Anda di halaman 1dari 67

www.TeguhHidayat.

com |1

FINAL

Ebook Investment Planning


Edisi Kuartal II 2022 (Q2 2022)
by Indonesia Value Investing
www.teguhhidayat.com

Pembaca Yth, Dokumen (“ebook”) ini bersifat terbatas untuk penggunaan personal, dan rahasia sehingga
tidak terbuka bagi umum. Dilarang menyebarluaskan dokumen ini baik sebagian maupun seluruhnya
kepada siapapun, dalam bentuk apapun, dan untuk tujuan apapun, tanpa izin tertulis dari Teguh
Hidayat. Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Setiap pelanggaran terhadap ketentuan ini akan
dikenai hukuman sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

Be respect. Jika anda menganggap isi ebook ini bermanfaat, dan hendak merekomendasikannya kepada
teman/rekan kerja/saudara, maka informasikan kepada teman anda tersebut untuk membelinya sesuai
dengan petunjuk yang disampaikan disini: https://www.teguhhidayat.com/p/ebook-analisis-kuartal-i-
2014.html. Biayanya Rp300,000 per copy. Info Whatsapp 0821.1001.1100 (Nury).

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


www.TeguhHidayat.com |2

UNTUK DIPERHATIKAN:

1. Analisa saham No.1 – 12 terbit pada hari Senin, 8 Agustus, analisa saham No.13 – 17 terbit pada
hari Senin, 22 Agustus, dan analisa saham No. 18 – 30 terbit pada hari Senin, 5 September 2022.
Sehingga harga saham (current) yang dicantumkan disini adalah harga pada atau sebelum tanggal-
tanggal tersebut. Harga saham terbaru ketika anda membaca ebook ini bisa lebih tinggi atau lebih
rendah.
2. Buku edisi berikutnya (Q3 2022) akan terbit pada November 2022.
3. Disclaimer: Semua keputusan investasi yang anda buat merupakan tanggung jawab anda sendiri.
Jika hasilnya profit maka kami juga tidak akan minta bagian.

Jika pada saham tertentu yang dibahas dalam ebook ini, dalam ulasannya tidak disebutkan target harga,
maka memang saham tersebut tidak memiliki target harganya, alias kalau bisa pegang aja terus atau kalau
mau dijual pun paling tidak asal diatas harga belinya saja. Karena dalam value investing yang penting itu
buy stock at a lowest possible price, dan bukannya sell stock at a highest possible price. Kemudian jika
dalam ulasannya tidak disebutkan soal prospek perusahaan kedepan, maka memang perusahaannya tidak
sedang mengerjakan apa-apa alias hanya menjalani bisnis seperti biasanya saja, atau prospek tersebut
(termasuk detail operasional perusahaan) sudah dibahas di ebook edisi sebelumnya, atau sudah dibahas
secara terbuka di TeguhHidayat.com

‘Jangka pendek’ yang dimaksud disini adalah kurang dari 3 bulan, ‘jangka menengah’ adalah 3 – 12 bulan,
dan ‘jangka panjang’ adalah diatas 1 tahun.

Penting: Ebook ini milik Teguh Hidayat dan hanya boleh dibaca oleh nama-nama yang terdaftar dalam
database kami (termasuk nama anda), sehingga anda tidak diperkenankan meng-share ebook ini kepada
siapapun, termasuk rekan kantor atau istri/suami/anak, apalagi mem-forward-nya ke grup atau forum.
Jika anda hendak merekomendasikan ebook ini kepada rekan anda, maka mintalah rekan anda tersebut
untuk membelinya sesuai dengan petunjuk yang disampaikan di www.teguhhidayat.com.

Teguh

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


www.TeguhHidayat.com |3

DAFTAR ISI

No. Kode Hal. Current Best Buy at Rating Comments Risks


1 ASII 4 6,625 6,000 - 6,500 AA Hati-hati terkait kondisi pasar Low
2 UNVR 7 4,720 4,200 - 4,400 A Sahamnya bakal cooling down dulu Low
3 TAPG 9 685 650 - 700 A Menunggu sentimen positif Moderate
4 MBAP 11 8,000 7,000 - 8,000 AA Dividen interim! Moderate
5 INDY 13 2,770 2,500 - 2,700 A Target 5,000? Moderate
6 SMDR 15 2,920 2,500 - 2,600 A Ekspor impor masih tinggi High
7 MLIA 17 605 570 - 600 A Target 800 Moderate
8 INDR 18 8,050 7,000 - 8,000 A Perusahaan diuntungkan inflasi Moderate
9 BEST 19 148 125 - 135 AA Curi start booming properti! Moderate
10 CPRO 21 71 60 - 65 A "momentum kebangkitan" Moderate
11 MLBI 24 9,200 8,500 - 9,000 A Long term Low
12 MFIN 27 1,580 1,370 AA Penjualan motor naik terusss Low
13 CSRA 28 645 600 - 650 A Sawit bagus ini Moderate
14 ITMG 30 37,500 36,000 AA Hooooooodddlll Moderate
15 MDLN 33 115 90 - 95 AA Iya multibagger, tapi nanti. Sabar! Moderate
16 CASS 36 446 380 - 400 A Liburan naik pesawat! Low
17 ADHI 38 800 600 - 700 A Konstruksi sudah bottom Moderate
18 ASRI 41 178 150 - 170 A Penjualan rumah mulai naik Moderate
19 GPRA 43 87 80 - 90 AA kecil-kecil cabe rawit Low
20 APLN 45 115 100 - 110 A Penjualan apartemen juga naik Moderate
21 PTBA 47 4,260 3,900 - 4,100 AA Sudah hilirisasi Moderate
22 ABMM 48 3,300 2,700 - 3,000 AA Target masih 5,000 Moderate
23 KOBX 51 370 350 - 370 A Harga nominal kecil = lebih cuan Moderate
24 DEWA 52 80 ? A Right issue! High
25 LTLS 55 1,470 1,250 - 1,350 A Bahan dasar diuntungkan inflasi Moderate
26 BMSR 57 725 700 - 750 A Perusahaan kimia juga ini High
27 KRAS 59 426 400 A Turnaround continues! Moderate
28 INKP 62 8,850 8,400 AA Otw 12,000 Moderate
29 MAPI 63 1,050 950 - 1,000 A Lifestyle Low
30 PGAS 66 1,815 1,700 AA PT Saka! Moderate

Tingkat risk diatas dibuat dengan mengesampingkan kondisi pasar. Dengan kata lain, dalam kondisi pasar
yang terkoreksi (IHSG turun 10 – 15%), apalagi market crash (turun diatas 15%), maka saham anda mungkin
akan turun signifikan bahkan meski risk-nya ‘low’. Tapi disisi lain ketika pasar pulih kembali, maka saham-
saham dengan risiko rendah inilah, yang biasanya akan naik paling cepat (paling cepat, bukan paling tinggi).

Best buy artinya anda nggak harus beli persis diharga segitu, melainkan 10 – 15% diatasnya juga boleh.
Meski demikian sebaiknya tetap usahakan untuk membeli saham pada best buy-nya. Kalau ratingnya
rekomendasinya bagus, misalnya AA, maka artinya sahamnya lebih direkomendasikan ketimbang yang
ratingnya hanya A.

Posisi IHSG ketika ebooknya terbit: 7,177, turun dibanding tiga bulan lalu di 7,182

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


www.TeguhHidayat.com |4

1. Astra Int'l 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 392,523 367,311 6.9
Current 175,316 160,262 9.4
Liabilities 160,440 151,696 5.8
Current 113,996 103,778 9.8
Equity 183,839 172,053 6.9
Shares Volume 40,484 40,484 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 143,692 107,395 33.8
Operating Profit 28,802 13,991 105.9
Net Profit for Company 18,174 8,831 105.8
Compr. Net Profit 19,672 10,298 91.0
EPS 449 218 106.0
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 6,625
Mkt Cap (billion Rp) 268,204
PER (X) 7.4
PBV (X) 1.5

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 114.6 113.4 1.0
Current Ratio 153.8 154.4 -0.4
ROA 10.0
ROE 19.8
OPM 20.0 13.0 53.9
NPM 12.6 8.2 53.8

Sebelum kita mulai menganalisa saham-saham yang masuk EIP edisi kali ini, satu per satu, seperti biasa
penulis akan sampaikan perkembangan kondisi pasar & makroekonomi baik di dalam maupun luar negeri,
secara ringkas (detilnya bisa dibaca di EMP bulanan), and here we go. Ketika analisa ASII ini ditulis, IHSG
sedang mulai naik lagi ke posisi 7,000-an, setelah sebelumnya pada bulan Juni dan Juli turun hingga 6,600-
an. Nah, sebenarnya pada bulan Mei-nya, IHSG bahkan sempat drop sampai 6,500-an pada pertengahan
Mei, tapi ketika itu yang turun hanya saham ‘bluechip gorengan’ seperti ARTO, BUKA, dan GOTO. Sedangkan
ratusan saham-saham lainnya di BEI tidak ikut turun, malah beberapa seperti batubara tetap naik sendiri.
Sehingga pada bulan Mei tersebut, meskipun IHSG-nya drop sampai 6,500, tapi pasar tidak terasa sedang
koreksi, dan investor juga tidak panik sama sekali. Dan memang ketika GOTO naik lagi dari 194 hingga
sempat tembus 400, maka IHSG juga dengan cepat naik lagi, dimana pada akhir Mei IHSG sudah kembali
bertengger di 7,100-an.

Namun memasuki bulan Juni, IHSG kembali turun hingga dibawah level psikologis 7,000, dan barulah kali
ini saham-saham semuanya turun, dan semakin dalam turunnya ketika pada bulan Juli, IHSG drop sampai
6,600-an. Pada bulan Juni – Juli tersebut, Dow Jones turun hingga sempat tembus dibawah level psikologis
30,000, dan bitcoin sebagai ‘indeks pasar crypto’ juga turun hingga dibawah level psikologis $20,000. Istilah
‘level psikologis’ ini penting untuk disebutkan, karena ketika Dow turun sampai 31,000, misalnya, maka
investor akan tenang-tenang saja. Tapi ketika Dow turun sampai tembus dibawah ‘angka cantik’ 30,000,

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


www.TeguhHidayat.com |5

maka otomatis beritanya jadi headline dimana-mana, dan itu menyebabkan kepanikan. Yep, jadi anda
sendiri juga mungkin ingat bahwa pada bulan Juni – Juli tersebut investor panik, dan cerita Amerika resesi,
inflasi cetak rekor, Fed Rate naik bla bla bla juga beredar dimana-mana, dan imbasnya IHSG juga turun
sampai mentok di 6,600 itu tadi. Barulah setelah lewat pertengahan Juli, dan justru ketika data-data
inflasi, Fed Rate naik, dan pertumbuhan ekonomi AS dirilis (yang angkanya menunjukkan bahwa AS ‘resmi’
resesi), maka Dow bitcoin naik lagi, demikian pula IHSG naik lagi, dan sekarang sudah diatas 7,000-an lagi.

Dan dalam kondisi demikian maka tentu saja kepanikan investor mereda, termasuk cerita Amerika resesi
itu juga hilang begitu saja, setidaknya untuk saat ini. Namun demikian penulis melihat terdapat setidaknya
dua faktor yang membuat cerita ‘resesi’ ini akan muncul lagi sewaktu-waktu, minimal satu kali lagi sebelum
akhir tahun nanti. Pertama, meski dalam sebulan terakhir Dow dkk sedang naik lagi, tapi jika kita lihat
trendnya sejak persis awal tahun 2022 lalu, maka Dow Jones, Nasdaq, dan S&P500 semuanya masih dalam
trend turun (downtrend), dan kemungkinan masih akan lanjut turun karena problem di Wallstreet sejak
awal adalah valuasi dari saham-sahamnya yang masih sangat mahal. Sayangnya ketika pasar saham Amerika
turun, maka pasar saham di seluruh dunia ikut turun. Yup, per penutupan pasar tanggal 5 Agustus 2022,
IHSG memang masih naik 7.7% sejak awal tahun alias year to date (YTD). Namun dari 36 indeks-indeks
saham penting di seluruh dunia yang masuk statistik BEI disini: https://www.idx.co.id/data-pasar/laporan-
statistik/statistik/, maka hanya 12 indeks saja (termasuk Indonesia/IHSG) yang angkanya positif untuk
tahun 2022 ini. Sedangkan 24 lainnya, termasuk Dow, angkanya negatif. Malah pada pertengahan Juni lalu
ketika Dow sempat dibawah 30,000, maka IHSG juga hampir saja ikut negatif ketika dia beberapa waktu
kemudian turun sampai 6,600-an. Sehingga jika nanti Dow ‘kumat’ lagi, dan cerita ‘Amerika resesi’ kembali
ditulis di CNBC dkk, maka sedikit banyak IHSG akan ikut terpengaruh alias turun.

Jadi maksud penulis adalah, saya percaya bahwa secara fundamental ekonomi, maka kondisi Indonesia
sangat baik, kinerja emiten-emiten disini juga bagus, plus valuasi saham-saham masih relatif murah. Jadi
pada akhirnya IHSG kita tetap akan tumbuh positif di sepanjang tahun 2022 ini. Namun seperti disebut
diatas jika Dow nanti kumat lagi, dan besar kemungkinan itu akan terjadi karena memang arahnya masih
downtrend, maka IHSG kita juga akan kena sekali lagi, albeit harusnya level 6,500 – 6,600 itu akan tetap
menjadi support kuat yang tidak akan ditembus.

Itu pertama. Kedua, terkait masalah inflasi. Per Juni 2022, inflasi AS tercatat 9.1%, tertinggi sejak 1981.
Namun melihat Fed Rate yang, meski sudah naik lumayan, tapi terakhir masih di 2.50%, maka penulis
termasuk yang percaya bahwa inflasi AS masih akan naik lebih tinggi lagi. Problemnya adalah, ketika nanti
data inflasi terbaru menunjukkan rekor baru di 10%, misalnya, maka pasti akan muncul lagi kekhawatiran
bahwa Fed Rate akan naik, dan kekhawatiran bahwa Amerika akan resesi, dan imbasnya Dow turun. Lalu
ketika Fed Rate beneran kembali naik, maka Dow naik lagi, lalu setelah itu inflasi naik lagi, dan Dow turun
lagi. Jadi siklusnya bakal gitu aja terus sampai kenaikan Fed Rate mencapai angka tertentu (perkiraan 4 –
4.5%, tapi bisa lebih tinggi), dan imbasnya inflasi AS akhirnya turun. Tapi melihat kondisinya saat ini,
penulis tidak melihat bahwa penurunan inflasi AS itu akan terjadi dalam 2 – 3 bulan kedepan. Paling realistis
itu baru akan terjadi dalam 5 – 6 bulan kedepan.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


www.TeguhHidayat.com |6

Kemudian, penulis sebenarnya tidak akan terlalu khawatir jika masalah inflasi diatas hanya terjadi di AS,
tapi sayangnya Indonesia juga menghadapi masalah yang sama. Yup, per Juli 2022, inflasi kita sudah
mencapai 4.94%, dimana jika melihat BI Rate yang masih rendah di 3.50%, maka normalnya angkanya masih
akan naik lagi, mungkin bisa sampai 6 – 8%. Dan jika benar bahwa inflasi kedepannya bakal kembali naik
hingga setinggi itu, maka pada titik tertentu orang-orang akan mengurangi belanja kebutuhan sehari-hari
dll (karena harganya sudah kelewat tinggi), dan imbasnya pertumbuhan ekonomi di dalam negeri juga akan
melambat, dan jika demikian maka kinerja sejumlah emiten akan terpengaruh (misalnya emiten consumer,
karena turunnya omzet plus naiknya harga bahan baku). Jadi kecuali inflasi di dalam negeri ini kedepannya
lebih terkendali, atau setidaknya berhenti naik/bertahan di kisaran 4%, maka penulis kira tidak realistis
jika kita mengharapkan IHSG lanjut naik sampai 7,400, misalnya, melainkan posisinya saat ini sudah cukup
tinggi, yakni karena adanya ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya akan melambat
(meski harapannya tidak akan sampai negatif, jadi angkanya cuma turun saja dari saat ini 5% secara year
on year menjadi 3 – 4%). Dan kalau Dow sewaktu-waktu kumat lagi, maka IHSG juga bisa turun ke 6,500 –
6,600 sekali lagi, sebelum akhir tahun nanti.

Sehingga terkait analisa diatas, maka penulis masih akan menerapkan best buy serta target harga yang
terbilang konservatif (baca: best buy-nya serendah mungkin, demikian pula target harganya tidak terlalu
tinggi) bagi saham-saham yang masuk EIP edisi kali ini, kecuali untuk saham-saham tertentu yang kita
anggap diuntungkan oleh tingginya inflasi, misalnya komoditas dan energi.

Okay, jadi sekarang kita ke ASII. Pada EIP Q1 2022 kemarin, penulis mengatakan bahwa saham ASII dkk
sejatinya belum turun pada periode koreksi pasar di bulan Mei, meskipun IHSG ketika itu sempat drop
sampai 6,500, yang itu justru artinya ASII masih bisa turun, karena ancaman kenaikan Fed Rate dan lain
sebagainya itu nyata adanya. Dan ternyata benar: Memasuki bulan Juni, ASII mulai pelan-pelan turun dari
7,350 sampai 5,825 pada pertengahan Juli, sebelum kemudian naik lagi ke posisi sekarang (6,625) seiring
rebound IHSG, dan terutama setelah LK Q2-nya dirilis dan hasilnya bagus. Nah, namun ketika penulis
mengatakan bahwa ‘LK Q2 ASII bagus’, maka itu sebenarnya sedikit tricky. Yup, dari laba bersihnya sebesar
Rp18.2 triliun diatas, maka itu termasuk ‘keuntungan atas investasi pada saham PT GoTo Gojek Tokopedia,
Tbk’ senilai Rp3.7 triliun. Seperti yang kita ketahui, ASII memang ada pegang saham GOTO yang pada
tanggal laporan keuangannya (30 Juni 2022), dan berdasarkan harga saham GOTO ketika itu yakni Rp388
per saham, tercatat Rp7.2 triliun. Tapi kita tahu bahwa keuntungan tersebut tidak riil karena ASII masih
hold saham GOTO, sehingga untuk perhitungan valuasinya maka keuntungan yang Rp3.7 triliun ini sebaiknya
dianggap tidak ada. Dan memang di LK ASII sendiri pada halaman 97, disebutkan bahwa jika keuntungan
investasi di saham GOTO itu dikeluarkan, maka EPS-nya turun dari 449 menjadi Rp357 per saham.

Dan jika kita hitung PER-nya pakai EPS yang 357 tersebut, maka PER ASII pada harga 6,625 sejatinya bukan
7.4, melainkan 9.3 kali. Kabar baiknya, angka segitu masih relatif murah untuk ukuran saham bluechip.
Dan bahkan jika laba ASII yang Rp18.2 triliun diatas dikurangi Rp3.7 triliun, sehingga hasilnya adalah Rp14.5
triliun, maka itu masih naik signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dimana kenaikan

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


www.TeguhHidayat.com |7

kinerja ASII tersebut selaras dengan pulihnya tiga segmen usaha utama yang dipegang perusahaan, yakni
otomotif, alat berat termasuk tambang batubara, dan perkebunan kelapa sawit. Disisi lain, diatas penulis
sudah katakan bahwa jika inflasi terus naik, maka pada satu titik volume penjualan unit-unit mobil dan
motor, yang sekarang sudah pulih lagi seperti sebelum pandemi, juga akan melambat lagi karena tingginya
harga jual dari mobil dan motor itu sendiri. Yup, coba anda cek sendiri berapa harga Avanza sekarang? Tipe
terendahnya sudah Rp233 juta, padahal mobil ini sempat dikenal sebagai ‘mobil murah’.

Sehingga kinerja ASII yang sangat baik di Q2 ini kemungkinan tidak akan menjadi lebih baik lagi pada Q3
dan Q4 nanti, kecuali jika perusahaan mampu memaksimalkan profit dari segmen usaha batubara dan
sawitnya. Lalu ditambah adanya kemungkinan ASII akan mencatat rugi yang cukup besar dari investasinya
di saham GOTO jika saham GOTO itu sendiri tetap di level 200-an pada tanggal 30 September nanti, maka
best buy-nya masih belum berubah di 6,500, dengan target harga yang juga belum berubah di 8,000 – 9,000
(PER 11 – 12 kali, berdasarkan EPS yang tidak memasukkan keuntungan investasi GOTO). Mungkin perlu
dicatat pula bahwa ASII normalnya hanya akan naik setinggi itu (sampai 9,000) jika IHSG juga naik sampai
katakanlah ke 7,400, which is tidak realistis jika berharap bahwa itu akan tercapai pada tahun 2022 ini.
Namun demikian jika anda bisa masuk di harga 6,500 atau dibawahnya, maka itu sudah enak sekali, dan
selanjutnya tinggal hold saja.

Rating Kinerja Q2 2022: AA


Rating Valuasi Saham (at current price): A

2. Unilever Indonesia 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 22,144 19,069 16.1
Current 11,093 7,642 45.2
Liabilities 17,578 14,747 19.2
Current 15,400 12,445 23.7
Equity 4,566 4,321 5.7
Shares Volume 38,150 38,150 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 21,463 20,177 6.4
Operating Profit 4,483 4,038 11.0
Net Profit for Company 3,430 3,046 12.6
Compr. Net Profit 3,449 2,891 19.3
EPS 90 80 12.5
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 4,720
Mkt Cap (billion Rp) 180,068
PER (X) 26.2
PBV (X) 39.4

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 26.0 29.3 -11.4
Current Ratio 72.0 61.4 17.3
ROA 31.2

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


www.TeguhHidayat.com |8

ROE 150.2
OPM 20.9 20.0 4.4
NPM 16.0 15.1 5.9

Pada analisa ASII diatas penulis sudah katakan bahwa dalam situasi inflasi tinggi, maka salah satu sektor
yang dirugikan adalah consumer goods. Dan memang hal itu sudah langsung tercermin pada kinerja salah
satu emiten consumer terbesar di BEI, yakni UNVR, dimana labanya untuk Q2 ini sedikit turun dibanding
Q1, bukan karena penurunan penjualan tapi karena naiknya beban terutama beban pemasaran, umum, dan
administrasi. Jadi jika inflasi ini terus naik kedepannya, maka hampir bisa dipastikan laba UNVR pada Q3
dan Q4 nanti akan lebih kecil lagi, albeit harusnya masih terhitung naik dibanding tahun 2021 lalu.

Terlepas dari itu, penulis masih percaya bahwa prospek UNVR dalam jangka panjang tetap cerah. Karena
meski inflasi akan menaikkan beban perusahaan, tapi pada akhirnya UNVR akan juga bisa menaikkan harga
jual produknya secara bertahap, dimana jika kondisi ekonomi secara umum masih bagus/pertumbuhan
ekonomi masih positif, maka konsumen tetap akan membeli. Contohnya ya lihat saja produk-produk UNVR
yang ada di rumah seperti sabun, shampoo, pasta gigi: Berapa harganya sekarang ini dibanding misalnya 5
atau 10 tahun lalu? Sudah naik signifikan tapi toh kita tetap beli bukan? Jadi maksud penulis adalah, meski
diatas disebutkan bahwa ada kemungkinan kinerja UNVR melambat hingga akhir tahun nanti, tapi untuk
tahun 2023, 2024 dan seterusnya, dengan asumsi ekonomi terus tumbuh, maka kinerja UNVR juga akan
terus naik. Dan eventually sahamnya akan ke 7,000 – 8,000 lagi.

Sehingga, jika dalam beberapa waktu kedepan kenaikan UNVR sejak April 2022 lalu tertahan di kisaran
harganya saat ini (4,720), maka itu merupakan kesempatan bagi kita untuk akumulasi secara bertahap,
misalnya jika anda sendiri menyetor rutin cash ke sekuritas untuk beli UNVR ini setiap bulan, dan tentunya
jika anda bisa komitmen untuk hold sahamnya selama 5 tahun atau lebih lama lagi (jika anda tidak bisa
komitmen seperti itu, atau jika anda masih bertanya ‘Nanti jualnya kapan? Di harga berapa?’, maka jangan
pilih UNVR ini, pilih saja saham lain). Sedangkan jika anda sudah pegang sejak awal maka hold saja. Dan
jika anda baru mau masuk, atau hendak tambah posisi, maka best buy-nya masih sama di 3,800 – 4,200
(PER 21 – 23 kali).

And btw penulis juga mulai tertarik dengan satu lagi saham consumer favorit investor long term yakni SIDO,
setelah harganya drop dari 900-an sampai terakhir 700-an, setelah perusahaan membukukan penurunan
laba pada Q2 2022 barusan. Tapi karena harga 700 itu masih sangat tinggi, kurang lebih sama seperti ketika
UNVR masih di 7,000-an pada awal tahun 2021 lalu, maka saya percaya kita masih bisa dapat harga yang
lebih baik untuk SIDO ini. Jadi nanti kita lihat lagi perkembangannya 3 – 6 bulan dari sekarang, dimana
mungkin barulah saat itu saya akan memasukkan sahamnya di EIP ini.

Rating Kinerja Q2 2022: S


Rating Valuasi Saham (at current price): A

3. Triputra Agro 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


www.TeguhHidayat.com |9

Assets 13,914 12,446 11.8


Current 3,575 2,449 45.9
Liabilities 4,770 4,650 2.6
Current 1,985 1,605 23.7
Equity 8,797 7,513 17.1
Shares Volume 19,853 19,853 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 4,615 2,856 61.6
Operating Profit 1,688 434 289.1
Net Profit for Company 1,780 406 338.5
Compr. Net Profit 1,780 406 338.5
EPS 90 21 328.6
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 685
Mkt Cap (billion Rp) 13,599
PER (X) 3.8
PBV (X) 1.5

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 184.4 161.6 14.1
Current Ratio 180.0 152.7 17.9
ROA 25.6
ROE 40.5
OPM 36.6 15.2 140.9
NPM 38.6 14.2 171.4

Penulis pertama kali melirik TAPG ini pada EIP Q1 2022 kemarin, dan analisanya masih relevan untuk
disajikan kembali disini, dengan sedikit perubahan. Oke kita langsung saja.

TAPG adalah perusahaan holding yang memegang sejumlah anak usaha di bidang perkebunan kelapa sawit,
yang relatif baru berdiri sejak tahun 2005. Jadi pada tahun 2005 tersebut, tak lama setelah berdirinya,
TAPG mengakuisisi satu perusahaan sawit di Jambi dengan nama PT Brahma Binabakti, dan di tahun-tahun
berikutnya perusahaan terus mengakuisisi perusahaan-perusahaan sawit lainnya, dan juga mengakuisisi
atau membangun pabrik kelapa sawit (PKS) yang mengolah tandan buah sawit menjadi CPO. Hingga pada
akhir tahun 2021, TAPG sudah memiliki total 162 ribu hektar lahan tertanam yang tersebar di 24 lokasi di
Jambi, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan, plus 17 PKS. TAPG juga memiliki 1 lahan perkebunan
karet, dan 1 pabrik karet, tapi kontribusinya sangat kecil/kurang dari 1% dari pendapatan perusahaan
secara keseluruhan. TAPG dimiliki oleh Grup Triputra milik konglomerat Theodore Permadi Rachmat alias
TP Rachmat, yang merupakan mantan dirut Astra dan merupakan ponakan langsung dari William
Soeryadjaya, dan TAPG ini dipimpin langsung oleh Arif Patrick Rachmat, dimana Mas Arif ini adalah juga
pemilik dari BTPS, KMTR, DSNG, dan banyak lagi perusahaan lainnya.

