Anda di halaman 1dari 5

Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan suatu metode untuk memperoleh gambar atau

citra dari organ dan jaringan di dalam tubuh manusia tanpa menggunakan radiasi pengion atau x-
ray. MRI menggunakan prinsip medan magnetik yang sangat kuat, gelombang radiofrekuensi,
perubahan medan magnet yang cepat, serta komputer untuk menciptakan suatu citra yang dapat
menunjukkan apakah terdapat cedera, proses penyakit, atau kondisi abnormal di dalam tubuh
manusia. Medan magnet yang dihasilkan oleh mesin MRI sangat kuat, diukur dalam satuan Tesla
(T), dan berkisar antara 30,000 kali (1,5 Tesla) hingga 140,000kali (7 Tesla) lebih kuat dari medan
magnet bumi. Pada pemeriksaan MRI, tubuh pasien akan diletakkan di dalam mesin MRI yang
berbentuk terowongan, dimana medan magnet yang sangat kuat akan membuat proton-proton
dalam tubuh pasien menjadi sejajar dalam satu arah yang sama. Dalam kondisi tersebut, akan
diberikan suatu gangguan berupa gelombang radiofrekuensi yang dapat berinteraksi dan
mengubah arah dari proton-proton tersebut. Interaksi tersebut menghasilkan sejumlah kecil sinyal
dalam bentuk energi yang dapat ditangkap oleh penerima sinyal di mesin MRI dan dengan bantuan
komputer dapat diterjemahkan dalam bentuk irisan-irisan gambar.
Pemeriksaan MRI tidak menyebabkan rasa nyeri kepada pasien dan gelombang elektromagnetik
yang dihasilkan hingga saat ini tidak terbukti menimbulkan efek buruk kepada pasien. Selama
pemeriksaan, mesin MRI dapat menghasilkan suara yang sangat keras (clicking, banging, beeping)
dan dapat mencapai kekuatan 120 dB yang setara dengan suara mesin pesawat saat lepas landas.
Atas alasan ini, maka selama pemeriksaan MRI berlangsung, pasien akan diberikan penutup
telinga baik dalam bentuk earplug maupun headset. Operator MRI akan dapat mengawasi pasien
melalui kamera khusus yang terhubung dengan ruang operator dan pasien dapat selalu
berkomunikasi dengan operator menggunakan peralatan interkom khusus.
MRI memberikan banyak terobosan dalam bidang pelayanan kesehatan. MRI memungkinkan
tenaga kesehatan melihat ke dalam tubuh tanpa harus melakukan sayatan atau operasi dan
memastikan apakah terdapat suatu kelainan di dalam tubuh. MRI merupakan metode pilihan untuk
mendiagnosis berbagai kelainan terutama pada jaringan otak, saraf tulang belakang, persendian,
abdomen, area pelvis, payudara, pembuluh darah, jantung, dan berbagai jaringan tubuh lainnya.
Teknik dan kemampuan mesin MRI terus berkembang pesat. Hingga saat ini, tenaga kesehatan
telah mampu menggunakan MRI untuk melihat adanya sumbatan pembuluh darah, mendiagnosis
stroke secara dini, mengamati karkteristik tumor-tumor tertentu, mengevaluasi proses pengobatan,
hingga menilai kualitas serabut saraf di otak secara kuantitatif. Namun, pemeriksaan MRI juga
memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan pertama adalah MRI tidak tersedia secara luas
seperti metode pencitraan lain semisal x-ray, USG, atau CT-Scan. Harga yang lebih mahal,
persyaratan ruangan dan fasilitas yang lebih rumit, serta biaya operasional yang tinggi membuat
MRI tidak dapat dengan mudah dipasang di berbagai lokasi pelayanan kesehatan. Keterbatasan
berikutnya adalah pemeriksaan dengan MRI memakan waktu yang relatif lebih lama dibanding
peralatan radiologi lain. Untuk menyelesaikan satu pemeriksaan MRI kepala membutuhkan waktu
kurang lebih 30 menit, dibandingkan hanya 1 menit untuk pemeriksaan CT kepala. MRI juga tidak
dapat dilakukan pada beberapa kondisi, seperti adanya alat-alat elektronik vital (misalnya mesin
pacu jantung, peralatan anestesi) yang tidak kompatibel dengan medan magnetik. Selain itu,
aspek keamanan dalam pemeriksaan MRI juga lebih kompleks dibandingkan pemeriksaan lain.

