Anda di halaman 1dari 38

STRUKTUR PASAR

Pasar output adalah pertemuan antara permintaan output dan penawaran output.

Pada sisi permintaan, pasar output mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu bahwa

permintaan pasar adalah penjumlahan dari permintaan konsumen yang jumlahnya

banyak sekali. Namun pada sisi penawarannya, jumlah penjual bervariasi dari jumlah

yang sangat banyak sampai jumlah yang sedikit, bahkan hanya satu penjual. Berdasarkan

jumlah penjual yang ada, struktur pasar output dibedakan menjadi empat, yaitu :

1) Pasar Persaingan Sempurna (perfect competitive market) : pasar dengan jumlah

penjual sangat banyak.

2) Pasar Monopoli : pasar dengan hanya satu penjual.

3) Pasar Oligopoli : pasar dengan jumlah penjual sedikit.

4) Pasar Persaingan Monopolistik : pasar dengan banyak penjual tetapi

produkproduknya heterogen, sehingga masing-masing penjual dapat

mempengaruhi harga.

Ketiga pasar terakhir termasuk dalam pasar persaingan tidak sempurna ( imperfect

competitive market).

7.1. Pasar Persaingan Sempurna

Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena struktur

pasar ini akan dapat menjamin berlangsungnya aktivitas produksi dengan tingkat

efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu dalam analisis ekonomi sering digunakan asumsi

bahwa perekonomian merupakan pasar persaingan sempurna. Tetapi dalam praktek tidak

mudah untuk menentukan suatu industri dapat digolongkan ke dalam pasar persaingan

sempurna yang sesungguhnya (sesuai teori). Umumnya, yang ada adalah yang mendekati
ciri-ciri struktur pasar tersebut. Namun, sebagai landasan teori untuk analisis ekonomi,

mempelajari ciri-ciri pasar persaingan sempurna adalah sangat penting.

7.1.1. Asumsi-Asumsi

Model persaingan sempurna didasari oleh asumsi-asumsi sebagai berikut:

1) Terdapat sangat banyak penjual dan pembeli. Oleh karena terdapat sangat banyak

produsen atau perusahaan, maka setiap produsen atau perusahaan hanya

memasok produk sebagian kecil saja dari total produk yang ditawarkan di pasar.

Pembeli juga sangat banyak sehingga secara individual mereka tidak mempunyai

kekuatan monopsoni untuk mempengaruhi mekanisme di dalam pasar.

2) Produk yang dihasilkan oleh para produsen adalah homogen. Pasar diartikan

sebagai gabungan dari produsen yang memproduksi produk yang

homogen/identik. Ini berarti bahwa antara produk dari produsen yang satu

dengan produk dari produsen yang lain bersifat substitusi sempurna. Oleh karena

itu, para pembeli tidak dapat membedakan produk- produk dari produsen yang

berbeda.

3) Setiap produsen adalah pengambil harga ( price taker). Implikasi dari kedua

asumsi di atas adalah bahwa produsen secara individual tidak dapat

mempengaruhi harga pasar yang berlaku dengan mengubah jumlah produk yang

ditawarkan. Dengan demikian setiap produsen hanya menerima harga pasar.

Produsen dapat menawarkan produk berapapun jumlahnya dengan harga pasar

tersebut.

4) Perusahaan-perusahaan bebas masuk dan keluar pasar ( free entry and exit of

firms). Tidak ada hambatan bagi setiap perusahaan untuk masuk ke pasar atau

keluar dari pasar.


5) Maksimisasi profit/keuntungan. Tujuan dari semua perusahaan adalah

memaksimumkan keuntungan. Tidak ada tujuan lain.

6) Tidak ada regulasi dari pemerintah. Tidak ada intervensi pemerintah di dalam

pasar ( seperti tarif, subsidi, pembatasan produksi, dan sebagainya). Struktur

pasar di mana telah dipenuhi asumsi-asumsi di atas disebut pasar persaingan

murni (pure competition). Untuk pasar persaingan sempurna (perfect

competition) memerlukan asumsi-asumsi tambahan sebagai berikut.

7) Mobilitas faktor-faktor produksi sempurna. Faktor-faktor produksi bebas

berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain melalui mekanisme ekonomi.

Dengan kata lain, terjadi persaingan sempurna di dalam pasar input.

8) Pengetahuan sempurna ( perfect knowledge). Semua penjual dan pembeli

diasumsikan mempunyai pengetahuan yang lengkap tentang kondisi pasar, baik

kondisi sekarang maupun yang akan datang. Dengan demikian kondisi

ketidakpastian di masa mendatang dapat diantisipasi. Informasi pasar dapat

diperoleh dengan mudah dan tanpa biaya.

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas kita akan menganalisis ekuilibrium atau

keseimbangan produsen/ perusahaan dan pasar/industri di dalam jangka pendek dan

jangka panjang. Ekuilibrium produsen dicapai pada saat perusahaannya mencapai

keuntungan maksimum. Ekuilibrium pasar atau industri dicapai apabila (a) semua

perusahaan dalam posisi ekuilibrium, dan (b) jumlah produk semua perusahaan tersebut

sama dengan jumlah permintaan semua konsumen.

7.1.2. Ekuilibrium Jangka Pendek

Analisis jangka pendek (shrot run), yaitu di mana dianggap bahwa setiap

produsen tidak bisa menambah kapasitas pabriknya dan tidak mungkin bagi produsen-
produsen baru masuk ke dalam pasar. Sedangkan analisis jangka panjang (long run)

adalah di mana dimungkinkan adanya baik perluasan kapasitas pabrik oleh perusahaan-

perusahaan yang telah ada maupun pembangunan pabrik-pabrik baru oleh pengusaha-

pengusaha baru yang masuk ke pasar.

Ekuilibrium Perusahaan Jangka Pendek

Suatu perusahaan dalam kondisi ekuilibrium ketika ia mencapai keuntungan ( π )

maksimum. Keuntungan ( π ) didefinisikan sebagai perbedaan antara total cost (TC) dan

total revenue (TR), sehingga dapat ditulis : π = TR – TC. Seperti telah dibahas pada Bab

VI, bahwa ekuilibrium perusahaan secara grafis dapat ditunjukkan melalui dua

pendekatan, yaitu (1) menggunakan kurve TR dan TC ( lihat Gb. 7.1), dan (2)

menggunakan kurve MR dan MC (lihat Gb. 7.2)

Di dalam Gb. 7.1 ditunjukkan posisi ekuilibrium perusahaan dengan

menggunakan kurve TR dan TC dalam pasar persaingan sempurna. Kurve TR adalah

suatu garis lurus melalui origin, menunjukkan bahwa harga output adalah konstan pada

semua tingkat output. Produsen adalah price taker dan dapat menjual setiap outputnya

pada harga pasar yang berlaku dengan TR naik proporsional dengan volume

penjualannya. Slope kurve TR adalah marginal revenue (MR). MR Kardono-nuhfil 4 4

ini konstan dan sama dengan harga pasar, karena semua unit output dijual pada harga

yang sama.
Dengan demikian, MR = AR = Pq. Perusahaan mencapai keuntungan maksimum pada

penjualan output Qe, di mana jarak vertikal antara kurvr TR dan kurve TC paling lebar.

Pada penjualan output di bawahnya atau di atasnya, total keuntungan tidak maksimum.