Kemudian jika penulis perhatikan TP Rachmat dan juga putranya, Arif Rachmat, mereka jarang atau bahkan
tidak pernah melakukan intrik politik dalam menjalankan bisnisnya seperti IPO pada harga mahal, right
issue berjilid-jilid, ambil utang besar, menggunakan skema kepemilikan perusahaan yang rumit, hingga

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 10

goreng saham seperti yang biasa dilakukan konglomerat lainnya. Malah ketika TAPG ini IPO, harga
perdananya cuma Rp200 per saham, which is sangat murah, salah satunya bisa dilihat dari harga nominalnya
yang hanya Rp100 (sebagai perbandingan, harga IPO GOTO Rp338, sedangkan harga nominalnya cuma Rp1).
Dan seperti halnya BTPS, fundamental TAPG ini juga sangat baik, plus rajin bayar dividen. Arif Rachmat
juga low profile, namanya tidak bisa ditemukan di daftar pejabat politik, komisaris bursa, Apindo, atau
HIPMI, jadi dia fokus saja dalam menjalankan dan membesarkan usahanya, dan juga dengan cara-cara yang
fair. Kalau lihat foto-fotonya di internet, Mas Arif ini juga mengingatkan penulis dengan Armand Hartono,
yang meski juga kaya raya tujuh belas turunan tapi kelihatannya kek orang baik aja gitu.

Anyway kembali ke TAPG. Perusahaan selama ini menjual 100% produk CPO-nya ke pasar dalam negeri,
sehingga kenaikan atau penurunan harga CPO di pasar internasional, termasuk larangan atau sebaliknya
stimulus ekspor tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Melainkan yang lebih berpengaruh
terhadap kinerjanya adalah kebutuhan dan juga harga minyak goreng di dalam negeri. Nah, sejak tiga bulan
lalu, penulis sudah memperkirakan bahwa kinerja TAPG mungkin akan sedikit turun pada Q2 ini seiring
dengan kembali stabilnya harga migor di dalam negeri, dimana penulis perhatikan sekarang harga migor
curah ada yang tinggal Rp14,000 meski itu ada tulisannya ‘bantuan pemerintah’, sedangkan normalnya
masih sekitar Rp17,000 per liter. Harga-harga tersebut sebenarnya masih tinggi dibanding dua tahun lalu
di level Rp12,000 per liter, sehingga kinerja TAPG, meski agak turun dibanding Q1 kemarin, tapi harusnya
tetap akan naik signifikan dibanding tahun 2021 dan 2020. Dan karena disisi lain masyarakat sudah tidak
komplain lagi soal harga migor, sedangkan permintaan migor juga tetap tinggi seiring pemulihan ekonomi
dan kembali booming-nya bisnis kuliner pasca pandemi, maka penulis perkirakan bahwa kinerja TAPG tetap
akan sangat bagus di sepanjang tahun 2022 ini.

Dan memang seperti yang bisa anda lihat diatas, kinerja TAPG ini masih sangat baik di Q2 dimana
pendapatan, laba usaha, dan laba bersihnya semua naik signifikan, ekuitasnya tumbuh 17.1%, dan ROE-nya
masih strong di 40.5%. Dan actually laba TAPG di Q2 ini justru sedikit lebih tinggi dibanding Q1 kemarin,
dimana ROE-nya agak turun simply karena ekuitasnya naik (tapi itu bagus, karena artinya valuasi sahamnya
dari sisi PBV jadi lebih murah). Kemudian karena disisi lain sahamnya juga belum kemana-mana, alias masih
di 600-an seperti tiga bulan lalu, maka artinya peluangnya masih terbuka: TAPG masih bisa naik sampai
sekitar 1,000, harusnya malah bisa lebih tinggi lagi karena pada harga segitu PER-nya masih 5.6 kali, tapi
mengingat situasi sektornya (akan dijelaskan dibawah), maka sementara targetnya segitu saja dulu.

Tinggal sekarang faktor risikonya, yakni terkait sektor perkebunan kelapa sawit itu sendiri, dimana salah
satu alasan kenapa saham-saham di sektor ini belum naik tinggi seperti katakanlah saham batubara,
meskipun kinerja mereka sudah sangat bagus di tahun 2022 ini (dan valuasi sahamnya juga masih murah),
adalah karena investor melihat fakta bahwa harga CPO di pasar internasional sudah kembali turun ke level
RM3,800 – 4,000 per ton, dari sebelumnya RM7,000 per ton. Sebenarnya harga 3,800 – 4,000 tersebut masih
lebih tinggi dibanding sebelum pandemi lalu yang hanya RM2,500 – 3,000 per ton, dan seperti disebut
diatas, kinerja beberapa perusahaan sawit seperti TAPG ini lebih dipengaruhi harga migor di dalam negeri
ketimbang harga CPO tersebut. Namun tetap saja: Dalam kondisi pasar yang masih jauh dari euforia seperti

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 11

sekarang, dimana mood investor juga lebih banyak yang pesimis ketimbang optimis, maka laporan keuangan
yang bagus saja seringkali belum cukup untuk mendorong sebuah saham agar naik tinggi, melainkan juga
diperlukan sentimen positif entah itu terkait sektornya atau perusahaannya itu sendiri. Dan untuk TAPG
ini, problemnya adalah tidak adanya sentimen positif tersebut.

Jadi ada juga kemungkinan TAPG ini kedepannya hanya akan disitu-situ saja (600 – 750), dan demikian juga
saham sawit lainnya gak akan kemana-mana. Nevertheless, karena problemnya disini cuma soal tidak
adanya sentimen positif dimana sentimen positif itu bisa saja muncul sewaktu-waktu, sedangkan harga CPO
dan juga migor tidak akan balik lagi ke RM2,500 – 3,000 per ton dan Rp12,000 per liter seperti dulu, dan
seperti dibahas diatas, penulis cukup yakin bahwa kinerja TAPG tetap akan bagus sampai setidaknya akhir
tahun, maka kesimpulannya: Saya tetap menganggap bahwa risiko di TAPG ini terbatas, dan sahamnya
tetap berpeluang naik ke 1,000, yakni jika sentimen positif itu akhirnya muncul juga, misalnya jika berita
tentang uji biodiesel B40 (bahan bakar solar dengan komposisi 60% diesel dan 40% CPO) yang baru-baru ini
mulai dikerjakan oleh Pemerintah mulai ramai lagi di media. Well, mudah-mudahan.

Rating Kinerja Q2 2022: AA


Rating Valuasi Saham (at current price): AA

4. Mitrabara 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 324 258 25.7
Current 278 210 32.9
Liabilities 57 58 -1.7
Current 52 53 -1.0
Equity 267 200 33.6
Shares Volume 1,227 1,227 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 248 131 89.8
Operating Profit 143 39 263.6
Net Profit for Company 112 29 279.7
Compr. Net Profit 112 29 280.4
EPS 0.0910 0.0240 279.7
in million USD, EPS in USD, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 8,000
Mkt Cap (billion Rp) 9,818
PER (X) 3.0
PBV (X) 2.5

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 471.0 346.4 36.0
Current Ratio 534.0 397.8 34.2
ROA 68.9
ROE 83.6
OPM 57.7 30.1 91.6
NPM 45.0 22.5 100.1

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 12

Seperti halnya emiten sawit, maka kinerja emiten batubara sejak awal juga sudah diprediksi akan sangat
baik di sepanjang tahun 2022 ini, seiring dengan masih tingginya harga batubara itu sendiri di level $300 –
400 per ton (harga acuan Newcastle Australia). Dan kinerja MBAP, salah satu emiten yang memang memiliki
kinerja terbaik di sektor ini, juga tidak mengecewakan dimana ROE-nya sekarang sudah tembus 83.6%.
Imbasnya valuasi sahamnya pada harga sekarang (8,000-an) tetap terhitung murah dengan PER hanya 3.0
kali, meskipun harga tersebut sudah naik signifikan dalam dua tahun terakhir. Jadi ya, saya bisa bilang apa
lagi? Jika anda sudah pegang sahamnya sejak awal, maka boleh hold saja. Targetnya masih belum berubah
di 12,000, dan bisa penulis katakan bahwa itu adalah target yang konservatif, dimana pada prakteknya
MBAP bisa saja naik lebih tinggi dari itu jika kondisi pasarnya mendukung.

Kemudian kalau anda perhatikan, seiring dengan kenaikan Fed Rate maka tidak hanya harga-harga saham
dan crypto, tapi harga sejumlah komoditas juga ikut turun, salah satunya ya harga CPO diatas. Namun
demikian untuk komoditas energi seperti minyak, gas, dan batubara, maka harganya belum turun terlalu
dalam (meski juga tidak naik lebih tinggi lagi), dan secara umum harga ketiganya masih sangat tinggi
dibanding posisi terendah mereka pada tahun 2020 lalu. Dan menurut penulis sendiri, hal itu karena,
berbeda dengan komoditas lainnya yang permintaannya akan mulai turun ketika harganya sudah sangat
tinggi (misal ketika harga minyak goreng terlalu mahal, maka ibu-ibu bisa ganti menu masakan di rumah
dari goreng-gorengan menjadi rebus-rebusan), dan ketika itu terjadi maka harga komoditas yang
bersangkutan juga akan turun, maka permintaan akan komoditas energi akan tetap tinggi bahkan meski
harganya sangat tinggi. Karena gak ada ceritanya pembangkit listrik berhenti beroperasi karena harga
batubara terlalu mahal, misalnya, karena mau apa jadinya sebuah negara jika listriknya byar pet? Demikian
pula orang-orang akan tetap bepergian menggunakan mobil, motor, pesawat terbang dll, tak peduli meski
harga bensin dan avtur sangat tinggi. Ini bukan berarti harga batubara dkk tidak akan turun, tapi normalnya
itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini karena sejumlah wilayah dan negara besar seperti Eropa,
China, dan India masih mengalami power shortage seiring berjalannya kembali roda perekonomian secara
penuh pasca pandemi. Dan jika harga Newcastle tetap bertahan di setidaknya $300 per ton, maka itu
artinya emiten-emiten batubara di Indonesia masih akan panen cuan sampai setidaknya akhir tahun nanti.

Sehingga sekali lagi, jika anda sudah pegang MBAP sejak awal maka hold saja, karena untuk saat ini masih
belum waktunya untuk profit taking dari saham-saham batubara. Kita lihat lagi perkembangannya 3 – 6
bulan dari sekarang. Tapi bagaimana kalau kita baru mau masuk? Nah, pada EIP Q1 kemarin, saya katakan
bahwa best price MBAP ini di 6,000 – 6,500, dan ternyata benar MBAP sempat turun sejenak kesitu pada
awal bulan Juli (berbarengan dengan koreksi IHSG sampai 6,600-an), sebelum kemudian naik lagi. Karena
pada ulasan ASII diatas, saya katakan bahwa IHSG masih mungkin untuk turun minimal sekali lagi sebelum
akhir tahun nanti, maka itu artinya MBAP juga masih mungkin untuk turun ke 6,500 sekali lagi, tapi MBAP
hanya akan turun kesitu jika IHSG turun, sedangkan kita tentunya tidak bisa menebak secara pasti kapan
IHSG turun (atau jangan-jangan IHSG malah tidak turun sama sekali). Jadi jika anda juga tertarik dengan
MBAP ini, maka pada harga sekarang bisa masuk dulu sebanyak setengah, atau dua pertiga dari dana yang
disiapkan, dan sisanya bisa digunakan untuk average down jika MBAP turun ke 6,500 itu tadi.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 13

Kemudian satu hal lagi: MBAP biasanya membayar dividen interim pada bulan Agustus, September, atau
Oktober, dimana terakhir mereka membayar dividen interim pada tanggal 5 Oktober 2021 lalu (itu tanggal
cum-nya) sebesar Rp338 per saham, yang diambil dari labanya untuk tahun 2021 tersebut. Karena laba
MBAP untuk tahun 2022 ini jauh lebih besar dibanding tahun 2021 (naik sekitar tiga kali lipat), maka penulis
perkirakan dividen interimnya bisa mencapai Rp800 – 1,000 per saham. Dan normalnya sih, karena yield
dividennya sangat tinggi, maka sahamnya akan sudah naik tinggi sebelum dividen itu diumumkan.

Rating Kinerja Q2 2022: S


Rating Valuasi Saham (at current price): A

5. Indika Energy 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 3,970 3,691 7.5
Current 2,317 2,092 10.8
Liabilities 2,803 2,808 -0.2
Current 1,113 1,136 -2.0
Equity 976 763 27.9
Shares Volume 5,210 5,210 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 1,939 1,165 66.5
Operating Profit 454 88 416.4
Net Profit for Company 201 12 1,571.2
Compr. Net Profit 269 32 734.2
EPS 0.0385 0.0023 1,571.2
in million USD, EPS in USD, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 2,770
Mkt Cap (billion Rp) 14,432
PER (X) 2.5
PBV (X) 1.0

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 34.8 27.2 28.1
Current Ratio 208.1 184.2 13.0
ROA 13.5
ROE 41.1
OPM 23.4 7.5 210.2
NPM 10.3 1.0 903.8

Pada EIP edisi Q1 kemarin, penulis kembali memasukkan INDY ini dengan dasar analisa sebagai berikut:
Dibanding emiten batubara lainnya yang laporan keuangannya sederhana, maka LK INDY ini agak ribet
karena pada tahun 2017 lalu, perusahaan mengakuisisi dan memiliki 91% saham PT Kideco Jaya Agung,
perusahaan batubara terbesar ketiga di Indonesia (setelah PT Kaltim Prima Coal milik BUMI, dan PT Adaro
Indonesia milik ADRO), dimana akuisisinya dilakukan pada harga yang dianggap murah sehingga INDY
mencatat keuntungan revaluasi, yang sebenarnya tidak ada uangnya, sebesar $384 juta, pada tahun 2017
tersebut. Dan secara akuntansi pencatatan keuntungan seperti itu diperbolehkan, tapi kita bisa
menganggapnya sebagai manipulasi. Karena analoginya seperti anda beli televisi yang dikatakan harganya

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 14

3 juta tapi pada harga 2 juta saja. Sehingga dalam hal ini anda bisa mengaku dapat untung 1 juta, padahal
ya anda gak terima duit sama sekali, melainkan tetap keluar 2 juta untuk membayar harga televisinya.

Kemudian masih berdasarkan peraturan standar akuntansi, keuntungan diatas harus diukur ulang
menggunakan metode perhitungan tertentu, dimana jika terjadi penurunan nilai wajar maka keuntungan
tersebut akan dihapus entah sebagian atau seluruhnya, dan di laporan keuangan INDY periode berikutnya
hal itu akan dicatat sebagai kerugian. Karena itulah pada LK INDY untuk tahun 2018, perusahaan
mencatatkan rugi amortisasi $136 juta, dan pada LK tahun 2019, 2020, dan 2021, perusahaan kembali
mencatat rugi amortisasi masing-masing sebesar $136 juta. Jadi inilah yang menyebabkan laba INDY justru
kembali turun di tahun 2018 (padahal harga batubara ketika itu masih cukup tinggi), lalu merugi di tahun
2019 dan 2020, dan baru laba lagi di tahun 2021 tapi itupun angkanya kecil saja.

Namun pada Q1 2022 kemarin, INDY akhirnya membukukan laba $75 juta, padahal perusahaan kembali
mencatat rugi amortisasi $34 juta (yang kalau disetahunkan mencapai $136 juta, atau masih sama seperti
rugi amortisasi di tahun-tahun sebelumnya). Karena memang pendapatannya sangat besar hingga mencetak
rekor $831 juta, atau $3.3 miliar jika disetahunkan. Jadi untuk tahun 2022 ini kita bisa katakan bahwa,
karena saking tingginya harga batubara termasuk jika dibanding booming tahun 2017 – 2018 lalu (sekarang
batubara $400 per ton, berbanding $140 per ton di tahun 2018), maka INDY akhirnya tetap membukukan
laba bahkan meski sudah dikurangi rugi amortisasi itu tadi. Dan hal ini mengubah pandangan penulis
terhadap perusahaannya: Betul, secara manajemen INDY memang gak bagus, apalagi utang INDY masih
sangat besar, cuma kalah dibanding BUMI. Tapi selama perusahaan masih profit dan valuasinya juga masih
rendah, plus tidak ada masalah tertentu (utang INDY memang gede, tapi gak pernah ada cerita dia gagal
bayar atau semacamnya) maka ya sahamnya masih bisa lanjut naik.

Kemudian karena pada Q2 ini kinerja INDY even better, bisa dikatakan bahwa kinerja INDY saat ini
merupakan kinerja terbaiknya sepanjang sejarah, maka ya sudah: Saham INDY berpeluang untuk kembali
mencapai rekor tertingginya yakni 4,500 – 5,000 seperti tahun 2011 dan 2018 lalu, atau bahkan lebih tinggi
lagi. Karena pada harga 5,000 tersebut PER-nya masih hanya 4.5 kali. Kabar baiknya, seiring dengan koreksi
pasar beberapa waktu lalu, maka saham INDY juga masih belum kemana-mana terakhir menyentuh 3,000
pada bulan Juni. Sehingga masih belum terlambat jika kita baru mau masuk sekarang. Ohya, INDY juga
sudah mengumumkan akan membagikan dividen interim dengan tanggal cum 15 Agustus, tapi nilainya gak
besar, hanya Rp114 per saham, jadi normalnya tidak akan terlalu berpengaruh terhadap harga sahamnya.
Tapi dividen ini bisa kita anggap sebagai bonus diluar kenaikan harga saham INDY itu sendiri. Dan kalau
perusahaan model INDY ini sampai bayar dividen (ingat dia utangnya gede, jadi dia beda dengan MBAP),
maka itu artinya mereka benar-benar lagi cuan besar dari batubara, and it’s good.

Sekilas tentang perusahaan, INDY adalah bagian dari Grup Indika milik Keluarga Alm. Sudwikatmono, yang
merupakan sepupu langsung dari Presiden Soeharto. INDY merupakan perusahaan holding di bidang energi
dengan empat segmen usaha, yakni tambang batubara (Kideco, Multi Tambangjaya Utama), kontraktor
tambang (PTRO, tapi sudah dijual, dan Tripatra), logistik & transportasi hasil tambang (MBSS, sudah dijual),

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 15

dan pembangkit listrik (Cirebon Power). Kemudian dalam beberapa tahun terakhir INDY banyak berinvestasi
di unit-unit usaha baru seperti pelabuhan dan fasilitas penyimpanan bahan bakar, tambang emas
(Nusantara Resources), energi terbarukan, kendaraan listrik, konsesi hutan, dan digital ventura, sebagai
pengganti dari beberapa unit usaha yang dijual diatas. Kemungkinan justru karena perusahaan melakukan
ekspansi diatas itulah, yang menyebabkan sahamnya jadi agak telat naik dibanding saham batubara lain,
karena kesannya INDY sekarang bukan perusahaan batubara lagi, karena ekspansinya diatas memang lebih
banyak ke energi terbarukan. Namun perlu dicatat bahwa proses transformasi tersebut akan butuh waktu
panjang, minimal 5 – 10 tahun kedepan, sehingga untuk 1 – 2 tahun kedepan INDY masih tetap merupakan
perusahaan batubara. Dan memang sampai Q2 barusan dari total pendapatannya sebesar $1.9 miliar, maka
hanya kurang dari $5 juta diantaranya yang berasal dari segmen usaha energi terbarukan dan ventura
digital, alias masih amat sangat kecil sekali. Sehingga untuk jangka menengah, sahamnya masih sangat
menarik sebagai salah satu pilihan di sektor batubara.

Rating Kinerja Q2 2022: A


Rating Valuasi Saham (at current price): AA

6. Samudera Indonesia 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 1,064 829 28.3
Current 577 429 34.3
Liabilities 536 447 19.9
Current 331 297 11.6
Equity 366 264 38.7
Shares Volume 3,275 3,275 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 551 274 101.1
Operating Profit 179 39 358.8
Net Profit for Company 116 24 389.8
Comp. Net Profit 175 34 414.4
EPS 0.0353 0.0072 389.8
in million USD, EPS in USD, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 2,920
Mkt Cap (billion Rp) 9,563
PER (X) 2.8
PBV (X) 1.8

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 68.3 59.0 15.6
Current Ratio 174.2 144.8 20.3
ROA 32.8
ROE 63.2
OPM 32.5 14.3 128.1
NPM 21.0 8.6 143.6

Kalau ada ‘saham value investing’ yang justru makan korban layaknya saham gorengan berfundamental
buruk, maka itu adalah SMDR ini. Yep, SMDR ini memang bagus, dan penulis juga sudah memasukkannya di

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 16

EIP edisi Q1 2022 kemarin dengan best buy 2,000 – 2,200, dan target 4,000. Namun karena sahamnya naik
dengan sangat cepat dari 1,800-an pada akhir April hingga hampir saja tembus 4,000 pada awal Juni, atau
naik lebih dari 100% dalam waktu sebulan lebih sedikit, ditambah ada banyak investor yang sudah pegang
SMDR ini pada harga yang lebih rendah lagi sehingga profitnya juga lebih besar lagi dari sekedar 100%
(karena setahun lalu, SMDR ini masih di 600-an), plus volume transaksinya juga besar/likuid, maka jadilah
sahamnya mengalami euforia dimana ada banyak orang pamer cuan atas SMDR ini di grup-grup, dan itu
menyebabkan ada banyak investor FOMO dengan ikut masuk ke SMDR ini tapi pada harga tinggi, dalam hal
ini 3,500 atau lebih tinggi lagi. Dengan kata lain, ketika diatas penulis katakan bahwa target SMDR adalah
4,000, maka ada banyak orang yang justru baru masuk pada harga kisaran 4,000 tersebut. A big mistake.

Sehingga ketika pada bulan Juni tersebut, pasar/IHSG mulai terkoreksi, dan SMDR juga ikut turun sampai
akhirnya mentok di 2,200, maka jadilah banyak orang yang nyangkut di SMDR ini. Jadi dari sini kita dapat
pelajarannya: Sebagus apapun sebuah saham, tapi jika sampai terjadi euforia dimana semua orang di
medsos dan grup-grup membicarakannya dan mengatakan bahwa saham itu bagus (atau istilahnya
pompom), maka: Jangan beli saham tersebut! Karena terjadinya euforia itu justru merupakan pertanda
bahwa kita harus profit taking, dalam hal ini jika kita sudah pegang sahamnya sejak awal. Penulis sendiri
tentu saja sudah paham tentang hal ini sejak dulu, tapi mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi
pencerahan bagi anda yang masih pemula.

Anyway, terlepas dari drama euforia – panik diatas, maka SMDR itu sendiri memang bagus, dan untungnya
kinerjanya pada Q2 ini juga masih bagus dengan laba yang juga masih naik dibanding Q1 kemarin. Jadi
targetnya masih sama di 4,000 itu tadi atau lebih tinggi, tergantung kondisi pasarnya. Jadi jika anda sudah
pegang sahamnya, entah itu posisinya profit atau loss, hold saja. Dan kalau anda baru mau masuk maka
best buy-nya bisa kita naikkan sedikit menjadi 2,500 – 2,600.

Sekilas tentang perusahaan, SMDR adalah perusahaan logistik darat dan laut terintegrasi yang terutama
melayani pengiriman barang dari dan keluar negeri, alias ekspor impor. Dan seiring terus meningkatnya
nilai ekspor impor Indonesia pasca pandemi, maka SMDR menjadi sangat diuntungkan karena memang sejak
awal dia merupakan market leader di Indonesia di bidang ini. Karena harga komoditas, yang merupakan
salah satu komponen terbesar ekspor Indonesia, mulai turun, maka nilai ekspor itu sendiri juga akan mulai
turun, atau dalam hal ini tidak naik lebih tinggi lagi, sehingga kedepannya laba SMDR kemungkinan akan
sulit untuk naik lebih tinggi lagi, tapi juga tidak akan langsung turun signifikan karena secara umum nilai
ekspor itu sendiri masih terbilang tinggi. Sehingga penulis perkirakan bahwa ROE-nya akan terjaga di
setidaknya 50%, dan dengan demikian targetnya yang 4,000 itu masih sangat realistis.

Rating Kinerja Q2 2022: AA


Rating Valuasi Saham (at current price): A

7. Mulia Industrindo 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 6,536 6,123 6.8

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 17

Current 2,187 1,687 29.6


Liabilities 2,646 2,712 -2.4
Current 1,279 1,184 8.0
Equity 3,890 3,411 14.0
Shares Volume 6,615 1,323 400.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 2,526 2,042 23.7
Operating Profit 615 311 97.7
Net Profit for Company 479 239 100.7
Compr. Net Profit 479 239 100.7
EPS 72 180 -59.9
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 605
Mkt Cap (billion Rp) 4,002
PER (X) 4.2
PBV (X) 1.0

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 147.0 125.8 16.9
Current Ratio 171.0 142.5 20.0
ROA 14.7
ROE 24.6
OPM 24.3 15.2 59.8
NPM 19.0 11.7 62.2

Mirip seperti SMDR diatas, maka MLIA ini juga sudah naik banyak dalam dua tahun terakhir dari 100 perak
hingga sekarang sudah 600-an, karena sejak awal valuasinya amat sangat murah pada harga 100 tersebut
(PBV cuma 0.3 kali), dan karena kinerja perusahaan yang sebelumnya gak bagus mendadak jadi
bagus/labanya naik banyak, termasuk sampai Q2 2022 ini dimana labanya kembali naik dua kali lipat
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Bedanya, MLIA ini tidak sampai euforia karena sahamnya
tidak se-likuid SMDR diatas, sehingga investor/trader yang masuk juga tidak banyak. Tapi seperti halnya
target SMDR masih belum berubah di 4,000, maka untuk MLIA ini juga penulis bisa katakan targetnya belum
berubah di 800 (atau setara 4,000 sebelum sahamnya stocksplit kemarin).

Sekilas tentang perusahaan, MLIA adalah perusahaan yang memproduksi dan menjual kaca lembaran dan
botol kaca, dengan lokasi pabrik di Cikarang, Jawa Barat, dan merupakan bagian dari Grup Mulia milik
konglomerat Djoko Tjandra. Pelanggan perusahaan berasal dari banyak sektor yang berbeda satu sama lain
seperti properti, konstruksi, otomotif, hingga pabrik minuman. Antara tahun 2018 s/d 2020, pendapatan
dan laba bersih perusahaan terus turun, dan baru naik lagi di tahun 2021 dan 2022 ini, dimana penulis
perkirakan itu karena meningkatnya permintaan dari sektor properti (sekarang ini penjualan
rumah/apartemen mulai naik lagi), konstruksi (proyek-proyek infrastruktur juga sudah jalan lagi sejak
tahun lalu), otomotif (penjualan mobil sudah pulih seperti sebelum pandemi), dan mungkin juga pabrik
minuman (MLBI, market leader minuman bir di Indonesia, kinerjanya juga sudah pulih di tahun 2022 ini
seiring dibukanya kembali Pulau Bali untuk turis asing). Jadi memang prospeknya masih cerah, dan harusnya

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 18

kinerja perusahaan akan tetap bagus sampai akhir tahun nanti. Dan jika skenarionya demikian, maka cuma
soal waktu sebelum sahamnya naik ke 800, atau lebih tinggi lagi.

