Anda di halaman 1dari 10

Tugas : Epidemiologi Dan Ekologi

Dosen :Sultan Hamjar,Amd. Rad,SKM, M.Adm.Kea

REVIEW JURNAL

Oleh :

DHEA ANANDA A. HASAN (P120088)

POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR


PRODI D-III RADIOLOGI
TAHUN 2022
Review jurnal 1MRI Dasar
Judul AnalysisOf MRI CRURIS Examination Techniques
on soft tissue tumor case at premier hospitals
surabaya
Penulis Dery Furqon Pradana, Hery Kuwoyo, Asumsie Tarigan
Reviewer Dhea Ananda A. Hasan
Tanggal 20 November 2022

Pembahasan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah teknik
pencitran yang digunakan terutama dalam pemeriksaan
medis untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh
manusia. MRI didasarkan pada prinsip – prinsip teknik
resonansi magnetic. MRI mampu mencitrakan penampang
tubuh dalam berbagai potongan seperti sagittal, axial, dan
coronal dengan memanfaatkan atom hydrogen dalam
tubuh. Kelebihan MRI dibandingkan modalitas pencitraan
lain diantaranya tidak menimbulkan rasa sakit, tidak
menggunakan radiasi pengion, dan menghasilkan resolusi
yang baik pada jaringan lunak. Oleh karena itu modalitas
MRI dipilih untuk menilai kelainan pada jaringan lunak
seperti otak, otot, sumsum tulang belakang, persarafan, dan
muskuloskeletal. Kekurangan pencitraan MRI terletak pada
waktu pemeriksaan yang relative lebih lama dibandingkan
modalitas lainnya.
Tumor merupakan masalah kesehatan yang serius di
era modern. Tumor adalah pertumbuhan yang abnormal
dari sel-sel tubuh. Tumor dapat terjadi hampir di seluruh
organ termasuk pada muskuloskeletal. Tumor pada
muskuloskeletal dapat bersifat jinak atau ganas, dimana
dapat merupakan tumor primer yang berasal dari unsur-
unsur tulang atau soft tissue sendiri atau tumor sekunder
dari metastasis (infiltrasi) terutama dari tumor tumor ganas
lain ke dalam musculoskeletal.
Soft tissue tumor adalah suatu kelompok tumor yang
biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai
massa di anggonta gerak, badan atau reptroperitoneum.
Presentasenya kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di
kepala dan leher dan 30% di badan dan retroperitoneum
(11). Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin mengetahui
lebih detail dengan melakukan suatu penelitian yang
berjudul “Analisis Teknik Pemeriksaan Mri Cruris Pada
Kasus Soft Tissue Tumor Di Rumah Sakit Premier
Surabaya”.