Pada penjualan di bawah QA ( disebelah kiri titik A) dan di atas QB (disebelah kanan

titik B) perusahaan menderita kerugian.

Di dalam Gb. 7.2. ditunjukkan kurve-kurve marginal cost (MC), average cost

(AC) dan kurve permintaannya (D ).

Dalam persaingan sempurna kurve permintaan adalah juga kurve AR dan kurve MR.

Kurve MC memotong kurve ATC pada titik minimumnya. Perusahaan mencapai

keuntungan maksimum pada tingkat penjualan output di mana MR = MC, yaitu pada

titik e, di mana kurve MC memotong kurve MR. Di sebelah kiri titik e, belum mencapai
keuntungan maksimum, karena setiap penjualan unit output di sebelah kiri Qe masih

memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari marginal costnya. Di sebelah kanan Qe,

biaya setiap tambahan unit output lebih tinggi dari penerimaan (revenue) yang diperoleh

dari penjualannya, sehingga total keuntungan berkurang dan dapat menderita kerugian.

Dari bahasan ini dapat ditarik kesimpulan :

a) Jika MC < MR total keuntungan belum maksimum, perusahaan harus

meningkatkan outputnya.

b) Jika MC > MR tingkat keuntungan menjadi menurun, perusahaan harus

menghentikan produksinya.

c) Jika MC = MR tingkat keuntungan jangka pendek adalah maksimum. Jadi syarat

pertama untuk ekuilibrium perusahaan dalam jangka pendek adalah MR = MC.

Namun, syarat ini belum cukup, karena pada kondisi di mana MR = MC belum

tentu perusahaan dalam kondisi ekuilidrium. Dalam Gb. 7.2. pada titik e’, di

mana syarat MR = MC juga terpenuhi, tetapi perusahaan tidak dalam kondisi

ekuilibrium, karena keuntungan maksimum pada tingkat output Qe > Qe’. Oleh

karena itu, kondisi ekuilibrium membutuhkan syarat kedua yaitu bahwa pada saat

berpotongan dengan kurve MR, MC menaik. Jadi, kurve MC memotong kurve

MR harus dari bawah. Pada titik e, slope MC positif, sedangkan slope MR = 0,

berarti slope MC > slope MR. Dengan demikian, syarat ekuilibrium perusahaan

dalam jangka pendek adalah : (1) MC = MR dan (2) slope MC > slope MR.

Dalam kenyataan, suatu perusahaan dalam kondisi ekuilibrium tidak berarti harus

menerima keuntungan ( excess profit). Apakah perusahaan menerima keuntungan atau

menderita kerugian tergantung pada tingkat biaya total rata-rata (ATC). Jika ATC di

bawah tingkat harga ekuilibrium, perusahaan akan menerima keuntungan (excess profit)

sebesar luas bidang PqABe (Gb. 7.3). Jika ATC diatas harga ekuilibrium, perusahaan
menderita kerugian sebesar FCePq (Gb. 7.4). Dalam Kardono-nuhfil 6 6 kasus demikian,

perusahaan hanya akan meneruskan produksinya jika masih mampu menutup biaya

variabelnya.

Dengan kata lain, perusahaan akan menghentikan produksinya ketika perusahaan

menderita kerugian minimum. Titik di mana perusahaan dalam kondisi menutup biaya

variabelnya disebut “closing-down point” atau dapat disebut sebagai titik di mana

perusahaan menghentikan produksinya. Dalam Gb. 7.5 “closing-down point” perusahaan

ditandai oleh titik w. Jika harga turun di bawah Pw perusahaan tidak dapat menutup

biaya variabelnya dan lebih baik menutup perusahaan.

Kurve Penawaran Perusahaan dan Industri

Kurve penawaran perusahaan adalah juga kurve MC yang menaik dan terletak di

atas AVC. Pada Gb. 7.5 , kurve penawaran adalah kurve SMC mulai dari titik w ke
kanan. Di bawah harga Pw output (Q) yang ditawarkan perusahaan adalah nol.

Sepanjang harga naik diatas Pw, output yang ditawarkan akan naik. Kurve SMC

menunjukkan volume-volume output (Q) yang dipilih oleh produsen setiap tingkat harga.

Sedangkan kurve penawaran juga kurve yang menunjukkan volume-volume output (Q)

yang ditawarkan oleh seorang produsen pada berbagai tingkat harga. Jadi kurve SMC =

kurve penawaran perusahaan.

Kurve penawaran industri atau pasar adalah penjumlahan horizontal dari kurve-

kurve penawaran perusahaan. Sebagai contoh hanya ada dua perusahaan, A dan B di

dalam pasar maka kurve penawaran pasar dapat digambarkan sebagai berikut (Gb. 7.6).

Ekuilibrium Pasar Jangka Pendek

Ekuilibrium pasar tercapai bila volume output yang ditawarkan seluruh produsen di

pasar sama dengan volume output yang dibutuhkan oleh seluruh konsumen. Kondisi ini

secara grafis ditunjukkan oleh titik perpotongan antara kurve penawaran pasar dengan

kurve permintaan pasar. Bagaimana pencapaian posisi ekuilibrium pasar persaingan

sempurna , di mana terbentuk harga pasar dan kemudian para produsen menyesuaikan

tingkat produksinya dengan harga tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut (Gb. 7.7).
Arah pencapaian ekuilibrium pada Gb 7.7 tersebut dapat dijelaskan menggunakan bagan

sebagai berikut:

7.1.3. Ekuilibrium Jangka Panjang

Dalam jangka panjang ada kemungkinan perluasan ( atau penciutan) kapasitas

produksi dan masuknya perusahaan-perusahaan baru ke dalam pasar. Kedua faktor

tersebut mengakibatkan adanya penambahan atau pengurangan volume output yang

ditawarkan di pasar. Perusahaan-perusahaan yang telah ada akan menambah kapasitas

produksi dan perusahaan-perusahaan baru akan masuk ke dalam pasar apabila

perusahaan-perusahaan tersebut akan dapat memperoleh keuntungan (excess profit).

Keuntungan ini dapat diperoleh apabila harga yang berlaku (jangka pendek) melebihi

biaya rata-rata jangka panjang (Long Run Average Cost = LAC). Jadi jika P > LAC
maka perusahaan-perusahaan yang ada akan memperluas kapasitas produksinya dan atau

perusahaan-perusahaan baru akan masuk ke dalam pasar.

Adanya perluasan kapasitas produksi dan pendirian pabrik-pabrik baru tersebut

akan menyebabkan bertambahnya volume output yang ditawarkan di pasar dan

selanjutnya menyebabkan harga turun. Hal ini secara grafis, ditandai dengan bergesernya

kurve penawaran pasar ke kanan dan turunnya harga. Bila harga turun sampai tingkat di

mana P = LAC, maka tidak ada lagi insentif bagi perusahaanperusahaan untuk

menambah kapasitas produksi maupun perusahaan-perusahaan baru membangun pabrik-

pabrik , karena pada saat ini tidak ada keuntungan lebih (excess proit). Yang ada hanya

keuntungan normal, yaitu keuntungan yang sudah termasuk dihitung dalam LAC. Jadi,

keuntungan normal diperoleh pada tingkat output di mana P = LAC. Dengan demikian

pada kondisi di mana P = LAC, tidak ada lagi penambahan kapasitas produksi dan

pendirian pabrik baru. Pada kondisi ini baik pasar maupun perusahaan akan berada

dalam posisi ekuilibrium (lihat Gb. 7.8).