Rating Kinerja Q2 2022: AA


Rating Valuasi Saham (at current price): A

8. Indorama 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 928 905 2.4
Current 424 400 6.0
Liabilities 451 442 2.2
Current 339 322 5.3
Equity 472 460 2.7
Shares Volume 654 654 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 515 412 25.2
Operating Profit 65 48 36.2
Net Profit for Company 54 40 35.2
Compr. Net Profit 54 40 34.6
EPS 0.0825 0.0611 35.2
in million USD, EPS in USD, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 8,050
Mkt Cap (billion Rp) 5,268
PER (X) 3.4
PBV (X) 0.8

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 104.5 104.1 0.4
Current Ratio 125.2 124.3 0.7
ROA 11.6
ROE 22.9
OPM 12.7 11.7 8.7
NPM 10.5 9.7 7.9

INDR sudah menjadi salah satu saham favorit penulis sejak satu setengah tahun lalu, yakni setelah
perusahaan membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih yang signifikan di tahun 2021 (dibanding
tahun 2020), dimana ROE-nya naik menjadi 18%, sedangkan PBV-nya pada harga 4,000-an ketika itu masih
hanya 0.5 kali. Dan meski saham ini lama tidak naik-naik, yang mungkin karena track record kinerjanya
selama ini yang terbilang buruk, prospeknya yang tidak jelas sebagai perusahaan tekstil dan kimia (baca
lagi ulasan lengkapnya disini: https://www.teguhhidayat.com/2018/06/indo-rama-synthetics.html), dan
sahamnya yang tidak likuid, tapi akhirnya pada tahun 2022 ini dia naik juga setelah perusahaan kembali
membukukan kinerja yang lebih baik lagi pada Q1 2022 kemarin, dengan ROE mencapai 27%. Hingga tiba-
tiba saja pada pertengahan Juni 2022 kemarin, INDR sudah berada di posisi 12,000-an, atau profit tiga kali
lipat jika kita sudah membelinya sejak 6 – 12 bulan lalu. Jadi pada titik itulah saya tidak lagi
merekomendasikan INDR ini, dan sahamnya saya keluarkan/tidak lagi masuk EIP edisi Q1 2022 kemarin.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 19

Hingga pada bulan Juni 2022 tersebut, maka seperti disebut diatas, pasar saham mengalami koreksi dan
INDR juga ikut turun lagi, dan terus turun hingga mentok di 9,000-an pada bulan Juli. Dan ketika LK Q2-nya
dirilis, dimana kinerjanya sedikit turun dibanding Q1, maka INDR turun lebih lanjut ke posisi sekarang
(8,000-an). However, setelah melihat lagi update valuasi sahamnya, dimana pada harga 8,050 dan
berdasarkan LK Q2-nya, maka PER dan PBV INDR tercatat masing-masing 3.4 dan 0.8 kali, alias kurang lebih
masih sama murahnya seperti SMDR dan MLIA diatas..

Maka saya putuskan, mungkin INDR sekarang ini kembali menawarkan peluang profit. Karena perhatikan:
Kinerja perusahaan pada Q2 ini secara umum masih cukup bagus, dan prospek kedepannya juga masih bagus
sebagai perusahaan industri dasar yang memproduksi tekstil dan bahan-bahan kimia industri, dimana secara
teori jenis usaha tersebut diuntungkan oleh tingginya inflasi. Jadi dengan asumsi sampai akhir tahun nanti
kinerja perusahaan tetap bagus/ROE-nya tetap berada di kisaran 20 – 25%, dan menurut penulis itu adalah
asumsi yang masuk akal, maka INDR akan kembali naik ke 10,000 – 12,000.

Tinggal satu hal lagi: Sedikit berbeda dengan SMDR dan MLIA yang sekarang sahamnya menjadi lebih likuid
karena stocksplit (yep, SMDR juga pernah stocksplit), dan alhasil sahamnya lebih diminati investor sehingga
gampang naiknya ketika perusahaan membukukan kinerja bagus, maka INDR ini kelihatannya tidak pernah
ada rencana untuk stocksplit, dan alhasil sahamnya sampai sekarang masih tidak likuid, dan itulah kenapa
pada Agustus 2021 – Februari 2022 lalu dia gak kemana-mana di 4,000-an, dan saham INDR baru naik sampai
12,000 setelah perusahaan merilis LK Q1 2022 dimana hasilnya memang bagus. Jadi maksud penulis adalah,
ada juga kemungkinan INDR ini dalam beberapa bulan kedepan akan disitu-situ saja (8,000-an), dan baru
akan naik pada sekitar bulan November, yakni ketika perusahaan merilis LK Q3 dan hasilnya lebih bagus
dibanding Q2 barusan.

Sehingga jika anda tertarik dengan INDR ini, maka anda punya dua opsi: 1. Beli/akumulasi dari sekarang,
atau 2. Nanti saja tunggu November. Opsi kedua tentunya terdengar lebih baik karena dalam hal ini kita
lebih hemat waktu, tapi itu tetap mengandung risiko dimana saham INDR normalnya akan langsung terbang
ketika atau sebelum LK Q3-nya dirilis (dan hasilnya bagus), sama seperti pada April 2021 kemarin dimana
INDR terbang dari 6,175 ke 8,400 hanya dalam dua hari, sehingga jadinya kita ketinggalan kereta. Anyway,
the choice is yours.

Rating Kinerja Q2 2022: A


Rating Valuasi Saham (at current price): A

9. Bekasi Fajar 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 5,989 6,046 -0.9
Current 2,430 2,513 -3.3
Liabilities 1,565 1,752 -10.7
Current 433 433 0.1
Equity 4,424 4,294 3.0
Shares Volume 9,647 9,647 0.0
1H 2022 1H 2021

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 20

Revenues 345 75 362.2


Operating Profit 131 -75 NM
Net Profit for Company 130 -75 NM
Compr. Net Profit 130 -70 NM
EPS 14 -8 NM
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 148
Mkt Cap (billion Rp) 1,428
PER (X) 5.5
PBV (X) 0.3

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 282.7 245.0 15.4
Current Ratio 561.1 580.9 -3.4
ROA 4.3
ROE 5.9
OPM 38.1 -100.1 NM
NPM 37.7 -100.6 NM

Sejak EIP edisi Q4 2021 (dua edisi lalu), penulis untuk pertama kalinya kembali melirik saham-saham
properti, namun saham properti jenis kawasan industri seperti BEST ini ketika itu belum masuk hitungan,
meskipun valuasinya amat sangat rendah (PBV 0.2 kali pada harga 110). Dan itu adalah karena saya sudah
hafal bahwa jika benar nanti sektor properti bakal booming setelah booming komoditas sekarang ini, maka
yang booming adalah properti jenis perumahan/residensial, dan bukan kawasan industri/pabrik. Hal ini
karena, adalah jauh lebih mudah bagi perusahaan untuk menjual rumah/apartemen seharga 400 – 600 juta
Rupiah saja per unitnya, karena akan selalu ada orang yang butuh tempat tinggal, daripada menjual kavling
seluas 5,000 meter seharga Rp17.5 miliar, karena tidak setiap hari ada orang butuh tanah buat bangun
pabrik. Dan memang berdasarkan track record kinerjanya selama 5 tahun terakhir, maka kinerja BEST tidak
pernah benar-benar bagus, makanya sahamnya juga murah terus, termasuk labanya pada Q1 2022 juga
masih kecil.

Nah, tapi ceritanya jadi berbeda ketika penulis membaca public expose perusahaan, dimana jelas disitu
manajemen menyatakan bahwa sudah ada penjualan lahan seluas 8 hektar yang belum tercatat di LK, plus
perusahaan mentargetkan penjualan 20 hektar lahan untuk tahun 2022 ini. Jadi penulis prediksi bahwa LK
Q2-nya nanti labanya bakal naik signifikan. Anda bisa baca lagi ulasan lengkapnya disini:
https://www.teguhhidayat.com/2022/07/prospek-saham-best.html.

Dan ternyata benar: Pada Q2 ini laba BEST sudah mencapai Rp130 miliar, naik signifikan dibanding Q1 yang
hanya Rp13 miliar. Betul, laba tersebut sejatinya masih belum terlalu besar dimana ROE BEST masih mini
di 5.9%, tapi karena disisi lain valuasi BEST sejak awal juga super duper murah (ingat PBV-nya hanya 0.2
kali pada harga 110), maka kinerja tersebut sudah cukup untuk mendorong sahamnya naik ke posisi
sekarang, dimana pada harga 148 inipun PBV-nya masih 0.3 kali. Kemudian karena sekarang trend kinerja
perusahaan sudah positif/bertumbuh, plus adanya ekspektasi bahwa kedepannya laba perusahaan akan

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 21

lebih baik lagi, maka penulis perkirakan kenaikan BEST sejauh ini baru permulaan, dimana jika semuanya
lancar maka sahamnya bisa lanjut naik sampai 200 dalam waktu 6 – 12 bulan kedepan. Jadi yah, jika anda
sudah pegang sahamnya sejak awal maka hold saja, dan kalau baru mau masuk maka di harga sekarang
juga masih ok, tapi sisakan cash untuk jaga-jaga/average down jika sahamnya cooling down ke 130 (itu
support kuatnya secara teknikal).

Sediki trivia, pada booming properti tahun 2012 – 2013 lalu, maka BEST adalah satu-satunya saham properti
kawasan industri yang sukses membukukan laba jumbo (sekitar Rp400 miliar ketika itu) sehingga sahamnya
terbang dari 100-an sampai sempat tembus 1,000, sebelum kemudian turun lagi. Jadi meski seperti disebut
diatas, emiten kawasan industri rata-rata kinerjanya kurang bagus dibanding emiten properti residensial,
tapi jika ada emiten kawasan industri terbaik secara historis, maka itu adalah BEST ini.

Rating Kinerja Q2 2022: BBB


Rating Valuasi Saham (at current price): AA

10. Central Proteina 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 6,694 6,448 3.8
Current 2,052 1,819 12.8
Liabilities 3,642 3,587 1.5
Current 1,935 2,055 -5.8
Equity 3,050 2,859 6.7
Shares Volume 59,572 59,572 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 4,059 3,958 2.6
Operating Profit 413 375 10.4
Net Profit for Company 191 53 260.3
Compr. Net Profit 191 53 258.7
EPS 3 1 255.6
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 71
Mkt Cap (billion Rp) 4,230
PER (X) 11.1
PBV (X) 1.4

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 83.7 79.7 5.1
Current Ratio 106.0 88.5 19.8
ROA 5.7
ROE 12.5
OPM 10.2 9.5 7.6
NPM 4.7 1.3 251.3

Penulis pertama melirik CPRO pada EIP edisi Q3 2021 (tiga edisi lalu), dan analisanya masih relevan untuk
disajikan kembali disini, dengan sedikit perubahan. CPRO adalah anak usaha Grup Charoen Pokphand asal
Thailand (yang juga pemilik CPIN dan BISI) yang dulunya bergerak di bidang produksi pakan udang dan ikan,

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 22

benur (benih udang), dan udang tambak, dan sudah beroperasi sejak tahun 1980. Pada awal dekade 2000-
an, CPRO merupakan eksportir udang hasil tambak terbesar di Indonesia. Hingga pada sekitar tahun 2007,
CPRO memperluas usahanya dengan juga memproduksi ikan tambak, makanan hasil olahan udang dan ikan,
dan pakan hewan peliharaan. Untuk ekspansinya tersebut, perusahan menerbitkan obligasi dalam mata
uang Dollar senilai $325 juta atau setara Rp3.0 triliun (nilai tercatatnya pada akhir tahun 2007), which is
sangat besar mengingat ekuitas CPRO di tahun 2016 cuma Rp1.1 triliun. Dan untuk sesaat hasil ekspansinya
langsung kelihatan dimana pada tahun 2007 tersebut CPRO mencetak rekor pendapatan Rp6.1 triliun, dan
laba bersih Rp358 miliar, lompat dibanding labanya di tahun sebelumnya sebesar Rp195 miliar.

Namun memasuki tahun 2008, seperti yang kita ketahui dunia dihantam krisis global yang berimbas pada
turunnya permintaan ekspor udang, dan kurs Rupiah juga anjlok dari Rp9,000-an hingga Rp12,000-an per
Dollar. Nah, di satu sisi pelemahan Rupiah tersebut menguntungkan bagi perusahaan eksportir seperti
CPRO, dimana pendapatannya dalam Rupiah kembali naik menjadi Rp8.2 triliun (meskipun mungkin
angkanya dalam Dollar sebenarnya turun). Tapi karena disisi lain CPRO punya utang obligasi dalam mata
uang Dollar yang nilainya dalam Rupiah ikut naik, maka jadilah perusahaan menderita rugi kurs yang sangat
besar, hingga pada tahun 2008 itu CPRO untuk pertama kalinya mencatat rugi bersih, tepatnya Rp407
miliar. Sayangnya memasuki tahun-tahun berikutnya, permintaan ekspor udang tidak kunjung naik lagi,
yang menurut manajemen disebabkan karena ‘udang dianggap sebagai makanan mewah’ (dan memang
krisis 2008 di Amerika itu belum benar-benar pulih sampai kurang lebih tahun 2012), dan hasilnya
pendapatan CPRO terus turun. Karena disisi lain beban bunga obligasinya tetap harus dibayar, sedangkan
Rupiah kembali melemah (sekarang sudah hampir Rp15,000-an per Dollar) maka jadilah perusahaan kembali
rugi, dan rugi lagi hampir saban tahun sejak tahun 2008 tersebut. Imbasnya manajemen kemudian hanya
fokus di restrukturisasi utang-utangnya saja alias gali lobang tutup lobang, termasuk harus melepas
sebagian aset-aset tambaknya sehingga sekarang perusahaan lebih banyak jualan pakan udang, bukan
jualan udang itu sendiri. Faktanya kalau bukan karena kekuatan modal dari Keluarga Jiaravanon pemilik
Grup Charoen Pokphand, dimana mereka sejak tahun 2007 beberapa kali menyuntik modal ke CPRO dengan
mekanisme konversi waran, right issue, dan private placement (dan imbasnya jumlah saham beredar CPRO
jadi meningkat dari 18.3 miliar lembar di tahun 2007, menjadi sekarang 59.6 miliar lembar), maka CPRO
harusnya sudah lama bangkrut.

Meski demikian karena perusahaan terus saja rugi, maka jadilah sahamnya hampir gak pernah kemana-
mana di gocap. Hingga pada tahun 2020 kemarin, perusahaan untuk pertama kalinya membukukan laba
bersih Rp381 miliar. Nah, sebenarnya jika anda perhatikan, kinerja CPRO dari sisi pendapatan sebenarnya
tidak buruk, dimana pada tahun 2020 lalu angkanya mencapai Rp7.6 triliun, atau sudah lebih besar
dibanding total aset perusahaan (salah satu ciri perusahaan bagus: pendapatannya dalam setahun lebih
besar dibanding asetnya), dan di tahun-tahun sebelumnya pendapatannya juga selalu berkisar di Rp6 – 8
triliun. Tapi karena ketidak mampuan manajemen dalam: 1. Mengelola aset tetap sehingga nilainya turun,
2. Mengelola piutang sehingga nilainya juga turun, 3. Negosiasi untuk memperpanjang waktu jatuh tempo
obligasinya (yang jatuh tempo tahun 2012, diperpanjang jadi 2017, diperpanjang lagi jadi 2022), dimana
pihak CPRO harus terima saja ketika pihak kreditor meminta syarat yang memberatkan, seperti bunganya

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 23

naik dari 11% menjadi 14% per tahun, plus adanya denda (yang kemudian dicatat sebagai ‘rugi amortisasi
obligasi’), maka jadilah CPRO banyak menderita rugi non operasional yang menyapu habis laba
operasionalnya, sehingga perusahaan secara keseluruhan mencatat rugi bersih, yang mana angka rugi bersih
tersebut sempat mencapai Rp2.0 triliun dan Rp2.6 triliun pada tahun 2016 dan 2017.

Barulah pada tahun 2020, untuk pertama kalinya CPRO tidak lagi mencatat rugi amortisasi obligasi
(berbanding rugi Rp449 miliar di tahun 2019), dan demikian pula rugi non operasionalnya turun menjadi
Rp89 miliar, dibanding Rp171 miliar di tahun 2019. Kemudian sampai dengan tahun 2021 kemarin, it’s even
better: Perusahaan berbalik mencatat keuntungan penyelesaian obligasi Rp1.7 triliun, dan rugi non
operasionalnya juga turun lagi menjadi Rp23 miliar. Dan memang diluar keuntungan penyelesaian
obligasinya itu tadi maka CPRO tetap membukukan laba bersih dari operasionalnya sebesar Rp472 miliar di
tahun 2021. Kemudian dari sisi pendapatan, angkanya sedang dalam trend naik hingga mencapai Rp8.0
triliun untuk tahun 2021, dimana penulis anggap angka pendapatan ini akan lanjut naik lagi kedepannya,
karena sekarang udang sudah tidak lagi dianggap sebagai makanan mewah. Yup, CPRO memang sekarang
hanya sedikit mengekspor udang, tapi perusahaan banyak menjual pakan udang ke sejumlah perusahaan
budidaya tambak udang di dalam negeri.

Okay, jadi bagaimana dengan Q2 2022 ini? Seperti yang diharapkan sebelumnya, pendapatan CPRO kembali
naik, dan kali ini perusahaan membukukan laba Rp191 miliar yang sepenuhnya merupakan laba dari
operasionalnya, dan laporan keuangannya sekarang sudah ‘bersih’ karena tidak ada lagi laba atau rugi non
operasional yang signifikan (masih ada beban bunga utang karena memang utang CPRO masih cukup besar,
tapi angkanya wajar di Rp112 miliar), plus neraca CPRO sudah lebih sehat dengan liabilitas Rp3.6 triliun
berbanding ekuitas Rp3.1 triliun. Jadi sekarang sudah confirm: CPRO secara keuangan sudah pulih sehingga
manajemen bisa fokus ke operasional dan ekspansi (dari sebelumnya fokus ke restrukturisasi utang),
perusahaan kedepannya akan terus membukukan laba, dan sahamnya gak akan mati di gocap lagi seperti
dulu.

Jadi sekarang tinggal valuasi sahamnya: Ketika CPRO ini terbang dari 50 sampai 120 dan sempat
menimbulkan euforia pada bulan November 2021 (karena memang sahamnya sangat likuid, jadi ada banyak
trader yang iseng masuk dan cuan), maka penulis ketika itu sudah mengatakan bahwa best price CPRO ini
adalah harga 65 - 70, jadi kita harus tunggu dia turun dulu. Dan ketika perusahaan merilis LK Q1 2022,
maka saya kembali menurunkan best price-nya menjadi 60 – 65. Dan ternyata benar CPRO turun lagi pelan-
pelan sampai mentok di 56, awal Juli kemarin, dimana CPRO bisa turun serendah itu (dari perkiraan
awalnya yakni 60 saja) adalah karena pasarnya kemarin memang sedang turun. Tapi seiring dengan pulihnya
pasar, dan kinerja perusahaan terbukti masih lanjut tumbuh di Q2 ini, maka CPRO juga naik lagi ke 71.
Sehingga jika anda beli sahamnya di 60 – 65, maka meski sempat nyangkut tapi sekarang sudah profit lagi.

Tinggal satu pertanyaan: Secara valuasi, CPRO pada harga 71 mencerminkan PER 11.1 dan PBV 1.4 kali,
dan pada harga 60 juga PER 9.4 dan PBV 1.2 kali. Jadi apakah benar CPRO ini murah? Karena kalau
dibandingkan dengan valuasi saham-saham second liner lainnya yang juga masuk di EIP ini, yang PBV-nya

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 24

banyak yang nol koma, maka bukankah CPRO terbilang mahal? Jadi bagaimana kita bisa berharap sahamnya
naik sampai 100 – 120? Terkait hal ini maka penulis juga sudah menjawabnya, sebagai berikut:
1. Saham CPRO sangat likuid jika dibandingkan SMDR, BEST, INDR, dan MLIA yang sudah kita sebut
diatas, sehingga lebih disukai trader/investor, dan makanya saham ini juga lebih banyak
dibicarakan di grup-grup ketimbang saham MLIA, misalnya.
2. Perusahaannya sekarang tengah dalam momentum kebangkitan setelah masalah utangnya beres,
dan manajemen juga memang sudah berekspansi lagi dimana CPRO sekarang memproduksi pakan
udang, pakan ikan, pakan hewan peliharaan, hingga makanan siap goreng (semacam nugget, tapi
dibuat dari daging ikan dan udang). Sehingga ada ekspektasi yang tinggi bahwa kinerja perusahaan
di masa yang akan datang akan tumbuh pesar, dan itu menjustifikasi valuasi sahamnya dimana PBV-
nya hampir tidak mungkin menjadi nol koma lagi.
3. Harga nominal sahamnya sangat rendah dibawah 100 perak, sehingga muncul kesan sahamnya
sangat murah (meskipun sebenarnya tidak). Saya sudah pernah mengatakan bahwa saham A pada
harga 60 lebih mudah untuk naik ke 120, daripada saham B pada harga 600 untuk naik ke 1,200,
tak peduli meski saham B sejatinya lebih bagus dan murah secara valuasi dibanding saham A. Dan
karena CPRO sekarang ini bukan lagi saham dari perusahaan rugi gak jelas, dan juga gak ada
masalah gagal bayar utang atau apapun, maka no way sahamnya mati di gocap seperti dulu,
sehingga secara psikologis hal ini juga membuat sahamnya, dalam skenario dimana sahamnya tidak
naik, tapi dia juga tidak akan turun, melainkan bertahan di setidaknya harga 60-an.

Anyway, karena kinerja CPRO sampai Q2 ini juga tidak sebagus itu, maka sahamnya juga belum akan
langsung naik ke 100 – 120 dalam waktu dekat ini. Tapi jika anda sudah beli pada harga 60 – 65, maka hold
saja, dan lihat perkembangannya 6 – 12 bulan dari sekarang. Just remember bahwa jika CPRO ini nanti
benar naik ke 100 – 120, maka itu artinya profitnya 100%, masih worth it meskipun nunggunya agak lama.

Rating Kinerja Q2 2022: BBB


Rating Valuasi Saham (at current price): BBB

11. Multibintang 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 2,825 2,922 -3.3
Current 1,186 1,241 -4.5
Liabilities 2,192 1,823 20.2
Current 2,040 1,683 21.2
Equity 632 1,099 -42.4
Shares Volume 2,107 2,107 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 1,327 1,136 16.8
Operating Profit 535 372 44.0
Net Profit for Company 394 282 40.0
Compr. Net Profit 394 282 40.0
EPS 187 134 39.6
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 25

Current Price (Rp) 9,200


Mkt Cap (billion Rp) 19,384
PER (X) 24.6
PBV (X) 30.7

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 28.8 60.3 -52.1
Current Ratio 58.1 73.8 -21.2
ROA 27.9
ROE 124.7
OPM 40.3 32.7 23.4
NPM 29.7 24.8 19.9

Setelah terakhir meliriknya tahun 2015 lalu, maka penulis kembali melirik MLBI ini sejak EIP Q4 2021 (dua
edisi lalu), dan analisanya masih relevan untuk disajikan kembali disini, dengan sedikit perubahan. MLBI
berdiri pada tahun 1936 sebagai unit usaha Heineken BV asal Belanda di Indonesia (dulu Hindia-Belanda),
dan selepas Perang Dunia II perusahaan memproduksi bir merk ‘Bir Bintang’ dan Heineken, dan selanjutnya
fokus memproduksi dua merk bir itu saja. Pada tahun 1981, MLBI resmi listing di BEI, dan baru setelah itu
secara bertahap perusahaan mendiversifikasi produknya, termasuk meluncurkan minuman non alkohol.
Hingga pada hari ini, MLBI memproduksi bir Heineken, bir Bintang, Bintang Crystal, Bintang Raddler,
Bintang Zero, dan Green Sands, dimana dua merk minuman yang disebut terakhir tidak mengandung
alkohol.

Kemudian meski Indonesia merupakan negara mayoritas muslim yang menghindari minuman beralkohol,
namun bir tetap dikonsumsi disini terutama oleh turis asing di Bali, dimana MLBI merupakan pemimpin
pasar. Karena disisi lain biaya produksi bir sangat murah dibanding harga jualnya yang jauh lebih tinggi
dibanding minuman ringan (tapi tetap laku), maka MLBI selama ini selalu membukukan laba yang sangat
besar dan juga konsisten, dimana ROE MLBI selama ini selalu diatas 100% setiap tahunnya, dan perusahaan
selalu membayar seluruh laba tersebut sebagai dividen ke pemegang saham. Jadi dalam dua hal diatas,
MLBI ini sama bagusnya dengan UNVR, dan alhasil valuasinya juga sama premium-nya. Hanya memang
karena sahamnya kurang likuid, dan perusahaannya biar gimana punya citra negatif sebagai produsen
minuman beralkohol, maka MLBI tetap tidak pernah sepopuler UNVR.

Meski demikian jika kita lihat lagi pergerakan sahamnya dalam jangka panjang, maka MLBI ini juga
mengalami kenaikan yang luar biasa. Yup, pada tahun 2002 lalu, MLBI ini masih di 300. Dan hari ini, atau
20 tahun kemudian, MLBI sudah di 9,200 atau naik 27 kali lipat, belum termasuk dividennya yang besar
saban tahun, terakhir Rp861 miliar atau setara Rp408 per saham pada April 2022 kemarin (dan inilah kenapa
ekuitas MLBI, seperti bisa dilihat diatas, turun dibanding tahun 2021). In fact, MLBI sempat menyentuh
20,000 pada tahun 2019 lalu, tapi kemudian turun lagi karena seperti halnya UNVR, kinerjanya turun karena
terdampak pandemi, malah jauh lebih parah turunnya karena sampai dengan Oktober 2021 lalu, turis
internasional sama sekali tidak bisa berkunjung ke Bali.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 26

Nah, diatas penulis katakan bahwa saya pernah rekomen MLBI ini di tahun 2015, waktu itu sahamnya di
7,000-an, dan empat tahun kemudian MLBI beneran naik sampai 20,000. Lalu apa yang membuat sahamnya
menarik di tahun 2015 tersebut? Here we go: Pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan melarang
minimarket untuk menjual minuman beralkohol, dan akibatnya Bir Bintang tidak lagi bisa ditemukan di
Alfamart dkk, dan hasilnya laba bersih MLBI drop menjadi Rp497 miliar, dari sebelumnya Rp795 miliar di
tahun 2014. Alhasil sahamnya juga jeblok dari 14,000 sampai 7,000. Namun di tahun 2016 dan seterusnya,
ternyata pendapatan serta laba bersih MLBI tetap mampu untuk naik lagi, dimana waktu itu juga penulis
sudah menebak hal ini karena bir bukannya dilarang untuk dijual sama sekali, melainkan hanya tidak boleh
dijual di minimarket dan supermarket saja, tapi masih bisa dibeli di tempat-tempat lainnya seperti hotel,
restoran, dan objek wisata. Sehingga dalam hal ini konsumen cuma pindah lokasi saja kalau mau beli bir,
termasuk kalau lagi liburan di Bali maka penulis bisa lihat bahwa bir bintang ini bebas dijual dimana-mana.

Sehingga pada akhirnya sahamnya naik lagi sampai tembus 20,000 di tahun 2019. Nah, lalu bagaimana
dengan tahun 2020 ketika Bali ditutup sama sekali untuk turis asing? Well, laba MLBI anjlok menjadi tinggal
Rp286 miliar, dibanding Rp1.2 triliun di tahun 2019. Jadi dampaknya jauh lebih parah dibanding larangan
penjualan di minimarket pada tahun 2015. Namun seperti yang kita ketahui, memasuki tahun 2021-nya
turis asing pelan-pelan diizinkan untuk masuk lagi ke Indonesia, termasuk penerbangan internasional ke
Bali akhirnya dibuka pada Oktober 2021. Dan update terakhir, sekarang ini aktivitas pariwisata di Bali sudah
sepenuhnya normal seperti sebelum pandemi, dimana turis asing tidak perlu lagi tes PCR apalagi karantina,
sehingga jumlahnya terus meningkat dari bulan ke bulan (dari hanya 1,300 turis pada bulan Februari 2022,
terakhir sudah mencapai 181,000 turis pada bulan Juni 2022, dan terus naik). Sehingga penulis optimis
bahwa MLBI di tahun 2022 ini akan kembali membukukan laba yang kurang lebih sama seperti tahun 2019
lalu. And indeed seperti bisa dilihat diatas, laba MLBI sekarang mencapai Rp789 miliar jika disetahunkan,
dimana dengan asumsi jumlah turis asing terus bertambah sampai akhir tahun, maka besar kemungkinan
laba tersebut tembus Rp1 triliun untuk tahun 2022 ini.