Secara umum, pemeriksaan MRI adalah pemeriksaan yang sangat aman. Operator MRI dan
Dokter Spesialis Radiologi akan melakukan prosedur skrining awal sebelum mengijinkan pasien
masuk ke area mesin MRI. Beberapa hal yang dilarang dibawa ke dalam ruangan MRI antara lain
benda-benda yang terbuat dari logam dan dapat tertarik magnet, seperti sabuk, koin logam,
kancing baju dari logam, tabung oksigen; benda-benda elektronik dan kartu dengan garis magnetik
atau chip karena medan magnet kuat dapat merusak sirkuit elektronik tersebut,
termasuk handphone, jam tangan baik analog maupun digital, perhiasan, kartu ATM serta
peralatan kesehatan yang terbuat dari logam atau sirkuit elektronik, seperti alat bantu dengar, alat
pacu jantung (pacemaker), kawat gigi, klip aneurisma dari logam, pen atau plat logam. Terkadang,
pasien juga diminta untuk menghapus rias muka (make-up), cat kuku, atau kosmetik lain yang
dapat mengandung partikel logam, terutama apabila berada di area tubuh yang akan diperiksa.
Beberapa peralatan kesehatan seperti alat pacu jantung dan pen/plat logam telah dibuat untuk
dapat digunakan dalam ruang MRI dan biasanya memiliki label “MRI compatible”, ”MR Safe”, atau
“MR conditional” namun hal ini harus dikomunikasikan dengan operator MRI dan Dokter Spesialis
Radiologi. Pemeriksaan MRI mungkin dapat dibatalkan apabila operator MRI dan Dokter Spesialis
Radiologi memutuskan bahwa peralatan yang terpasang di tubuh pasien tidak cukup aman untuk
berada dalam pengaruh medan magnetik.
Penggunaan gelombang radiofrekuensi dalam pemeriksaan MRI dapat menimbulkan transfer
energi dalam bentuk pemanasan pada tubuh pasien. Operator akan selalu mengontrol berapa
besar energi yang diterima oleh tubuh pasien (Specific Absorption Rate – SAR) dan menentukan
apakah pemeriksaan akan dilanjutkan atau dihentikan. Benda-benda yang terbuat dari logam
seperti pen dan plat tulang atau tato dapat meningkatkan risiko efek pemanasan ini dan
mengakibatkan cedera pada bagian tubuh pasien. Beberapa posisi tubuh juga dilarang selama
pemeriksaan MRI, seperti menyilangkan lengan atau kaki karena akan membentuk loop yang
meningkatkan penerimaan energi oleh tubuh. Operator akan memposisikan pasien dan
memastikan semua aman sebelum pemeriksaan dimulai.
Benda yang terbuat dari logam bersifat feromagnetik dan dapat bergerak tertarik ke arah mesin
MRI, tergantung pada jenis logam, ukuran benda dan kekuatan medan magnetiknya. Kecepatan
pergerakan benda logam tersebut dapat menjadi sedemikian cepat dan kuat hingga dapat
merusak mesin MRI atau menimbulkan cedera pada pasien maupun operator yang berada di
ruang MRI. Operator akan melakukan skrining dan memastikan tidak ada benda logam apapun
yang dibawa ke dalam ruang MRI. Medan magnetik kuat juga dapat merusak sirkuit elektronik.
Pasien dan operator harus bekerja sama untuk memastikan implan elektronik yang digunakan
adalah kompatibel untuk pemeriksaan MRI. Alat elektronik yang tidak kompatibel dengan medan
magnetik kuat harus dilepaskan dan tidak diperkenankan dibawa masuk ke ruang MRI. Kartu
dengan pita magnetik atau chip juga tidak diperkenankan dibawa ke dalam ruang MRI karena
medan magnet kuat dapat menghapus data yang tersimpan di dalam kartu tersebut.
Pemeriksaan MRI memakan waktu cukup lama dan selama pemeriksaan pasien harus tetap diam
di dalam terowongan yang sempit. Situasi seperti ini dapat menimbulkan rasa kecemasan
terutama pada pasien dengan klaustrofobia (ketakutan akan tempat sempit/tertutup). Untuk
mengatasi hal ini, edukasi dan informasi yang jelas kepada pasien sebelum pemeriksaan dimulai
sangatlah penting. Selain itu, pasien juga dapat meminta untuk ditemani oleh satu orang
pendamping/keluarga di dalam ruang MRI selama pemeriksaan. Tentu saja, seluruh protokol
keamanan MRI akan diterapkan pula terhadap pendamping tersebut. Operator akan memutarkan
musik melalui headset yang digunakan oleh pasien untuk menambah rasa tenang. Pasien dan
operator juga dapat berkomunikasi dua arah menggunakan interkom khusus dari dalam mesin
MRI. Operator juga akan menyerahkan satu tombol panik (panic button) yang dapat ditekan oleh
pasien apabila pasien menginginkan pemeriksaan untuk berhenti. Desain ruang MRI juga dapat
dimaksimalkan untuk menambah rasa tenang, umumnya dengan memberikan ambience
lighting ataupun pemasangan cermin pada head coil yang digunakan pasien. Apabila
menghendaki dan operator merasa diperlukan, dapat digunakan obat penenang bagi pasien yang
memiliki kecemasan berlebih.
Terkadang, pemeriksaan MRI memerlukan tambahan penyuntikan bahan kontras berbahan dasar
Gadolinum ke dalam pembuluh darah pasien. Tujuan pemberian bahan kontras ini adalah untuk
membedakan tipe-tipe jaringan tubuh, menentukan karakteristik suatu kelainan, dan
memvisualisasikan kelainan yang tidak tampak pada pemeriksaan non-kontras. Pemberian
kontras ini harus dengan persetujuan dan sepengetahuan dokter pengirim (DPJP), operator ruang
MRI dan Dokter Spesialis Radiologi. Pasien harus melampirkan hasil laboratorium fungsi ginjal
(umumnya ureum dan creatinine) dan harus diverifikasi oleh operator MRI dan Dokter Spesialis
Radiologi, karena kontras MRI tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal bersama urin.
Secara umum, penggunaan bahan kontras tersebut tidak memiliki efek samping, walaupun
beberapa penelitian menemukan adanya penimbunan bahan kontras tersebut di otak namun tidak
ditemukan adanya manifestasi klinis yang berkaitan dengan hal tersebut.