Proses : Mula-mula harga pasar ditentukan oleh ekuilibrium jangka pendek,

perpotongan kurve S dan D, menghasilkan harga pasar P.---> Pada harga ini ada

keuntungan lebih ( excess profit) karena P > LAC. --> ada penambahan kapasitas
produksi dan pendirian pabrik baru sehingga penawaran output di pasar naik, --> S

bergeser kekanan menjadi S1, --> harga menjadi turun ke P1, -->P1= LAC, -->baik pasar

maupun perusahaan dalam kondisi ekuilibrium jangka panjang.

7.2. Monopoli

Struktur pasar yang bertentangan dengan pasar persaingan sempurna adalah monopoli.

Monopoli adalah struktur pasar di mana hanya terdapat satu penjual, tidak ada substitusi

produk yang mirip (close substitute), dan terdapat hambatan masuk ( barriers to entry) ke

pasar.

Ciri-ciri pasar monopoli dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Hanya ada satu penjual. Karena hanya ada satu penjual maka pembeli tidak

mempunyai pilihan lain. Dalam hal ini pembeli hanya menerima syarat-syarat

jual-beli yang ditentukan penjual.

2) Tidak ada substitusi produk yang mirip. Misalnya, aliran listrik. Aliran listrik

tidak mempunyai pengganti dari barang lain. Ada barang pengganti tetapi

sifatnya berbeda, misalnya, lampu minyak. Lampu minyak tidak dapat

menggantikan fungsi aliran listrik untuk menyalakan TV, seterika, dan

sebagainya.

3) Terdapat hambatan masuk ke pasar. Hambatan ini bisa berbentuk undangundang,

memerlukan teknologi yang canggih, dan memerlukan modal yang sangat besar.

4) Sebagai penentu harga ( price setter). Dengan mengendalikan tingkat produksi

dan volume produk yang ditawarkan perusahaan monopoli dapat menentukan

harga yang dikehendaki.

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya monopoli adalah :


1) Memiliki bahan mentah strategis atau pengetahuan teknis produksi yang

spesifik. Perusahaan monopoli umumnya menguasai seluruh atau sebagian

besar bahan mentah yang tersedia. Sebagai contoh, Pertamina.

2) Hak paten produk atau proses produksi. Dengan pemberian hak paten akan

melidungi perusahaan atau pihak-pihak pencipta suatu produk dari peniruan

pihak-pihak lain.

3) Terdapat skala ekonomis. Pada beberapa kegiatan ekonomi, dengan

menggunakan teknologi modern, produksi yang efisien hanya dapat

dilakukan apabila jumlah produksinya sangat besar dan meliputi hampir

seluruh produksi yang diperlukan di dalam pasar. Ini berarti bahwa pada

waktu perusahaan mencapai keadaan di mana biaya produksi minimum,

jumlah produksi adalah hampir sama dengan jumlah permintaan riel di pasar.

Dengan sifat skala ekonomis demikian, pada tingkat produksi yang sangat

tinggi, perusahaan dapat menurunkan harga. Keadaan seperti ini

mengakibatkan perusahaan baru tidak akan sanggup bersaing dengan

perusahaan yang terlebih dahulu berkembang. Keadaan ini mewujudkan pasar

monopoli. Perusahaan jasa umum, seperti perusahaan listrik, perusahaan air

minum, perusahaan telepon, dan perusahaan kereta api adalah contoh-contoh

industri yang memiliki sifat skala ekonomis seperti diterangkan di atas.

4) Pemberian Hak Monopoli oleh Pemerintah. Melalui peraturan pemerintah,

dapat diberikan kekusaan monopoli kepada perusahaan-perusahaan atau

lembagalembaga tertentu.

7.2.1. Hubungan Antara Permintaan, MR, dan TR

Untuk melakukan analisis keuntungan atau analisis keseimbangan pada pasar

monopoli, terlebih dahulu perlu memahami hubungan antara nilai penjualan total ( total
revenue = TR), permintaan ( nilai penjualan rata-rata = average revenue = AR) , dan

nilai penjualan marginal ( marginal revenue = MR).

Permintaan Pada Pasar Monopoli

Karena produsen monopoli adalah satu-satunya produsen di dalam pasar, maka kurve

permintaan yang dihadapi adalah juga kurve permintaan pasar dan juga merupakan nilai

penjualan rata-ratanya. Kurve permintaan pasar biasanya menurun dari kiri atas ke kanan

bawah, yang berarti bahwa produsen dapat mempengaruhi harga pasar dengan jalan

menjual barang produksinya lebih sedikit atau lebih banyak. Oleh karena itu, untuk

mencapai keuntungan maksimum, perusahaan monopoli selain harus menentukan jumlah

barang yang dijual juga harus menentukan harga jualnya. Berbeda dengan pasar

persaingan sempurna, di mana perusahaan tidak dapat menentukan harga jual. Perbedaan

lain dengan pasar persaingan sempurna adalah bahwa dalam monopoli, keseimbangan

perusahaan adalah juga keseimbangan pasar. Perbedaan permintaan antara perusahaan

monopoli dan perusahaan bersaing dapat dijelaskan dengan grafik 7.9 di bawah ini.

Pada Gb. 7.9.b terlihat bahwa kurve permintaan perusahaan monopoli bersiat turun dari

kiri atas ke kanan bawah karena pengusaha monopoli dapat menentukan harga sesuai

dengan jumlah produk yang dijual. Sedang pada Gb 7.9 terlibat bahwa kurve permintaan
perusahaan bersaing berbentuk garis yang sejajar dengan sumbu horizontal karena

pengusaha bersaing tidak dapat menentukan harga jual.

Secara matematis perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan

persamaanpersamaan berikut:

Pada perusahaan monopoli berlaku rumus :

Q = f ( P ) dan P = g ( Q ) (1)

Pada perusahaan bersaing berlaku rumus :

Q = f ( P ) tetapi P ≠ g (Q) (2)

Dimana P adalah harga satuan produk dan Q adalah jumlah produk yang dihasilkan dan

dijual. Rumus ( 1 ) menunjukkan bahwa pada perusahaan monopoli, jumlah produk yang

dihasilkan dapat ditentukan oleh harga jual dan sebaliknya harga jual dapat ditentukan

oleh jumlah produk yang dihasilkan. Sedang rumus ( 2 ) menunjukkan bahwa pada

perusahaan bersaing, baik bersaing murni maupun bersaing sempurna, jumlah barang

yang dihasilkan ditentukan oleh harga jual tetapi harga jual tidak ditentukan oleh jumlah

produk yang dihasilkan.

Nilai Produk Penjualan Total(Total Revenue = TR)

Nilai produk penjualan total (TR) pada perusahaan monopoli sangat berbeda

dengan TR pada perusahaan bersaing. TR perusahaan bersaing berupa garis lurus miring

dari kiri bawah ke kanan atas melalui titik pangkal (origin), karena setiap penambahan

jumlah produk yang dihasilkan akan selalu memperbesar TR. Sedangkan TR pada

perusahaan monopoli berbentuk parabola atau dikenal sebagai huruf U terbalik, karena

setiap penambahan jumlah produk yang dihasilkan tidak selalu memperbesar TR,

melainkan mula-mula makin besar sampai pada titik maksimum, kemudian setelah
mencapai titik maksimum TR terus menurun sampai titik nol dan jika jumlah produk

terus ditambah maka TR menjadi negatif.

Secara grafis, perbedaan tersebut dapat digambarkan pada Gb. 7.10 di bawah ini.

Secara matematis, perbedaan tersebut dapat pula dijelaskan sebagai berikut. Pada

perusahaan monopoli :

TR = P Q (3)

Dimana P = harga jual produk dan Q = jumlah produk yang dijual. Karena Q = f (P) dan

P = g (Q) , maka TR dipengaruhi oleh harga jual dan jumlah produk yang dijual. Apabila

Q bertambah besar maka P bertambah kecil, sehingga TR tidak selalu bertambah besar,

tetapi dapat bertambah kecil hingga bernilai nol dan negatif. Oleh karenanya kurve TR

berbentuk parabola. Secara matematis dapat dibuktikan bahwa kurve TR berbentuk

parabola. Misalkan, dipunyai fungsi permintaan monopoli adalah sebagai berikut:

Q = 25 – ¼ P (a)

Karena P juga fungsi dari Q, maka persamaan ( a ) dapat pula ditulis:

P = 100 – 4 Q (b)
Apabila nilai P pada persamaan ( b ) dimasukkan ke dalam persamaan ( 3 ) di atas,

maka:

TR = (100 – 4Q) Q = 100 Q – 4 Q 2 (c)

Dengan demikian terbukti bahwa persamaan ( 3) merupakan fungsi pangkat dua, yang

berarti TR berbentuk parabola.

Pada perusahaan bersaing : TR = PQ (4)

Karena P adalah konstan maka TR hanya ditentukan oleh jumlah produk yang

dihasilkan (Q). Ini berarti bahwa semakin banyak jumlah produk yang dijual akan

semakin besar TR sehingga kurvenya berupa garis lurus berslope positif.

Nilai Penjualan Produk Rata-Rata (AR) dan Nilai Penjualan Marginal (MR)

AR dan MR pada perusahaan monopoli dan pada perusahaan bersaing juga

berbeda ( lihat grafik pada Gb. 7.11).

Pada Gb. 7.11.a. terlihat bahwa pada perusahaan monopoli kurve nilai penjualan rata-

rata (AR) sama dengan kurve permintaan D. Sedangkan kurve nilai penjualan marginal
(MR) merupakan kurve tersendiri. Gb. 7.11.b menunjukkan bahwa pada perusahaan

bersaing kurve AR dan MR sama dengan kurve permintaan dan juga sama dengan harga

pasar yang berlaku.

Secara matematis AR dan MR perusahaan monopoli dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Fungsi permintaan (D) dapat dirumuskan : P = f (Q), dimana f’ (Q) < 0 (5)

∂ PQ
Jadi, TR = PQ = Q f (Q) dan MR = = f (Q) + Q f’ (Q) (6)
∂Q

Hubungan MR dan Elastisitas Permintaan :

∂Q P 1 P P ∂P
E=- =- = ; f´(Q) =
∂P Q f ´ (Q) Q Q f ´ (Q ) ∂Q

Q f ´ (Q) 1
Karena P = f(Q) maka MR = P ( 1 + )=P(1- )
P E

(7)

Dari persamaan ( 7 ) dapat disimpulkan :

1) Jika E > 1 maka MR positif

2) Jika E = 1 maka MR = 0

3) Jika E < 1 maka MR negatif.

Dalam kasus kurve permintaan dan MR bersifat linier seperti pada Gb. 7.11.a maka

permintaan akan menurun secara monoton dan MR akan lebih kecil dari harga untuk

setiap jumlah penjualan (Q) yang lebih besar dari nol. Tingkat penurunan MR dua kali

dari tingkat penurunan harga. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut: Misalkan

dipunyai fungsi permintaan : P = a – b Q

TR = PQ = (a – b Q ) Q = a Q – b Q2
∂TR
MR = = a – 2 bQ
∂Q

Jadi, slope kurve MR ( - 2 b ) dua kali lebih besar dari pada slope kurve permintaan

(-b ).

Setelah kita mempelajari sifat-sifat permintaan, nilai penjualan produk total (TR)

dan nilai penjualan marginal (MR) pada perusahaan monopoli maka kita dapat

menyimpulkan bagaimana hubungan antara ketiga kurve tersebut ( lihat Gb. 7. 12)

berikut. Gb. 7.12 menunjukkan bahwa TR pada mulanya menaik, kemudian

mencapai maksimum, dan setelah mencapai maksimum selanjutnya terus menurun

dan bias sampai titik nol. Kurve TR mencapai maksimum pada saat MR = 0. Selama

kurve permintaan berslope negatif , kurve MR juga berslope negatif. MR berada di

bawah harga untuk setiap jumlah produk di atas nol. Perbedaan antara MR dan harga

tergantung pada elastisitas permintaan.


7.2.2. Keseimbangan atau Maksimisasi Keuntungan Monopol Jangka Pendek

Analisis keuntungan dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu (1) pendekatan TR-

TC, dan (2) pendekatan MR-MC.

7.2.2.1. Pendekatan TR-TC

Dalam jangka pendek, pengusaha monopoli akan mencapai keuntungan

maksimum jika ia memproduksi dan menjual pada tingkat output di mana perbedaan

positif antara TR dan TC adalah paling besar. Atau ia meminimumkan kerugian jika

perbedaan negatif antara TR dan TC paling kecil. Secara grafis, keuntungan maksimum

pada perusahaan monopoli dapat ditunjukkan dalam Gb. 7.13 berikut.

Pada Gb. 7.13 terlihat bahwa disebelah kiri titik A dan disebelah kanan titik B, TC

berada diatas TR, berarti biaya total melebihi nilai penjualan total sehingga perusahaan

menderita kerugian. Dengan kata lain, keuntungan hanya diperoleh antara titik A dan

titik B.

7.2.2.2. Pendekatan MR-MC

Sesuai dengan dalil keuntungan, bahwa keuntungan maksimum akan dicapai

ketika pengusaha memproduksi dan menjual produknya pada tingkat dimana MR sama

dengan MC. Analisis keuntungan dengan pendekatan ini telah dengan jelas dibahas
dalam Bab VI pada kasus kurve permintaan menurun ( hal. 67). Berikut ini diberikan

penjelasan ulang secara grafis ( Gb. 7.14).

Dari Gb. 7.14 terlihat bahwa ekuilibrium jangka pendek terjadi pada titik E dimana MC

= MR. Pada kondisi ini produk yang dijual adalah 0Q* dengan harga 0P* dan rata-rata

biaya total 0C* ( = C*B ). Keuntungan per unit adalah 0P* – 0C* = P*C * Sehingga

keuntungan monopoli jangka pendek adalah P*C * x 0Q* = P*ABC* ( luas terarsir).

Jika Gb. 7.14 menggambarkan kondisi pasar bersaing, maka titik ekuilibrium

adalah pada titik F, dimana kurve permintaan berpotongan dengan MC yang berarti MC

= P ( syarat ekuilibrium pasar bersaing). Dengan demikian pasar bersaing akan

menurunkan harga dan memperbesar jumlah produk .

7.2.2. 3. Pendekatan Matematis

Keuntungan (π ) adalah nilai penjualan total ( TR ) dikurangi biaya total (TC)

atau dapat ditulis :

π = TR – TC (8)
Karena TR = P Q, maka π = P Q – TC

Karena Q = f ( P ) dan P = f ( Q ) dan syarat tercapainya keuntungan maksimum

∂π ∂π ∂P ∂Q ∂TC
Adalah = 0, maka = = Q +P -
∂Q ∂Q ∂Q ∂Q ∂ Q

Agar tercapai keuntungan maksimum maka :

∂P ∂Q ∂TC
Q +P - =0
∂Q ∂Q ∂ Q

∂P ∂Q ∂TC
Karena Q +P = MR ( lihat rumus 5 dan 6) dan = MC
∂Q ∂Q ∂Q

maka MR – MC = 0 atau

MR = MC (9)

Persamaan ( 9 ) merupakan syarat tercapainya keuntungan maksimum atau kondisi

keseimbangan pada perusahaan monopoli. Syarat ini juga berlaku bagi perusahaan

bersaing, namun karena pada perusahaan bersaing berlaku ketentuan MR = AR = P maka

syarat tercapainya keuntungan maksimumnya menjadi MC = P.

7.2.3. Keseimbangan Dalam Jangka Panjang

Pada perusahaan bersaing dalam jangka panjang hanya memperoleh keuntungan

normal, dimana harga produk sama dengan biaya total rata-rata minimum. Namun, pada

perusahaan monopoli dalam jangka panjang masih dapat memperolek kuntungan yang

melebihi normal. Untuk menjelaskan analisis keseimbangan monopoli dalam jangka

panjang , dapat dilihat Gb. 7.15 beikut.


Keterangan :

D : Kurve permintaan jangka pendek dan jangka panjang

MR : Marginal Revenue jangka pendek dan jangka panjang

SMC : Short-run Marginal Cost

SAC : Short-run Average Total Cost

LMC : Long-run Marginal Cost

LAC : Long-run Average Total Cost

Dalam jangka pendek perusahaan monopoli mencapai keadaan keseimbangan

pada saat memproduksi dan menjual produk sebanyak Q1 dengan harga jual P1 dan

biaya total rata-rata C1. Dalam jangka panjang perusahaan monopoli akan mencapai

keadaan keseimbangan pada saat memproduksi dan menjual produk sebanyak Q2

dengan harga jual P2 dan biaya total rata-rata C2. Jadi jelas bahwa dalam jangka

panjang, perusahaan monopoli masih memperoleh keuntungan di atas normal karena

harga produk masih diatas biaya total rata-ratanya ( OP2 > OC2).

7.3. Pasar Persaingan Monopolistik


Pasar monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang berada di antara dua jenis

bentuk pasar yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh karena itu

sifat-sifat bentuk pasar ini mengandung unsur-unsur sifat pasar monopoli dan sifat pasar

persaingan sempurna. Secara umum, pasar persaingan monopolistik dapat didefinisikan

sebagai suatu pasar di mana terdapat banyak produsen/penjual yang menghasilkan dan

menjual produk yang berbeda coraknya ( differentiated product). Ciri-ciri pasar

persaingan monopolistik selengkapnya adalah sebagai berikut:

1) Terdapat banyak penjual. Terdapat banyak penjual tetapi tidak sebanyak pada

pasar persaingan sempurna. Perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan

monopolistik mempunyai ukuran yang relatif sama.

2) Produknya tidak homogen ( berbeda corak). Produk perusahaan persaingan

monopolistik berbeda coraknya dan secara fisik mudah untuk membedakan

antara produk perusahaan yang satu dengan produk perusahaan lainnya. Sifat ini

adalah sifat yang penting untuk membedakannya dengan sifat pada pasar

persaingan sempurna. Perbedaan-perbedaan lain dapat berupa pembungkusannya,

cara pembayaran dalam pembelian, pelayanan penjualan, dan sebagainya. Karena

perbedaan corak tersebut maka produk perusahaanperusahaan persaingan

monopolistik tidak bersifat substitusi sempurna. Mereka hanya bersifat substitusi

dekat ( close substitute) . Perbedaan-perbedaan inilah yang menjadi sumber

kekuatan monopoli dari perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan

monopolistik.

3) Perusahaan mempunyai sedikit kekuatan mempengaruhi harga. Kekuatan

mempengaruhi harga tidak sebesar pada pasar monopoli dan oligopoly. Kekuatan

mempengaruhi harga bersumber dari perbedaan corak produk. Perbedaan ini

mengakibatkan para pembeli akan memilih. Pembeli dapat lebih menyukai


produk suatu perusahaan tertentu dan kurang menyukai produk perusahaan

lainnya. Sehingga jika suatu perusahaan menaikkan harga, ia masih dapat

menarik pembeli walaupun tidak sebanyak sebelum kenaikan harga. Kardono-

nuhfil 21 21 Sebaliknya jika suatu perusahaan menurunkan harga, belum tentu

diikuti oleh kenaikan permintaan produk yang dihasilkan.

4) Masuk ke dalam industri/pasar relative mudah. Masuk ke dalam pasar persaingan

monopolistik tidak seberat masuk pasar monopoli dan oligopoly tetapi tidak

semudah masuk pasar persaingan sempurna. Hal ini disebabkan , (1) modal yang

diperlukan relatif besar dibandingkan dengan perusahaan pada pasar persaingan

sempurna dan (2) harus menghasilkan produk yang berbeda dengan produk yang

sudah ada di pasar.

5) Persaingan promosi penjualan sangat aktif. Dalam pasar persaingan monopolistik

harga bukan penentu utama besarnya pasar. Suatu perusahaan mungkin menjual

produknya dengan harga cukup tinggi tetapi masih dapat menarik banyak

pelanggan. Sebaliknya mungkin suatu perusahaan menjual produknya dengan

harga yang cukup murah tetapi tidak banyak menarik pelanggan. Oleh karena itu

untuk menarik para pelanggan, perusahaan harus aktif melakukan promosi,

memperbaiki pelayanan, mengembangkan desain produk, meningkatkan mutu

produk, dan sebagainya.

7.3.1. Keseimbangan Jangka Pendek

Kurve permintaan perusahaan persaingan monopolistik merupakan peralihan

dari kurve permintaan perusahaan persaingan sempurna dan kurve permintaan

perusahaan monopoli. Jadi, kurve tersebut sedikit miring dari kiri atas ke kanan bawah.

Ini berarti bahwa elastisitas permintaannya lebih kecil dari elastisitas permintaan

perusahaan persaingan sempurna tetapi lebih besar dari elastisitas permintaan perusahaan
monopoli. Analisis keseimbangan pada perusahaan persaingan monopolistik sama

dengan analisis pada perusahaan monopoli. Bedanya, permintaan yang dihadapi

perusahaan monopoli adalah seluruh permintaan pasar, sedang yang dihadapi perusahaan

persaingan monopolistik adalah sebagian dari permintaan pasar.

Dua keadaan keseimbangan perusahaan persaingan monopolistik ditunjukkan

dalam Gb. 7.16. Gb. 7.16.a menunjukkan keadaan dimana perusahaan memperoleh

keuntungan dan Gb. 7.16.b menunjukkan perusahaan menderita kerugian.


Gb. 7.16.a menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh keuntungan maksimum pada

tingkat produksi dan penjualan sebesar Q dan tingkat harga sebesar P karena pada

keadaan ini terpenuhi dalil keuntungan ( MR = MC ). Luas PABC menunjukkan jumlah

keuntungan maksimum yang diperoleh. Gb. 7.16.b menunjukkan bahwa kerugian

minimum pada tingkat produksi dan penjualan sebesar Q1 dan tingkat harga P1.

Kerugian minimum sebesar P1ABC1.

7.3.2. Keseimbangan Jangka Panjang

Perolehan keuntungan diatas normal seperti ditunjukkan dalam Gb. 7.16.a, mengundang

masuknya perusahaan-perusahaan baru. Akibatnya, setiap perusahaan akan menghadapi

permintaan yang lebih sedikit pada berbagai tingkat harga. Ini berarti bahwa masuknya

perusahaan-perusahaan baru mengakibatkan kurve permintaan dan tentunya juga kurve

MR perusahaan persaingan monopolistik bergeser ke kiri. Masuknya perusahaan-

perusahaan baru akan berlangsung terus sehingga perusahaan hanya menerima

keuntungan normal. Jadi, dalam jangka panjang, perusahaan dalam pasar persaingan

monopolistik hanya menerima keuntungan normal, seperti halnya perusahaan dalam

pasar persaingan sempurna. Gb. 7.17 menunjukkan keseimbangan perusahaan

persaingan monopolistik dalam jangka panjang.


Gb. 7.17 menunjukkan bahwa PL adalah sama dengan biaya total rata-rata (ATC) yang

berarti perusahaan memperoleh keuntungan normal. Sifat perusahaan persaingan

monopolistik ketika memperoleh keuntungan normal berbeda dengan sifat perusahaan

persaingan sempurna yang juga ketika memperoleh keuntungan normal. Perbedaan

tersebut adalah (1) harga jual produk dan biaya produksi pada perusahaan persaingan

monopolistik lebih tinggi dibanding pada perusahaan persaingan sempurna, dan (2)

kegiatan produksi pada perusahaan persaingan Harga dan Biaya MC ATC E PL D MR 0

QL Jumlah Produk Gb. 7.17. Keseimbangan Jangka Panjang Kardono-nuhfil 24 24

monopolistik belum mencapai tingkat optimal ( tingkat produksi dengan biaya per unit

paling rendah).

Sebaliknya jika perusahaan menderita kerugian minimum seperti ditunjukkan

dalam Gb. 7.16.b, maka ia akan keluar dari pasar. Akibatnya, jumlah perusahaan dalam

pasar semakin sedikit sehingga jumlah permintaan yang dihadapi perusahaanperusahaan

yang masih ada menjadi lebih besar. Ini berarti bahwa kurve permintaan akan bergeser

ke kanan. Kejadian keluarnya perusahaan dari pasar akan berlangsung terus sampai

perusahaan memperoleh keuntungan normal seperti ditunjukkan dalam Gb. 7.17. Dalam

keadaan seperti ini tidak ada lagi perusahaan yang masuk ke pasar dan juga tidak ada

lagi yang keluar dari pasar. Oleh karena itu Gb. 7.17 tersebut menunjukkan

keseimbangan jangka panjang perusahaan persaingan monopolistik.

Sifat-sifat perusahaan persaingan monopolistik demikian tentu akan merugikan

masyarakat, karena seandainya mereka beroperasi seperti perusahaan persaingan

sempurna maka masyarakat konsumen akan dapat membeli produk dengan harga yang

lebih rendah dan jumlah produk yang lebih banyak.

7.4. Pasar Duopoli dan Oligopoli


Duopoli adalah keadaan di mana hanya ada dua perusahaan yang menguasai

pasar. Oleh karena itu setiap tindakan yang dilakukan oleh pengusaha yang satu akan

mempengaruhi kebijakan pengusaha lainnya, baik dalam hal menentukan harga,

kapasitas produksi, kualitas produk, dan sebagainya. Apabila produk yang dihasilkan

oleh pengusaha duopoli homogen, maka pasar dinamakan duopoli murni ( pure

duopoly). Apabila produk yang dihasilkan tidak homogen tetapi bersifat dapat

mensubstitusi, maka pasar dinamakan duopoli yang dibedakan ( differentiated duopoly).

Pasar oligopoli sama saja dengan pasar duopoli, hanya saja dalam pasar oligopoli

jumlah perusahaan yang menguasai pasar lebih dari dua tetapi tidak banyak (oligos =

sedikit) sehingga tindakan dari pengusaha yang satu akan mempengaruhi kebijakan dari

pengusaha lainnya. Apabila produk yang dihasilkan oleh pengusaha oligopoli homogen

maka pasar dinamakan oligopoli murni ( pure oligopoly) dan apabila produk yang

dihasilkan tidak homogen maka dinamakan oligopoli yang dibedakan ( differentiated

oligopoly).

7.4.2. Oligopoli

Seperti telah dikemukanan diatas bahwa teori duopoli merupakan dasar bagi teori pasar

oligopoli. Pada dasarnya terdapat dua teori pokok dalam analisis pasar oligopoli, yaitu :

1). Antara satu pengusaha dengan pengusaha lainnya di dalam melakukan kegiatannya

tidak terdapat suatu ikatan tertentu ( independent action).


2). Antara pengusaha-pengusaha yang ada dalam pasar oligopoli menjalin suatu ikatan

(collusion) tertentu. Ikatan ini ada yang sempurna ( perfect collusion) dan ada yang tidak

sempurna (imperfect collusion).

Tidak Ada Ikatan Antar Pengusaha

Akibat dari bebasnya masing-masing pengusaha di dalam menentukan kebijakan

kebijakannya, terutama kebijakan harga dan produksi, adalah timbulnya perang harga

diantara sesama pengusaha oligopoli tersebut. Akhir dari perang harga ini adalah

membuat kehancuran bagi beberapa pengusaha tertentu. Sampai di mana Kardono-nuhfil

33 33 kemampuan pengusaha oligopoli di dalam perang harga ini, sangat tergantung

kepada produk yang dihasilkan dan biaya produksinya. Apabila produk dalam pasar

oligopoli adalah homogen ( oligopoli murni ) maka tiap-tiap pengusaha hanya akan turut

dalam perang harga sampai batas keuntungan normal. Jika produk yang dihasilkan tidak

homogen ( oligopoli yang dibedakan) maka pengusaha akan turut dalam perang harga

sampai pada tingkat harga dimana biaya rata-rata (AC) sama dengan nilai penjualan rata-

rata (= P ). Untuk lebih jelasnya perhatikan Gb. 7.21 berikut.

Gb. 7.21.a menunjukkan keadaan suatu perusahaan oligopoli murni dalam perang

hatga. Pengusaha itu hanya akan turut dalam perang harga sampai harga sebesar P1

dengan jumlah ptoduk yang dihasilkan sebesar Q1, dimana harga sama dengan biaya
rata-rata ( P1 = AC). Jika harga dibawah P1 maka pengusaha akan memberhentikan

perusahaannya karena dalam jangka panjang ia akan menderita kerugian.

Gb. 7.21.b menunjukkan keadaan suatu perusahaan “oligopoli yang dibedakan”

dalam perang harga . Pengusaha ini hanya akan dapat mengikuti perang harga sampai

pada tingkat harga P2 dengan tingkat produksi Q2, dimana harga sama dengan biaya

rata-rata (AC). Tetapi kapasitas produksi Q2 belum optimum, karena produksi optimum

dicapai pada saat MC = AC. Jika harga lebih rendah dari pada P2 Harga Harga MC MC

AC AC P2 P1 D2 0 Q1 Q 0 Q2 MR2 Gb. 7.21.a Oligopoli Murni Gb. 7.21.b Oligopoli

yang Dibedakan Kardono-nuhfil 34 34 maka perusahaan terpaksa harus ditutup karena

biaya rata-rata lebih besar dari pada nilai penjualan rata-rata.

Penggabungan Sempurna Antar Perusahaan

Teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing pengusaha oligopoli merupakan

bahagian dari suatu industri. Dengan kata lain semua perusahaan oligopoli

menggabungkan diri secara sempurna menjadi suatu perusahaan besar, misalnya kartel.

Dengan demikian, kartel merupakan perusahaan monopoli murni dengan anggota

beberapa perusahaan oligopoli.

Atas dasar prinsip-prinsip monopoli, maka permintaan kartel adalah permintaan

pasar, sedang biaya marginalnya ( MC ) merupakan jumlah MC seluruh perusahaan

oligopoli yang tergabung dalam kartel itu. Dengan diketahuinya permintaan pasar dapat

dihitung nilai penjualan marginal (MR) kartel. Berdasarkan dalil keuntungan pada

perusahaan monopoli, yaitu MC = MR, maka dapat ditentukan jumlah dan harga

penjualan produk kartel yang memberikan keuntungan maksimum. Harga penjualan

kartel juga merupakan harga penjualan bagi masing-masing perusahaan oligopoli yang
tergabung dalam kartel tersebut. Jumlah penjualan produk perusahaan oligopoli yang

tergabung dalam kartel dapat ditentukan dengan terpenuhinya syarat seperti rumus

berikut :

MRK = MC1 = MC2 = …………… = MCn ( o.1)

dimana : MRK = Marginal Revenue Kartel dan MC1, MC2, ……, BMn adalah biaya

marginal masing-masing perusahaan oligopoli yang tergabung dalam kartel.

Keuntungan kartel adalah jumlah keuntungan semua perusahaan yang tergabung

dalam kartel tersebut, sehingga dapat ditulis :

∏K = ∏1 + ∏2 + ∏3 + ……. + ∏n ( o.2 )

Demikian pula jumlah produk yang dihasilkan kartel adalah jumlah semua produk yang

dihasilkan oleh semua perusahaan yang tergabung dalam kartel tersebut, sehingga dapat

ditulis ;

QK = Q1 + Q2 + Q3 + …….. + Qn ( o.3 )

Perlu diperhatikan bahwa keuntungan maksimum adalah untuk kartel, sedangkan untuk

masing-masing perusahaan anggota kartel tidak selalu memperoleh keuntungan

maksimum.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini diberikan contoh pemecahan secara matematis.

Misalkan ada tiga perusahaan oligopoli yang memproduksi produk homogen. Ketiga

perusahaan tersebut bergabung dalam suatu kartel. Permintaan pasar terhadap produk

kartel tersebut adalah : Q = 1000 – ½ P. Fungsi biaya masingmasing perusahaan

oligopoli tersebut adalah :

C1 = 50 – 300 Q1 + 10 Q1 2
C2 = 25 - 100 Q2 + 3 ¾ Q2 2

C3 = 75 - 300 Q3 + 111 /4Q3 2

Pertanyaan :

1). Berapa harga penjualan produk Q di pasar ?

2). Berapa jumlah produk yang harus dihasilkan oleh masing-masing perusahaan

oligopoli ?

3). Berapa keuntungan yang diperoleh masing-masing perusahaan oligopoli dan

keuntungan kartel?

Pemecahan :

Karena Q = 1000 – ½ P, maka P = 2000 – 2 Q ( 1 )

TR kartel adalah P Q = ( 2000 – 2 Q ) Q = 2000 Q – 2 Q2 PQ

MR kartel adalah -------= 2000 – 4 Q ( 2 ) ∂ Q Karena Q = Q1 + Q2 + Q3 ( dalil ) maka

MR kartel = 2000 – 4 (Q1 + Q2 + Q3) = 2000 – 4 Q1 - 4 Q2 – 4 Q3 ( 3 ) ∂ C1 MC1 =

--------- = 20 Q1 – 300 ( 4 ) ∂Q1 ∂ C2 MC2 = --------- = 7 ½ Q2 – 100 ( 5 ) ∂Q2 ∂ C3

MC3 = --------- = 22 ½ Q3 – 300 ( 6 ) ∂Q3

Karena syarat kapasitas produksi bagi masing-masing perusahaan oligopoli adalah MR =

MC1 = MC2 = MC3 ( dalil ) maka:

MC1 = MC2 atau 20 Q1 – 300 = 7 ½ Q2 – 100 atau

20 Q1 = 7 ½ Q2 + 200 atau Q1 = 3 /8 Q2 + 10 ( 7 ) Kardono-nuhfil 36 36 MC2 = MC3

atau 7 ½ Q2 – 100 = 22 ½ Q3 – 300 atau 22 ½ Q3 = 7 ½ Q2 + 200 atau Q3 = 1 /3 Q2 + 8

8 /9 ( 8 ) Jika persamaan ( 7 ) dan ( 8 ) dimasukkan ke persamaan ( 3 ) maka diperoleh :


MR = 2000 – 4 (3 /8 Q2 + 10 ) – 4 Q2 – 4 ( 1 /3 Q2 + 8 8 /9 ) = 1924 4 /9 – 6 5 /6 Q2 ( 9

) Karena MR = MC2 maka 1924 4 /9 – 6 5 /6 Q2 = 7 ½ Q2 – 100 atau 14 1 /3 Q2 = 2024

4 /9 Q2 = 141,24 ( 10 ) Jika pers. (10 ) dimasukkan ke dalam pers. (7) dan ( 8 ) maka

diperoleh : Q1 = 8 3 /8 Q2 + 10 = 8 3 /8 ( 141,24) + 10 = 62,96 ( 11 ) Q3 = 1 /3 Q2 + 8 8

/9 = 1 /3 (141,24) + 8 8 /9 = 56,74 ( 12 ) Karena Q = Q1 + Q2 + Q3 maka Q = 62,96 +

141,24 + 56,74 = 260, 94 ( 13 ) Jika pers. ( 13 ) dimasukkan ke dalam pers. ( 1 ) maka

diperoleh : P = 2000 – 2 Q = 2000 – 2 (260,94) = 1478,12 ( 14 ) 50 – 300 Q1 + 10 Q1 2

50 AC1 = C1/Q1 = -------------------------- = 10 Q1 – 300 + ------ atau Q1 Q 10 ( 62,96 ) –

300 + 50/62,96 = 330,40 ( 15 ) 25 - 100 Q2 + 3 ¾ Q2 2 25 AC2 = C2/Q2 =

---------------------------- = 33 /4 Q2 - 100 + ----- atau Q2 Q2 33 /4 (141,24) – 100 +

25/141,24 = 429,82 ( 16 ) 75 - 300 Q3 + 111 /4Q3 2 75 AC3 = C3/Q3 =

----------------------------- = 11,25 Q3 – 300 + ------ atau Q3 Q3 = 11,25 ( 56,74 ) – 300 +

75/56,74 = 339,65 ( 17 ) ∏1 = Q1 (P – AC1 ) 62,96 ( 1478,12 – 330,40 ) = 72.260,72

( 18 ) ∏2 = Q2 ( P – AC2 ) 141,24 ( 1478,12 – 429,82 ) = 148.061,89 ( 19 ) Kardono-

nuhfil 37 37 ∏3 = Q3 ( P – AC3 ) 56,74 ( 1478,12 – 339,65 ) = 64.656,79 ( 20 ) ∏K =

∏1 + ∏2 + ∏3 = 72.260,45 + 148.061,89 + 64.656,79 = 284.979,13 ( 21 )

Kesimpulan jawaban :

1) Harga penjualan produk kartel adalah Rp. 1478,12 per satuan

2) Jumlah produk yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan oligopoli adalah

Q1 = 62,96 satuan , Q2 = 141,24 satuan, dan Q3 = 56,74 satuan.