Dan sahamnya? Ya tentu saja bakal naik lagi, dan actually MLBI baru saja pada Mei 2021 kemarin sudah
naik duluan ke 11,000-an (dari hanya 8,000-an beberapa bulan sebelumnya), sebelum kemudian turun lagi
seiring redanya sentimen dividennya, dan juga koreksi pasar. Tapi justru karena sahamnya sekarang sudah
di 9,000-an lagi, artinya kita bisa kembali akumulasi untuk jangka panjang, dimana saya masih optimis
bahwa sahamnya bisa ke 15,000 – 20,000 lagi dalam 1 – 2 tahun kedepan (tapi bukan dalam 1 – 2 bulan
kedepan, jadi ketika kemarin MLBI naik sampai 11,000-an, itu memang kecepetan). Sehingga kalau anda
sudah pegang sahamnya sejak awal, hold saja. Dan kalau baru mau masuk? Maka harga sekarang juga masih
ok, atau ya sedikit dibawah 9,000 deh.

Rating Kinerja Q2 2022: AAA


Rating Valuasi Saham (current): A

12. Mandala Multifinance 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 6,001 5,345 12.3

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 27

Liabilities 3,117 2,582 20.7


Equity 2,582 2,763 -6.5
Shares Volume 3,650 2,650 37.7
1H 2022 1H 2021
Revenues 1,052 829 26.9
Operating Profit 402 242 66.2
Net Profit for Company 315 189 66.3
Compr. Net Profit 315 189 66.3
EPS 119 71 67.6
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 1,580
Mkt Cap (billion Rp) 5,767
PER (X) 6.6
PBV (X) 2.2

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 82.9 107.0 -22.6
ROA 10.5
ROE 24.4
OPM 38.2 29.2 30.9
NPM 29.9 22.8 31.0

MFIN adalah salah satu saham favorit penulis di masa lalu, yang saya baru kembali meliriknya pada tahun
2021 kemarin (ketika sahamnya masih di 1,100 – 1,200) dengan rekomendasi bahwa sahamnya cocok untuk
jangka panjang. Jadi saya akan kembali menyajikan analisanya disini, dengan sedikit perubahan. MFIN
adalah perusahaan pembiayaan sepeda motor yang berdiri tahun 1983, dan sampai hari ini perusahaan
fokus di usaha pembiayaan sepeda motor itu saja, termasuk punya unit pembiayaan syariah. Secara pangsa
pasar, MFIN ini termasuk kecil dimana perusahaan hanya memegang 10% pasar pembiayaan sepeda motor
di Indonesia, dan perusahaan juga tidak punya support dari bank besar di belakangnya. Yup, biasanya cara
kerja perusahaan pembiayaan adalah mereka mengambil kredit dari bank dengan bunga 12%, lalu uangnya
disalurkan ke orang yang mau kredit sepeda motor dengan bunga 30 – 40%. Selisih bunga tersebut kemudian
menjadi pendapatan bagi perusahaan. Kemudian kalau kita lihat perusahaan-perusahaan pembiayaan yang
besar seperti ADMF, WOMF, dan CFIN, maka untuk kebutuhan dananya mereka didukung oleh bank-bank
tertentu (ADMF oleh BDMN, WOMF oleh BNII, dan CFIN oleh PNBN).

Sedangkan MFIN? Mereka gak punya bank pendukung seperti itu, dan alhasil mereka harus cari sendiri
pendanaan tersebut dengan cara menerbitkan obligasi. Tapi justru karena bunga obligasi ini lebih rendah,
dalam hal ini hanya 8.5 – 10.5% per tahun, maka jadilah biaya bunga MFIN juga lebih rendah, dan alhasil
margin labanya lebih besar. Lalu karena perusahaannya actually lebih mapan dibanding perusahaan lain
yang sejenis (ADMF contohnya baru berdiri tahun 1990), dengan jaringan kantor yang juga sudah tersebar
di seluruh Indonesia, maka MFIN tidak perlu banyak bersaing dengan para kompetitornya karena dia sudah
punya konsumen setianya sendiri, dan alhasil kinerjanya lebih konsisten.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 28

Kemudian sejak tahun 2021 kemarin, jika anda perhatikan, penjualan sepeda motor sejatinya kembali naik
seiring dengan banyaknya insentif Pemerintah untuk sektor ini, seperti DP motor sekarang cuma Rp500,000,
dari sebelumnya Rp3 juta. Dan pada tahun 2022 ini kondisinya lebih baik lagi. Sehingga seperti bisa dilihat
diatas, pendapatan serta laba MFIN kembali naik signifikan dibanding tahun 2021, dan ROE-nya sangat baik
di 24.4%. Kombinasi antara pulihnya kondisi ekonomi, insentif pemerintah di sektor otomotif, plus kualitas
manajemennya yang bisa dibilang merupakan yang terbaik di sektor pembiayaan, menjadikan MFIN menjadi
salah satu saham yang paling direkomendasikan di EIP sejak beberapa edisi lalu.

Dan memang MFIN naik terus hingga sekarang sudah di 1,580. Nah, penulis sejak awal sudah mengatakan
bahwa dengan asumsi kinerja perusahaan tetap bagus sampai akhir tahun, maka sahamnya bisa ke 1,700
pada akhir tahun 2022 nanti. Dan karena kinerja MFIN pada Q2 ini even better, dengan prospek cerah
dimana kinerja tersebut bisa lebih baik lagi pada Q3 dan Q4 nanti (diatas penulis mengatakan bahwa
penjualan mobil mungkin akan turun karena perlambatan ekonomi, tapi penjualan motor harusnya bakal
naik terus), maka targetnya bisa kita naikkan sedikit menjadi 1,800.

Jadi kalau anda sudah pegang sahamnya sejak awal, maka hold saja. Sedangkan kalau anda baru mau
masuk, maka posisi MFIN sekarang ini adalah mirip seperti MBLI ketika kemarin di 11,000, atau INDR di
12,000, dimana meski dalam jangka menengah panjangnya dia masih bisa naik lagi, tapi dalam jangka
pendeknya dia mungkin akan cooling down dulu. Sehingga kalau anda tertarik maka pertama, jadikan
sahamnya untuk pegangan jangka panjang minimal hingga setahun kedepan, dan kedua, belinya secara
menyicil saja, misalnya tiap bulan, dan pada harga sekarang juga ok. Tapi jika sewaktu-waktu MFIN ini
turun sampai 1,370 misalnya (itu support teknikalnya), maka anda bisa beli lebih banyak. Kemudian lihat
hasilnya 12 bulan dari sekarang.

Rating Kinerja Q2 2022: A


Rating Valuasi Saham (current): BBB

13. Cisadane Sawit 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 1,785 1,753 1.8
Current 529 569 -7.0
Liabilities 846 972 -13.0
Current 180 263 -31.7
Equity 939 781 20.2
Shares Volume 2,050 2,050 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 522 389 34.1
Operating Profit 231 104 123.0
Net Profit for Company 178 83 113.3
Compr. Net Profit 178 83 113.3
EPS 87 41 112.2
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 645

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 29

Mkt Cap (billion Rp) 1,322


PER (X) 3.7
PBV (X) 1.4

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 111.0 80.4 38.1
Current Ratio 294.4 216.2 36.2
ROA 19.9
ROE 37.9
OPM 44.3 26.7 66.3
NPM 34.1 21.5 59.1

Bagi anda yang belum tahu, CSRA adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit dan hanya kelapa sawit saja,
yang relatif kecil jika dibandingkan dengan emiten sawit lainnya di BEI, dengan luas area tertanam 19,148
hektar (per 30 Juni 2022) yang tersebar di Sumatera Utara (Sei Tampang, dan Tapanuli Selatan), dan
Sumatera Selatan (Banyuasin, dan Musi Rawas Utara), plus satu pabrik kelapa sawit (PKS) yang mengolah
buah sawit menjadi CPO dengan kapasitas produksi 60 ton per jam di Labuhan Batu, Sumatera Utara. Sejak
tahun 2016, CSRA secara konsisten kenaikan pendapatan dan ekuitas, meskipun labanya naik dan turun
seiring naik turunnya volume produksi CPO, dan fluktuasi harga jual CPO itu sendiri. Namun pada tahun
2020 lalu, CSRA sukses mencatat laba bersih Rp72 miliar, naik signifikan dibanding tahun 2019 di level Rp27
miliar, seiring dengan kenaikan harga CPO hingga tembus RM3,000 per ton. Dan seiring dengan masih
tingginya harga CPO sampai dengan Q2 2022 (RM4,000 per ton, bahkan sempat menyentuh RM7,000 per ton
pada April 2022 lalu), maka seperti yang bisa anda lihat diatas, laba CSRA kembali naik signifikan hingga
mencapai Rp356 miliar disetahunkan, jauh lebih besar dibanding labanya pada tahun 2020 dan 2021 lalu.

Namun demikian jika perbandingannya adalah Q1 2022 kemarin (kuartal sebelumnya), maka laba tersebut
agak sedikit turun. Dan merespon hal tersebut, sahamnya juga ikut turun dari sebelumnya 800-an hingga
sekarang di 645, terutama karena disisi lain harga CPO, meski masih terhitung tinggi, tapi tetap kelihatan
turun dibanding harga tertingginya pada bulan April 2022 lalu. Terkait hal ini maka penulis harus
menyampaikan lagi apa yang sudah ditulis di analisa TAPG (yang juga perusahaan sawit) diatas: Salah satu
alasan kenapa saham-saham sawit belum naik tinggi seperti katakanlah saham batubara, meskipun kinerja
mereka sudah sangat bagus di tahun 2022 ini (dan valuasi sahamnya juga masih murah), adalah karena
investor melihat fakta bahwa harga CPO di pasar internasional sudah kembali turun. Sebenarnya seperti
disebut diatas, harga CPO yang RM4,000 terhitung masih lebih tinggi dibanding sebelum pandemi lalu yang
hanya RM2,500 – 3,000 per ton, dan seperti disebut diatas, kinerja beberapa perusahaan sawit seperti CSRA
ini lebih dipengaruhi harga migor di dalam negeri ketimbang harga CPO tersebut (CSRA juga menjual 100%
produknya di dalam negeri). Namun tetap saja: Dalam kondisi pasar yang masih jauh dari euforia seperti
sekarang, dimana mood investor juga lebih banyak yang pesimis ketimbang optimis, maka laporan keuangan
yang bagus saja seringkali belum cukup untuk mendorong sebuah saham agar naik tinggi, melainkan juga
diperlukan sentimen positif entah itu terkait sektornya atau perusahaannya itu sendiri. Dan untuk CSRA ini,
problemnya adalah tidak adanya sentimen positif tersebut.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 30

Jadi ada juga kemungkinan CSRA ini kedepannya hanya akan disitu-situ saja (600 – 700), albeit juga gak
akan turun karena faktanya kinerjanya masih sangat bagus. Nah, sebenarnya karena masalah sentimen
inilah, tadinya untuk sektor sawit maka saya mau fokus di TAPG saja. Karena kalau harus pilih salah satu
antara TAPG dan CSRA, maka TAPG lebih baik. Namun dengan mempertimbangkan bahwa: 1. Saham CSRA
tetap berpeluang untuk naik ke 900 – 1,000, yakni jika sentimen positif itu akhirnya muncul juga, misalnya
jika berita tentang uji biodiesel B40 (bahan bakar solar dengan komposisi 60% diesel dan 40% CPO) yang
baru-baru ini mulai dikerjakan oleh Pemerintah mulai ramai lagi di media (dan kalau demikian maka tidak
hanya CSRA, tapi TAPG juga akan naik), dan 2. CSRA selama ini rutin membayar dividen interim. Terakhir
pada November 2021 lalu, CSRA membayar dividen interim Rp25 per saham. Karena pada tahun 2022 ini
labanya naik 113%, maka secara kasarnya perusahaan akan kembali membayar dividen sebesar Rp50 – 55
per saham, yang mencerminkan yield 7 – 8% berdasarkan harga sahamnya saat ini, sehingga normalnya
sahamnya juga akan naik dengan persentase kenaikan yang lebih besar dibanding yield-nya tersebut, sejak
sebelum dividennya diumumkan.

Sehingga, meski memang jeda waktunya masih agak lama (sampai November), tapi karena disisi lain tidak
ada risiko yang berarti (harga CPO juga harusnya tidak akan turun lebih rendah lagi, melainkan harga
RM4,000 itu sudah selaras dengan inflasi dll saat ini), dan sentimen positif seperti yang disebutkan diatas
bisa muncul sewaktu-waktu, maka CSRA tetap layak masuk EIP ini, dengan target konservatif 800 – 900
(sedikit lebih rendah dibanding sebelumnya 1,000).

And btw, dalam jangka panjangnya, CSRA ini sejatinya bagus karena manajemen terus berekspansi seperti
membangun PKS keduanya di Tapanuli Selatan (target selesai awal 2023), terus menanam pohon sawit
baru, hingga meningkatkan produktivitas tanaman sawit yang sudah ada dengan memanfaatkan teknologi
terbaru. Memang, ekspansi seperti itu juga rutin dilakukan perusahaan sawit lain, tapi mengingat seperti
disebut diatas, CSRA ini tergolong perusahaan sawit kecil, maka potensi pertumbuhannya jauh lebih besar.
Misalnya ketika perusahaan nantinya punya dua unit PKS (dari sebelumnya hanya satu unit), maka artinya
kapasitas produksi CPO-nya bisa naik dua kali lipat bukan? However, karena pada akhirnya kinerja
perusahaan tetap akan tergantung pada naik turunnya harga CPO, dan kita tidak bisa menebak berapa
harga CPO dalam waktu 3 – 5 tahun dari sekarang, maka kita juga gak bisa beli saham CSRA ini untuk tujuan
long term (paling bisa buat jangka menengah saja). Tapi intinya dalam hal ini penulis ingin menunjukkan
bahwa secara GCG, CSRA ini termasuk bagus karena pekerja keras, dan juga fair terhadap investor ritel
dengan rutin membayar dividen.

Rating Kinerja Q2 2022: AA


Rating Valuasi Saham (current): A

14. Indo Tambangraya 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 1,974 1,666 18.5
Current 1,268 988 28.3
Liabilities 492 465 5.8
Current 396 365 8.6

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 31

Equity 1,488 1,209 23.1


Shares Volume 1,130 1,130 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 1,422 676 110.2
Operating Profit 597 154 287.1
Net Profit for Company 461 118 291.8
Compr. Net Profit 454 73 524.0
EPS 0.4078 0.1041 291.8
in million USD, EPS in USD, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 37,500
Mkt Cap (billion Rp) 42,372
PER (X) 3.2
PBV (X) 2.0

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 302.6 260.2 16.3
Current Ratio 320.1 270.9 18.2
ROA 46.0
ROE 61.9
OPM 42.0 22.8 84.2
NPM 32.4 17.4 86.4

Seperti diperkirakan sebelumnya, ITMG sukses membukukan kinerja yang sangat baik pada Q2 2022 ini,
dimana pendapatan serta labanya juga naik tidak hanya dibanding periode yang sama tahun lalu, tapi juga
dibanding Q1 kemarin, dimana ROE-nya tampak turun (dari sebelumnya 69%) simply karena kenaikan
signifikan pada ekuitas perusahaan, dari $1.2 menjadi 1.5 miliar. Nah, tapi mungkin yang menarik dari
ITMG ini adalah ketika sahamnya mendadak turun sampai ARB, justru persis ketika laporan keuangannya
dirilis pada tanggal 11 Agustus kemarin. Sehingga hal ini mungkin membingungkan bagi pemula, dan juga
menimbulkan banyak komentar dari para ‘pakar’ yang (seperti biasa) menyebut bahwa analisa fundamental
sudah tidak ada gunanya.

Tapi biar penulis jelaskan disini bahwa penurunan ITMG kemarin itu sangat wajar. Perhatikan: Kita tahu
bahwa pada bulan Juni – Juli kemarin, pasar cenderung terkoreksi, termasuk saham-saham batubara banyak
yang turun cukup dalam. Dan meski saham-saham batubara ini belakangan naik lagi, tapi rata-rata hanya
kembali ke posisi mereka sebelum turun di awal bulan Juni. Contohnya MBAP diatas, pada Juni 2022 dia
berada di 8,000-an, lalu turun sampai mentok di 6,000 pada bulan Juli, tapi memasuki Agustus dia naik lagi
ke 8,000-an. Untuk saham-saham batubara lainnya juga rata-rata sama: Secara keseluruhan, mereka belum
naik lagi sejak bulan Juni lalu.

Namun untuk ITMG ini ceritanya beda sendiri. Pada bulan Juni, dia berada di 36,000, sebelum kemudian
turun hingga mentok di persis 30,000 di bulan Juli. Dan memasuki Agustus, dia naik signifikan hingga
melewati 36,000 itu tadi, dan bahkan sampai tembus level psikologis 40,000, yang merupakan salah satu
level tertingginya sepanjang sejarah (all time high ITMG adalah 53,500 pada tahun 2011 lalu). Jadi tidak
hanya dibandingkan dengan saham batubara lain: Dibandingkan dengan saham-saham lainnya secara umum

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 32

di BEI yang cenderung turun sejak 2 – 3 bulan terakhir, ITMG ini seperti maju terus pantang mundur, yang
mungkin karena investor sejak awal sangat percaya diri bahwa LK Q2-nya bakal bagus (dan memang benar
bagus). Nah, jadi ketika LK-nya akhirnya keluar dan ternyata benar bagus, maka disisi lain harga saham
ITMG memang sudah tinggi di 40,000-an. Atau dengan kata lain sudah selaras dengan kinerjanya yang bagus
tersebut, atau istilahnya ‘price in’. Pada titik inilah beberapa investor yang sejak awal curi start membeli
ITMG di harga bawah, ketika itu dengan ekspektasi bahwa LK-nya bakal bagus dan kemudian ekspektasi
tersebut tercapai/sudah price in, maka mereka akan mempertimbangkan untuk profit taking dulu. Karena
mereka menyadari bahwa agar saham-saham batubara naik lebih tinggi lagi, maka dibutuhkan ekspektasi
yang baru lagi. Lebi jelas tentang teori price in ini bisa dibaca disini:
https://www.teguhhidayat.com/2018/02/ekonomi-bagus-kenapa-saham-turun.html, artikelnya ditulis
tahun 2018 lalu, dan contoh kasusnya juga sama saham-saham batubara.

Okay, lanjut. Karena dalam hal ini penurunan ITMG sebatas karena efek orang profit taking saja, dan bukan
karena adanya perubahan pada aspek fundamental, prospek, ataupun valuasi (bahkan pada harga sahamnya
saat ini yakni 37,500, PER ITMG masih hanya 3.2 kali), maka penulis sejak awal cukup yakin bahwa
penurunannya tidak akan terlalu dalam, melainkan setelah sekali ARB kemarin itu maka ya sudah, ITMG
tidak akan ARB lagi. Dan ternyata benar ITMG sejauh ini masih bertahan di 37,000-an, sehingga bahkan
setelah ARB-nya dia terhitung tetap naik banyak dibanding tiga bulan lalu di 31,000-an. Nah, tapi seperti
disebut diatas, jika kita berharap ITMG ini lanjut naik lebih tinggi lagi, maka harus ada ekspektasi baru,
yakni setelah ekspektasi bahwa LK Q2-nya bakal bagus barusan sudah tercapai. Jadi apakah ITMG dalam
hal ini memiliki ekspektasi baru tersebut?

Jawabannya, yep, punya, ada dua malah. Pertama, untuk Q3 dan juga Q4 2022 nanti, kinerja ITMG bisa
diharapkan akan sama bagusnya seperti sekarang, atau lebih bagus lagi. Hal ini karena harga batubara itu
sendiri (harga benchmark Newcastle) diperkirakan akan tetap stabil di level $400, atau serendah-rendahnya
$300 per ton, dimana dasar analisanya sudah penulis jelaskan di analisa MBAP diatas. Dan kedua, juga
seperti halnya MBAP, ITMG ini akan membayar dividen interim dalam waktu dekat. Terakhir kali ITMG
membayar dividen interim adalah pada November 2021 lalu, senilai Rp1,218 per saham. Kerana laba ITMG
pada tahun 2022 ini naik hampir empat kali lipat dibanding tahun 2021 lalu, maka perkiraan dividennya
adalah 1,218 x 4, sama dengan.. Rp4,872 per saham.

So, don’t loosen your seatbelt guys, because the ride is still on! Pemberhentian berikutnya: 50,000. Sedikit
tips: Sejak tahun 2020 lalu, meski saya sendiri tidak selalu hold ITMG ini melainkan ada keluar masuk juga,
tapi untuk dividennya kita selalu ambil. Jadi sudah sahamnya naiknya gila-gilaan (dua tahun lalu ITMG ini
masih di 7,000 lho!), dividennya pun sama gilanya. Sudah tentu, pesta ini suatu hari nanti akan berakhir,
tapi itu bukan sekarang. Enjoy.

Rating Kinerja Q2 2022: S


Rating Valuasi Saham (current): A

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 33

15. Modernland 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 13,717 14,540 -5.7
Current 2,626 3,395 -22.7
Liabilities 9,174 10,355 -11.4
Current 3,373 3,469 -2.8
Equity 4,543 4,184 8.6
Shares Volume 12,533 12,533 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 467 369 26.6
Operating Profit 574 -148 NM
Net Profit for Company 353 -410 NM
Compr. Net Profit 359 -415 NM
EPS 29 -33 NM
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 115
Mkt Cap (billion Rp) 1,441
PER (X) 2.0
PBV (X) 0.3

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 49.5 40.4 22.6
Current Ratio 77.9 97.9 -20.4
ROA 5.2
ROE 15.6
OPM 122.9 -40.1 NM
NPM 75.7 -111.3 NM

Penulis pertama kali memasukkan MDLN ini di EIP pada edisi Q1 2022 kemarin, dan analisanya masih relevan
untuk disajikan kembali disini, dengan sedikit perubahan. Okay kita langsung saja.

MDLN adalah perusahan properti yang berdiri sejak tahun 1989, ketika itu dengan membangun perumahan
Kota Modern di Cipondoh, Tangerang. Di tahun-tahun selanjutnya MDLN terus berkembang tapi tidak terlalu
pesat, dan tetap berstatus sebagai pengembang properti kecil yang hanya membuat perumahan cluster.
Barulah pada tahun 2004, MDLN naik kelas dengan mulai mengembangkan township skala besar yang diberi
nama Jakarta Garden City (JGC) di Cakung, Jakarta Timur, ketika itu dengan bekerja sama dengan Keppel
Land asal Singapura. Lanjut pada tahun 2013, setelah menikmati pendapatan dan laba yang sangat besar
imbas dari booming properti ketika itu, MDLN mengakuisisi saham Keppel Land di JGC sehingga sekarang
JGC dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan. Dan pada tahun 2013 ini pula, MDLN mengakuisi banyak lahan
kosong di sekitar JGC dalam rangka untuk memperluas JGC itu sendiri, dimana biayanya diperoleh dari
menerbitkan obligasi senilai $150 juta di Singapura.

Sayangnya, inilah awal dari keterpurukan perusahaan: Persis sejak tahun 2013 tersebut, penjualan properti
mulai turun setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga dan juga minimun DP pembelian properti,
dengan tujuan untuk mencegah spekulasi di sektor properti itu sendiri (karena pada tahun 2013 itu benar-
benar terjadi euforia di sektor properti dimana Feni Rose terkenal dengan slogannya, ‘Senin harga naik!’

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 34

Udah kaya crypto aja gitu). Alhasil pembayaran cicilan obligasinya mulai macet. Tapi seolah tidak kapok,
mungkin karena manajemen berpikir bahwa periode lesu properti akan segera berakhir, maka pada tahun
2017 MDLN kembali menerbitkan obligasi baru senilai $240 juta. A big mistake, karena ternyata industri
properti ketika itu tetap lesu, dan alhasil MDLN mulai sering membukukan rugi (pendapatan masih ada,
tapi habis buat bayar cicilan bunga utangnya, dan juga rugi kurs karena utangnya dalam Dollar, sedangkan
Rupiah cenderung melemah terhadap Dollar). Puncaknya pada tahun 2020 lalu, pendapatan MDLN anjlok
dari Rp1.5 triliun di tahun 2019 menjadi hanya Rp731 miliar, dan ruginya membengkak menjadi Rp1.8
triliun. Kemudian perusahaan juga harus PKPU salah satu utangnya, dan alhasil sahamnya terus turun hingga
akhirnya mati di gocap (dan juga di suspen) pada bulan November 2020. Dan mulai saat itu penulis tidak
lagi memperhatikan MDLN ini.

Hingga pada Desember 2021, MDLN akhirnya memperoleh uang tunai sekitar Rp700 miliar yang sangat
mereka butuhkan untuk membayar utangnya, dari penjualan bagian sahamnya di PT Astra Modernland,
yang merupakan anak usaha patungan antara MDLN dengan Astra Land (bagian dari Astra International),
kepada Astra Land. Penjualan itu dilakukan dalam posisi rugi, dan sekarang MDLN tidak lagi memiliki PT
Astra Modernland, tapi minimal perusahaan bisa membayar utangnya sehingga lepas dari jerat PKPU.
Hasilnya pada tanggal 13 Desember, suspensi saham MDLN dicabut dan sahamnya dengan cepat terbang
dari 50 perak sampai sempat tembus 100 pada bulan Februari 2022, tapi kepada setiap yang bertanya,
penulis katakan saya masih belum tertarik dengan MDLN ini karena perusahaan baru sebatas tidak jadi
bangkrut saja. Tapi kinerjanya sendiri masih merugi pada tahun 2021. Tapi memang saya lihat juga bahwa
pada tahun 2021 tersebut, pendapatan MDLN naik signifikan, thanks to berbagai upaya dari manajemen
seperti meluncurkan produk properti residensial baru dengan harga yang lebih murah, memberikan diskon
(percaya atau tidak, sekarang ini harga properti lagi murah-murahnya terutama untuk kawasan sekitar
Jakarta, dimana rumah kecil tipe 72 banyak yang cuma Rp500 jutaan), memperpanjang tenor pembayaran,
dst. Jadi waktu itu saya bilang begini: MDLN ini memang menarik karena PBV-nya cuma 0.2 kali, jadi dia
bisa multibagger juga (baca: terbang 100%, 200%, atau lebih tinggi lagi!). Tapi yang kita butuhkan sekarang
adalah perusahaan membukukan laba dulu, karena untuk tahun 2021 ini perusahaan masih rugi.

Waktu berlalu. Hingga pada Q1 2022 kemarin, MDLN akhirnya membukukan laba setelah pendapatannya
naik hampir dua kali lipat, yang sepenuhnya berasal dari penjualan rumah murah (yang di JGC, dan juga
proyek perumahan lainnya). Kemudian meski utang MDLN secara keseluruhan masih besar, tapi untuk utang
jangka pendeknya hanyalah liabilitas kontrak yang merupakan pembayaran yang diterima dari pelanggan
yang belum diakui sebagai pendapatan, karena unit propertinya belum diserahterimakan. Jadi utang jangka
pendek itu bukan utang bank atau obligasi, dan untuk utang obligasinya maka setelah direstrukturisasi baru
akan jatuh tempo tahun 2027 nanti. In short, MDLN tidak punya masalah likuiditas, dan perusahaan tidak
akan kena PKPU lagi. Kemudian karena penjualan propertinya masih naik, dan kemungkinan masih akan
terus naik (terlihat dari liabilitas kontrak itu tadi yang sangat besar)..

Maka kesimpulannya, sejak tiga bulan lalu penulis sudah katakan bahwa MDLN ini calon multibagger. Suatu
hari nanti perusahaan akan membukukan ROE 15% atau lebih besar lagi, dan ketika itu normalnya sahamnya

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 35

sudah naik sangat tinggi dibanding hari ini. Dan ternyata benar: Hari ini MDLN sudah di 115, lompat 47%
dibanding tiga bulan lalu di 78. Tapi melihat PBV-nya yang masih hanya 0.3 kali, maka kenaikan tersebut
harusnya barulah permulaan, dimana MDLN masih bisa naik lebih tinggi lagi dalam 6 – 12 bulan kedepan,
yakni jika perkembangan kinerjanya nanti sesuai harapan.

Nah, jadi sekarang kita cek lagi kinerjanya untuk Q2 2022 barusan. Tiga bulan lalu, saya katakan bahwa
suatu hari nanti perusahaan akan membukukan ROE 15% atau lebih besar lagi. Dan pada tabel diatas, ROE
MDLN untuk Q2 2022 ini memang sudah mencapai 15.7%. Jadi sahamnya otw ke 250??

Sayangnya, dan mungkin sebagian dari anda sudah mengetahuinya, kinerja MDLN pada Q2 ini justru turun
signifikan dibanding Q1 kemarin, dimana pendapatannya untuk April – Juni 2022 hanya tercatat Rp77 miliar,
dibanding Rp390 miliar pada Januari – Maret 2022. Dan alhasil perusahaan kali ini secara operasional justru
merugi. Tapi karena perusahaan ada mencatat keuntungan penyelesaian obligasi sebesar Rp790 miliar yang
hanya bersifat pembukuan alias gak ada duitnya (penjelasannya ada di rekap tanya jawab part 1), maka
jadilah MDLN mencatat laba Rp353 miliar. Tapi jika keuntungan obligasi diatas tidak ada, maka MDLN pada
tahun 2022 sejauh ini kembali merugi. Dan dari laporan arus kasnya juga kelihatan bahwa untuk arus kas
operasionalnya, angkanya negatif sebesar Rp248 miliar.

Okay Pak Teguh, jadi MDLN ini mengalami perubahan fundamental dong? Berarti sahamnya tidak
direkomendasikan lagi? Kabar baiknya, nggak juga. MDLN masih bagus kok, makanya masih masuk EIP ini,
dan penjelasannya sebagai berikut. Saya sudah sering mengatakan sebelumnya bahwa jualan properti itu
gak seperti jualan kacang, dimana seorang sales properti bisa jadi sukses jualan 10 unit rumah pada Januari
– Maret, tapi dia tidak berhasil menjual satu unitpun pada April – Juni. Jadi berbeda dengan perusahaan
consumer goods yang konsisten, maka kinerja emiten properti memang bisa sangat fluktuatif dari kuartal
ke kuartal. Dan penulis sejak awal tidak berharap bahwa MDLN akan langsung cuan besar/mencatat ROE
15% pada tahun 2022 ini, melainkan secara realistisnya itu baru akan tercapai tahun 2023 nanti, yakni
ketika ekonomi sudah benar-benar pulih pasca pandemi. Sedangkan untuk tahun 2022 ini, maka asal MDLN
tidak rugi saja, maka itu sudah cukup bagus, dan peluang MDLN untuk tidak rugi tersebut tetap besar (ingat
masih ada dua kuartal lagi sebelum akhir tahun 2022) karena memang iklim investasinya mendukung (BI
Rate rendah, ekonomi mulai pulih, booming komoditas dst. Penjelasannya baca lagi disini:
https://www.teguhhidayat.com/2022/06/saham-properti-multibagger.html).

Sehingga untuk saat ini, seperti yang penulis katakan tiga bulan lalu, MDLN ini kita beli secara bertahap
saja dulu. Tidak perlu buru-buru karena paling cepat properti ini baru akan booming tahun depan. Pada
EIP Q1 2022 kemarin, penulis katakan bahwa best buy MDLN adalah di 90. Karena pada Q2 ini, kinerja
perusahaan tidak lebih baik dibanding Q1 kemarin, maka best buy-nya belum bisa dinaikkan, melainkan
masih tetap di 90. Jika anda sudah pegang, terlepas dari anda belinya di harga berapa, maka boleh hold
saja. Tapi jika anda baru mau masuk atau mau nambah, maka sekali lagi, santai saja. MDLN masih
berpeluang untuk mencapai 250, tapi itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini. Ohya, MDLN ini
sebenarnya tidak disarankan bagi pemula yang masih selalu melihat naik turun sahamnya setiap hari, dari

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 36

pagi sampai sore, sehingga itu bisa mengganggu aktivitas/pekerjaan sehari-hari anda di kantor, apalagi jika
sahamnya mendadak ARB (MDLN pernah beberapa kali ARB dalam beberapa bulan terakhir) sehingga bikin
bingung dan panik. Karena bagi pemula, jangankan ARB, jika MDLN ini gak naik-naik barang tiga hari saja
kadang bisa bikin stress, karena kenapa kok lama sekali? Karena memang saham ini cukup fluktuatif. Tapi
tidak apa, sekalian belajar biar anda cepat terbiasa juga. Yang penting jangan langsung pakai dana besar,
melainkan bisa pakai dana kecil dulu. Jangan serakah, ingat ini judulnya masih latihan!

Rating Kinerja Q2 2022: BBB


Rating Valuasi Saham (current): AA

16. Cardig Aero 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 1,478 1,575 -6.2
Current 648 702 -7.7
Liabilities 886 991 -10.6
Current 731 847 -13.8
Equity 437 385 13.6
Shares Volume 2,087 2,087 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 771 642 20.1
Operating Profit 150 91 65.1
Net Profit for Company 52 23 128.1
Compr. Net Profit 121 74 62.8
EPS 25 11 127.3
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 446
Mkt Cap (billion Rp) 931
PER (X) 8.9
PBV (X) 2.1

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 49.3 38.8 27.1
Current Ratio 88.8 82.9 7.1
ROA 16.4
ROE 23.9
OPM 19.5 14.2 37.5
NPM 6.8 3.6 89.9

Meski ini adalah kali pertama penulis kembali memasukkan CASS di EIP, tapi dulu sekitar tahun 2012, saya
sudah pernah memperhatikan CASS ini/memasukkan sahamnya di EIP karena memang kinerjanya bagus dan
konsisten sejak sebelum perusahaannya IPO pada tahun 2011, meski beberapa tahun kemudian saya tidak
lagi meliriknya setelah menganggap valuasinya sudah mahal, setelah sahamnya sukses lompat dari 400
sampai 1,200. Namun melihat perkembangannya sejauh ini, dan terutama karena sahamnya sudah di 400-
an lagi, maka mungkin CASS kembali menawarkan peluang cuan disini. Okay kita langsung saja.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 37

Sejarah CASS dimulai pada tahun 1984 ketika berdiri perusahaan bernama PT Jasa Angkasa Semesta (JAS),
yang bergerak di bidang jasa pendukung transportasi udara, dalam hal ini ground handling dan cargo
handling, di Bandara Soekarno Hatta. Tidak ada informasi pasti siapa pemilik/pendiri perusahaan, tapi
kemungkinan masih ada hubungannya dengan TNI Angkatan Udara, karena di kemudian hari kantor pusat
perusahaan pindah ke Bandara Halim Perdana Kusuma, dan jajaran komisarisnya diisi oleh mantan jendral
dan pejabat publik. Pada tahun 2003, perusahaan melakukan diversifikasi namun tetap fokus di bidang
transportasi udara, dengan meluncurkan layanan aviation maintenance dan aircraft release. Tahun 2009,
masuk investor asal Singapura dengan nama SATS Investment Ltd, dimana pemegang saham JAS dan juga
SATS mendirikan perusahaan baru dengan nama CASS, lalu CASS ini kemudian mengakuisisi JAS, sebelum
kemudian listing di BEI pada tahun 2011. Di kemudian hari, selain mempertahankan dan memperluas
jaringan usaha yang sudah ada diatas, CASS juga banyak mengakuisisi atau mendirikan anak usaha yang
juga bergerak di bidang jasa pendukung transportasi udara, seperti jasa katering untuk penumpang pesawat
terbang, pelatihan penerbangan, hingga jasa pembersihan pesawat. Jadi bisa dibilang CASS sekarang
memiliki lini usaha yang lengkap dan terintegrasi. Wilayah serta bandara yang menerima layanan
perusahaan juga terus bertambah, dimana pada akhir tahun 2021, CASS sudah beroperasi di lebih dari 20
bandara di Indonesia, mulai dari Kuala Namu Medan hingga Mozes Kilangin Timika.

Nah, kita tahu bahwa bisnis transportasi udara, dalam hal ini maskapai penerbangan seperti Garuda
Indonesia, Lion Air, dan Air Asia, itu cuannya tipis sekali atau bahkan rugi, karena mahalnya harga pesawat
serta bahan bakar avtur yang harus impor. Namun beda ceritanya dengan jasa pendukung transportasi
udara itu sendiri, dimana anda juga mungkin memperhatikan kalau kita makan di restoran di bandara,
maka harganya jauh lebih mahal dibanding restoran di tempat lain, tapi toh orang tetap bayar karena tidak
ada pilihan lain. Ini yang menjelaskan kenapa meski GIAA rugi terus gak jelas, tapi Angkasa Pura I dan II,
yang merupakan BUMN pengelola bandara dan jasa pendukung transportasi udara, keduanya selama ini
tetap sukses membukukan laba, dan hanya merugi pada tahun 2020 dan 2021 karena efek pandemi (pada
tahun 2019, AP I dan II masing-masing menghasilkan laba Rp1.4 triliun dan Rp1.0 triliun, yang
mencerminkan ROE 9% dan 6%, not bad untuk ukuran BUMN).

Lalu bagaimana dengan CASS? Sebagai perusahaan di bidang yang sama namun swasta, maka tentu saja
kinerjanya jauh lebih baik dibanding Angkasa Pura, dimana meski pada tahun 2020 CASS juga ikut merugi
karena efek pandemi, tapi pada tahun 2021-nya dia sudah profit lagi. Sedangkan pada tahun-tahun normal
sebelum pandemi, CASS sukses membukukan laba konsisten dengan ROE antara 20 – 30%, bahkan pernah
juga diatas 40%, dan rutin bayar dividen juga meski angkanya kecil. Intinya secara track record, CASS ini
bagus dimana valuasi sahamnya selama ini juga cenderung premium, tidak hanya karena kinerjanya yang
bagus itu tadi, tapi juga karena dia satu-satunya perusahaan di BEI yang bergerak di bidangnya.

Dan seiring dengan meredanya pandemi itu sendiri, serta kembali normalnya aktivitas penerbangan, maka
prospek CASS tentu saja menjadi lebih baik untuk tahun 2022 ini dan seterusnya, dimana hingga Q2 2022
diatas, cukup jelas bahwa pendapatan serta labanya kembali naik signifikan dibanding tahun 2021,
demikian pula ROE-nya kembali strong di 23.9%. Menurut penulis sendiri ini melihat baru permulaan,

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 38

dimana pada akhir tahun 2022 nanti kemungkinan CASS akan membukukan laba yang lebih besar lagi
(karena sekarang lagi euforia orang pergi liburan, lihat aja Bali sekarang penuh banget), dan demikian pula
pada tahun 2023 dan seterusnya, kinerja CASS akan terus bertumbuh.

Jadi sekarang tinggal soal sahamnya. Dengan PER 8.9 dan PBV 2.1 kali pada harga 446, maka CASS ini gak
bisa disebut murah jika perbandingannya adalah saham-saham lain yang masuk EIP ini, dan memang
sahamnya sendiri sudah naik lumayan dari hanya 200 perak pada tahun 2020 lalu. Namun karena secara
historis PBV CASS selalu premium di 4 – 5 kali, dan prospeknya memang cerah seperti yang dijelaskan diatas,
maka asalkan perusahaan mampu mempertahankan kinerja positifnya sejauh ini, atau lebih bagus lagi di
kuartal-kuartal mendatang, maka sahamnya tetap akan lanjut naik dalam jangka menengah – panjang.
Sehingga jika anda tertarik, akumulasi pelan-pelan saja, dan tidak usah khawatir jika sahamnya sesekali
turun karena ini bukan saham untuk jangka pendek (malah jika itu terjadi maka anda bisa beli lebih
banyak). Dengan asumsi harga wajar PER 10 – 12 dan PBV 3 kali, maka CASS mungkin bisa naik sampai 600
dalam waktu setahun kedepan, dan ke 900 dalam waktu setahun berikutnya lagi, tergantung perkembangan
kinerja perusahaan. We’ll see.

Rating Kinerja Q2 2022: AA


Rating Valuasi Saham (current): A

17. Adhi Karya 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 39,209 39,900 -1.7
Current 30,687 31,601 -2.9
Liabilities 33,145 34,243 -3.2
Current 26,120 31,127 -16.1
Equity 5,704 5,600 1.9
Shares Volume 3,561 3,561 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 6,327 4,445 42.3
Operating Profit 368 338 8.8
Net Profit for Company 10 8 23.5
Compr. Net Profit 61 8 656.4
EPS 3 2 23.2
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 800
Mkt Cap (billion Rp) 2,849
PER (X) 139.4
PBV (X) 0.5

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 17.2 16.4 5.2
Current Ratio 117.5 101.5 15.7
ROA 0.3
ROE 0.4
OPM 5.8 7.6 -23.6

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 39

NPM 0.2 0.2 -13.2

Dalam banyak kesempatan, penulis selalu mengatakan bahwa sektor konstruksi, terutama BUMN Karya,
mungkin akan menjadi sektor terakhir yang pulih pasca pandemi tahun 2020 lalu. Karena ketika pengerjaan
proyek infrastruktur jalan tol dll sempat berhenti karena PSBB/PPKM, lalu kemudian lanjut lagi ketika
PPKM-nya dicabut, maka itu seperti seorang koki sudah siap-siap hendak masak, dan sudah menyiapkan
sayur dan daging sebagai bahan baku masakannya, tapi kemudian batal sehingga bahan baku itu harus
dibuang. Dan ketika si koki sudah bisa masak lagi, maka artinya dia harus keluar dana ekstra untuk beli
bahan baku baru. Kemudian dalam kasus emiten konstruksi, mereka selama ini beli bahan baku pakai utang
termasuk utang bank. Jadi ketika mereka sudah rugi karena harus beli bahan baku dua kali, tapi bank tentu
saja gak mau tahu, dan tetap menuntut utangnya harus dibayar. Tapi karena perusahaan gak punya duit
karena belum ada pemasukan lagi, maka mereka meminta penundaan waktu jatuh tempo, dimana hal itu
kemudian dikabulkan oleh pihak bank, tapi dengan kompensasi denda atau kenaikan bunga (jadi
ilustrasinya, bayarnya boleh nanti aja, tapi sekarang bunganya naik 50% ya). Ini yang menjelaskan kenapa
biaya konstruksi Kereta Cepat Jakarta – Bandung melonjak sangat tinggi, dan tidak hanya itu melainkan
proyek-proyek infrastruktur lainnya juga sama biayanya membengkak. Alhasil perusahaan konstruksi
seperti ADHI dkk jadi kena kepret bolak balik dimana perusahaan tidak hanya menderita rugi gila-gilaan,
tapi beberapa diantara mereka seperti WSBP sampai harus PKPU, dan masih belum beres sampai sekarang.

Karena itulah, setelah penulis sendiri cut loss di saham konstruksi (akhir tahun 2021 lalu saya ada masuk
ke ADHI di 1,100, bukan karena faktor fundamental tapi karena momentum window dressing dan january
effect dimana diharapkan IHSG akan terbang tinggi, yang sayangnya dua-duanya tidak terjadi karena ramai
cerita omicron ketika itu), tapi setelah kita jual ADHI di 790 dan 835 pada bulan Februari dan Maret 2022,
saya tidak pernah lagi melirik ADHI, WIKA, PTPP, dan juga WSKT (duitnya dipindah ke saham lain dan
Alhamdulillah hasilnya tidak hanya cuan balik modal, tapi lebih dari itu). Namun seperti biasa, banyak
member penulis yang memutuskan untuk hold saja karena takut cut loss (sama seperti kasus UNVR dulu),
dan alhasil mereka masih pegang ADHI sampai sekarang. Jadi kepada para investor yang selalu untung gak
pernah rugi ini, saya katakan bahwa karena sekarang ADHI sudah di 600-an, yang merupakan salah satu
posisi terendahnya dalam sejarah dan PBV-nya juga cuma 0.4 kali, sedangkan disisi lain ADHI ini masih
mampu laba pada tahun 2020 – 2021 (meski turun signifikan dibanding tahun-tahun sebelum pandemi, tapi
itu masih mending dibanding WSKT misalnya, yang tekor Rp7 triliun di tahun 2020, dan tekor lagi Rp975
miliar di tahun 2021), maka ya sudah, hold saja. Karena pada titik ini sahamnya tidak akan turun lebih
rendah lagi. Dan meski saya tidak tahu kapan, tapi suatu hari nanti cerita SWF hingga IKN akan muncul lagi,
dan itu akan menaikkan ADHI dkk. Kemudian kalau kita lihat di lapangan, maka pengerjaan jalan tol dll
juga terus dikebut sejak tahun 2021 lalu. Sehingga asalkan kondisi keuangannya tidak terlalu buruk/pernah
PKPU, pada akhirnya nanti ADHI dkk juga akan kembali membukukan laba, dan sahamnya akan naik lagi.

Dan memang hingga Q2 ini, pendapatan ADHI seperti yang bisa anda lihat diatas naik signifikan 42.3%,
(untuk labanya jangan dilihat dulu, karena laba BUMN konstruksi baru akan kelihatan besar pada akhir
tahun/Q4, tapi intinya labanya juga ikut naik), dan utangnya pelan-pelan mulai berkurang. Kemudian

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 40

karena cerita IKN itu mulai muncul lagi, maka jadilah sekarang sahamnya sudah di 800-an, dan bisa lanjut
naik lagi jika perusahaan bisa mempertahankan trend positif kinerjanya sejauh ini.

Okay Pak Teguh, jadi sekarang kita bisa langsung hajar saja ADHI ini? Well, nanti dulu. Yang ingin saya
katakan disini adalah, kenaikan ADHI sejauh ini mengkonfirmasi teori saya sebelumnya bahwa level 600 itu
memang sudah merupakan harga bottom-nya, dimana ADHI tidak akan turun lebih rendah lagi dari itu. Tapi
untuk berharap dia balik lagi ke 1,000, misalnya, maka harus ada pendorong yang lebih kuat daripada
sekedar sentimen cerita IKN (yang bisa hilang lagi sewaktu-waktu), misalnya kinerja perusahaan benar-
benar sudah pulih. Tapi karena hingga Q2 2022 ini, kinerja ADHI baru sebatas mulai tumbuh saja, dimana
labanya mungkin baru akan tampak besar pada Q3 atau Q4 nanti, maka bisa jadi harga sahamnya yang
sekarang (800), itu sudah naik cukup tinggi terkait sentimen IKN itu tadi.

Tapi jika besok-besok ADHI ini melandai dan balik lagi ke 600, atau 700 deh, maka baru mungkin saya
sendiri akan masuk, karena pada titik itu risk-nya almost zero (mau turun sampai berapa lagi? ADHI ini
sudah murah kok, dan ga ada masalah), sedangkan reward-nya sangat menarik dimana sahamnya bisa ke
1,000 atau lebih tinggi lagi, yakni jika perusahaan pada akhirnya membukukan kinerja bagus.

Sehingga bagi anda yang masih pegang sahamnya, hold saja, dan bisa pertimbangkan untuk beli
lagi/average down pada harga 600 – 700 (atau kalau anda baru mau masuk, tunggu di harga segitu), setelah
itu tunggu saja. Biasanya sih pada akhir tahun baru konstruksi bakal jalan, karena ekspektasi bahwa labanya
akan besar di Q4, dan ekspektasi akan terjadinya window dressing (mudah-mudahan kali ini gak ada cerita
omicron atau semacamnya lagi).

Sekilas tentang perusahaan, ADHI adalah salah satu BUMN konstruksi terbesar di Indonesia (meski secara
aset dia lebih kecil dibanding WSKT, WIKA, dan PTPP), dengan lini usaha sebagai berikut: konstruksi
infrastruktur termasuk pembangkit listrik dan kilang minyak, konstruksi gedung termasuk menara
perkantoran dan hotel, precast (beton cetak), pengembang properti, dan pengelolaan infrastruktur itu
sendiri terutama jalan tol. Proyek terbesar yang digarap perusahaan (dan masih belum selesai sampai hari
ini, tertunda karena pandemi) adalah LRT Jabodetabek senilai Rp23 triliun. Dan ADHI melalui anak
usahanya yakni ADCP, juga membangun properti dalam bentuk menara apartemen di lokasi yang
berdekatan dengan stasiun-stasiun LRT tersebut (commuter properti), yang ditujukan untuk kaum pekerja
pengguna LRT itu sendiri. Ada kemungkinan LRT ini akan tuntas 100% pada tahun 2022 ini (sejauh ini sudah
88%), sehingga perusahaan akan menerima pembayarannya dan pendapatan serta labanya akan melonjak
pesat. Untuk kedepannya, ADHI masih punya sejumlah proyek baru, namun manajemen bersikap
konservatif dengan mentargetkan pertumbuhan pendapatan 20 – 25% saja per tahun, dimana asal tidak lagi
terjadi PPKM/PSBB, menurut penulis itu target yang realtis.

Jadi intinya, ADHI no problem, dan harga sahamnya kemarin juga sudah bottom. Sehingga sekarang kita
tinggal berharap sektornya membaik, dan kinerja perusahaan sendiri juga lebih baik, plus terjadi
momentum window dressing pada akhir tahun nanti. Kita tunggu.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 41

Rating Kinerja Q2 2022: BBB


Rating Valuasi Saham (current): BBB

18. Alam Sutera 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 21,841 21,934 -0.4
Current 2,762 3,034 -9.0
Liabilities 12,082 12,398 -2.5
Current 3,191 3,633 -12.2
Equity 9,660 9,439 2.3
Shares Volume 19,649 19,649 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 1,954 1,110 76.1
Operating Profit 208 -240 NM
Net Profit for Company 217 -245 NM
Compr. Net Profit 222 -249 NM
EPS 11 -12 NM
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 178
Mkt Cap (billion Rp) 3,498
PER (X) 8.1
PBV (X) 0.4

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 79.9 76.1 5.0
Current Ratio 86.6 83.5 3.7
ROA 2.0
ROE 4.5
OPM 10.7 -21.7 NM
NPM 11.1 -22.1 NM

Penulis kembali melirik ASRI pada EIP edisi Q1 2022 kemarin, dan analisanya masih relevan untuk disajikan
kembali disini, dengan sedikit perubahan. Okay, kita langsung saja.

ASRI merupakan unit usaha properti milik pengusaha bernama The Nin King, dimana beliau aslinya adalah
pengusaha tekstil dengan bendera Grup Argo Manunggal, tapi kemudian berekspansi kesana kemari
termasuk pada tahun 1990 masuk ke usaha properti dengan mendirikan PT Adhihutama Manunggal, yang di
kemudian hari berubah nama menjadi PT Alam Sutera Realty. Proyek pertama perusahaan adalah
pembangunan 1,100 unit rumah tapak di Serpong, Tangerang, yang terjual habis hanya dalam waktu dua
minggu, pada tahun 1994. Masih di tahun yang sama, perusahaan memperoleh hak untuk membangun
kawasan pemukiman terpadu atau township, di atas lahan seluas 800 hektar di Serpong, dimana disitu
secara bertahap dibangun banyak cluster perumahan dan ruko, namun perkembangan township tersebut
terbilang lambat. Barulah pada tahun 2009, setelah akses tol Jakarta – Merak ke township Alam Sutera
dibuka, maka penjualan unit-unit rumah di township-nya meledak. Jadi pada tahun-tahun berikutnya, di
lahan yang sama perusahaan membangun pasar tradisional modern, kawasan gudang, mall, perumahan

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 42

super cluster, apartemen hingga gedung perkantoran, dan semuanya sukses besar. Alhasil pendapatan dan
laba bersih perusahaan naik terus, dan sahamnya juga terbang dari cuma 100 perak di tahun 2019, hingga
tembus 1,000 di bulan Maret 2013, yakni ketika perusahaan merilis laporan keuangan untuk tahun penuh
2012, dimana disitu ASRI mencetak rekor laba terbesarnya sepanjang sejarah perusahaan.

Sukses besar di township Alam Sutera, maka ASRI selanjutnya membeli lahan luas di Pasar Kemis,
Tangerang, yang dalam jangka panjang direncanakan akan menjadi kawasan township berikutnya setelah
township Alsut, dimana dananya diperoleh dari penerbitan dua obligasi masing-masing senilai $235 dan 225
juta, pada tahun 2013 dan 2014. Sayangnya, inilah awal keterpurukan perusahaan: Memasuki tahun 2013,
booming properti mulai melandai setelah Bank Indonesia (BI) meluncurkan peraturan kenaikan minimal DP
untuk pembelian properti, dan semakin lesu di tahun-tahun berikutnya. Alhasil penjualan ASRI mulai turun,
tapi sekarang perusahaan punya cicilan utang yang tetap harus dibayar, dan sebagian besar lahannya di
Pasar Kemis masih menjadi lahan nganggur yang belum menghasilkan karena memang belum dibangun apa-
apa (baru ada Suvarna Sutera saja), karena sekarang perusahaan gak punya duit untuk bikin rumah, karena
laba usaha dari penjualan propertinya di township Alsut hampir habis untuk bayar cicilan utang. Lalu
sahamnya? Ya otomatis ikut turun, dan gak pernah menyentuh 1,000 lagi.

Nah, tapi jika dibanding MDLN diatas, maka kondisi ASRI tidak terlalu parah dimana perusahaan masih
membukukan laba setiap tahunnya, dan hanya merugi di tahun 2020 saja karena imbas resesi ketika itu,
itupun pada tahun 2021-nya perusahaan kembali mencetak laba (meski kecil) setelah pendapatannya naik
sampai dua kali lipat. Kemudian ASRI juga gak pernah sampai PKPU hingga hampir bangkrut seperti yang
kemarin dialami MDLN. Tapi justru karena kondisi ASRI yang tidak terlalu buruk itulah, maka sahamnya
tidak pernah turun sampai mentok di gocap seperti halnya MDLN, melainkan posisi terendahnya pada tahun
2020 lalu adalah di 100 – 120, dan sekarang malah sudah naik lagi ke 178. Alhasil, meski harga segitu masih
terhitung murah dengan PBV 0.4 kali, tapi valuasi ASRI belum semurah MDLN, kecuali jika kita bisa dapat
di harga dibawah 100 (tapi itu tidak mungkin, secara perusahaan sudah gak rugi lagi).