Metode Jenis penelitian yang dilakukan pada penulisan jurnal ini


merupakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian ini
mendekat pada studi kasus yang dilakukan di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Premier Surabaya, pada periode 1
sampai 30 Maret 2020. Sampel merupakan pasien yang
melakukan pemeriksaan MRI cruris dengan kasus soft tissue
tumor. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
Pengamatan langsung dan studi kepustakaan yang dirangkum
dari buku, internet dan berbagai jurnal
Isi Dan Berdasarkan hasil observasi teknik pemeriksaan MRI
Pembahasan cruris pada kasus soft tissue tumor di Rumah Sakit Premier
Surabaya dan berdasarkan literatur yang ada, maka
pembahasan yang dapat disampaikan sebagai berikut:
Pasien memberikan surat permintaan untuk pemeriksaan
MRI ke loket pendaftaran radiologi dari dokter pengirim.
Kemudian pasien datang lagi sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Sebelum pemeriksaan pasien atau keluarga pasien
diharuskan mengisi formulir checklist pemeriksaan MRI dan
menandatangani inform consent. Hal ini dilakukan untuk
memastikan pasien dapat melakukan pemeriksaan MRI. Bila
diperlukan informasi detail, dokter akan mewawancarai pasien
yang akan melakukan pemeriksaan MRI. Dokter akan
menanyakan riwayat penyakit yang diderita oleh pasien. Hal ini
diperlukan sebagai data penunjang bagi dokter radiolog
nantinya ketika hendak membaca hasil pemeriksaan pasien
yang bersangkutan. Selanjutnya diminta melepas semua
benda logam, memakai pakaian pasien yang telah disediakan
dan pasien diedukasi mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan.
Secara umum persiapan pasien ini sebelemumnya
pemeriksan MRI cruris di RS Premier Surabaya hampir sama
dengan teori. Hanya saja sebelum pemeriksaan pasien tidak
diminta untuk buang air kecil. Sedangkan menurut teori pada
buku MRI Parameters and Positioning (2013). pasien
dianjurkan untuk buang air kecil sebelum pemeriksaan. Dan
hal ini dikarenakan pemeriksaan MRI yang lama sehingga
dikhawatirkan pasien ingin buang air kecil ketika pemeriksaan
sedang berlangsung. Posisi pasien pemeriksaan MRI cruris
dengan kontras media pada kasus tumor soft tissue di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Premier Surabaya adalah feet first.
Untuk kenyamanan, pasien diberikan bantal, selimut dan
tombol emergency. Coil yang digunakan yaitu anterior coil,
dengan sentrasi pada pertengahan cruris. Usahakan objek
yang diperiksa berada dipertengahan coil. Secara umum posisi
pasien sama dengan teori. Orientasi potongan MRI cruris,
untuk potongan sagital dan coronal genu hingga ankle harus
tercakup dalam gambaran. Sedangkan pada potongan axial
hanya mencakup seluas tumor. Terdapat perbedaan pada
orientasi potongan, dimana pada buku MRI Parameters and
Positioning (2013), kedua sisi cruris yaitu cruris dextra dan
sinistra tercakup dalam FOV atau bilateral. Sedangkan pada
pemeriksaan MRI cruris di RS Premier Surabaya hanya sisi
yang terdapat patologi yang tercakup dalam FOV atau
unilateral.
Dengan metode unilateral memungkinkan sisi yang
terdapat kelainan diposisikan dipertengahan coil dan gantry
sehingga menghasilkan SNR yang optimal. Jika cruris dextra
dan sinistra masuk ke dalam FOV, bagian tepi dari cruris
beresiko terkena artefak. Hal ini sesuai dengan prinsip
semakin jauh dari pusat medan magnet, maka homogenitas
magnet nya berkurang. Sequence yang digunakan
STIR_TSE_COR,T1W_TSE_COR,T2W_TSE_COR,T2W_TSE
_SAG,STIR_TSE_SAG,STIR_TSE_TRA, T2W_TSE_TRA,
T1W_TSE_TRA.
Dan untuk pre kontras sendiri di mulai menggunakan T1W_
TSE_TRA_FS,T1W_TSE_COR_FS,T1W_TSE_SAG_FS untuk
post kontras. Sequence T1 digunakan untuk menggambarkan
anatomi, sedangkan sequence T2 untuk menggambarkan
patologi. Pada gambaran T1 tumor terlihat isointens dan akan
terjadi enhancement pada gambaran post kontras. Pada
gambaran T2 tumor terlihat hiperintens. Pada MRI cruris
digunakan juga sequence STIR yaitu sebuah teknik yang
memanfaatkan pulsa 180º sebagai pembalikkan (inversion),
teknik ini menggunakan time inversion yang bertujuan untuk
meng-null-kan sinyal lemak sehingga hasil citra MRI lemak
berwarna hipointens atau hitam (14). Pada gambaran STIR
tumor terlihat hiperintens. Secara umum protokol yang
digunakan sama seperti yang tercantum di literatur.
Pada kasus tumor, pemeriksaan MRI cruris
menggunakan kontras media untuk membantu dalam
menegakkan diagnosa dan memberikan informasi diagnostik
tentang klinis. Proses penyuntikan kontras media dilakukan
oleh perawat. Dengan kontras media dapat diketahui jenis
tumor, batasan dan bentuk massa serta metastasenya.
Kelebihan dari Pemeriksaan MRI Cruris Menggunakan
kontras Media dalam diagnosa Soft Tissue Tumor, kontras
media gadolinium mempengaruhi waktu relaksasi T1 dan T2.
Interaksi antara elektron ion paramagnetik yang tidak
berpasangan dengan proton hidrogen, menyebabkan
kemagnetan proton hidrogen bergerak mendekati frekuensi
Larmor. Kemudian energi akan berpindah kearah atom di
sekitarnya dan waktu relaksasi T1 dan T2 menjadi lebih
singkat. Hal ini menyebabkan meningkatnya intensitas sinyal
T1 dan T2 sehingga jaringan yang bersifat patologis menjadi
enhancement. Pada kasus tumor, pemeriksaan MRI cruris
menggunakan kontras media membantu dalam menegakkan
diagnosa dan memberikan informasi diagnostik tentang klinis.
Dengan kontras media dapat diketahui jenis tumor, batasan
dan bentuk massa serta metastasenya.