3) Keuntungan yang diperoleh masing-masing perusahaan adalah ∏1 =

Rp.72.260,45 ; ∏2 = Rp. 148.061,89 ; dan ∏3 = Rp.64.656,79. Sedangkan

keuntungan kartel adalah ∏K = 284.979,13.

Penggabungan Tidak Sempurna


Teori ini menggunakan asumsi bahwa diantara perusahaan-perusahaan oligopoli

yang menghasilkan produk homogen menggabungkan diri secara diamdiam. Jadi tidak

membentuk kartel seperti yang telah dibahas diatas. Oleh karenanya penggabungan

demikian dinamakan penggabungan tidak sempurna ( imperfect collusion).

Keadaan pasar oligopoli demikian dapat dijelaskan sebagai berikut. Diantara

perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam pasar oligopoli, salah satu secara tidak

langsung ditunjuk sebagai perusahaan yang menentukan harga ( price leader) .

Perusahaan yang menjadi pemimpin umumnya adalah perusahaan yang terbesar, baik

dalam hal modal maupun pemasaran produk. Oleh karena itu perusahaan pemimpin ini,

menentukan kapasitas produksinya seperti perusahaan monopoli murni. Tetapi karena

produknya tidak bisa memenuhi permintaan pasar maka sisa permintaan pasar tersebut

diserahkan kepada perusahaan-perusahaan oligopoli lainnya yang dianggap sebagai

pengikut (follower).

Oleh karena itu, kapasitas produksi masing-masing perusahaan pengikut

ditentukan sedemikian rupa sehingga :

MRL = MCL (k.1) P = DL = DM = MC1 = MC2 = …….. = MCn (k.2)

Dimana: MRL = nilai penjualan marginal perusahaan pemimpin

MCL = biaya marginal perusahaan pemimpin

P = harga produk per satuan

DL = permintaan bagi perusahaan pemimpin

DM = permintaan pasar MC1, MC2,…., MCn = Biaya marginal masing-

masing perusahaan pengikut.


MCL = MC1 + MC2 + …. + MCn ( penjumlahan horizontal biaya marginal

masingmasing perusahaan pengikut (k.3)

DM = DL + ∑ DF (k.4)

Dimana ∑ DF = penjumlahan horizontal permintaan bagi masing-masing perusahaan

pengikut.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini diberikan contoh pemecahan persoalan teori ini.

Misalkan, ada tiga perusahaan oligopoli yang menghasilkan produk homogen.

Perusahaan I bertindak sebagai pemimpin sedangkan perusahaan II dan III bertindak

sebagai pengikut. Diketahui fungsi permintaan dan fungsi-fungsi biaya sebagai berikut:

DM = Q = 1000 – 5 P

C1 = 100 – 10 Q1

C2 = 150 Q2 – 0,5 Q2 2 + 25

C3 = 200 Q3 – Q3 2 + 50

Dimana : Q = jumlah produk permintaan pasar

Q1, Q2, Q3 = jumlah produk yang dihasilkan masing-masing perusahaan

C1, C2, C3 = biaya total dari masing-masing perusahaan.

Pertanyaan :

1) Kapasitas produksi masing-masing perusahaan ( perusahaan I, II, dan III)

2) Harga jual di pasar

1) Jumlah produk yang dijual di pasar.

Pemecahan :
MC1 = dC1/dQ1 = 10 = MR1 (i)

MC2 = dC2/dQ2 = 150 – Q2 = P atau Q2 = 150 – P (ii)

MC3 = dC3/dQ3 = 200 –2Q3 = P atau Q3 =100 – 0,5 P (iii)

Q2 + Q3 = 250 – 1,5 P = QF (iv) Kardono-nuhfil 39 39

Q1 = Q – QF = ( 1000 – 5 P ) – ( 250 – 1,5 P )

= 750 – 3,5 P atau

3,5

P = 750 – Q1 atau 750 – Q1 P = ----------- (v) 3,5 750 – Q1 750 1

TR1 = Q1 P = Q1 ( ------------- ) = ------ Q1 - ----- Q1 2 3,5 3,5 3,5 750 2 MR1 = ------- -

------ Q1 (vi) 3,5 3,5

MR1 = MC1 ( dalil), maka rumus (i) sama dengan rumus (vi): 750 2 10 = ------- - ------

Q1 atau Q1 = 375 – 17,5 = 357,5 (vii) 3,5 3,5

Jika rumus (vii) dimasukkan ke dalam rumus (v), maka: 750 – 357,5

P = ---------------- = 112,14 (viii) 3,5

Jika rumus (viii) dimasukkan ke dalam rumus (ii) dan (iii) maka:

Q2 = 150 – 112,14 = 37,86 (ix)

Q3 = 100 – 0,5 (112,14) = 43,93 (x)

Q = 1000 – 5 P = 1000 – 5 (112,14) = 439,3 (xi)

Dari hasil perhitungan diatas terpecahkanlah pertanyaan diatas dengan jawaban:


1). Jumlah produksi yang dihasilkan masing-masing perusahaan oligopoli adalah, untuk

perusahaan pemimpin (Q1) = 357,5 satuan ; untuk dua perusahaan pengikut, masing-

masing (Q2) = 37,86 satuan dan (Q3) = 43,93 satuan.

2). Harga penjualan/harga pasar : P = Rp. 112,14

3). Jumlah produk yang ditawarkan di pasar : Q = 439,3 satuan.

Pembahasan yang telah dilakukan diatas adalah menyangkut kebijakan pasar

oligopoli jangka pendek. Untuk jangka panjang, masing-masing perusahaan oligopoli

harus menjalankan kapasitas produksi dengan keuntungan yang normal saja. Dengan

demikian akan menghambat perusahaan-perusahaan baru untuk masuk dalam pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono . 1982. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis PIE No. 1, BPFE, Yogyakarta

Ferguson, C.E., and J.P. Gould. 1975. Microeconomic Theory. Fourth Edition, Yale

University.

Henderson, J.M. and R.E. Quandt. Microeconomic Theory: A Mathematical

Approach. Third Edition, McGraw-Hill International Book Company.

Koutsoyiannis, A. 1985. Modern Microeconomics. ELBS Edition, Macmillan

Publishers Ltd, London.

Nicholson, Walter. 1999. Teori Mikroekonomi. Alih bahasa: Daniel Wirajaya,

Edisi ke-5, Binarupa Aksara, Jakarta.

Rosidi, Suherman. 2000. Pengantar Teori Ekonomi. Pendekatan kepada Teori

Makro & Mikro. Cetakan ke-4, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.


Sukirno, Sadono. 2001. Pengantar Teori Mikroekonomi. Cetakan ke-15, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai