehidupan

masyarakat.

Beberapa hal yang menjadi penyebab tidak mudahnya menentukan

kepentingan publik yang harus di prioritaskan adalah.13

1. Dilihat dari administrasi pemerintahan yang luas dan diliputi

kebijkan publik yang beraneka ragam. Karena kebijakan publik

dapat berada dan bergerak mulai dari pemerintahan pusat hingga

pada tingkat desa, bahkan lingkup kebijakan puplik menurut

wibawa hingga pada tingkat RT.

12
Dody Styawan, 2017, Pengantar Kebijakan Publik, Intelegensi Media, Malang, hlm.13
13
Ibid.,hlm 19
13

2. Berbagai jenis isi kebijakan publik, mulai dari soal hubungan luar

negeri sampai soal penempatan seorang pejabat, mulai dari soal

trasmigrasi hingga pada persoalan pedagang kaki lima. Dengan

kata lain bahwa isi kebijkan publik memang bereneka ragam

jenisnya yang meliputi segala tingkah laku warga dalam suatu

negara.

3. Tidak mudahnya menentukan kepentingan puplik juga karena

proses perumusan yang tidak hanya berbicara apa yang dilakukan

pemerintah, melainkan juga apa yang tidak dilakukan pemerintah.14

Berdasarkan hal tersebut digunakan untuk kepentingan publik pandangan lain

mengenai kepentingan publik disampaikan oleh Ekowati, ia mengatakan bahwa

kepentingan publik merupakan seluruh kepentingan dan konsep nilai yang

secara umum diterima oleh masyarakat, dengan kata lain, pelayanan yang

berdasarkan kepentingan publik pelayanan yang memuat konsep nilai

berkenaan dengan suatu kepentingan yang merupakan kebutuhan dan

keinginan masyatakat secara umum. Oleh karenanya, pelayanan yang

diselenggarakan oleh

pemerintah harus beriontasi pada pencapain kepentingan publik.15

3.4 Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu

organisme; faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotik factor) atau

variabel-

14
Ibid., hlm. 23
15
Abd. Rohman, 2019, Reformasi Birokrasi dan Good Governance, Intrans Publishing, Malang,
14

hlm 109
15

variabel yang tidak hidup (abiotic faktor).16 Dari hal inilah kemudian terdapat

dua kompenen utama lingkungan, yaitu:

a) Biotik: Mahluk (organisme) hidup; dan

b) Abiotik: Energi, bahan kimia, dan lain-lain.17

Interaksi-interaksi antara organisme-organisme dangan kedua faktor abiotic

membentuk suatu ekosistem.

Undang-Undamg Nomor. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengolahan

Lingkungan Hidup menyatakan bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup.

Makhluk hidup tidak hanya tinggal secara pasif dihabitatnya, Mereka secara

tidak langsung terus menerus berinteraksi dengan berbagai komponen yang ada

disekitarnya. Kondisi lingkungan akan sangat mempengaruhi setiap organisme

yang ada.18

3.4.1 Pencemaran Lingkungan

Berdasarkan Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang 32 tahun 2009 Perlindungan

dan Pengolahan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa pencemaran

lingkungan adalah masuk atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energi,

dan/atau kompenen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia

16
Mulyanto. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. hal. 1.
17
Agoes Soegianto. 2010. Ilmu Lingkungan Sarana Menuju Masyarakat Berkelanjutan. Surabaya:
Airlangga University Press. Hlm. 1.
18
Harisanti, Silvinia, Kebijakan Pemerintah kabupaten Jember Terhadap Pelaksanaan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Laporan Penelitian, FH UM Jember, Tahun 2019
16

sehingga melampui buku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Untuk

mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktifitas

industry dan aktivitas manusia maka di perlukan pengendalian terhadap

pecemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu

lingkungan adalah batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi, atau kompenen

yang ada/atau unsur pencemaran yang di tenggang keberadaanya dalam suatu

sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

Kegiatan manusia yang menyebabkan perubahan lingkungan, misalnya

membuang limbah (limbah rumah tangga, industri, pertanian) secara

sembarangan, menebang hutan sembarangan. Faktor alam yang dapat

meimbulkan kerusakan lingkungan antara lain gunung Meletus, gempa bumi,

tsunami, angin topan, kebakaran hutan, dan banjir. Penceman lingkungan dapat

dikatagorikan menjadi:

1) Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih subtansifik, kimia, atau

biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan

manusia, hewan, dan tumbuhan, menganggu ekstetika dan kenyamanan, atau

merusak properti. Pencemaran udara dapat di timbulkan oleh sumber-sumber

alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti

polusi suara, panas, radiasi, atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara.

Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara bersifat langsung

dan lokal, regonal, maupun global.

2) Pencemaran Air
17

Air merupakan sumber kehidupan manusia. Ketergantungan manusia pada

air sangat tinggi, air dibutukan untuk keperluan sehari-hari seperti untuk

minum, memasak mandi, mencuci, dan sebaginya. Air juga dijadikan sumber

mata pencarian seperti menangkap ikan, membudidaya ikan, dan lain-lain.

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat,

energi, dan/atau kompenen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga

kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat

berfungsi sesuai dengan pembetukanya. Mengingat pentingnya air bagi

kehidupan manusia, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 82

tahun 2001 tentang pengelohan kualitas air dan pengendalian pencemaran Air,

tujuan pengelolahan kualitas air adalah untuk menjamin kualitas air yang

diinginan sesuai dengan pembetukanya, sedangkan tujuan pengendalian air

adalah menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya

pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air.19

3) Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan

manusia masuk dan berubah lingkungan tanah alami. Pecemaran ini biasanya

terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau bahan

kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air

permukaan tanah tercemar kedalam lapisan sub-permukaan, zat kimia, atau air

limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung di

buang ketanah secara tidak memnuhi syarat (ilegal dumping). Ketika suatu zat

berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap,

19
Sukanda Husin.2014. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 63
18

tersapu air hujan dan atau masuk kedalam tanah. Pencemaran yang masuk

kedalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat

beracun ditanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika

bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara diatasnya.

3.4.2 Pengertian Hukum Lingkungan

Hukum lingkungan Menurut Koesnadi Hardjasoemantri adalah hukum yang

mengatur tatanan lingkungan guna mencapai keselarasan hubungan antara

manusia dan lingkungan hidup, baik lingkungan hidup fisik maupun

lingkungan hidup sosial budaya.20

Oleh sebab itu, penegakan hukum lingkungan dapat dimaknai sebagai

penggunaan atau penerapan instrument-instrumen dan sanksi-sanksi dalam

lapangan hukum administrasi, hukum pidana, hukum perdata dengan tujuan

memaksa subjek hukum yang menjadi sasaran mematuhi perundang-undangan

lingkungan hidup.

Hukum lingkungan terbagi dalam dua bagian, yaitu: Hukum Lingkungan

klasik, berorientasi kepada penggunaan lingkungan atau use oriented. Memiliki

ciri dalam wujud yang meliputi:

1) Orientasinya kepada kegunaan dan pembantu (use oriented)

2) Metodenya masih sectoral, bahkan ada kalanya sector spesialistis

(sectoral oriented law, dan

Muhamad Erwin. 2009 Hukum Lingkungan Sistem Kebijakan Lingkungan Hidup. PT Refika
20

Aditama, Bandung, hal.10


19

3) Bersifat dan berwatak beku dan kaku dan sukar berubah sehingga

mudah ketinggalan zaman; tertuju kepada maksud untuk “melindungi dan

mengawetkan” sesuatu unsur dari lingkungan hidup demi kepentingan

“penggunaanya” oleh generasi sekarang dan mendatang.

Hukum Lingkungan modern, berorientasi pada lingkungan, memiliki ciri

dan wujud yang meliputi:

1) Berwawasan Lingkungan

Berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor. 23 tahun 2009

Perlindungan dan Pengolahan Lingkungan Hidup, lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup,

termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup

lainya.

2) Metodenya Comprehenship-integral (utuh-menyeluruh), dan

3) Sifatnya sangat luas (Fleksibel) karena pengaruh oleh kenyataan,

bahwa lingkungan sebagai ekosistem itu selalu berada di dinamika. Dalam hal

ini banyak memberikan wewenang kepada lembaga administrasi untuk

mengembangkan peraturan pelaksanaanya.21

3.4.3 Pengertian Dampak Lingkungan Hidup

Menurut Pasal 1 ayat 26 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Perlindungan Pengolahan dan Lingkungan Hidup, dampak lingkungan hidup

21
St. Munajat Danusaputra.1985. Hukum Lingkungan Buku 11. Jakarta: Nasional Binacit. hlm. 202
20

adalah pengaruh dan perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh

suatu usaha/atau kegiatan.

Tanpa didasari usaha dan/aau kegiatan yang dilakukan oleh manusia

merupakan factor penyebab terjadinya dampak buruk terhadap lingkungan.

Bahan-bahan yang digunakan di dalam suatu produk dan juga sisa-sisa limbah

paprik seringkali meracuni lingkungan. Apabila tidak diimbangi dengan cara

yang benar.

Banyak sekali dampak buruk yang terjadi diera globalisasi serta kemajuan

zaman yang semakin modern terhadap lingkungan. Beberapa hal yang dapat

menyebabkan dampak buruk serta pencemaran terhadap lingkungan antara lain

adalah sebagai berikut:

1. Pembuangan limbah pabrik langsung ke dalam yang tidak boleh

diolah terlebih dahulu

2. Asap pabrik yang dapat mencemari udara

3. Penggunaan insektisida yang berlebihan

4. Pembuangan limbah yang tidak ramah lingkungan secara langsung

ke tanah

5. Penggunaan alat-alat listrik yang dapat memicu gas rumah kaca

6. Penggunaan bahan-bahan pembersih yang mengandung bahan-

bahan kimia berbahaya.

3.4.4 Pengertian Kerusakan Lingkungan Hidup

Menurut Pasal 1 ayat 17 Undang-Undang Nomer 32 tahun 2009

Perlindungan Pengolahan dan Lingkungan Hidup, kerusakan lingkungan

hidup adalah
21

perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,

dan/atau hayati lingkungan hidup yang malampui kreteria baku kerusakan

lingkungan hidup.

Kerusakan lingkungan merupakan perubahan terhadap lingkungan yang

dapat mengancam turunya produksi pangan, terganggunya ketersedian air,

tersebarnya hama dan penyakit tanaman serta manusia, dan punahnya

keanekaragaman hayati. Ketersedian sumber daya alam secara kuantitas

maupun kualitas tidak merata. 22

3.5 Pengertian Limbah

Limbah merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, yang

di hasilkan dari manusia selalu memiliki potensi yang jelek seperti bau, kotor,

sumber penyakit dan sebagainya. Tidak bisa pungkiri bahwa manusia setiap

harinya selalau menghasilkan limbah, seperti makanan, cucian. Bahan, skala

yang lebih besar, limbah yang dihasilkan oleh aktivitas pabrik-paprik

Menurut Kamus Besar Indonesia (KBBI) Limbah adalah bahan yang tidak

mempunyai nilai atau tidak berharga dalam pembuatan atau pemakain; barang

rusak atau cacat dalam proses produksi , Menurut Karmana Limbah adalah sisa

atau sampah dari suatu proses aktivitas manusia yang dapat menjadi bahan

polutan dari suatu lingkungan.

3.5.1 Jenis Limbah

Limbah berdasarkan Senyawanya yaitu:

22
Hadi Siswanto.2003. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.hlm. 73
22

1. Limbah organik adalah limbah yang bersal dari mahluk hidup yang

mudah diuraikan secara alami dan mudah membusuk. Contohnya, kotoran

hewan, sisa-sisa makanan, dan dedaunan yang jatuh ketanah.

2. Limbah Anorganik adalah limbah yang berasal dari sisa-sisa

aktivitas manusia dan limbah ini sangat susah terurai secara alami dan

pembusukan secara alami, maka dari itu, limbah jenis ini sangat berbahaya bagi

manusia dan mahluk hidup lainya. Contohnya, sabun cuci atau piring, botol

minuman bekas, kantong plastik, kaleng-kaleng dan kertas.

3. Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)

Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut B3,

adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang

karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak

dapat merusak dan mencemarkan lingkungan hidup dan dapat membahayakan

lingkungan hidup, kesehatan kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup

lain. Contohnya, Air raksa, tembaga, chromium, timah hitam atau timbal,dan

cadium.

3.5.2 Jenis Limbah Berdasarkan Wujudnya

1. Limbah Padat adalah limbah yang bentuknya padat dan berasal dari

sisa-sisa hasil kegiatan domestic atau aktivitas industri. Contohnya, kertas,

serbuk besi, kain plastik, dan, kayu-kayuan

2. Limbah cair adalah limbah bentuknya cair dan berasal dari sisa-sisa

hasil buangan kegiatan domestik atau proses produksi Contoh: limbah cairan

industri, limbah cairan olahan tekstil.


23

3. Limbah gas adalah limbah yang diamana udara sebagian medianya

semakin banyak limbah gas yang naik ke udara, maka kualitas udara semakin

menurun. Contoh: seperti karbon monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2),

dan Nitrogen Oksida (NOx).

3.5.3 Kerakteristik Limbah Umum

1. Sifatnya Dinamis

Limbah memiliki karakteristik yang dinamis karena limbah itu sendiri selalu

bergerak dari suatu tempat ke tempat lainya. Misalnya, sampah yang dibuang

kesungai akan berpindah tempat ke laut.

2. Ukurannya yang Mikro

Limbah berukuran mikro. Dalam hal ini, ukuran mikro yang dimaksud

adalah partikel-partikel yang ada pada limbah itu sendiri. Bahkan partikel-

partikel yang kecil ini akan sulit untuk dilihat jika tanpa alat bantu seperti

mikroskop. Misalnya, Partike-partikel atau limbah-limbah rumah tangga.

3. Berdampak Jangka Panjang

Karateristik imbah berdampak panjang. Dalam penyelesaian masalah limbah

dibutuhkan kerja sama antara manusia dan antar generasi. Misalnya, sampah-

sampah rumah tangga.

4. Penyebarannya Sangat Luas

Ukurannya sangat kecil membuat limbah dapat menyebar secara mudah.

Dengan kata lain, limbah mudah terseabar secara luas. Bahkan, limbah bisa
24

menyebar dari satu factor ke factor lainya. Misalnya, limbah Pembangunan

paprik yang bisa menyebabkan lingkungan rusak.23

3.6 Pengaruh Air Limbah Pabrik Karet

Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran air limbah karet adalah

gangguan terhadap kehidupan biotik yang disebabkan oleh meningkanya

kandungan bahan organik. Selama proses degradasi limbah oksigen banyak

dikonsumsi, sehingga ketika polutan organic didalam air sedikit, oksigen yang

hilang dan air akan segera digantikan oleh oksigen hasil realisasi dari udara

oleh proses fotosintesis. Apabila konsentrasi polutasn organik cuku tinggi,

maka akan terjadi kondisi anaerobic (tidak ada oksigen) yang menghasilkan

produk dekomposisi berupa anomia, hidrogen, sulfida, karbondioksida dan

metana. Air limbah juga dapat menjadi sumber pengotor, sehingga kalua tidak

dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran air, menimbulkan bau

yang tidak sedap serta pemandangan yang tidak menyenangkan.

3.7 Pengolahan Limbah Karet

Pengelolaan air limbah industri karet sampai sekarang kebanyakan hanya

menampung air lebih kemudian didiamkan beberapa hari dibuang ke perairan.

Cara ini membutuhkan kapasitas penampungan air limbah yang besar. Terlebih

lagi dikarenakan pemakain air pada industri karet cukup besar, maka akan di

hasilkan air limbah industri karet yang banyak.

Pengurain polutan air limbah karet tersebut dilakukan oleh mikrooganisme

yang tidak memerlukan oksigen bebas (anaerob). Memang hal tersebut apat

23
https://www.gramedia.com/literasi/jenis-limbah/, diakses pada tanggal 26 Desember 2021
25

berjalan walau memerlukan waku yang lama. Supaya proses pengelolahan

dapat berjalan efektif, sehingga dibutuhkanya kondisi yang paling baik bagi

pertumbuhan Mikrooganisme dapat hidup pada kondisi pH air limbah

mendekati angka netral. Air limbah industri karet bersifat asam sehingga

sebelum diolah perlu dinetralkan terlebih dahulu dengan kapur agar kerja

mikroorganisme berlangsung dengan baik. Mengingat waktu yang cukup

panjang dalam proses pengelolaan air limbah karet sehingga anaerob (tidak ada

oksigen), maka diperluka inovasi untuk mendaapatkan proses yang singkat

namun biayanya tetap murah.24

4 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan-kebijkan

yang digunakaan Pemerintah Kabupaten Jember dalam menangani pencemaran

limbah pengolahan karet di PTPN XII Kebun Glantangan.

5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka setiap penulisan dalam

penelitian sangat diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti

maupun masyarakat secara luas. Adapun manfaat yang diharapkan dalam

penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan, menambah

pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan penelitian di bidang Hukum

Lingkungan

24
Pengelolahan Air Limbah Industri Karet Remah (Crumb Rubber) Dengan Menggunakan Reagen
Fenton, Tehnik Kimia Universitas Tamansiswa Palembang, Vol 5 No.1 Tahun 2020
26

2. Secara praktis, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

Pemerintah Kabupaten Jember untuk memelihara, menjaga dan pengawasan

lingkungan khusunya di PTPN XII Kebun Glantangan.

6 Metode Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini memerlukan suatu metode untuk

menganalisa suata data atau fakta agar menghasilakan suatu kebenaran yang

ilmiah tersebut,penulis harus memiliki proses berpikir yang baik dan benar

secara imiah yang bisa serta dapat diterima di berbagai kalangan. Hal tersebut

merupakan pedoman dalam rangka melakukan analisi terhadp data hasil

penelitian. Dalam penyusunan penelitian dan penyusunan laporan Metode yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

6.1 Metode Pendekatan

Dalam hal penelitian hukum memiliki beberapa pendekatan yang mana

pendekatan tersebut akan membantu penelitian dalam memroleh informasi

mengenai permasalahan yang sesuai dengan apa yang terjadi dan di cari

jawabannya melalui pendekatan tersebut. Cara Pendekatan (approach) yang

digunakan dalm suatu penelitian normatif akan memungkinkan seorang peneliti

untuk memanfaatkan hasil-hasil lain untuk kepentingan dan analisis serta

eksplanasi hukum tanpa mengubah karakter ilmu hukum sebagai ilmu normatif. 25

Pendekatan yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach)

25
Johnny Ibrahim, 2005, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif,Bayu media
Publishinhg, Malang, hal.300
27

Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua peraturan

perundangundangan yang bersangkut paut dengan permasalahan ( isu

hukum ) yang sedang dihadapi.26 Pendekatan perundang-undangan ini

misalnya dilakukan dengan mempelajari konsistensi/kesesuaian antara

Undang-Undang Dasar, atau antara Undang-Undang yang satu dengan

Undang-Undang yang lain.

2. Pendekatan Konseptual ( Conceptual Approach)

Pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin

yang berkembang di dalam ilmu hukum. Pendekatan inin menjadi penting

sebab pemahaman terhadap pandangan/doktrin yang berkembang dalam

ilmu hukum dapat menjadi pijakn untuk membangun argumentasi hukum

ketika menyelesaikan isu hukum yang di hadapi.27

6.2 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan yaitu penelitian yurudis normatif yaitu

metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau

bahan sekunder belaka. Penelitian hukum secara yuridis maksudnya penelitian

yang mengacu pada studi kepustakaan yang ada ataupun terhadap data sekunder

yang digunakan.Sedangkan bersifat normatif maksudnya penelitian hukum yang

bertujuan untuk memroleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara satu

peraturan dengan peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya.

26
Peter Mahmud Marzuki,2010, Peneliatan Hukum, ,Kencana Prenada, Jakarta, hal.93
27
Ibid.,hal.137
28

6.3 Bahan Hukum

Adapun bahan hukum yang digunakan oleh penulis didalam penelitian ini

meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder , dan bahan hukum

tersier:

A) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif,

artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari

perundangan-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

perundang- undangan, dan putusan hakim. Bahan hukum primer yang

digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Nomer 32 tahun 2009 Tentang Perlindung

Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. Undang-Undang Nomer 30 Tahun 2014 Tentang Admistrasi

4. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2001

Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

6. Peraturan Daerah Jember Nomer 1 Tahun 2015 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jember.

B) Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder meruakan bahan hukum berupa semua publikasi

tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, meliputi


29

buku-buku teks,kamus hukum,jurnal-jurnal hukum dan komentar-komentar

atas putusan pengadilan.28

C) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tresier merupakan bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder.29 Contohnya yaitu kamus, Ensiklopedia.

6.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memroleh data dalam penelitian ini, penyusun menggunakan

Studi Pustaka. Studi pustaka yaitu pengumpulan data yang bersumber dari

bahan-bahan hukum yang berupa perundangan-undangan atau studi

penelaahan karya tulis, baik dari buku-buku, jurnal-jurnal, atau surat kabar

yang dilakukan di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Jember.

6.5 Teknik Analisa Data

Penulisan dalam mengelola dan menganalisa data dengan menggunakan

metode penelitian yang bersifat deskriptif analisis dan data yang

digunakan adalah bersifat kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintetiskanya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

28
Zainuddin Ali, 2016 ,Metode Penelitian Hukum,cat Ke 8 ,Sinar Grafika, Jakarta, hal.107
29
Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Gravindo
Persada, Jakarta, hal.119
30

Deskriptif tersebut meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu

kegiatan yang dilakikan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna

aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam penyelesaian permasalahan

hukum yang menjadi objek kajian.


31

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abdul Latif, 2014, Hukum Administrasi Dalam praktik tindak Pidana Korupsi,
prenada Media Groub, Jakarta

Agoes Soegianto. 2010. Ilmu Lingkungan Sarana Menuju Masyarakat


Berkelanjutan. Surabaya: Airlangga University

Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja
Gravindo Persada, Jakarta

Dody Styawan, 2017, Pengantar Kebijakan Publik, Intelegensi Media, Malang

Hadi Siswanto.2003. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Ibrahim, Johnny. 2008. Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, revisi ed

Malang: Bayumedia.

Johnny Ibrahim, 2005, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif,Bayu


media Publishinhg, Malang

Muhamad Erwin. 2009 Hukum Lingkungan Sistem Kebijakan Lingkungan Hidup.


PT Refika Aditama, Bandung

Mulyanto. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian hukum. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Ridwan HR, 2008, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sirajudin dan winardi, 2015, Dasar-dasar Hukum Tata Negara Indonesia, Setara
Press, Malang

Soerjono Soekanto. 1990, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:Rajawali.

St. Munajat Danusaputra.1985. Hukum Lingkungan Buku 11. Jakarta: Nasional


Binacit.

Sukanda Husin.2014. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar


Grafika.
32

Zainuddin Ali, 2016 ,Metode Penelitian Hukum,cat Ke 8 ,Sinar Grafika, Jakarta

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Repuplik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Nomer 30 Tahun 2014 Tentang Admistrasi

Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah Repuplik Indonesia Nomer 82 tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Daerah Jember Nomer 1 Tahun 2015 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Jember.

C. JURNAL

Hermawan, Perlindungan Hukum Terhadap korban sebagai Akibat Pembakaran


Lahan Tebu Pada Saat Hendak Panen Tebu di Kabupaten Lampung
Tengah, Laporan Penelitian, FH UM Yogyakarta, Tahun 2018

Nilawati & Fadillah Natasya, Dampak Limbah Karet Terhadap Lingkungan dan
Aktivitas Masyarakat di Kabupaten Aceh Timur, Pros. SemNas.
Peningkatan Mutu Pendidikan, Vol 2 No.1 Tahun 2021

Retno Harieswantini, Hariadi Subagja dan Muksin, Analisis Produktivitas Dan


Pendapatan Tenaga Kerja Penyadap Karet Di Kabupaten Jember,
POLTEK Jember Tahun 2017

Nanang Dwi Wahyono, Pemetaan Rencana aksi Pengembangan Industri Karet di


Provinsi Jawa Timr, Jurnal Ilmiah Inovasi, Vol 14 No.1 Tahun 2014

Harisanti, Silvinia, Kebijakan Pemerintah kabupaten Jember Terhadap


Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Laporan
Penelitian, FH UM Jember, Tahun 2019

Pengelolahan Air Limbah Industri Karet Remah (Crumb Rubber) Dengan


Menggunakan Reagen Fenton, Tehnik Kimia Universitas Tamansiswa
Palembang, Vol 5 No.1 Tahun 2020

D. INTERNET
33

https://www.gramedia.com/literasi/jenis-limbah/, diakses pada tanggal 26 Dese


mber 2021

Anda mungkin juga menyukai