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai teknik pemeriksaan
MRI cruris pada kasus Soft Tissue Tumor di Rumah Sakit
Premier Surabaya didapatkan kesimpulan: Prosedur
pemeriksaan MRI cruris pada kasus Soft Tissue Tumor di
Rumah Sakit Premier Surabaya, pasien memberikan surat
permintaan untuk pemeriksaan MRI ke loket pendaftaran
radiologi dari dokter pengirim. Kemudian pasien datang lagi
sesuai jadwal yang telah ditentukan. Sebelum pemeriksaan
pasien atau keluarga pasien diharuskan mengisi formulir
checklist pemeriksaan MRI dan menandatangani inform
consent. Selanjutnya diminta melepas semua benda logam,
memakai pakaian pasien yang telah disediakan dan pasien
diedukasi mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan.
Kelebihan pemeriksaa MRI cruris dengan kontras media yaitu
dapat mendeteksi lokasi tumor, jenis tumor dan
metastasenya. Adapun kekurangannya adalah waktu
pemeriksaan yang lama.

Referensi “ANALYSIS OF MRI CRURIS EXAMINATION TECHNIQUES


ON SOFT TISSUE TUMOR CASE AT PREMIER HOSPITALS
SURABAYA”

Review Jurnal 2 MRI Dasar


Judul PENGARUH SEQUENCE T2 TIRM, T2 SPAIR, T2 FAT SAT
TERHADAP KUALITAS CITRA PEMERIKSAAN MRI
SHOULDER POTONGAN CORONAL
Penulis Alissya Pratiwi Aurel, Nursama Heru Apriantoro, Gando Sari.
Reviewer Dhea Ananda A. Hasan
Tanggal 20 November 2022

Pendahuluan Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah teknik


pencitraan diagnostik yang memanfaatkan sifat magnetik dari
atom hidrogen yang berinteraksi dengan medan magnet
eksternal (B0) yang besar dan dapat menghasilkan citra
diagnostik bagian dalam tubuh manusia dengan potongan
coronal, axial dan sagittal dengan tidak menggunakan radiasi
pengion, radioaktif dan tanpa banyak memanipulasi atau
merubah posisi tubuh pasien (1–4). MRI dikenal dapat
memperlihatkan jaringan lunak dengan sangat baik seperti
otak, sumsum tulang belakang, serta musculoskeletal. Sistem
musculoskeletal telah menjadi area yang sangat dikuasai oleh
MRI. Salah satu pemeriksaan nya adalah MRI Shoulder.
Pada pemeriksaan MRI Shoulder bisa dilakukan dengan
menggunakan ke tiga sequence ini yaitu sequence T2 TIRM
(Turbo Inversion Recovery Magnitude), sequence SPAIR
(Spectral Adiabatic Inversion Recovery), dan sequence FAT
SAT karena dianggap mampu menekan lemak dan memiliki
berbagai keunggulan dibandingkan teknik fat suppression
konvensional (9,11–13) serta sangat sensitif terhadap
pengaruh bahan metal dan bagus untuk menekan lemak
(4,12,14).
Untuk itu peneliti tertarik dan ingin mengetahui apa
keutamaan dari masing-masing sequence T2 TIRM, T2
SPAIR, T2 FAT SAT dalam memperlihatkan hasil kualitas citra
pemeriksaan MRI Shoulder potongan coronal di RSUP
Fatmawati.

