Anda di halaman 1dari 8

PENTINGNYA KERJA SAMA TIM DALAM MENERAPKAN BUDAYA

KESELAMATAN PASIEN

Maria Fransiska Octaviani Silaen


mariafransiska12321@gmail.com

LATAR BELAKANG
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
bagi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya. Keselamatan
pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera.

Peran perawat dalam keselamatan pasien tergambar dan banyak hal yang terkait
dengan kebutuhan keselamatan pasien. Salah satu nya adalah budaya keselamatan.
Budaya keselamatan pasien merupakan fondasi keselamatan pasien. Membangun budaya
keselamatan pasien merupakan kata kunci terwujudnya pelayanan yang bermutu dan
aman. Penerapan budaya keselamatan pasien dapat diukur melalui komponen yang ada
pada budaya keselamatan pasien yaitu budaya keterbukaan (Informed Culture),
keadilan (Just Culture), pembelajaran (Learning Culture), pelaporan (Reported
Culture).

Budaya keselamatan pasien akan terbentuk dengan beberapa faktor. Salah satu faktor
yang mempengaruhi penerapan budaya keselamatan pasien adalah kerjasama tim. King
et al, 2008 menyatakan bahwa banyak organisasi telah menyebutkan bahwa pentingnya
kerjasama tim dalam keselamatan pasien. Kerjasama tim secara garis besar terdapat
lima komponen yaitu kepemimpinan tim, pemantauan kinerja mutual, perilaku cadangan,
kemampuan beradaptasi, dan orientasi tim. Bersikap saling membantu dan tolong-
menolong dalam kerja tim dapat menyelesaikan pekerjaan secara cepat dan dapat
meminimalisir kesalahan yang terjadi. Didalam kerjasama tim dibutuhkan rasa ingin
saling membantu antar tim agar mencapai tujuan dengan baik. Dalam penerapan budaya
keselamatan pasien, kerjasama tim yang baik antar perawat pelaksana akan
mendukung penerapan budaya keselamatan pasien menjadi lebih baik.

METODE

Metode yang digunakan dalam membuat kajian ini adalah metode literature view. Saya
membaca beberapa referensi seperti jurnal maupun buku yang mendukung. Setelah
membaca beberapa referensi, lalu dikaji kemudian dibuat analisisnya. Analisis yang saya
buat berkaitan dengan pentingnya kerja sama tim dalam menerapkan budaya
keselamatan di Rumah Sakit, yang dmana nantinya akan menghasilkan pelayanan yang
dapat memuaskan pasien terkait pelayanan dan peningkatan kualitas rumah sakit.

HASIL

Dari hasil kajian saya, saya menemukan bahwa sangat penting kerjasama antar tim
dalam menerapkan budaya keselamatan di pelayanan kesehatan. Kerjasama tim
merupakan aspek penting dalam sistem pelayanan keperawatan dimana kerjasama tim
menentukan kualitas dan mutu pelayanan. Kerjasama tim merupakan bagian penting
dari struktur organisasi perawatan kesehatan untuk memberikan perawatan
berkualitas. Secara khusus komunikasi, kepercayaan, dan kepemimpinan dianggap
fundamental bagi tim yang efektif.

Kerjasama interprofesi dokter dan perawat yang efektif memerlukan adanya


pemahaman yang benar tentang kolaborasi interprofesi dan penguasaan kompetensi
adalah inti praktik kolaborasi. Elemen dalam koloaborasi efektif meliputi saling
menghargai, komunikasi, assertive, tanggung jawab, kerjasama, tanggung jawab
dan otonomi, Melalui kolaborasi efektif perawat-dokter dalam tim, adanya
pengetahuan dan skill atau keahlian dari dokter dan perawat akan saling melengkapi.
Pasien akan mendapat keuntungan dari koordinasi yang lebih baik melalui kolaborasi
interprofesi. Kerja sama tim dalam kolaborasi adalah proses yang dinamis yang
melibatkan dua atau lebih profesi kesehatan yang masing-masing memiliki
pengetahuan dan keahlian yang berbeda, membuat penilaian dan perencanaan
bersama, serta mengevaluasi bersama perawatan yang diberikan kepada pasien. Hal
tersebut dapat dicapai melalui kolaborasi yang independen, komunikasi yang terbuka,
dan berbagi dalam pengambilan keputusan.

Terkait hal itu maka perlu diadakannya praktik kolaborasi sejak dini dengan melalui
proses pembelajaran yaitu dengan melatih mahasiswa Pendidikan Kesehatan.
Hambatan dalam kolaborasi antar petugas kesehatan terutama antara dokter dan
perawat menjadi penyebab kejadian yang akan menimbulkan kerugian dan bahaya,
bahkan dapat mengancam jiwa pasien. Hambatan dalam kolaborasi dapat menjadi
penyebab utama terjadinya medical error, nursing error atau kejadian tidak diharapkan
(KTD).

PEMBAHASAN

a. Kerjasama Tim
Kerjasama tim merupakan aspek penting dalam sistem pelayanan keperawatan
dimana kerjasama tim menentukan kualitas dan mutu pelayanan. Kerjasama tim
merupakan bagian penting dari struktur organisasi perawatan kesehatan untuk
memberikan perawatan berkualitas. Secara khusus komunikasi, kepercayaan,
dan kepemimpinan dianggap fundamental bagi tim yang efektif. Rumah sakit yang
baik yaitu rumah sakit yang mempunyai struktur organisasi dan pembagian tim
yang baik dimana kerjasama tim itu sendiri tidak terlepas dari peran seorang
pemimpin. Untuk menciptakan kerjasama tim yang efektif hendaknya didasarkan
pada kesadaran pada setiap anggota kelompok dalam bekerja, adanya pemimpin
yang dapat dijadikan panutan atau contoh bagi anggota timnya dan adanya
pembagian peran pada setiap anggota kelompok.

b. Penerapan Budaya Keselamatan Pasien

Budaya keselamatan pasien yang baik akan membuat implementasi keselamatan


pasien menjadi baik. udaya keselamatan pasien merupakan fondasi keselamatan
pasien. Membangun budaya keselamatan pasien merupakan kata kunci
terwujudnya pelayanan yang bermutu dan aman. Organisasi dengan budaya yang
positif dicirikan oleh komunikasi yang didasari oleh saling percaya, persepsi
tentang pentingnya

keselamatan, dan kemajuran tindakan pencegahan. Hal tersebut menjelaskan


bahwa pentingnya penerapan budaya keselamatan pasien harus dilaksanakan
atau diimplementasikan dengan baik di rumah sakit. Rumah sakit berupaya
menerapkan budaya keselamatan pasien agar dapat memberikan pelayanan yang
lebih aman dimana penerapan budaya keselamatan pasien itu sendiri tidak
terlepas dari kepemimpinan dan komunikasi.

Penerapan budaya keselamatan pasien yang baik sangat penting di terapkan. Dan
akan semakin baik bila perawat mempunyai kesadaran akan pentingnya
keselamatan pasien, pengetahuan, kerjasama tim yang baik, serta motivasi
dalam meningkatkan keselamatan pasien dengan menerapkan budaya
keselamatan pasien. Peran seorang pemimpin atau leader dapat mendorong
anggota tim dalam menerapkan budaya keselamatan pasien dengan efektif.
Sehingga budaya keselamatan pasien dapat membudaya atau diterapkan oleh
perawat disemua level mulai dari perawat pelaksana sampai ke level manajer.
Menerapkan komunikasi yang terbuka kesesama rekan tim dan komunikasi yang
melibatkan pasien menjadi awal dari langkah menuju keselamatan pasien.

c. Hubungan Kerjasama Tim Dengan Penerapan Budaya Keselamatan Pasien


Budaya keselamatan pasien akan terbentuk dengan beberapa faktor. Salah satu
faktor yang mempengaruhi penerapan budaya keselamatan pasien adalah
kerjasama tim. Kinerja tim sangat penting untuk menyediakan perawatan pasien
yang aman. Oleh karena itu, kerjasama tim menjadi fokus intervensi berbasis
sistem untuk meningkatkan keselamatan pasien dan standar pendidikan medis.
Kerjasama tim yang efektif dapat diwujudkan melalui kesadaran dari masing-
masing individu tentang pentingnya kerjasama dalam mencapai suatu tujuan,
komunikasi yang terbuka, saling menghargai, mendukung dan mengingatkan
antar anggota tim, tolongmenolong dan saling menggantikan kala rekan tim
berhalangan atau merasa kelelahan secara fisik dan mental sehingga
terbentuklah kerjasama tim yang baik dan efektif dalam menerapkan budaya
keselamatan pasien.