Namun terlepas soal valuasinya diatas, maka seperti halnya MDLN, pendapatan ASRI sudah mulai tumbuh
lagi sejak tahun 2021 kemarin, thanks to kesuksesan cluster Suvarna Sutera, Sutera Wiwona, Elevee
Penthouse dll. Kemudian sampai dengan semester I 2022, maka seperti bisa dilihat diatas, pendapatan
tersebut kembali naik signifikan, dan labanya sudah positif meski angkanya masih kecil/ROE-nya hanya
4.5%. Tapi jika trend pemulihan sektor properti ini terus berlanjut, dan penulis cukup optimis akan hal itu,
maka laba ASRI akan meningkat, dan demikian pula ROE-nya akan naik, mungkin bisa sampai 10 – 15%,
kalau gak di tahun 2022 ini maka tahun 2023 nanti, atau paling lambat 2024. Terutama karena kalau penulis
bandingkan dengan developer properti lain, maka ASRI adalah developer yang paling banyak membangun
proyek cluster perumahan, dan sepertinya semuanya laris manis terjual. Jadi jika semuanya lancar, maka
dalam 1 – 2 tahun kedepan sahamnya bisa naik ke level yang mencerminkan PBV 0.9 – 1.0 kali, alias 450 –
500. Jadi, yep, kita punya saham berpotensi multibagger berikutnya disini.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 43

Namun tentu, ASRI hanya akan bisa naik setinggi itu jika, dan hanya jika laba perusahaan pada kuartal-
kuartal atau tahun-tahun berikutnya bertumbuh sesuai harapan. Sedangkan kalau berdasarkan kinerja
terbarunya saat ini, maka harga 178, meski masih murah, tapi belum punya alasan untuk naik lebih tinggi
lagi. Sehingga, seperti yang juga penulis sampaikan di EIP edisi lalu, jika anda juga cukup yakin bahwa
prospek ASRI ini bakal cerah 1 – 2 tahun kedepan, maka boleh tunggu sahamnya cooling down ke 150 - 160,
akumulasi di harga segitu, lalu hold saja. Actually ASRI pernah turun ke rentang harga tersebut ketika IHSG
pada bulan Mei dan Juli kemarin drop sampai 6,500-an, masih ada peluang untuk dia sekali lagi turun kesitu,
jadi tunggu saja. Tidak perlu buru-buru karena kita baru akan panen cuan dari saham-saham properti tahun
depan.

Rating Kinerja Q2 2022: BBB


Rating Valuasi Saham (current): A

19. Perdana Gapuraprima 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 1,762 1,761 0.1
Current 1,397 1,379 1.3
Liabilities 625 655 -4.5
Current 434 464 -6.4
Equity 1,073 1,042 3.0
Shares Volume 4,277 4,277 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 152 152 -0.5
Operating Profit 40 37 8.0
Net Profit for Company 31 21 46.5
Compr. Net Profit 31 26 21.1
EPS 7 5 46.7
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 87
Mkt Cap (billion Rp) 372
PER (X) 6.0
PBV (X) 0.3

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 171.7 159.2 7.9
Current Ratio 321.5 297.2 8.2
ROA 3.6
ROE 5.8
OPM 26.4 24.4 8.5
NPM 20.5 13.9 47.2

Dalam banyak kesempatan, penulis selalu mengatakan bahwa untuk sektor properti ini kita gak perlu buru-
buru melainkan akumulasi/beli secara nyicil saja dulu, karena sektor ini baru akan ramai tahun depan
(untuk sekarang momentumnya masih di batubara). Namun melihat perkembangan pasarnya sejauh ini,
salah satunya ketika ada banyak emiten dari sejumlah sektor (terutama consumer goods) yang membukukan
kinerja yang kurang bagus pada Q2 2022 ini karena efek inflasi (yang diperkirakan masih akan naik, karena

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 44

kenaikan harga BBM dll), maka saya putuskan untuk memasukkan lebih banyak saham properti di EIP edisi
kali ini, karena memang hampir tidak ada pilihan saham lain yang lebih baik. Nah, jadi pilihan berikutnya
di sektor ini adalah GPRA, dan mari kita bahas perusahaannya sejak awal.

GPRA adalah perusahaan properti yang berdiri pada tahun 1987, dengan proyek pertamanya perumahan
Bukit Cimanggu City di Bogor, Jawa Barat, pada tahun 1993. Di tahun-tahun berikutnya perusahaan kembali
mengembangkan sejumlah kompleks perumahan seperti Taman Raya Citayam, Taman Raya Cilegon, Metro
Cilegon, Anyer Palazzo, Green Leaf Residence, Spring Garden Residence, Delapan Residence, Pakuan
Terrace, Gading One, dan Garden Ville, yang mayoritas ditujukan untuk konsumen mid and lower class
(harga rumah yang dijual ada yang hanya 400-an juta Rupiah per unitnya). Namun memasuki dekade 2000-
an, GPRA juga masuk ke segmen high rise building dengan membangun apartemen The Belleza, apartemen
Bellevue Place, apartemen Alhambra, superblok Great Western Resort, superblok Bhuvana, rusun
Kebagusan City, gedung perkantoran GP Plaza, dan gedung perkantoran Treasury Tower. Untuk segmen
high rise ini juga mayoritas ditujukan untuk konsumen mid class, jadi perusahaan tidak membangun
kondominium atau semacamnya yang harga jualnya mahal. GPRA juga punya dua hotel yakni Horison Ultima
Bhuvana Ciawi, dan Horison Grand Serpong, yang keduanya baru diluncurkan tahun 2019. Namun kontribusi
keduanya masih sangat minim, dan penulis tidak berharap banyak dari segmen hotel ini karena biasanya
justru bikin tekor perusahaan.

Anyway, penulis pernah menyampaikan sebelumnya bahwa perusahaan yang menjual properti untuk
konsumen mid and lower class, itu prospeknya lebih bagus dibanding perusahaan properti premium untuk
konsumen high end, karena rumah seharga Rp500 juta tentu lebih gampang laku ketimbang kondominium
seharga Rp5 miliar. Dan GPRA adalah salah satu emiten yang bermain di segmen mid and lower class
tersebut. Kemudian tidak hanya proyek propertinya ada banyak (sudah disebut semua diatas), sehingga
kalau satu perumahan kurang laku maka perusahaan bisa jualan di perumahan yang lain, maka hampir
seluruh proyeknya berlokasi di Jabodetabek, sehingga secara teori penjualannya lebih mudah dibanding
perusahaan lain yang jualan rumah di Perumahan Maja, Lebak, Banten, misalnya (jauh amat). Dan seperti
yang bisa anda lihat diatas, GPRA tidak punya banyak utang. Sehingga asal nanti penjualan unit-unit
propertinya kembali naik saja, maka laba perusahaan juga akan naik dengan mudah. Dan memang antara
tahun 2017 – 2021, maka meski pada periode tersebut sektor properti terbilang lesu, namun GPRA mampu
secara konsisten membukukan laba Rp35 – 55 miliar setiap tahunnya (yang mencerminkan ROE 4 – 5%), yang
merupakan pencapaian yang cukup baik jika dibandingkan dengan misalnya MDLN atau ASRI yang sempat
merugi. Perusahaan juga rutin bayar dividen saban tahun meski nilainya kecil. Tapi intinya secara GCG,
track record kinerja, serta prospek kedepan, maka GPRA juga berpotensi multibagger. Satu-satunya
kelemahannya adalah market capnya yang kelewat kecil, sahamnya tidak likuid, dan nama perusahaannya
juga tidak terkenal. Sehingga dilihat dari sini, GPRA kalah dibanding MDLN atau ASRI. Tapi asal perusahaan
mampu membukukan kenaikan laba yang signifikan dan ROE katakanlah 10 – 15%, entah itu tahun ini atau
tahun depan, maka sahamnya akan naik dengan mudah. Pada skenario tersebut, maka target price-nya
sekitar 250 – 300.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 45

Sehingga, jika anda juga optimis akan prospek properti, maka GPRA ini juga bisa diakumulasi dari sekarang
sebagai diversifikasi. Lalu kita lihat perkembangannya nanti dalam 1 – 1.5 tahun kedepan.

Rating Kinerja Q2 2022: BBB


Rating Valuasi Saham (current): AA

20. Agung Podomoro 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 29,048 29,611 -1.9
Current 11,573 11,959 -3.2
Liabilities 18,772 19,071 -1.6
Current 7,010 7,314 -4.2
Equity 7,422 7,814 -5.0
Shares Volume 22,699 22,699 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 2,203 1,554 41.8
Operating Profit -219 -361 -39.5
Net Profit for Company -383 -408 -5.9
Compr. Net Profit -243 -399 -39.3
EPS -17 -18 -5.9
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 115
Mkt Cap (billion Rp) 2,610
PER (X) -3.4
PBV (X) 0.4

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 39.5 41.0 -3.5
Current Ratio 165.1 163.5 1.0
ROA -1.7
ROE -10.3
OPM -9.9 -23.3 -57.3
NPM -17.4 -26.2 -33.6

Pilihan berikutnya di sektor properti adalah APLN, dan biar penulis jelaskan lagi perusahaannya dari awal.
APLN adalah bagian dari grup pengembang properti Agung Podomoro (AP) yang lebih besar lagi, dimana AP
menempatkan segmen properti premium-nya untuk konsumen menengah keatas di APLN ini. Jadi APLN
membangun perumahan cluster, apartemen, hotel, dan superblok (kompleks dalam kota yang berisi mall,
gedung perkantoran, ruko, dan banyak menara apartemen dalam satu lokasi), termasuk Central Park di
Jakarta Barat dan Senayan City. Dan meski proyek-proyek milik perusahaan terkonsentrasi di dua kota besar
yakni Jakarta dan Bandung, namun APLN juga punya sejumlah proyek lainnya yang tersebar dari Medan
hingga Makassar. Dalam pengembangan usahanya, perusahaan banyak menggunakan utang sehingga margin
labanya tipis karena hasil pendapatannya habis buat bayar cicilan bunga. Dan karena seperti yang sering
penulis sampaikan, margin properti premium itu lebih tipis lagi (selain lebih sulit jualannya ketimbang
jualan rumah seharga Rp500 juta), maka jadilah kinerja perusahaan terbilang buruk dimana sejak tahun
2019 lalu (sebelum pandemi) sampai sekarang, APLN selalu merugi.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 46

Namun demikian, APLN tidak pernah ada masalah gagal bayar utang atau semacamnya (meskipun utangnya
termasuk jumbo), dan valuasinya sahamnya juga sudah terdiskon pada harga 100-an (dengan PBV hanya 0.4
kali, dan itu terbilang sangat murah jika mempertimbangkan likuiditas saham serta nama besar ‘Agung
Podomoro’). Alhasil setelah sahamnya turun sampai mentok di 90 pada market crash bulan Maret 2020 lalu,
maka kesininya APLN tidak turun lebih rendah lagi, malah sempat sesaat naik sampai tembus 200 pada
market euphoria di bulan November 2020 – Januari 2021 (zaman-zaman kemunculan Mansurmology, masih
ingat gak?), albeit setelah itu turun lagi karena seperti disebut diatas, perusahaan masih merugi sampai
sekarang.

Nah, tapi berbicara soal prospeknya dalam 1 – 2 tahun kedepan, maka seperti emiten properti lainnya yang
masuk EIP ini, penulis percaya bahwa APLN ini eventually akan membukukan laba jika nanti properti
kembali booming, karena sejumlah alasan sebagai berikut:
1. Dari sisi pendapatan, sebenarnya kinerja APLN sudah mulai pulih di tahun 2022 ini terlihat dari
angkanya yang tumbuh lebih dari 40%, didominasi oleh kenaikan penjualan apartemen dan rumah
cluster, dimana harga jual untuk dua segmen produk itu tidak terlalu mahal, jadi gampang lakunya.
Apartemen Parahyangan Residence di Ciumbuleuit, Bandung, misalnya, itu ada yang harga per
unitnya hanya Rp500 jutaan. Untungnya, APLN saat ini punya banyak persediaan properti jenis ini
yang ready stock/siap jual.
2. Dari sisi laba kotor, angkanya juga cukup besar dan tumbuh signifikan dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya, yakni Rp877 miliar berbanding Rp562 miliar, dan actually di laporan arus kas
operasionalnya, angkanya juga positif. Barulah setelah dikurangi beban keuangan dll, hasilnya jadi
rugi, tapi secara operasional kinerja APLN sudah mulai bertumbuh.
3. Melihat angka pendapatannya yang sekian triliun Rupiah, dan margin laba kotornya yang juga besar,
maka sebenarnya tidak sulit bagi APLN untuk membukukan laba Rp500 – 600 miliar atau lebih besar
lagi dalam setahun tertentu, sehingga ROE-nya tembus diatas 10%. Pada saat itulah sahamnya akan
terbang dengan mudah.

Dan meski diatas penulis sampaikan bahwa dalam empat tahun terakhir perusahaan selalu rugi, tapi lebih
jauh lagi ke belakang, perusahaan pernah membukukan pendapatan Rp7.0 triliun, dan laba Rp1.3 triliun
pada tahun 2017, yang mungkin bukan kebetulan jika momentumnya bertepatan dengan booming batubara
ketika itu (pada tahun 2016 sampai awal 2018, harga batubara juga naik sampai $120 per ton), dimana para
juragan batubara ini kemudian membeli apartemen-apartemen yang dijual perusahaan sebagai investasi.

Sehingga, jika semuanya sesuai perkiraan, pada tahun 2023 nanti perusahaan akan kembali profit, dan
sahamnya akan naik ke 200 – 300. Dan meski sebenarnya penulis dalam hal ini lebih suka GPRA (yang karena
jenis propertinya bukan premium, maka peluangnya untuk cuan lebih besar, dan memang sudah sejak tahun
2022 ini labanya naik/nggak rugi), tapi APLN jauh lebih unggul dalam hal likuiditas sehingga kita bisa beli
banyak, dan juga mudah jualnya jika sewaktu-waktu kita harus keluar, dan juga unggul dalam hal
popularitas sehingga sahamnya akan lebih cepat naiknya jika nanti kinerja perusahaan beneran sudah laba.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 47

Oh ya, bicara risiko, maka mengingat valuasinya yang sejak awal sudah sangat rendah, maka kalaupun
sampai tahun 2023 nanti perusahaan masih merugi, maka ya sahamnya hanya batal naik saja, tapi juga
tidak akan turun lebih lanju, melainkan akan tetap berada di kisaran harganya sekarang (100 – 120, atau
serendah-rendahnya 90). Jadi model investasi seperti inilah yang penulis sebut low risk high gain, and
that’s the basic principle of value investing.

Rating Kinerja Q2 2022: BBB


Rating Valuasi Saham (current): AA

21. Bukit Asam 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 35,913 36,124 -0.6
Current 16,499 18,212 -9.4
Liabilities 13,208 11,870 11.3
Current 8,260 7,501 10.1
Equity 22,454 24,060 -6.7
Shares Volume 11,521 11,521 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 18,423 10,291 79.0
Operating Profit 7,192 2,325 209.3
Net Profit for Company 6,157 1,779 246.1
Compr. Net Profit 6,423 1,423 351.2
EPS 536 159 237.1
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 4,260
Mkt Cap (billion Rp) 49,078
PER (X) 4.0
PBV (X) 2.2

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 170.0 202.7 -16.1
Current Ratio 199.7 242.8 -17.7
ROA 35.8
ROE 54.8
OPM 39.0 22.6 72.8
NPM 33.4 17.3 93.4

Okay, kita sekarang kembali lagi ke batubara, dan pilihan berikutnya di sektor ini adalah PTBA, yang
kinerjanya sejauh ini tidak mengecewakan dimana perusahaan hingga semester I 2022 ini membukukan
laba disetahunkan lebih dari Rp12 triliun, terbesar sepanjang sejarah. Dan meski sahamnya sendiri sudah
naik signifikan dari 2,000 setahun lalu sampai sekarang di 4,260, namun kenaikan kinerja perusahaan jauh
lebih tinggi dibanding kenaikan harga sahamnya tersebut, sehingga valuasinya sampai sekarang masih
rendah dengan PER hanya 4.0 kali, sehingga peluangnya untuk naik lebih lanjut masih terbuka lebar. Salah
satu alasan kenapa PTBA belum naik banyak adalah karena dalam beberapa bulan terakhir, sahamnya
memang belum kemana-mana lagi (setelah menyentuh 4,630 pada Mei kemarin) setelah adanya

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 48

pembayaran dividen, plus kondisi pasarnya juga sempat turun pada bulan Mei – Juni kemarin. Tapi setelah
‘istirahat’ selama tiga bulan, maka penulis kira dalam tiga bulan berikutnya, PTBA akan tancap gas lagi.

Jadi yah, saya bisa bilang apa lagi? Jika anda masih pegang, hold. Dan jika baru mau masuk, maka kali ini
penulis tidak lagi berharap bisa masuk di harga 3,700, tapi asal di harga 4,000 – 4,100 juga sudah ok. Ohya,
anda mungkin sudah mendengar cerita soal kenaikan royalti batubara yang diperkirakan akan menurunkan
margin laba emiten-emiten batubara, tapi untuk perusahaan batubara yang sudah melakukan hilirisasi,
maka royaltinya justru bisa 0%. Dan untungnya PTBA ini adalah salah satu perusahaan yang sudah hilirisasi
tersebut, dimana PTBA memiliki proyek gasifikasi batubara, dan pembangkit listrik. In short, don’t worry,
everything’s gonna be alright.

Rating Kinerja Q2 2022: AAA


Rating Valuasi Saham (current): A

22. ABM Investama 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 1,225 1,037 18.1
Current 621 495 25.5
Liabilities 792 680 16.4
Current 371 300 23.9
Equity 376 346 8.9
Shares Volume 2,753 2,753 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 652 430 51.8
Operating Profit 200 108 85.5
Net Profit for Company 95 55 73.7
Compr. Net Profit 135 64 112.9
EPS 0.0347 0.0200 73.7
in million USD, EPS in USD, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 3,300
Mkt Cap (billion Rp) 9,085
PER (X) 3.3
PBV (X) 1.7

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 47.5 50.9 -6.5
Current Ratio 167.3 165.2 1.2
ROA 22.1
ROE 50.7
OPM 30.6 25.1 22.2
NPM 14.6 12.8 14.4

Ketika penulis pertama kali menemukan ABMM ini setahun lalu (pada harga 1,500), maka inti analisanya
adalah sebagai berikut: ABMM merupakan anak usaha dari Grup Trakindo, yang bisnis utamanya adalah
distributor alat-alat berat merk Caterpillar di Indonesia. Dan setelah sukses menjadi pemimpin pasar di
bidang alat berat di Indonesia, sejak awal dekade 2000-an Trakindo berekspansi ke jasa engineering,

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 49

kontraktor tambang batubara, dan akhirnya ke tambang batubara itu sendiri dimana perusahaan
mengakuisisi sejumlah tambang, dan kesemua usaha batubara itu kemudian ditempatkan dibawah ABMM.
Untuk membiayai ekspansinya tersebut, ABMM mengambil banyak utang namun hasilnya memang positif,
dimana perusahaan tumbuh dengan cepat hingga sukses menjadi perusahaan batubara skala menengah
dengan total produksi lebih dari 10 juta ton per tahun (hampir sama dengan produksi ITMG yang 12 juta
ton per tahun), dan nilai asetnya juga sudah lebih dari $1 miliar. Namun karena tingginya beban bunga
utang, maka pada booming batubara di tahun 2016 – 2017 lalu, perusahaan tetap belum mampu
membukukan laba yang cukup besar, dan bahkan sempat menderita rugi pada tahun-tahun yang lain ketika
harga batubara sedang rendah (tapi secara operasional, perusahaan terus bertumbuh). Karena disisi lain
valuasi ABMM ini sejak awal cukup tinggi (perusahaan IPO pada tahun 2011 di harga perdana 3,750), maka
jadilah sahamnya sepi peminat dan terus turun, hingga mentok di 700 perak pada awal tahun 2021.

Namun barulah pada tahun 2021 tersebut, didorong oleh kembali tingginya harga batubara, ABMM sukses
membukukan laba besar, dan ROE-nya untuk pertama kalinya tembus 30%. Hasilnya sahamnya dengan cepat
terbang (termasuk sempat ARA dua hari berturut-turut dari 805 s/d 1,325 pada bulan Juli 2021), dan sekilas
kita sudah ketinggalan kereta. Namun setelah penulis pelajari lagi, ABMM pada harga yang sudah naik
banyak itu terhitung masih murah dengan PER 3 kali dan PBV 0.7 kali, dan prospek kedepannya juga cerah
seiring dengan masih tingginya harga batubara, dan kondisi keuangan ABMM sekarang sudah lebih baik
dimana rasio utang terhadap ekuitasnya pelan-pelan terus turun. Penulis sendiri akhirnya masuk di harga
1,500-an, dan hasilnya tidak mengecewakan dimana pada tahun 2022-nya, tepatnya di bulan Mei, ABMM
kembali terbang hingga tembus 3,000-an. Pada saat itu penulis sendiri memprediksi bahwa, karena
besarnya laba yang dihasilkan perusahan plus valuasi awalnya yang sangat rendah dibanding saham-saham
batubara lain (misalnya PTBA, sejak awal PBV-nya tidak pernah dibawah 1 kali), maka kenaikan ABMM ini
bisa sangat luar biasa, mungkin bisa mencapai 10,000 dalam setahun dua tahun kedepan, tentunya dengan
asumsi kinerja perusahaan sesuai harapan. Karena saya sendiri sebelumnya pernah punya pengalaman
profit jumbo di dua saham batubara yakni GTBO (naik dari 110 sampai 1,500, yes seriuosly) dan INDY (dari
700 sampai 4,000), maka saya saya melihat bahwa target harga ABMM yang terhitung tinggi diatas tetap
terbilang realistis, dan ABMM kemudian menjadi salah satu saham pilihan utama di EIP ini.

Sayangnya pada LK Q1 2022 kemarin, laba ABMM, meski tetap naik signifikan dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya, tapi tidak sebesar yang diharapkan dimana ROE-nya justru turun dari 44% menjadi 34%.
Dan penyebab penurunan ROE tersebut adalah sebagai berikut: Pada bulan Oktober 2021, PT Reswara,
sebuah anak usaha yang dimiliki sepenuhnya oleh ABMM, menjual sebagian sahamnya di PT Media Djaya
Bersama (MDB) ke pihak ketiga dengan nama PT Inti Murni Kencana (IMK), dimana MDB adalah induk dari
dua perusahaan tambang batubara dengan nama PT Mifa Bersaudara (Mifa), dan PT Bara Energi Lestari
(BEL). Transaksi ini menyebabkan kepemilikan Reswara di MDB berkurang dari 70% menjadi 50%, sehingga
pada gilirannya mengurangi bagian laba ABMM di Mifa dan BEL dari 70% menjadi 50%. Imbasnya laba bersih
ABMM dari usaha tambang batubaranya secara keseluruhan berkurang sepertiganya karena transaksi ini
(misalnya ABMM harusnya mencatat laba $100, tapi sekarang labanya jadi $65), dimana bagian laba
tersebut sekarang menjadi milik IMK, yang di laporan keuangan ABMM dicatat sebagai kepentingan non

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 50

pengendali. Tidak ada informasi IMK ini perusahaan apa atau siapa pemiliknya, kecuali disebutkan bahwa
IMK sebelumnya sudah merupakan pemegang saham di MDB, dan setelah transaksi diatas maka kepemilikan
IMK di MDB meningkat dari 30% menjadi 50%, sedangkan kepemilikan Reswara/ABMM di MDB berkurang dari
70% menjadi 50%. Saya curiganya IMK ini sebenarnya bagian dari Grup Trakindo juga, karena transaksinya
dilakukan pada harga yang sangat rendah, cuma $8.5 juta. Sebagai perbandingan, total nilai aset Mifa dan
BEL pada Q1 2022 tercatat $225 juta, sehingga secara kasar saja 20% saham Mifa dan BEL seharusnya
bernilai $45 juta.

Jadi dalam hal ini penulis setuju dengan pendapat beberapa investor/analis yang menyebut bahwa
manajemen ABMM kurang fair terhadap investor publik, karena transaksi diatas jelas merugikan ABMM dan
pada gilirannya merugikan investor publik yang menjadi pemegang sahamnya. Dan memang hal ini
mengubah prospek ABMM kedepannya, karena laba ABMM untuk tahun 2022 ini bisa dipastikan tidak akan
lagi sebesar yang diproyeksikan sebelumnya. Meski demikian, bahkan setelah dikurangi bagian laba untuk
kepentingan non pengendali, bagian laba untuk ABMM masih cukup besar sehingga ROE-nya pada Q1 2022
ini masih tinggi di 33.7%, dan PER-nya pada harga 2,650 juga masih rendah yakni 3.9 kali (berdasarkan
labanya pada Q1 tersebut). Jadi menurut penulis hal ini tidak menjadikan ABMM tidak layak investasi,
melainkan hanya mengubah perkiraan harga wajar/target harga bagi ABMM menjadi tidak setinggi
sebelumnya. Yup, diatas penulis katakan bahwa setahun lalu, target saya untuk ABMM ini adalah sekitar
10,000. Tapi setelah rilis LK Q1 2022-nya diatas, maka targetnya saya revisi menjadi hanya 5,000 saja.
Saham ABMM sendiri setelah keluarnya LK tersebut, plus selesainya pembayaran dividen dan kondisi
pasarnya juga sedang turun, maka dia ikut turun hingga mentok di 2,080 pada bulan Juli. Namun justru
pada harga tersebut penulis katakan ABMM ini bisa dibeli/average down, karena target harganya masih
tinggi, yakni 5,000 itu tadi, dan karena pada Q2 nanti saya prediksi ROE-nya akan kembali naik seiring
berlajutnya kenaikan harga batubara.

Dan ternyata benar: Seperti yang bisa dilihat diatas, pada Q2 ini ROE ABMM mencapai 50.7%, dan sahamnya
sendiri sudah naik lagi ke 3,300. Namun karena targetnya masih belum berubah di 5,000, maka jika anda
sudah pegang sahamnya sejak awal, hold saja. Dan jika anda baru mau masuk, maka dalam seminggu
terakhir ini ABMM naik banyak karena sentimen positif dari aksi korporasi perusahaan yang memenangkan
lelang untuk membeli saham GEMS, yang juga sebuah perusahaan batubara berkinerja bagus, pada harga
diskon 50% lebih rendah dibanding harga pasar. Nah, meski banyak yang bilang bahwa transaksi ini akan
menguntungkan ABMM, tapi berdasarkan pengalaman di cerita PT Reswara diatas, penulis tidak berharap
bahwa prospek ABMM akan jadi lebih baik karenanya, dan karena itulah targetnya juga belum kita
naikkan/masih tetao di 5,000. Jadi jika anda baru mau masuk/tambah posisi, boleh tunggu sahamnya
cooling down dulu ke 2,700 - 3,000 (PER 2.6 – 2.9 kali).

Rating Kinerja Q2 2022: AA


Rating Valuasi Saham (current): A

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 51

23. Kobexindo 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 165 117 41.5
Current 117 71 63.4
Liabilities 125 81 54.1
Current 81 74 9.8
Equity 40 35 12.8
Shares Volume 2,273 2,273 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 81 56 43.8
Operating Profit 6 5 16.2
Net Profit for Company 5 3 65.1
Compr. Net Profit 5 3 61.7
EPS 0.0022 0.0013 65.1
in million USD, EPS in USD, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 370
Mkt Cap (billion Rp) 841
PER (X) 5.7
PBV (X) 1.5

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 31.8 43.5 -26.8
Current Ratio 143.7 96.5 48.9
ROA 5.5
ROE 25.3
OPM 7.1 8.8 -19.2
NPM 6.2 5.4 14.8

Ini adalah kali pertama penulis memasukkan KOBX ke EIP, jadi mari kita bahas perusahaannya dari awal.
KOBX adalah satu dari empat perusahaan Tbk di bidang distribusi alat-alat berat (tiga lainnya adalah UNTR,
HEXA, dan INTA), dimana perusahaan berdiri pada tahun 2002, ketika itu sebagai distributor alat-alat berat
terutama excavator merk Daewoo dan Jungheinrich di Indonesia. Di kemudian hari perusahaan berekspansi
dengan membuka banyak kantor cabang di Indonesia, membuka usaha spare part dan reparasi alat berat,
menjadi distributor truk Mercedes Benz, truk NHL Terex, hingga masuk ke usaha kontraktor tambang
melalui anak usahanya, PT Kobexindo Persada Sejahtera.

Dan mirip dengan ABMM diatas, kesemua ekspansi tersebut dibiayai dengan utang meski dalam skala yang
lebih kecil (dan memang KOBX jauh lebih kecil dibanding UNTR atau Trakindo, yang merupakan duo
penguasa industri alat berat di Indonesia), dan imbasnya kinerja perusahaan selama ini cenderung buruk,
karena pendapatannya habis buat bayar cicilan utang, termasuk sering rugi juga. Barulah pada tahun 2021
kemarin, didorong oleh booming batubara, KOBX sukses membukukan lompatan pendapatan menjadi $119
juta, dari hanya $51 juta di tahun 2020, dan labanya juga mencapai rekor $14 juta, yang mencerminkan
ROE 38%. Nah, sebenarnya sudah sejak pertengahan 2021 lalu, penulis sudah melirik KOBX ini karena
melihat adanya peluang bahwa kinerjanya juga akan tumbuh pesat karena booming batubara. Tapi
mengingat track recordnya yang buruk, plus adanya perusahaan alat berat skala kecil lain yang justru
bangkrut (INTA, yang juga punya utang jumbo), maka saya menganggap bahwa sahamnya masih terlalu

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 52

berisiko, selain karena dia kurang likuid. Dan ketika kinerja perusahaan hingga akhir tahun 2021 ternyata
tetap tumbuh seperti yang diharapkan, maka ketika itu sahamnya sudah terbang duluan ke 625 pada bulan
Juni 2022 (dari hanya 90 perak dua tahun sebelumnya, jadi bisa dihitung sendiri profitnya berapa persen),
jadi saya tetap tidak melirik sahamnya.

Hingga pada Q2 ini, seiring penurunan IHSG beberapa bulan lalu, KOBX akhirnya cooling down ke 370
(mentoknya kemarin di 340), sedangkan kinerjanya masih bertumbuh sehingga valuasinya kembali relatif
murah dengan PER 5.7 dan PBV 1.5 kali. Dan prospek kedepannya juga masih cerah dimana perusahaan
pada tahun 2022 ini menambah portofolionya yakni alat berat merk Dynapac asal Swedia, untuk memenuhi
permintaan dari sektor konstruksi (yang sudah mulai dikebut lagi). Jadi ya sudah: Untuk kedepannya
sahamnya berpeluang untuk naik dan balik lagi ke 500 – 600, mungkin bisa lebih tinggi lagi jika perusahaan
bisa mempertahankan pertumbuhan pendapatan serta labanya yang sudah dicapai sejauh ini sampai akhir
tahun.

And btw kalau anda perhatikan, terlepas dari perbedaan kualitas fundamentalnya, namun saham-saham
dengan nominal kecil naiknya justru lebih tinggi (secara persentase) dibanding saham-saham dari
perusahaan yang lebih besar, bagus, dan mapan, tapi nominalnya besar. Misalnya KOBX ini, yang ketika
kemarin sahamnya naik sampai 600 maka persentase kenaikannya secara total jauh lebih tinggi dari
kenaikan MBAP atau ITMG (padahal seperti penulis katakan diatas, itu adalah dua perusahaan terbaik di
sektor batubara). Dalam hal ini juga penulis miss peluang di SMMT dan KKGI, yang juga merupakan saham
batubara dengan ‘fundamental yang tidak terlalu baik’, tapi ternyata naiknya tidak kalah kencang
dibanding ITMG dkk. Untungnya setelah saya seleksi lagi, maka kesimpulannya kita mungkin masih punya
peluang du saham-saham kecil ini, dalam hal ini saham KOBX (yang meski bukan perusahaan tambang
batubara, tapi masih ada hubungannya karena dia jualan alat berat).

Rating Kinerja Q2 2022: A


Rating Valuasi Saham (current): A

24. Darma Henwa 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 673 563 19.5
Current 191 163 17.0
Liabilities 412 293 40.6
Current 282 201 40.8
Equity 261 271 -3.4
Shares Volume 21,854 21,854 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 194 153 26.8
Operating Profit 1 7 -81.7
Net Profit for Company -8 2 -639.5
Compr. Net Profit -9 2 -547.0
EPS -0.0004 0.0001 -639.5
in million USD, EPS in USD, shares volume in million

Stock & Market Cap Value

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 53

Current Price (Rp) 80


Mkt Cap (billion Rp) 1,748
PER (X) -7.4
PBV (X) 0.5

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 63.5 92.5 -31.3
Current Ratio 67.7 81.5 -16.9
ROA -2.7
ROE -6.2
OPM 0.6 4.5 -85.6
NPM -4.2 1.0 -525.5

Pilihan terakhir untuk sektor batubara (atau sektor lain yang masih erat hubungannya dengan batubara)
untuk EIP edisi kali ini, adalah DEWA. Nah, namun sebelum kita masuk ke analisa perusahaannya, penulis
mungkin terlebih dahulu harus menyampaikan bahwa pemilihan DEWA ini tidak sesuai kaidah value
investing, yakni karena DEWA ini dimiliki oleh Grup Bakrie, yang sudah sejak dulu dikenal sebagai grup
paling bermasalah di bursa dan tukang goreng saham (para bandar seperti Bentjok, Hary Tanoe, mereka
juga belajarnya dari Bakrie ini), sehingga sahamnya termasuk spekulasi high risk. Namun karena 29 saham
lainnya yang dibahas di EIP ini termasuk saham yang ‘aman-aman saja’ dengan risk low atau moderate,
sedangkan kalau penulis sendiri untuk tahun 2022 ini sudah cuan jumbo dari saham-saham batubara, maka
saya putuskan untuk sedikit lebih agresif dengan berspekulasi pada 1 atau 2 saham tertentu yang kategori
high risk (jadi dengan asumsi kita pegang 10 saham berbeda, maka mayoritas porto tetap terkonsentrasi
pada saham-saham yang aman). Karena seperti disampaikan pada analisa KOBX diatas, saham-saham
dengan nominal kecil seringkali naiknya lebih tinggi dibanding saham lain yang nominalnya lebih besar, tak
peduli meski fundamentalnya buruk. Yup, dalam hal ini penulis bicara tentang saham BUMI, yang meski
dilihat dari sisi fundamental manapun gak layak untuk naik, tapi seiring dengan masih berlanjutnya
kenaikan saham-saham batubara yang lain, pada akhirnya dia terbang juga dari hanya 55 perak hingga
terakhir tembus 178.

Sudah tentu, penulis tidak akan ikut mengejar BUMI. Namun berdasarkan pengalaman selama lebih dari 10
tahun terakhir, saya sudah hafal bahwa kenaikan BUMI akan disusul oleh saham-saham Grup Bakrie lainnya,
salah satunya DEWA ini yang merupakan perusahaan kontraktor batubara, yang memang sejak Maret 2022
lalu sudah ‘bangkit dari kubur’ dari harga 50 hingga sekarang sudah 85. Tapi dengan asumsi booming
batubara masih akan berlanjut hingga setidaknya 3 – 6 bulan kedepan, maka dalam jangka pendeknya DEWA
masih akan lanjut naik (pada booming batubara tahun 2011 dan 2017, DEWA juga sempat naik sampai 100
- 120, sebelum kemudian turun dan mati lagi di gocap). Anyway, kita sekarang ke analisa perusahaannya
dulu.

DEWA berdiri tahun 1991 sebagai perusahaan kontraktor tambang batubara (baca: Perusahaan yang
menggali batubara milik perusahaan lain), dengan proyek pertamanya di Tambang Petangis di Kalimantan
Timur milik BHP Minerals, anak usaha dari BHP Billiton asal Australia. Tahun 1996, perusahaan diakuisisi
oleh Henry Walker Group asal Australia, dan setelah itu perusahaan memperluas portofolionya dengan

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 54

menjadi kontraktor bagi Newmont Nusa Tenggara, Tanito Harum, dan Tambang Bengalon milik PT Kaltim
Prima Coal (KPC), anak usaha BUMI milik Grup Bakrie. Tahun 2005, DEWA diakuisisi Grup Bakrie, dan lanjut
pada tahun 2007 menggelar IPO dengan harga perdana Rp335 per saham. Pada perkembangannya
perusahaan kemudian menjadi kontraktor bagi banyak perusahaan tambang batubara dan non-batubara,
dimana beberapa kontrak pekerjaan masih berlanjut sampai hari ini, tapi ada juga yang tidak dilanjutkan.
Hingga pada tahun 2022 ini, DEWA menjadi kontraktor bagi tiga perusahaan batubara yakni Arutmin, KPC,
Cakrawala Langit Sejahtera, dan satu perusahaan properti yakni Batuta Industrial Park, dimana keempatnya
juga merupakan bagian dari Grup Bakrie. Dari sini bisa kita lihat bahwa DEWA kurang mampu bersaing
dengan kontraktor tambang yang lebih mapan seperti misalnya Pamapersada (anak usaha UNTR), dimana
perusahaan para perkembangannya hanya mampu memperoleh pendapatan dari sesama grup-nya sendiri.

Kemudian dari sisi kinerja, maka perolehan laba bersih DEWA selama ini tidak pernah cukup bagus, malah
sering juga merugi, tak peduli harga batubara sedang naik atau turun, padahal pendapatannya sebenarnya
cukup besar. Contohnya hingga Q2 2022 ini, pendapatan DEWA disetahunkan mencapai $388 juta, atau 58%
dari nilai asetnya yang $673 juta. Tapi entah bagaimana ceritanya perusahaan justru merugi $8 juta,
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dimana DEWA sukses laba $2 juta, padahal pendapatannya
hanya $153 juta. Kinerja keuangan yang ‘serba tidak sinkron’ ini memang ciri khas Grup Bakrie, dan
karenanya sahamnya tidak bisa dianalisa dari sudut pandang fundamental. Bisa penulis katakan bahwa,
meskipun kedepannya harga batubara diharapkan akan terus tinggi, tapi soal bagaimana kinerja DEWA di
kuartal-kuartal berikutnya nanti, maka I have no idea. DEWA bisa saja rugi lagi, tapi bisa juga untung jumbo
(seperti BUMI yang tiba-tiba saja pada Q2 2022 ini mencatat laba, meskipun laporan auditnya mencatumkan
‘penekanan suatu hal’), suka-suka Om Bakrie-nya saja.

Nah, tapi balik lagi: Selama booming batubara masih terjadi, maka normalnya DEWA, seperti halnya BUMI,
juga tidak akan langsung turun dan mati lagi di gocap dalam waktu dekat ini, melainkan masih berpeluang
untuk naik lebih lanjut. Terutama karena Grup Bakrie, seperti biasa, memanfaatkan booming batubara ini
untuk menerbitkan saham baru, untuk menyerok duit investor di pasar modal (seperti yang kemarin
dilakukan oleh Hary Tanoe melalui BCAP dan IATA, baca ceritanya disini:
https://www.teguhhidayat.com/2022/02/prospek-saham-iata.html). Yup, jadi jika BUMI bakal private
placement, maka DEWA juga bakal right issue dimana perusahaan akan menerbitkan 30 miliar lembar saham
baru, yang sepenuhnya dilempar ke publik, pada harga yang belum ditentukan. Tapi let say harga
pelaksanaannya Rp80 per saham, maka Grup Bakrie melalui DEWA ini akan mendapat duit gratis dari
investor ritel sebesar Rp2.4 triliun.

Kemudian agar sahamnya laku/investor publik mau menebus dan membeli saham baru yang diterbitkan itu
tadi, maka bagaimana caranya? Ya saham DEWA ini di pasar harus dikerek hingga setinggi-tingginya,
misalnya menjadi Rp100, sehingga harga pelaksanaan yang Rp80 tadi menjadi tampak murah, dan orang-
orang kemudian akan membeli saham yang baru diterbitkan. Yup, jadi sama seperti IATA yang beberapa
waktu lalu naik dari 60 sampai mentok di 300, sebelum kemudian turun lagi setelah right issue-nya yang
senilai Rp3.5 triliun selesai dilaksanakan (dan Om HT sudah terima duitnya).

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 55

Sehingga dalam hal ini, anda sudah mengerti jalan pikiran penulis bukan? Jadi strateginya sebagai berikut:
Karena right issue-nya belum dilaksanakan, maka DEWA akan dikerek naik, penulis tidak tahu sampai
berapa tapi normalnya 100 perak atau lebih, karena seperti disebut diatas, perkiraan harga right issue-nya
di 80 perak. Sedangkan jika harga right issue-nya mencapai misalnya 100, maka DEWA akan dikerek lebih
tinggi lagi dari itu, mungkin bisa sampai 150. Jadi yang kita lakukan adalah, kita beli sahamnya dari
sekarang, lalu tunggu saja sampai right issue-nya dilakukan. Kalau berdasarkan pengalaman di IATA, maka
perusahaan pertama kali memunculkan rencana untuk menggelar right issue pada bulan Februari 2022,
yakni ketika perusahaan menggelar RUPS untuk meminta persetujuan investor untuk aksi korporasi right
issue tersebut. Dan memang pada bulan Februari itulah saham IATA dengan cepat lompat dari 60 sampai
160. Tapi karena right issue-nya itu sendiri baru dilakukan pada bulan Mei, maka sampai dengan Mei
tersebut, IATA lanjut naik sampai tembus 224, bahkan sempat tembus 300 di bulan Aprilnya.

Nah, jadi balik lagi ke DEWA, dalam 2 – 3 bulan kedepan kemungkinan sahamnya akan lanjut naik sampai
akhirnya perusahaan menerbitkan prospektus right issue-nya, dan barulah pada saat itu kita jual sahamnya,
berapapun harganya ketika itu (tapi normalnya lebih tinggi dari harganya saat ini, jadi posisinya profit
taking). Jadi dalam hal ini kita gak perlu membeli saham baru yang diterbitkan (Ngapain? Nanti Nia
Ramadhani tambah gak bisa ngupas buah salak) meskipun harga pelaksanaannya lebih rendah dibanding
harga pasar, dan meski ketika itu saham DEWA ini akan banyak dipompom/viral di grup-grup saham (kalau
sekarang sih masih sepi).

Anyway, seperti disebut diatas, strategi seperti ini tidak sesuai kaidah value investing, dan risikonya
meliputi: 1. Rencana right issue diatas bisa saja batal, dan jika demikian DEWA tidak akan dikerek naik
melainkan akan langsung turun lagi ke gocap, 2. Jika right issue-nya jadi tapi harga pelaksanaannya sangat
rendah, misalnya cuma Rp50 – 60 per saham, maka harga DEWA yang sekarang sudah 80-an, itu sudah cukup
tinggi dan tidak akan naik lebih tinggi lagi, 3. Karena DEWA merupakan saham batubara, maka juga ada
risiko jika harga batubara turun sewaktu-waktu. Problemnya adalah, jika nanti gilirannya DEWA ini turun,
maka turunnya bisa sekaligus ARB berjilid-jilid, dan kita mungkin bisa saja gagal keluar sebelum sahamnya
mati di gocap. Sehingga ketika kita berbicara risk and reward, maka meskipun rewardnya besar (DEWA bisa
saja naik ke 150 dalam waktu tidak sampai 3 bulan dari sekarang, yang itu artinya profitnya mendekati
100%), tapi risk-nya juga tidak kalah besarnya. That means penulis sendiri mungkin akan ikut masuk, tapi
mungkin juga tidak. Nevertheless, jika anda sudah cukup berpengalaman di pasar dan siap untuk cut loss
dengan kerugian besar jika diharuskan (jadi jangan malah hold terus sampai sahamnya mati lagi di gocap,
seperti yang biasa dilakukan pemula), maka saya persembahkan: DEWA.

Rating Kinerja Q2 2022: BB


Rating Valuasi Saham (current): ?

25. Lautan Luas 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 6,285 6,226 1.0

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 56

Current 2,935 2,773 5.9


Liabilities 3,434 3,524 -2.5
Current 2,320 2,438 -4.9
Equity 2,589 2,449 5.7
Shares Volume 1,560 1,560 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 4,063 3,076 32.1
Operating Profit 332 224 48.2
Net Profit for Company 181 77 133.8
Compr. Net Profit 227 102 121.7
EPS 116 50 132.0
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 1,470
Mkt Cap (billion Rp) 2,293
PER (X) 6.3
PBV (X) 0.9

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 75.4 69.5 8.5
Current Ratio 126.5 113.7 11.3
ROA 7.2
ROE 14.0
OPM 8.2 7.3 12.2
NPM 4.5 2.5 77.0

Dalam sejumlah kesempatan, penulis sudah mengatakan bahwa dalam situasi inflasi tinggi seperti sekarang
(apalagi barusan harga BBM naik lagi), maka ada sejumlah sektor yang justru diuntungkan, misalnya
komoditas terutama energi/batubara. Dan yang kedua adalah industri bahan dasar termasuk kimia. You
see, ketika inflasi naik maka perusahaan consumer goods dkk akan terdampak karena naiknya harga bahan
baku, tapi perusahaan yang menjual bahan baku tersebut bisa jadi diuntungkan. Mungkin ini yang
menjelaskan kenapa perusahaan-perusahaan kimia, yang merupakan salah salah bahan paling dasar untuk
bahan baku segala macam industri, menghasilkan kinerja yang cukup bagus di tahun 2022 ini.

Dan salah satu perusahaan kimia yang kinerjanya bagus tersebut adalah LTLS. Okay, mari kita bahas lagi
perusahaannya dari awal. LTLS berdiri pada tahun 1951 sebagai perusahaan importir bahan kimia dasar
untuk pembuatan batik dan bahan makanan. Usaha dagang tersebut sukses hingga pada tahun 1969,
perusahaan membangun pabrik kimianya sendiri yang memproduksi asam sulfat (sulfuric acid), yang
memiliki banyak kegunaan seperti untuk bahan baku pembuatan pupuk, deterjen, resin sintetik, obat-
obatan, cat, tinta, tekstil, pelumas, hingga baterai. Di tahun-tahun berikutnya perusahaan memperluas
portofolionya dengan memproduksi, atau menjadi distributor sejumlah bahan kimia khusus seperti
alumunium sulfate, sulphur, sodium silicate, sodium sulfate, nitric acid, sulphonic acid, aluminium
chloride, dan masih banyak lagi. Pada tahun 1997 perusahaan IPO, dan pada tahun 1999 LTLS membuka
kantor cabang pertamanya diluar negeri, dalam hal ini di Singapura.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 57

Hingga pada hari ini, LTLS bisa disebut sebagai perusahaan produsen dan distributor bahan kimia khusus
dengan fasilitas produksi tidak hanya di Indonesia tapi juga di Vietnam dan China. Perusahaan juga menjadi
distributor utama bagi lebih dari 100 perusahan kimia skala global (BASF, DuPont, Bayer dst) yang menjual
produknya di Indonesia, dengan para pelanggan seperti perusahaan yang memproduksi MSG (micin),
keramik, sabun, kertas, karet, plastik, tekstil, kulit sintetis, farmasi, dan masih banyak lagi. Simpelnya,
LTLS menjual bahan baku yang paling dasar dari barang-barang yang biasa kita gunakan setiap hari,
termasuk makanan dan minuman yang kita konsumsi. Sayangnya tidak ada informasi berapa pangsa pasar
LTLS di industri kimia dasar ini, sehingga penulis perkirakan bahwa LTLS hanyalah satu dari sekian banyak
perusahaan kimia di tanah air.

Meski demikian pendapatan LTLS selama ini terbilang besar, yakni mencapai lebih dari nilai asetnya sendiri.
Sayangnya seperti perusahaan industri manufaktur lain di Indonesia pada umumnya, margin laba LTLS
terhitung rendah, seringkali tidak sampai 5% pendapatannya, dan alhasil ROE-nya selama ini ikut rendah
hanya 2 – 3%, dan itu sebabnya sahamnya selama ini dihargai murah pada level 500 – 600, yang
mencerminkan PBV 0.5 kali atau lebih rendah lagi. Namun demikian sudah sejak tahun 2021 kemarin,
didorong oleh pemulihan ekonomi pasca resesi pandemi, pendapatan LTLS meningkat cukup signifikan
(setelah di tahun-tahun sebelumnya cenderung stagnan), dan alhasil labanya ikut naik signifikan meskipun
marginnya tetap rendah. Dan pada Q1 2022 kemarin (kuartal lalu), laba tersebut kembali naik hingga ROE-
nya untuk pertama kalinya mencapai 15.5%, dan seketika sahamnya pun terbang dari 700-an sampai tembus
1,500-an. Tapi karena penulis ketika itu masih belum yakin soal prospek perusahaan kedepannya bakal
bagaimana, plus sahamnya tidak likuid, maka saya tidak mau mengejar kereta, dan sahamnya tidak masuk
EIP ini.

Barulah pada Q2 ini, setelah kinerja perusahaan ternyata masih cukup bagus, sahamnya juga sudah cooling
down (sempat turun sampai 1,085 sebelum kemudian naik lagi), dan prospek kedepannya masih cerah
seiring inflasi dimana perusahaan bisa menaikkan harga jual produknya (dan perusahaan micin, keramik
dkk akan tetap beli, karena mo gimana lagi), maka penulis simpulkan: Mungkin kita masih punya peluang
cuan disini. Karena jika perusahaan bisa mempertahankan perolehan laba bersihnya saat ini sampai akhir
tahun nanti, maka sahamnya bisa ke 2,000 – 2,500.

Hanya tentu risikonya adalah jika pada Q3 atau Q4 nanti, laba perusahaan tiba-tiba saja tidak sesuai
harapan, dan itu pernah terjadi pada saham lain yang masuk EIP ini (ada banyak malah). Jadi jika anda
tertarik, gunakan dana secukupnya saja.

Rating Kinerja Q2 2022: A


Rating Valuasi Saham (current): A

26. Bintang Mitra 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 1,455 977 48.9
Current 1,323 844 56.8
Liabilities 957 670 42.8

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 58

Current 901 601 49.9


Equity 493 301 63.8
Shares Volume 1,159 1,159 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 2,465 1,522 62.0
Operating Profit 247 39 528.1
Net Profit for Company 192 21 808.4
Compr. Net Profit 191 23 746.8
EPS 166 18 808.8
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 725
Mkt Cap (billion Rp) 840
PER (X) 2.2
PBV (X) 1.7

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 51.5 44.9 14.7
Current Ratio 146.9 140.4 4.6
ROA 26.3
ROE 78.0
OPM 10.0 2.6 287.8
NPM 7.8 1.4 460.9

Pilihan berikutnya di sektor industri dasar/kimia, adalah BMSR, dan mari kita bahas perusahaannya sejak
awal. BMSR berdiri pada tahun 1989, awalnya sebagai perusahaan properti dengan membangun Apartemen
Brawijaya di Jakarta, Perumahan Kompas Indah di Bekasi, dan sejumlah proyek lain. Namun pada tahun
2008, perusahaan melepas semua unit usaha propertinya sebelum kemudian fokus di bidang usaha distribusi
produk-produk kimia, seperti caustic soda, polyvinyl chloride, hydrochloric acid, sulfuric acid, dan sodium
hypochlorite. Usaha ini kemudian sukses menghasilkan pendapatan yang cukup konsisten, namun karena
BMSR dalam hal ini hanya distributor (jadi bukan produsen seperti LTLS diatas), maka margin labanya lebih
kecil lagi, termasuk sempat merugi pada tahun-tahun tertentu. Alhasil sahamnya selama ini gak kemana-
mana di kisaran 100 – 150 perak, meskipun valuasinya sangat rendah/PBV-nya pada harga segitu hanya 0.3
kali atau lebih rendah lagi. BMSR sebenarnya ada juga berinvestasi pada sebuah perusahaan batubara,
sehingga dari pendapatannya sebesar Rp2.5 triliun, Rp139 miliar diantaranya merupakan hasil penjualan
batubara. Namun karena nilainya tidak signifikan, maka BMSR tetap bisa kita anggap sebagai perusahaan
kimia saja.

Kemudian seperti disebut diatas, kinerja BMSR selama ini terbilang buruk. Barulah pada tahun 2021,
pendapatannya meningkat signifikan, dan demikian pula perusahaan membukukan laba Rp179 miliar, yang
terbilang sangat besar karena pada tahun-tahun sebelumnya, kalaupun perusahaan membukukan laba maka
angkanya hanya Rp4 – 5 miliar saja. Alhasil sahamnya mulai naik (dan dengan kenaikan signifikan) dari 80
pada awal tahun 2021, hingga sempat tembus 300 pada awal tahun 2022. Pada titik ini penulis masih
abaikan sahamnya karena meski kenaikan tersebut terbilang wajar karena kinerja BMSR memang bagus,

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 59

dan sejak awal valuasi sahamnya sangat rendah, tapi saya tidak punya gambaran soal bagaimana prospek
perusahaan kedepannya.

Hingga pada bulan Mei 2022 kemarin, perusahaan merilis LK Q1 2022, dan labanya ternyata kembali melejit
sangat tinggi menjadi Rp92 miliar (dari hanya Rp4 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya), hingga
mencerminkan ROE disetahunkan lebih dari 90%. Dan ketika penulis teliti lagi, maka laba tersebut memang
murni dari operasional perusahaan, jadi bukan karena keuntungan penyelesaian obligasi atau semacamnya
yang tidak ada duitnya, dan juga selaras dengan laporan arus kasnya dimana perusahaan mencatat hasil
kas Rp317 miliar dari aktivitas operasionalnya (bahkan lebih besar dibanding catatan laba bersihnya).
Namun sebelum kita sempat masuk, BMSR sudah terbang duluan dari 284 hingga mentok di 1,180, hanya
dalam dua minggu (saham gak likuid ya begini: Gampang naik meski gampang juga turunnya, yakni kalau
ada perubahan fundamental yang signifikan). Jadi ya sudah, sahamnya tidak kita kejar.

Nah, namun ketika sekarang perusahaan merilis LK Q2-nya, dan hasilnya masih sama bagusnya seperti
kuartal sebelumnya (ROE-nya turun dari 93% menjadi 78% karena kenaikan ekuitas, bukan karena penurunan
laba), sementara disisi lain sahamnya juga sudah cooling down ke 725, maka: Kita mungkin masih bisa
masuk. Karena meski harga 725 itu terhitung tinggi dibanding beberapa bulan lalu, tapi dengan PER yang
masih jauh dibawah 5 kali, dan adanya peluang yang cukup besar bahwa kinerja apik BMSR akan bertahan
hingga setidaknya akhir tahun nanti, maka normalnya sahamnya akan menyentuh level 1,000-an sekali lagi,
atau bahkan lebih tinggi lagi.

Namun ketika kita berbicara risiko, maka RBMS ini mirip seperti LTLS diatas: Ada juga kemungkinan bahwa
pada Q3 atau Q4 nanti, laba perusahaan tiba-tiba saja tidak sesuai harapan. Sehingga jika anda tertarik,
gunakan dana secukupnya saja.

Rating Kinerja Q2 2022: AA


Rating Valuasi Saham (current): A

27. Krakatau Steel 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 3,893 3,774 3.2
Current 1,081 973 11.1
Liabilities 3,305 3,252 1.7
Current 1,550 1,487 4.2
Equity 631 567 11.3
Shares Volume 19,346 19,346 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 1,338 1,055 26.8
Operating Profit 79 70 11.9
Net Profit for Company 77 32 138.6
Compr. Net Profit 65 39 65.8
EPS 0.0040 0.0017 138.6
in million USD, EPS in USD, shares volume in million

Stock & Market Cap Value

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 60

Current Price (Rp) 426


Mkt Cap (billion Rp) 8,242
PER (X) 3.7
PBV (X) 0.9

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 19.1 17.4 9.5
Current Ratio 69.8 65.4 6.6
ROA 3.4
ROE 24.6
OPM 5.9 6.7 -11.8
NPM 5.8 3.1 88.1

Penulis kembali melirik KRAS ini pada EIP edisi Q1 2022 kemarin, dan analisanya masih relevan untuk
disajikan kembali disini, dengan sedikit perubahan.

KRAS adalah satu dari banyak contoh perusahaan besar di Indonesia yang sebenarnya punya potensi untuk
tumbuh menjadi lebih besar lagi, dan penulis katakan itu karena konsumsi baja di Indonesia masih
merupakan salah satu yang terendah di dunia (dan KRAS, seperti yang kita ketahui, adalah perusahaan
produsen baja), tapi itu tidak pernah terjadi karena rendahnya kualitas manajemen, atau bahkan lebih
buruk lagi: Perusahaan harusnya sudah lama bangkrut kalau bukan karena statusnya sebagai BUMN. Yup,
sejak IPO-nya pada tahun 2010 lalu, maka kesininya KRAS banyak mengerjakan proyek pembangunan pabrik
baru dll, tapi ceritanya kalau nggak mangkrak maka biaya pembangunannya membengkak, biasanya karena
ada korupsi/mark up harga oleh direksinya sendiri, tapi yang dirugikan adalah perusahaan. Kemudian untuk
mempertahankan pabrik yang sudah ada pun maka entah kenapa susahnya setengah mati. Pada satu titik
tertentu di masa lalu, KRAS ini bisa memproduksi dan menjual sekitar 3 juta ton besi & baja. Tapi hingga
Semester I 2022 ini, KRAS hanya menjual kurang lebih 1 juta ton baja. Lalu jangan tanya pula soal utang-
utangnya: Seperti yang bisa anda lihat diatas, KRAS masih punya utang $3.3 miliar berbanding ekuitasnya
$631 juta, dimana $1.6 miliar diantaranya merupakan utang jangka pendek, atau lebih besar dibanding
aset lancarnya $1.1 miliar. Ini artinya KRAS masih akan kesulitan untuk membayar utang-utangnya di masa
yang akan datang.

Dengan profil seperti itu, lalu kenapa KRAS ini masih masuk EIP? Nah, sebenarnya penulis mulai
memperhatikan KRAS ini sejak tahun 2020 lalu, alias pada awal-awal pandemi, yakni ketika perusahaan
untuk pertama kalinya justru membukukan laba setelah sebelumnya konsisten rugi terus saban tahun. Dan
ternyata itu adalah karena permintaan baja langsung naik lagi pada semester dua, plus harganya juga naik
tinggi, dan dari pihak perusahaan mulai ada usaha efisiensi biaya produksi. Tapi tentu saja saya ketika itu
tidak langsung percaya bahwa KRAS ini sudah berubah. Memasuki tahun 2021, KRAS membukukan rekor
pendapatan $2.2 miliar, dan labanya kembali naik menjadi $63 juta, thanks to masih berlanjutnya kenaikan
harga baja dunia, dan berlanjutnya efisiensi, salah satunya karena penurunan harga gas yang merupakan
komponen utama biaya peleburan baja.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 61

Dan terakhir pada Q2 2022 ini, maka seperti yang bisa anda lihat diatas, pendapatan KRAS jika disetahunkan
sukses mencetak rekor lagi, dan demikian pula labanya naik signifikan dibanding tahun 2020 dan 2021. Jadi
jika KRAS tetap membukukan laba sampai akhir tahun 2022 nanti, maka itu artinya genap tiga tahun sudah
perusahaan mampu membukukan laba secara konsisten (meski relatif masih kecil, ROA-nya cuma 3%), dan
itu artinya mungkin perusahaan memang sudah berubah. Yang saya ingat juga, KRAS menghentikan
pembangunan salah satu pabrik baja barunya, dan karena itu direktur utamanya dipanggil DPR, tapi si
direktur ini bisa mempertahankan argumentasi bahwa pabrik baru itu memang harus dihentikan karena
biaya pembangunannya sangat tidak efisien/banyak mark up sana sini, sehingga kalau diteruskan malah
bikin perusahaan jadi rugi meskipun kapasitas produksinya meningkat. Dan yang saya tahu memang kalau
mengelola perusahaan BUMN itu seperti itu: Yang dibutuhkan bukan hanya kompetensi dan juga kejujuran,
tapi juga keberanian untuk melawan arus serta kultur perusahaan yang bisa jadi sudah bobrok dari sananya.
Nah, saya tidak tahu sehebat apa Pak dirut Silmy Karim ini, tapi kalau melihat bahwa ia jadi dirut sejak 6
September 2018, dan tindakan pertamanya yang dilakukan (dan sukses) adalah restrukturisasi sebagian
utang-utang KRAS yang mencapai $2.2 miliar, dan KRAS membukukan laba tak lama kemudian di tahun
2020-nya dimana laba itu berlanjut sampai tahun 2022 ini, maka sekali lagi, bisa jadi kualitas manajemen
KRAS ini sudah lebih baik, sehingga ada harapan kinerjanya akan terus membaik di masa yang akan datang.

Jadi kesimpulannya, meski penulis sendiri mungkin gak akan langsung masuk karena masih waspada dengan
utang-utangnya yang masih cukup besar dan tentunya perlu waktu untuk dilunasi, tapi KRAS bisa mulai kita
perhatikan. Karena kalau labanya terus naik, dan demikian pula ekuitasnya naik, maka ya sudah: Ketika
KRAS anjlok sampai 150 perak pada bulan Maret 2020 lalu, maka itu adalah harga bottom-nya setelah
sebelumnya KRAS ini memang turun terus (dari 1,500 pada tahun 2010). Dan ketika KRAS kemudian naik
sampai 700-an pada awal tahun 2021 lalu, maka itu karena adanya sedikit euforia dimana saham-saham
BUMN memang terbang semua, plus memang kinerja KRAS sudah turnaround sejak tahun 2020-nya. Tapi
karena pada harga 700 itu valuasi KRAS sudah tidak murah lagi, maka wajar jika kemudian dia turun lagi.

Hingga pada Maret 2022 kemarin, penurunan KRAS mentok di 334, sedangkan kinerjanya untuk Q2 2022 ini
confirm kembali naik, dimana berdasarkan LK terbarunya tersebut maka pada harga 334 tersebut, valuasi
KRAS memang murah di PER 2.9 dan PBV 0.7 kali. Maka ya sudah: Dengan asumsi KRAS kedepannya terus
konsisten membukukan laba, dan penulis cukup optimis akan hal itu karena sejak awal penyebab perbaikan
kinerja KRAS ini adalah karena perbaikan kualitas manajemen, maka sahamnya akan lanjut naik. Tiga bulan
lalu, penulis katakan bahwa dengan asumsi KRAS bisa mempertahankan kinerjanya saat ini sampai akhir
tahun, dan maka sahamnya bisa ke 700. Dan karena sampai Q2 ini kinerjanya masih bagus, maka targetnya
masih di 700 tersebut. Jika anda sudah pegang sejak awal maka bisa hold, dan jika anda baru masuk, maka
harga sekarang juga masih ok. Tapi boleh tunggu sahamnya cooling down dulu (karena kemarin dia naik
banyak) ke level psikologis sekaligus support kuatnya, di 400.

Rating Kinerja Q2 2022: A


Rating Valuasi Saham (current): A

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 62

28. Indah Kiat 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 9,263 8,978 3.2
Current 5,056 4,702 7.5
Liabilities 4,127 4,220 -2.2
Current 2,316 2,265 2.2
Equity 5,135 4,758 7.9
Shares Volume 5,471 5,471 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 1,941 1,627 19.3
Operating Profit 529 376 40.7
Net Profit for Company 395 283 39.7
Compr. Net Profit 396 282 40.2
EPS 0.0722 0.0517 39.7
in million USD, EPS in USD, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 8,850
Mkt Cap (billion Rp) 48,418
PER (X) 4.2
PBV (X) 0.6

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 124.4 112.8 10.3
Current Ratio 218.3 207.6 5.2
ROA 8.5
ROE 15.4
OPM 27.2 23.1 18.0
NPM 20.4 17.4 17.1

Okay, analisa INKP ini juga masih sama seperti yang disampaikan di EIP edisi Q1 2022 kemarin, jadi saya
sampaikan kembali disini dengan sedikit perubahan, and here we go.

INKP sudah menjadi saham favorit penulis sejak saya mempublish analisanya secara terbuka di blog pada
September 2021 kemarin, yang bisa anda baca di link ini:
https://www.teguhhidayat.com/2021/09/prospek-saham-inkp.html (boleh baca dulu untuk memperoleh
informasi tentang INKP ini secara detail, termasuk hubungannya dengan pengacara kondang Hotman Paris).
Ketika itu penulis katakan bahwa meski produksi kertas cetak (untuk buku, majalah, koran dll) milik INKP
antara tahun 2016 – 2020 cenderung stagnan, tapi produksi kertas industri (untuk kardus bungkus paket,
bungkus makanan untuk delivery dll) dan tisu meningkat signifikan seiring dengan booming e-commerce
dan jasa pengiriman makanan. Sehingga prospek INKP ini sejatinya cukup cerah, dimana kenaikan
pendapatan dan labanya di tahun 2021 ini berpeluang besar untuk berlanjut di tahun 2022 dan seterusnya,
dan jika demikian maka sahamnya juga akan lanjut naik, karena valuasinya pada harga 7,500-an ketika itu
terbilang murah. Namun ternyata sampai dengan Agustus 2022 kemarin, INKP tetap tidak bergerak di 7,500-
an, dimana penulis melihat macetnya INKP ini lebih karena kondisi pasarnya yang belum cukup bersahabat
(baru saja pada Juni – Juli, IHSG turun ke 6,600 karena cerita kenaikan Fed Rate), dan juga karena hal
berikut: Selama ini kinerja INKP memang sudah dikenal tidak konsisten dari kuartal ke kuartal, dimana
labanya sekarang bisa tampak bagus tapi kemudian turun lagi di kuartal berikutnya.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 63

Dan memang penulis sendiri sempat khawatir jika pada Q1 2022 kemarin, kinerja INKP justru turun. Namun
beruntung, laba INKP tumbuh signifikan dibanding periode yang sama tahun 2021, dan pada Q2 ini laba
tersebut kembali naik seperti yang diharapkan, dengan ROE yang juga even better di 15.4%. Jadi ya sudah:
Target INKP bisa kita naikkan sedikit ke 12,000, dan kali ini harusnya sahamnya hanya akan butuh waktu 3
– 6 bulan saja untuk naik kesitu (sudah kelamaan sahamnya gak naik-naik, padahal fundamental bagus,
saham likuid, dan valuasi diskon).

Kemudian, mungkin tidak banyak yang menyadari, namun pulp (bubur kertas) dan kertas yang diproduksi
INKP, itu juga merupakan bahan dasar sama seperti bahan kimia yang diproduksi oleh LTLS dan BMSR,
sehingga secara teori juga diuntungkan oleh inflasi. Yup, jadi selain untuk bikin buku dan majalah, pulp
dan kertas juga digunakan untuk membuat kemasan produk consumer (bungkus rokok, kotak pizza, hingga
coffe cup, itu semua dibuat dari kertas), kardus bungkus paket, voucher, tiket, amplop, papan karton, tisu
toilet, hingga cellulose yang diolah lebih lanjut menjadi produk tekstil, dan popok bayi. Intinya sekali lagi,
kertas merupakan bahan baku dasar yang dibutuhkan oleh berbagai industri, sehingga dalam situasi inflasi
tinggi maka pertumbuhan kinerja INKP sejauh ini bisa dijelaskan. Jadi mudah-mudahan benar kinerja
perusahaan akan tetap bagus sampai akhir tahun nanti, dan eventually sahamnya naik juga.

Rating Kinerja Q2 2022: A


Rating Valuasi Saham (current): AA

29. Mitra Adiperkasa 30-Jun-22 31-Dec-21 Change (%)


Assets 17,974 16,783 7.1
Current 9,429 8,214 14.8
Liabilities 9,710 9,687 0.2
Current 6,851 6,661 2.9
Equity 6,895 5,895 17.0
Shares Volume 16,600 16,600 0.0
1H 2022 1H 2021
Revenues 12,248 9,135 34.1
Operating Profit 1,324 684 93.6
Net Profit for Company 1,031 272 279.5
Compr. Net Profit 1,167 374 211.7
EPS 62 16 287.5
in billion Rp, EPS in Rp, shares volume in million

Stock & Market Cap Value


Current Price (Rp) 1,050
Mkt Cap (billion Rp) 17,430
PER (X) 8.5
PBV (X) 2.5

Ratios (%) 1H 2022 1H 2021 Change (%)


Equity to Debt Ratio 71.0 60.9 16.7
Current Ratio 137.6 123.3 11.6
ROA 13.0

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 64

ROE 29.9
OPM 10.8 7.5 44.4
NPM 8.4 3.0 183.1

Pada satu kesempatan, penulis pernah mengatakan bahwa ketika pada tahun 2020 – 2021 lalu kita dihantam
pandemi yang kemudian menyebabkan resesi, maka meski di satu sisi resesi tersebut menyebabkan banyak
PHK dan UMKM gulung tikar, tapi disisi lain justru memunculkan peluang usaha di industri kreatif, termasuk
penggunaan media sosial yang semakin pesat yang kemudian banyak memunculkan selebgram dll yang
beneran jadi kaya raya dari situ. Dan actually penulis sendiri merasakan hal tersebut, dimana trend work
from home membuat orang punya banyak waktu di rumah, lalu mereka menggunakan waktu luang
tersebutnya untuk trading saham, imbasnya jumlah investor di BEI meningkat pesat, dan pengunjung blog
www.teguhhidayat.com serta pelanggan EIP ini juga ikut meningkat. Jadi kalau bagi para profesional pasar
modal seperti penulis, maka periode 2020 sampai sekarang, meski sempat pedih pada awalnya (market
crash Maret 2020, saya sempat rugi sampai sisa aset di saham tinggal 55%), tapi berbunga-bunga pada
akhirnya, termasuk kita cuan besar di tahun 2022 ini (sampai akhir Agustus, Avere Investama profit 60.8%
dihitung sejak awal tahun 2022, termasuk dividen). Dan tidak hanya penulis, tapi banyak lagi pelaku usaha
lainnya yang cuan besar, dan itulah yang menjelaskan kenapa mobil-mobil baru sekarang laris manis,
termasuk kenaikan BBM tidak terlalu diprotes, karena memang kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan meningkat pesat (meski tidak merata dimana yang kena PHK juga masih banyak. Jadi
ketimpangan sosial juga ikut meningkat sebenarnya, tapi itu lain cerita).

Anyway, belakangan penulis sadar bahwa trend positif diatas terbilang menguntungkan bagi emiten
tertentu di sektor usaha tertentu yang tidak biasa, yakni sektor gaya hidup. Lifestyle. Dan hanya ada satu
emiten besar dan mapan di bidang ini, yang kinerjanya memang sudah bagus lagi sejak tahun 2021 kemarin,
dan diperkirakan akan terus bagus kedepannya karena booming kemunculan selebgram dll itu bersifat
permanen: MAPI. Okay, mari kita bahas perusahaannya sejak awal.

Sejarah perusahaan dimulai pada tahun 1995 ketika founder perusahaan, Sjamsul Nursalim, membuka toko
alat-alat olahraga di Jakarta, lanjut tahun 1997 membuka toko mainan dan baju anak-anak, dan MAPI
kemudian resmi berdiri. Setelah itu terjadi krisis moneter, namun perusahaan mampu bertahan. Tahun
2002, MAPI kembali berekspansi dengan membuka gerai café Starbucks pertama di Indonesia, dan membuka
pabrik garment di Bogor. Tahun 2003, MAPI membuka department store, lalu tahun 2004 listing di BEI.

Dan demikian seterusnya hingga pada hari ini, MAPI memiliki 2,837 gerai ritel, plus 24 gerai online, yang
menjual 150 lebih merk-merk produk kelas dunia, dan beroperasi di lebih dari 80 kota di 6 negara ASEAN.
MAPI adalah pemilik atau pemegang saham minoritas di toko-toko ritel terkemuka yang sering anda temui
di mall-mall, seperti Planet Sports, Kidz Station, Lego, Crocs, Zara, Sogo, The FoodHall, Starbucks Coffee,
Subway, Burger King, Digimap, Kinokuniya, dan masih banyak lagi. Jadi berbeda dengan misalnya PZZA
yang hanya pegang franchise Pizza Hut di Indonesia, atau FAST yang hanya pegang franchise KFC, maka
untuk hampir semua merk-merk terkenal lainnya yang hadir di Indonesia, dipegangnya ya sama MAPI ini.
Nah, penulis sendiri jujur saja, saya tidak suka ke mall, dan saya masih menganggap bahwa kopi starbucks

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 65

itu mahal, dimana saya lebih suka menghabiskan waktu main ke pedesaan untuk melihat sawah dan sungai
(itulah kenapa saya pindah dari Jakarta ke Bandung, sebenarnya pengen pindah lagi ke Jogja tapi
kejauhan). Namun saya tahu ada banyak kaum urban di kota-kota besar yang setiap harinya mereka bangun
pagi, cek iPhone (Digimap), mandi, pakai baju outfit kantor (Zara), pasang make up (Sephora), berangkat
ke kantor dan kerja pakai iMac (Digimap), lalu meeting di café (Starbucks), pulang kerja dan olahraga di
tempat fitness pakai outfit Adidas (Planet Sports), lalu baru pulang. Di akhir pekan belanja kebutuhan
sehari-hari (The Foodhall), beliin anak mainan (Kidz Station, Lego), makan siang di restoran (Genki Sushi),
jajan es krim (Cold Stone), lalu shopping baju, tas, sepatu dll (Sogo). And guess what? Semua uang yang
anda keluarkan, itu menjadi pendapatan bagi MAPI ini.

Dan alhasil, sebagai market leader di bidang lifestyle yang semakin hari semakin banyak konsumennya,
maka MAPI selama ini selalu membukukan kinerja yang bagus dengan ROE setidaknya 10% (which is cukup
bagus untuk ukuran perusahaan ritel, yang sebenarnya hanya menjual/menjadi distributor untuk produk
milik perusahaan lain), dimana hanya pada tahun 2020 lalu saja perusahaan merugi, tapi pada tahun 2021-
nya dia sudah laba lagi. Perusahaan juga selalu bertumbuh secara operasional dimana jumlah franchise
yang dipegang selalu bertambah (termasuk warung hotdog terkenal, Subway, akhirnya di tahun 2022 ini
masuk juga di Indonesia melalui MAPI ini), dan jumlah tokonya juga selalu bertambah dari waktu ke waktu.
Dan untuk tahun 2022 ini, seperti yang bisa anda lihat diatas, kinerja MAPI terbilang sangat solid dengan
pendapatan dan laba yang tumbuh signifikan, ROE diatas 20%, dan prospek kedepannya juga cerah karena
alasan yang sudah penulis sampaikan diatas.

Kemudian, alasan kenapa saya selama ini tidak melirik sahamnya adalah karena valuasi MAPI selama ini
terbilang premium. Termasuk sekarang dimana pada harga 1,050, PBV-nya mencapai 2.5 kali. Nah, tapi
setelah saya pertimbangkan lagi: 1. Saham MAPI memang gak pernah benar-benar murah, dimana pada
bulan Juli 2020 saja (tak lama setelah market crash bulan Maret dimana IHSG rebound lagi, padahal
pandeminya masih terjadi), MAPI sudah di 700-an, dengan PBV tetap diatas 1.5 kali, 2. Mengingat tingginya
popularitas merk Starbucks dll, track record kinerjanya bagus, plus sahamnya cukup likuid, maka MAPI
memang tidak bisa dihargai terlalu murah, 3. Prospek kedepannya cerah, termasuk kenaikan BBM juga gak
ngaruh karena sejak awal pelanggan MAPI adalah kaum boros yang sekali main bawa anak-anak ke mall bisa
menghabiskan hingga jutaan Rupiah (actually, that’s my wife..)

Maka kesimpulannya, valuasi MAPI saat ini, meski tidak murah tapi juga belum terlalu mahal, dan jika
kinerjanya tetap bagus seperti sekarang maka sahamnya juga bisa lanjut naik hingga 1,400 – 1,500. MAPI
juga bisa dipertimbangkan untuk jangka panjang mengingat track record serta prospek pertumbuhan
ekonomi Indonesia setelah pulih pasca resesi, tapi untuk saat ini mari kita lihat dulu perkembangannya
sampai akhir tahun nanti.

Rating Kinerja Q2 2022: AA


Rating Valuasi Saham (current): A

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 66

30. Perusahaan Gas Negara (PGAS), current price: 1,815

Pilihan saham terakhir untuk EIP edisi kali ini adalah PGAS, dan analisa yang disajikan pada EIP Q1 kemarin
masih relevan untuk disajikan kembali disini, dengan sedikit perubahan.

Pada Q1 2022 kemarin, PGAS menghasilkan kinerja yang sangat baik (untuk ukuran emiten bluechip dengan
aset jumbo) dimana labanya naik signifikan, dan ROE-nya 17.9%. Sehingga pada harga sahamnya ketika itu
yakni 1,450, valuasinya menjadi sangat murah (sekali lagi, untuk ukuran saham bluechip) dengan PER hanya
5.2, dan PBV 0.9 kali. Nah, sebenarnya kalau anda teliti laporan keuangannya lebih lanjut, maka laba PGAS
dari usaha intinya, yakni distribusi dan transmisi gas, tercatat hanya $99 juta untuk Q1 2022, alias turun
dibanding $109 juta pada Q1 2021. Namun laba PGAS secara keseluruhan tetap naik karena usaha produksi
minyak dan gas-nya (melalui anak usahanya PT Saka Energi) menghasilkan laba $40 juta, dibanding rugi $19
juta pada periode yang sama tahun 2021. Kinerja PT Saka sukses menjadi positif berkat kenaikan harga
dari minyak dan gas itu sendiri, dimana sejak awal tahun 2022 ini sampai akhir Maret, harga minyak mentah
West Texas Intemediate (WTI) terus naik sampai $80 – 90 per barel.

Dan karena sekarang harga minyak masih stabil di kisaran $80 – 90 per barel, maka penulis optimis bahwa
PT Saka akan kembali berkontribusi positif terhadap laba PGAS di Q2 2022 ini. Sehingga berbeda 180 derajat
dengan sebelumnya dimana PT Saka terus merugi sehingga menurunkan kinerja PGAS secara keseluruhan,
maka kinerja PGAS di tahun 2022 ini justru diuntungkan oleh kinerja positif PT Saka, dan kinerja PT Saka
pada gilirannya bergantung pada harga minyak dunia. Tiga bulan lalu, penulis katakan bahwa harga minyak
masih akan stabil di $100 per barel, dan itu artinya laba PGAS secara keseluruhan masih akan naik di
sepanjang tahun 2022 ini. Dan meski belakangan ini harga minyak agak turun ke $80 per barel, tapi melihat
trend perang Rusia – Ukraina yang masih berlangsung, serta faktor-faktor penting lainnya, maka penulis
setuju dengan Warren Buffett bahwa harga komoditas energi tidak akan langsung turun lagi seperti tahun
2020 lalu, tidak dalam waktu dekat ini (dengan kata lain, harga minyak masih mungkin untuk naik ke $90 –
100 lagi).

Sehingga untuk PGAS ini, maka penulis tiga bulan lalu mengatakan bahwa targetnya masih di 1,700 – 2,000
(dari harga ketika itu 1,450), dan saat ini target tersebut sudah tercapai. Namun tiga bulan lalu, penulis
juga katakan bahwa target ini bisa dinaikkan jika PGAS pada Q2 nanti menghasilkan kinerja yang melebihi
ekspektasi, misalnya jika kontribusi PT Saka menjadi lebih dominan lagi (saat ini PT Saka baru berkontribusi
sekitar sepertiga dari laba PGAS secara keseluruhan). Sayangnya sampai 5 September 2022, PGAS belum
merilis LK-nya karena adanya penelaahan terbatas, tapi jika melihat kinerja emiten energi lain yang bagus-
bagus di Q2 ini, maka penulis perkirakan bahwa kinerja PGAS juga akan kurang lebih sama bagusnya. Dan
dengan demikian maka sahamnya masih lanjut otw ke 2,000, mungkin bisa lebih.

Jadi kesimpulannya, jika anda masih pegang maka hold saja. Dan jika anda baru mau masuk, maka boleh
tunggu LK-nya rilis dulu, sambil sekalian tunggu sahamnya cooling down ke 1,700, yang merupakan
supportnya secara teknikal.

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com


w w w . T e g u h H i d a y a t . c o m | 67

Rating Kinerja Q2 2022: ?


Rating Valuasi Saham (current): A

***

PENTING: Penulis menyusun ebook ini selama 2 minggu, tapi Anda mungkin akan selesai membacanya
dalam waktu kurang dari 1 jam. Namun untuk memperoleh hasil yang maksimal, termasuk untuk menghindari
misinterpretasi (salah pengertian) dari analisis-analisis yang disajikan, maka anda diharapkan untuk
membacanya secara perlahan dan berulang-ulang (jika diberikan link untuk analisa lengkapnya di blog,
maka baca juga analisa lengkapnya tersebut) terutama untuk saham yang anda memang berminat untuk
membelinya.

Ebook kuartalan ini adalah seperti ‘cerita bersambung’, sehingga membacanya tidak akan lengkap tanpa
membaca edisi sebelumnya. Bagi pelanggan baru, anda masih bisa membaca/membeli ebook edisi Q4 2021
(edisi sebelum edisi yang sedang anda baca ini), pada harga diskon yakni Rp150,000, sudah merupakan
versi yang bisa di-print, dan sudah termasuk rekap tanya jawab lengkap antara penulis dan member
pelanggan ebooknya. Untuk memesan, anda bisa transfer ke (pilih salah satu):

Bank BCA 139.229.1118


Bank Mandiri 132.000.706.2087
Bank BNI 0338.434.774
Bank BRI 0137.0101.0657.539
Semuanya atas nama Teguh Hidayat

Kemudian kirim email ke teguh.idx@gmail.com dengan subjek EIP Edisi Sebelumnya. Jangan lupa
sebutkan nama anda dan bank tujuan transfer, dan nanti ebooknya akan dikirim via email.

Pada edisi berikutnya nanti (Q3 2022), maka beberapa saham yang dibahas di EIP ini akan digantikan oleh
beberapa saham baru, dan alasannya bisa karena: 1. Terjadi perubahan fundamental, atau perubahan
prospek/masa depan perusahaan, sehingga sahamnya tidak lagi layak invest, setidaknya menurut penulis,
2. Harganya sudah naik cukup tinggi sehingga valuasinya tidak lagi murah, atau 3. Sahamnya masih oke,
tapi terdapat pilihan saham lain yang lebih menarik.

Warning: Dilarang memperlihatkan atau mem-forward isi ebook ini kepada siapapun, baik sebagian maupun
seluruhnya, termasuk kepada rekan kerja atau keluarga dekat anda, apalagi ke grup WA atau forum. Kami
sudah bekerja keras untuk menyusun ebook ini, jadi dimohon kerjasamanya. Jika anda hendak
menunjukkan ebook ini ke teman anda, maka mintalah ia untuk membelinya (biayanya Rp300,000 per copy)
sesuai petunjuk di link ini: http://www.teguhhidayat.com/p/ebook-analisis-kuartal-i-2014.html. Info
Telp/Whatsapp 0821.1001.1100 (Nury).

Investment Planning Kuartal II 2022 - TeguhHidayat.com

Anda mungkin juga menyukai