Metode
Jenis penelitian dalam jurnal ini adalah kuantitatif analitik
dengan metode eksperimen yang dilakukan secara langsung
di Instalasi Radiologi Magnetic Resonance Imaging (MRI) di
RSUP Fatmawati. Penelitian ini menggunakan 2 sampel
dengan metode non random sampling yaitu tidak semua
anggota populasi mempunyai kemungkinan terpilih menjadi
sampel tetapi hanya pasien yang melakukan MRI Shoulder di
RSUP Fatmawati. Instrument penelitian ini menggunakan
lembar observasi untuk mencatat semua kegiatan yang
dilakukan selama penelitian berlangsung berupa langkah-
langkah kerja yang dilakukan, dan kuisioner yang akan
diberikan kepada responden.

Isi Dan Hasil gambaran MRI Shoulder potongan coronal dengan


Pembahasan (a) sequence T2 TIRM, (b) sequence T2 SPAIR, (c) sequence
T2 FAT SAT. Nilai dari kualitas citra gambar yang diperoleh
dapat memberikan informasi citra diagnostik seperti anatomi
dengan memberikan skor penilaian 1 untuk hasil 1 untuk
gambar “kurang jelas”, nilai 2 hasil gambar “cukup jelas”, dan
nilai 3 hasil gambar “sangat jelas” pada setiap gambaran yang
dijadikan sampel penelitian dengan munggunakan sequence
T2 TIRM, T2 SPAIR, T2 FAT SAT. Hasil rekapitulasi penilaian
dirangkum pada tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi total hasil penilaian 7 responden


terhadap 2 hasil gambar (2 sampel) T2 TIRM, T2 SPAIR, T2
FAT SAT pada citra anatomi Glenoid, Supraspinatus Muscle,
Caput Humeri Hasil dari kuisioner yang dimasukkan pada
tabel 1 menyajikan tabel yang sudah dikelompokkan antara 7
responden terhadap 2 hasil gambar dengan penilaian citra
anatomi Glenoid, Supraspinatus Muscle, Caput Humeri pada
setiap pasien. Di dapat nilai rata-ratanya tertinggi pada T2
FAT SAT (2,82) dengan perolehan penilaian responden
terendah 2 dan tertinggi 3, T2 SPAIR (2,47) dengan perolehan
penilaian responden terendah 2 dan tertinggi 3, T2 TIRM
(2,54) dengan perolehan penilaian responden terendah 2 dan
tertinggi 3.

Kesimpulan
Setelah dilakukan eksperimen terhadap pemeriksaan
MRI Shoulder potongan coronal di Instalasi Radiologi RSUP
Fatmawati dengan sequence T2 TIRM, T2 SPAIR, T2 FAT
SAT, didapatkan hasil bahwa sequence T2 FAT SAT lebih
baik dalam mencitrakan anatomi gambaran dari glenoid,
supraspinatus muscle dan caput humeri sedangkan sequence
T2 SPAIR dan T2 TIRM hasil gambar dan kuisioner
mengatakan hampir mirip bila diukur secara subjektif.
Berdasarkan waktu penilaian nya, sequence T2 FAT SAT
mempunyai waktu relative lebih cepat dengan perolehan
waktu 02,20 menit sedangkan sequence T2 SPAIR 02,49
menit, dan sequence T2 TIRM 03,29 menit.
Diketahui bahwa teknik fat suppression sequence T2 FAT
SAT lebih baik dengan perolehan nilai rata-rata 2,82 dalam
mencitrakan anatomi pada pemeriksaan MRI Shoulder dari
nilai rata-rata sequence T2 TIRM dan T2 SPAIR berdasarkan
hasil kuisioner yang telah dinilai dari responden dan dianalisis
statistik. Dari sequence T2 TIRM, T2 SPAIR, T2 FAT SAT
memiliki keunggulan masing-masing tergantung dari klinis
pasien dan dari permintaan yang diinginkan dokter.

Referensi “PENGARUH SEQUENCE T2 TIRM, T2 SPAIR, T2 FAT SAT


TERHADAP KUALITAS CITRA PEMERIKSAAN MRI
SHOULDER POTONGAN CORONAL”

Anda mungkin juga menyukai