Rumah sakit akan memiliki budaya keselamatan pasien, jika


mengaplikasikan beberapa budaya ini, yaitu :

1. Budaya Pelaporan Budaya

Pelaporan atau reporting culture dalam menerapkan budaya keselamatan pasien.


Perawat diharuskan untuk melaporkan jika mengalami kejadian atau kesalahan
yang tidak disengaja. Jika terjadinya kejadian yang dimana berisiko dan
berpotensi mengakibatkan cedera dari kejadian tidak diharapkan.

2. Respon non-punitve (Respon Tidak Menghukum jika terjadi Kesalahan)

Rumah sakit harus mampu menciptakan lingkungan yang tidak menghukum,


yang bertujuan agar staff kesehatan atau staff keperawatan tidak takut
saat melaporkan kejadian yang telah dilakukan.

3. Adanya dukungan dari manajer/ atasan


Manajer atau supervisor juga harus ikut serta dalam peningkatan
keselamatan. Manajer berperan dalam mendukung proses budaya
keselamatan pasien, dan dapat mempertimbangkan saran staff kesehatan dan
staff keperawatan untuk peningkatan keselamatan pasien.

4.Kerjasama

Kerjasama merupakan indikator yang paling utama dari budaya keselamatan


pasien. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat akan
selalu membutuhkan bantuan dari teman sejawat atau teman
seprofessi maupun tenaga kesehatan yang lainnya. Bentuk kerjasama
seperti berupa perawat satu saling membantu pekerjaan ketika perawatlain
dihadapkan pada tugas yang sangat banyak dan membutuhkan penyelesaian
yang sesegera mungkin.

Pendekatan kolaborasi yang masih berkembang saat ini yaitu interprofessional


collaboration (IPC) sebagai wadah dalam upaya mewujudkan praktik kolaborasi yang
efektif antar profesi. Terkait hal itu maka perlu diadakannya praktik kolaborasi
sejak dini dengan melalui proses pembelajaran yaitu dengan melatih mahasiswa
Pendidikan Kesehatan. Sebuah grand design tentang pembentukan karakter kolaborasi
dalam praktik sebuah bentuk pendidikan yaitu interprofessional education(IPE) (WHO,
2010, Department of HumanResources for Health). IPC merupakan wadah
kolaborasi efektif untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien yang
didalamnya terdapat profesi tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, farmasi, ahli
gizi, danfisioterapi.

PENUTUP

Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan


pelayanan kepada pasien atau klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa,
melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau
komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Kolaborasi
dapat berjalanbaik jika setiap anggota saling memahami peran dan
tanggung jawab masing-masing profesi memiliki tujuan yang sama, mengakui keahlian
masing-masing profesi, saling bertukar informasi dengan terbuka, memiliki
kemampuan untuk mengelola dan melaksanakan tugas baik secara individu
maupun bersama kelompok.

DAFTAR PUSTAKA
Apriningsih. (2013). Kerjasama Tim Dalam Budaya Keselamatan Pasien Di Rs X ( Studi
Kualitatif Di Suatu Rsud Di Propinsi Jawa Barat ). Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(3), 1–6.

Hadi, I. (2017). Manajemen Keselamatan Pasien (Cetakan 2). Yogyakarta: Deepublish.

Herawati,T.Y. (2015). Budaya Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah


Sakit X Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA. 11(1). 52-60.

Logan, T. R. (2016). Influence of Teamwork Behaviors on Workplace Incivility as It


Applies to Nurses. Creighton Journal of Interdisciplinary Leadership, 2(1), 47–53.

Mudayana,A.A., (2014). Peran Aspek Etika Tenaga Medis dalam Penerapan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Supplemen Majalah Kedokteran Andalas, 37(1).
69-74

Mulyati, L. (2016). Fakor Determinan yang Memengaruhi Budaya Keselamatan Pasien di


RS Pemerintah Kabupaten Kuningan. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 4(2), 179–190.

Pujilestari, A. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Dalam


Melaksanakan Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 1– 13.

Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety


Programs Through Clinical Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556.

Ultaria, T. D. (2017). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Di RS Roemani


Muhamaddiyah Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 118–125.

Yusianto, W. (2015). Hubungan Persepsi Teamwork Dengan Motivasi Kerja Perawat Di


Ruang Amarilis Dan Dahlia Rumah Sakit Keluarga Sehat Pati. Jurnal Keperawatan Dan
Kesehatan Masyarakat, 1(4).

Anda mungkin juga menyukai