Pasien juga harus menginformasikan kepada operator dan Dokter Spesialis Radiologi apabila
sedang hamil atau terdapat kecurigaan hamil. Secara umum, tidak ada risiko penggunaan MRI
terhadap ibu hamil. Namun umumnya, MRI pada ibu hamil hanya digunakan untuk menjawab
pertanyaan klinis yang sangat penting. Hal ini dikarenakan sifat pemeriksaan yang lama akan
membuat ibu hamil tidak terlalu nyaman, terutama pada ibu hamil trimester tiga. Tidak terdapat
efek negatif MRI terhadap janin, namun perlu diperhatikan bahwa janin lebih sensitif terhadap
kebisingan dan efek pemanasan yang dihasilkan oleh mesin MRI. Penggunaan media kontras
untuk ibu hamil secara umum tidak direkomendasikan, namun apabila sangat diperlukan dapat
diberikan dalam jumlah minimal. Secara umum, bagi ibu hamil MRI lebih aman dibandingkan CT-
Scan maupun x-ray karena tidak menggunakan radiasi pengion. Selain Ibu hami, Ibu yang sedang
menyusui harus menginformasikan kepada operator MRI dan Dokter Spesialis Radiologi yang
bertugas. Secara umum, pemeriksaan MRI tidak memberikan efek negatif terhadap ASI yang
dihasilkan. Namun, perhatian khusus harus diberikan apabila pemeriksaan MRI ini membutuhkan
penyuntikan bahan kontras berbahan Gadolinum karena bahan kontras tersebut dapat ikut
dikeluarkan bersama ASI. Sebagai langkah pengamanan, direkomendasikan untuk ibu menyusui
agar memompa ASI terlebih dahulu sebelum pemeriksaan MRI untuk digunakan paling tidak
selama 24 jam berikutnya. Hal ini dikarenakan waktu pembersihan kontras Gadolinum dari tubuh
ibu akan memakan waktu sekitar 24 jam.

Walaupun protokol dan persyaratan pemeriksaan MRI cukup rumit, namun MRI merupakan salah
satu metode pencitraan yang paling baik dan aman. MRI tidak menggunakan radiasi pengion
seperti x-ray maupun CT-Scan, sehingga tidak terdapat efek radiasi terhadap pasien. Hal yang
perlu diperhatikan pada pasien yang akan menjalani pemeriksaan MRI adalah adanya benda-
benda logam maupun elektronik yang berada di tubuh maupun sekitar pasien. Apabila terdapat
pertanyaan atau hal lain yang ingin didiskusikan sebelum pemeriksaan MRI dimulai, maka
sebaiknya pasien dapat menanyakan langsung kepada operator MRI maupun Dokter Spesialis
Radiologi yang bertugas pada Instalasi Radiologi rumah sakit yang bersangkutan.

Kontributor :
Nurhuda Hendra Setyawan, Sp.Rad, M.Sc
Instalasi Radiologi, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai