Disusun Oleh:
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
iii
Muhammad Rasyid Ridho Pulungan
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia
dan nikmat yang tiada terkira. Salah satu dari nikmat tersebut adalah keberhasilan
penulis dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “Uji Performa
Mesin Diesel Dari Biodiesel Campuran Minyak Goreng Sisa Dan Minyak Biji
Mimba” sebagai syarat untuk meraih gelar akademik Sarjana Teknik pada Program
Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
(UMSU), Medan. Banyak pihak telah membantu dalam menyelesaikan laporan Tugas
Akhir ini, untuk itu penulis menghaturkan rasa terimakasih yang tulus dan dalam
kepada:
1. Bapak Suherman, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
2. Bapak Chandra A Siregar, S.T., M.T. dan Bapak Ahmad Marabdi Siregar ,
S.T, M.T. sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknik Mesin,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Bapak Munawar Alfansury Siregar, S.T, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Teknik Mesin, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu
keteknikmesinan kepada penulis.
5. Orang tua penulis: Fitriani Pasaribu dan Ahmad Azrin Pulungan, yang telah
bersusah payah membesarkan dan memotivasi peniliti.
iv
6. Bapak/Ibu Staf Administrasi di Biro Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
7. Sahabat-sahabat penulis: Bela Nurulita, Fajar Pratama, Alfira Faradhila,
Abdul Gaffar, Nabila Dwi Putri, Dawami Ma’ruf, Jefri Kurniawan Tarigan,
Ali Rahman Syakbani Pulungan serta Nisa Saidatul Fatimah yang selalu
memotivasi, mendukung, menasehati dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Laporan Tugas Akhir ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis berharap kritik dan masukan yang konstruktif untuk menjadi bahan
pembelajaran berkesinambungan penulis di masa depan. Semoga laporan Tugas
Akhir ini dapat bermanfaat bagi dunia Teknik Mesin.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iv
DAFTAR ISI................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................ix
DAFTAR NOTASI........................................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................1
2.1. Biodiesel.........................................................................................................6
2.2.1. Esterifikasi...................................................................................................8
2.2.2. Transesterifikasi...........................................................................................8
2.3.2. Mimba........................................................................................................12
vi
2.3.3 Metanol (CH3OH).......................................................................................12
2.3.4 Katalis....................................................................................................13
3.2.1 Alat........................................................................................................29
3.2.3. Bahan............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................44
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik dari Minyak Goreng Sisa (Raqeeb dkk., 2015).....................11
Tabel 2. 2 Standar Emisi Gas Buang...........................................................................24
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR NOTASI
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1
mencari sumber energi terbarukan yang berasal dari alam sekitar. Bahan bakar
alternatif berupa biodiesel adalah salah satu sumber energi terbarukan yang dapat
dioptimalkan terutama di Indonesia. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan karena dapat mengurangi emisi gas karbon monoksida (CO)
sekitar 50%, gas karbon dioksida (CO2) sekitar 78,45 %, dan bebas kandungan sulfur.
Indonesia adalah negara agraris yang dimana memiliki banyak jenis tanaman
sebagai sumber biodiesel yang secara spesifik tersebar di seluruh pelosok. Sehingga
memungkinkan Indonesia menjadi negara percontohan dengan menggunakan bahan
bakar alternatif. Adapun bahan bakar alternatif yang dimungkinkan antara lain
seperti kelapa, dedak padi, kanola, biji jarak, kedelai, biji bunga matahari, kacang
tanah dan nyamplung, Biji Mimba. Di samping dengan menggunakan biodiesel,
untuk meningkatkan kualitas bahan bakar dapat ditambahkan aditif biofuel . WCO
(waste cooking oil) memiliki sifat fisikokimia rendah sehingga perlu ditingkatkan
(Milano et al., 2018). Campuran minyak yang berbeda untuk produksi biodiesel telah
diselidiki dan menguraikan bahwa jenis campuran minyak memungkinkan
peningkatan karakteristik biodiesel, seperti viskositas dan stabilitas oksidasi (VB
Borugadda et al., 2018; Milano et al., 2022). Mimba adalah pohon dalam keluarga
'maliaceae' yang tumbuh di berbagai bagian di Bangladesh dan Indonesia. Nama
ilmiahnya 'Azadirachta indica'. Pohon mimba, tingginya mencapai 12 hingga 18
meter dengan ketebalan hingga 1,8 hingga 2,4 meter. Jumlah seluruh kandungan
minyak biji mimba bervariasi dari 40% sampai 50% (V.S. Kumar et al., 2013) yaitu,
7 sampai 8 kg kebutuhan biji menghasilkan satu liter minyak mimba yang memiliki
potensi tinggi untuk produksi biodiesel. Minyaknya memiliki berat molekul,
viskositas, densitas, dan titik nyala yang lebih tinggi daripada bahan bakar diesel.
Minyak nimba umumnya berwarna coklat muda sampai gelap, pahit dan memiliki
bau yang kuat yang dikatakan menggabungkan bau kacang dan bawang putih
(Boontawee et al., 2017; Anya dkk., 2016). Mimba terutama terdiri dari trigliserida
dan sejumlah besar senyawa triterpenoid. Ini mengandung empat asam lemak jenuh
yang signifikan, dua di antaranya adalah asam palmitat dan dua adalah asam stearat.
Selain itu juga mengandung asam lemak tak jenuh ganda seperti asam oleat dan
2
asam linoleate (Boontawee et al., 2017). Campuran biji mimba diharapkan dapat
memperbaiki sifat fisikokimia dari minyak goreng sisa (WCO).
Biodiesel merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang merupakan
bahan bakar nabati berbasis non minyak bumi (D’Souza dkk., 2018). Pada tahun
2030 diperkirakan penggunaan biofuel akan mencapai 4-7% dari total konsumsi
energi di dunia (Mohadesi dkk., 2019). Sebagai bahan bakar terbarukan, biodiesel
telah dikenal secara luas karena angka setana yang lebih tinggi dan titik nyala tinggi
(Cao dkk., 2020)(M. Guo dkk., 2021). Namun terjadi sedikit peningkatan emisi NOx
dalam penggunaan bahan bakar teroksigenasi seperti biodiesel (Elshaib dkk., 2014),
karbon monoksida, poliaromatik, asap, pengurangan efek rumah kaca (Katre dkk.,
2018)(Petchsoongsakul dkk., 2020).
Biodiesel merupakan alternatif untuk menggantikan solar dari minyak bumi
karena sifatnya yang terbarukan, toksisitas yang berkurang, emisi gas buang rendah
(J. Guo dkk., 2020), pengurangan jumlah hidrokarbon, karbon dioksida, karbon
monoksida, (Mohadesi dkk., 2020) mudah terurai dan melepaskan lebih sedikit emisi
gas rumah kaca, (Al-Sakkari dkk., 2020) dan sifat fisik dan kimia yang lebih baik
dibandingkan dengan minyak solar (Thangarasu dkk., 2019). Dengan mencampurkan
2–30% dengan bahan bakar solar berbasis fosil tidak memerlukan modifikasi apa pun
pada mesin mobil (Mahesh dkk., 2015)(Abu-Jrai dkk., 2011).
3
4. Bagaimana mengetahui perbandingan persentase emisi gas buang (CO, CO 2,
NOx, O2) menggunakan bahan bakar campuran biodiesel campuran minyak
goreng sisa dan minyak biji mimba dengan solar murni?
4
2. Metode dan kondisi proses pembuatan biodiesel yang optimum untuk
memberikan hasil kualitas yang terbaik.
3. Untuk mengetahui perbandingan performansi mesin diesel (daya, konsumsi
bahan bakar spesifik, efisiensi volumetris, efisiensi termal brake, rasio udara-
bahan bakar) menggunakan bahan bakar campuran solar - biodiesel campuran
minyak goreng sisa dan minyak biji mimba dengan solar murni.
4. Untuk mengetahui perbandingan persentase emisi gas buang (CO, CO 2, NOx, O2)
menggunakan bahan bakar campuran biodiesel campuran minyak goreng sisa
dan minyak biji mimba dengan solar murni.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biodiesel
Bahan bakar alternatif adalah bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas
yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biodiesel dapat dihasilkan secara langsung
dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik
atau pertanian. Biodiesel adalah salah satu alternatif yang menarik karena
menunjukkan suatu penurunan emisi gas buang CO2, NOx, SOx dan hidrokarbon-
hidrokarbon tak terbakar selama pembakaran, bila dibanding dengan bahan bakar
fosil. Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak
mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor yang dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak
diesel. Ada berbagai bahan baku yang tersedia untuk produksi biodiesel (Mofijur
dkk., 2013). Saat ini, ada lebih dari 350 jenis tanaman dengan minyak di seluruh
dunia yang diidentifikasi sebagai bahan baku potensial untuk produksi biodiesel
(Silitonga dkk., 2013). Salah satu persyaratan utama dalam produksi biodiesel adalah
untuk mengurangi biaya produksi keseluruhan produksi biodiesel. Bahan baku
biodiesel dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar, yaitu minyak nabati
yang dapat dikonsumsi (edible), minyak nabati tidak-dikonsumsi (non-edible), limbah
atau minyak daur ulang, dan lemak hewani. Bahan baku ini dirangkum dalam
Gambar 2.1 (Atabani dkk., 2012).
6
Gambar 2. 1 Klasifikasi bahan baku biodiesel
WCO dapat diperoleh dari rumah tangga, restoran, hotel, dan perusahaan
pengolahan makanan setelah menggoreng dan proses persiapan makanan lainnya
(Chen dkk., 2021). Biodiesel dihasilkan dari minyak goreng bekas (WCO) adalah
biofuel generasi kedua karena diperoleh dari bahan baku non-tanaman. Hal ini sangat
menjanjikan dari segi kualitas dan biaya produksi (Foteinis dkk., 2020). Minyak
WCO jauh lebih murah daripada minyak nabati, pembuangan minyak bekas dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Selain itu sebagai bahan baku berbiaya murah
dibanding solar dari fosil (Babaki dkk., 2017). Produksi biodiesel bisa dilakukan
melalui proses transesterifikasi (juga disebut alkoholisis). Katalis yang digunakan
sangat menentukan laju reaksi dan hasil. Jumlah alkohol yang berlebihan digunakan
karena reaksinya cenderung reversible (Naveen dkk., 2020). Beberapa metode seperti
transesterifikasi dengan katalis basa, transesterifikasi katalis asam, katalis enzim,
superkritis super transesterifikasi dan pirolisis, telah digunakan untuk memproduksi
biodiesel dari limbah minyak nabati (Outili dkk., 2020).
7
minyak lainnya. Proses pembuatan minyak nabati menjadi biodiesel dapat dilakukan
dengan reaksi kimia menggunakan dua cara yaitu.
2.2.1. Esterifikasi
Metode esterifikasi menggunakan katalis alcohol asam yang bertujuan
mengonversi ALB dari minyak nabati ester. Selanjutnya reaksi konversi trigilerida
(reaksi lambat) menjadi metil ester. Hal ini disebabkan ALB bereaksi dengan katalis
alkohol asam sehingga membentuk metil ester dan air. Reaksi esterifikasi merupakan
reaksi substitusi nukleofilik dan bukan reaksi asam basa. Gugus OH dari asam
karboksilat disubstitusi oleh gugus OR dari alkohol. Menurut Canacki dan Cerpen,
reaksi esterifikasi termasuk reaksi dapat balik karena gugus OH sebagai gugus pergi
juga merupakan suatu nukleofil (Canacki, dkk., 1999). Reaksi esterifikasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor di antaranya adalah waktu reaksi, suhu, kandungan katalis,
jumlah pereaksi alcohol dan ALB serta kandungan air dalam minyak.
8
parsial. Pertama-tama trigliserida bereaksi dengan methanol membentuk digliserida
dan metil ester pertama. Hal ini disebabkan dengan pembentukan katalis yang telah
terprotonasi (BH+) dan metoksida (RO-) hasil reaksi methanol dengan katalis basa.
Setelah hasil reaksi di atas terjadi, selanjutnya serangan nukleofil dari metoksida
menyerang trigliserida untuk menbentuk metil ester dan digliserida. Hal ini juga
berlangsung pada digliserida dengan reaksi serupa untuk membentuk metil ester dan
monogliserida serta kepada monogliserida untuk membentuk metil ester dan gliserol.
Hasil akhir diperoleh adalah tiga molekul dan satu metil ester dan 1 molekul
trigliserida dan tiga molekul methanol seperti pada gambar di bawah.
9
2. Pengaruh jenis katalis.
Katalis basa akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan
dengan katalis asam. Katalis basa yang umum digunakan untuk reaksi
transesterifikasi adalah natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida
(KOH), natrium metoksida (NaOCH3), dan kalium metoksida (KOCH3).
Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida) Reaksi
transesterifikasi akan menghasilkan konversi yang maksimum dengan jumlah
katalis 0,5-1,5%-b minyak nabati. Jumlah katalis yang efektif untuk reaksi
adalah 0,5%-b minyak nabati untuk natrium metoksida dan 1%-b minyak
nabati untuk natrium hidroksida.
3. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah.
4. Pengaruh asam lemak bebas dan air.
Minyak nabati yang di transesterifikasi harus memiliki angka asam yang
lebih kecil dari 1. Para peneliti yang menyarankan agar kandungan asam
lemak bebas lebih kecil dari 0.5%. Selain itu, semua bahan yang akan
digunakan harus bebas dari air. Hal ini disebabkan karena air akan bereaksi
dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis harus
terhindar dari udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap air dan karbon
dioksida.
5. Pengaruh temperatur.
Proses reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada temperatur 30 - 65° C
(titik didih methanol sekitar 65° C). Semakin tinggi temperatur, konversi
yang diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat.
6. Metanolisis Crude dan Refined minyak nabati.
Perolehan metil ester akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati
refined. Namun, apabila produk metil ester akan digunakan sebagai bahan
bakar mesin diesel, dapat digunakan bahan baku berupa minyak yang telah
dihilangkan getahnya serta disaring.
10
2.3. Bahan Baku Biodiesel
2.3.1. Minyak Goreng Sisa
Bahan baku berasal dari limbah minyak nabati atau umumnya dikenal sebagai
minyak goreng sisa. Minyak goreng sisa mudah didapat seperti pemakaian dalam
rumah tangga dan restoran serta lebih murah dibanding minyak lainnya (minyak
sulingan). Oleh karena itu, dengan menggunakan minyak tersebut sebagai bahan
baku, kita dapat mengurangi biaya pembuatan biodiesel. Keuntungan menggunakan
minyak goreng bekas untuk pembuatan biodiesel adalah biaya murah dan mencegah
pencemaran lingkungan. Minyak tersebut perlu di-treat sebelum dibuang ke
lingkungan untuk mencegah polusi. Karena mahalnya biaya pembuangan, banyak
orang membuang limbah minyak goreng langsung ke lingkungan terutama di daerah
pedesaan. Sehingga, penggunaan minyak goreng bekas sebagai bahan baku
merupakan cara efektif untuk mengurangi biaya pembuatan biodiesel (Gashaw dkk.,
2014).
Tabel 2.1 Karakteristik dari Minyak Goreng Sisa (Raqeeb dkk., 2015)
Karakteristik Satuan Nilai
Densitas g/cm3 0,91 - 0,924
Viskositas kinematik (40 oC) mm2/s 36,4 – 42
Angka penyabunan mgKOH/g 188,2 – 207
Angka asam mgKOH/g 1,32 - 3,6
Angka iodin gI2/100 g 83 - 141,5
Specific gravity (g/cm3, 15 oC) g/cm 0,92
Nilai kalor (MJ/kg) 44,44
Bilangan setana - 32,48
Titik tuang o
C 6
Titik keruh oC 15
Berat molekul rata-rata g/mol 585,36 ± 8
Komposisi asam lemak: Asam
miristat (C14:0) %b 0,90
Asam palmitat (C16:0) %b 20,40
Asam palmitoleat (C16:1) %b 4,60
Asam stearat (C18:0) %b 4,80
Asam oleat (C18:1) %b 52,90
Asam linoleat (C18:2) %b 13,50
11
Asam linolenat (C18:3) %b 0,80
Asam arakid (C20:0) %b 0,12
Asam eikosenoat (C20:1) %b 0,84
Asam behenic (C22:0) %b 0,03
Asam erukik (C22:1) %b 0,07
Asam tetrakosanoat (C24:0) %b 0,04
2.3.2. Mimba
Mimba yang termasuk dalam famili Meliaceae, nama ilmiahnya 'Azadirachta
indica' merupakan tanaman pohon yang umum ditemukan di daerah tropis dan
subtropis di dunia termasuk India, Indonesia. Umur pohon Mimba hampir 200 tahun
dan mulai berbuah 3 sampai 5 tahun atau maksimal 10 tahun. Pohon mimba besar,
tingginya mencapai 12 hingga 18 meter dengan ketebalan hingga 1,8 hingga 2,4
meter (T.A. Mallah, et al., 2020). Jumlah seluruh kandungan minyak biji mimba
bervariasi dari 40% sampai 50% (V.S. Kumar et al., 2013) yaitu, 7 sampai 8 kg
kebutuhan biji menghasilkan satu liter minyak mimba. Minyak nimba umumnya
berwarna coklat muda sampai gelap, pahit dan memiliki bau yang kuat yang
dikatakan menggabungkan bau kacang dan bawang putih (Boontawee et al., 2017;
Anya dkk., 2016). Mimba terutama terdiri dari trigliserida dan sejumlah besar
senyawa triterpenoid. Ini mengandung empat asam lemak jenuh yang signifikan, dua
di antaranya adalah asam palmitat dan dua adalah asam stearat. Selain itu juga
mengandung asam lemak tak jenuh ganda seperti asam oleat dan asam linoleate
(Anya dkk., 2016).
12
dihasilkan. Berdasarkan literatur, yield biodiesel yang menggunakan metanol lebih
tinggi daripada yang menggunakan etanol.
Salah satu parameter paling penting yang mempengaruhi yield biodiesel
adalah rasio molar trigliserida terhadap alkohol. Secara stoikiometri, dalam reaksi
transesterifikasi, dibutuhkan 1 mol trigliserida dan 3 mol alkohol (rasio molar reaktan
1:3). Namun dalam reaksi yang sebenarnya, alkohol yang berlebih dibutuhkan untuk
menggeser kesetimbangan ke arah produk dan meningkatkan yield biodiesel. Hal ini
dikaitkan dengan sifat alkohol yang mudah menguap (Koohi dkk., 2012). Faktor
seperti suhu reaksi juga sangat penting. Suhu reaksi yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan metanol menguap sehingga terjadi penurunan yield biodiesel. Suhu
reaksi harus di bawah titik didih metanol untuk mencegah terjadinya penguapan
metanol. Rentang suhu reaksi optimum bervariasi dari 50 oC hingga 60 oC tergantung
pada minyak atau lemak yang digunakan (Gashaw dkk., 2015).
2.3.4 Katalis
Katalis adalah suatu zat yang meningkatkan laju reaksi tanpa dirinya
sendiri terlibat reaksi secara permanen sehingga pada akhir reaksi katalis tidak
tergabung dengan senyawa produk reaksi. Ketika reaksi selesai maka akan didapatkan
massa katalis yang sama. Untuk meningkatkan laju reaksi yaitu dengan meningkatkan
jumlah tumbukan – tumbukan pada reaksi. Tumbukan – tumbukan akan
menghasilkan reaksi jika partikel – partikel yang bertumbukan dengan energi yang
cukup untuk memulai suatu reaksi. Hal ini dapat dilakukan dengan menurunkan
energi aktivasi. Energi aktivasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk
memulai suatu reaksi.
Katalis dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu sebagai berikut:
1. Katalis Homogen
Katalis homogen basa yang biasa digunakan antara lain adalah logam alkali
hidroksida (kebanyakan NaOH dan KOH) dan logam berat alkali hidroksida
dan alkoksida. Faktor yang membuat katalis ini banyak digunakan dalam
13
proses transesterifikasi adalah hasil yang diperoleh memiliki konversi yang
tinggi dalam waktu reaksi yang relatif kecil.
2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen jika digunakan pada proses transestrifikasi banyak
memberikan kelebihan, diantaranya tidak korosif, mudah dipisahkan dan
didaur ulang, dapat digunakan pada operasi kontinyu. Namun katalis ini juga
memiliki kelemahan diantaranya adalah waktu reaksi yang digunakan cukup
lama jika dibandingkan dengan katalis homogen. Katalis yang termasuk tipe
ini antara lain adalah golongan logam oksida, zeolit, katalis berpenyangga
logam dan mineral.
3. Katalis Enzim
Katalis enzim yang biasa digunakan adalah lipase, lipase yang digunakan pada
proses transesterifikasi dapat berupa larutan encer atau bukan larutan encer.
Proses enzimatik memiliki banyak kelebihan seperti pemisahan produk yang
sangat mudah dan asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak dapat
terkonversi dengan sempurna, namun biaya produksi lipase atau katalis enzim
lainnya sangat besar jika dibandingkan dengan sistem katalis yang lain.
(Krishnamurthy and Viswanathan, 2013).
14
NaOH juga digunakan [30] untuk menghasilkan biodiesel dari WCO (M. Mohadesi et
al., 2019). Penggunaan katalis sebesar 0,5% menghasilkan rendemen sebesar 90%.
Sedangkan dalam penelitian (G. H. Soegiantoro et al., 2019) membandingkan katalis
NaOH dengan CaO dalam pembuatan biodiesel dari WFO. Hasilnya menunjukkan
penggunaan katalis NaOH jauh lebih baik dalam menghasilkan rendemen dibanding
CaO (77%). (S. Vedha Lakshmi et al., 2019) menggunakan katalis KOH sebesar
0,8% menghasilkan rendemen sebesar 94%. Hasil rendemen yang sama diperoleh
dimana dengan jumlah katalis sebesar 1% menghasilkan rendemen sebesar 94%
(Sahar et al., 2018).
15
and Traders, 50% mobil baru yang terjual di Uni-Eropa adalah mobil bermesin
diesel, bahkan di Prancis mencapai hingga 70%.
Keterangan Gambar :
P = Tekanan (atm)
V = Volume Spesifik (m3/kg)
T = Temperatur (K)
S = Entropi (kJ/kg.K)
16
3. Proses pembakaran volume konstan (2-3) merupakan proses pemasukan
kalor pada volume konstan.
4. Langkah kerja (3-4) adalah proses isentropik.
5. Proses pembuangan (4-1) merupakan proses pengeluaran kalor pada
volume konstan.
6. Langkah buang (0-1) adalah proses tekanan konstan.
Diagram T-S
Keterangan Gambar:
1-2 Kompresi Isentropik
2-3 Pemasukan kalor pada volume konstan
3-4 Ekspansi Isentropik
4-1 Pengeluaran kalor pada volume konstan
17
bahan bakar di injeksikan langsung ke ruang bakar dengan menggunakan injector
[21]. Pembakaran pada mesin diesel terjadi injector atau nozzle menginjeksikan
bahan bakar ke dalam ruang bakar. Bahan bakar yang diinjeksikan ini akan terbakar
karena temperature yang tinggi yang disebabkan oleh tekanan kompresi mesin. Di
bawah ini adalah langkah dalam proses mesin diesel 4 langkah:
1. Langkah Isap
Pada saat langkah isap, piston bergerak dari TMA (Titik Mati Atas) ke TMB
(Titik Mati Bawah). Pada saat piston bergerak ke bawah katup isap terbuka yang
menyebabkan tekanan udara di dalam silinder seketika lebih rendah dari tekanan
atmosfer, sehingga udara murni langsung masuk ke ruang silinder melalui filter
udara.
2. Langkah Kompresi
Pada langkah kompresi ini, piston dari TMB menuju TMA serta katup isap
dan katup buang tertutup. Pada saat langkah kompresi, udara yang ada di dalam
ruang silinder akan dikompresi oleh piston sehingga akan menaikkan tekanan dan
temperatur di dalam ruang bakar.
3. Langkah Usaha
Pada langkah ini baik katup isap maupun katup buang masih dalam keadaan
tertutup, akibat semprotan bahan bakar di ruang bakar akan menyebabkan terjadi
ledakan pembakaran akan meningkatkan suhu dan tekanan di ruang bakar. Tekanan
yang besar tersebut akan mendorong piston ke bawah yang menyebabkan terjadi
gaya aksial. Gaya aksial ini diubah dan diteruskan oleh poros engkol menjadi gaya
putar (radial).
4. Langkah Buang
18
Pada saat langkah buang, piston akan bergerak dari posisi TMB menuju ke
posisi TMA dan keadaan katup buang akan membuka, sedangkan katup isap dalam
keadaan menutup sehingga udara sisa pembakaran akan didorong keluar dari ruang
silinder menuju exhaust manifold.
Langkah ini berlanjut terus sehingga terjadi siklus pergerakan piston yang
tidak berhenti. Siklus ini tidak akan berhenti selama faktor yang mendukung siklus
ini tidak ada yang terputus. Untuk lebih jelas, prinsip kerja mesin diesel dapat dilihat
pada gambar 2.6.
19
2.4.2 Performansi Mesin Diesel
1. Daya Poros
Daya mesin merupakan nilai besarnya kerja mesin selama waktu tertentu. Pada motor
bakar, daya yang berguna adalah daya poros, dikarenakan poros tersebut
menggerakan beban. Daya poros dihasilkan oleh daya indikator, yang merupakan
daya gas pembakaran yang menggerakan torak selanjutnya menggerakan semua
mekanisme, serta sebagian daya indikator dibutuhkan untuk mengatasi gesekan
mekanik, seperti pada torak dan dinding silinder serta gesekan antar poros dan
bantalan. Prestasi motor bakar pada awalnya bergantung dari daya yang dapat
ditimbulkan. Semakin tinggi putaran motor, makin tinggi daya yang diberikan. Hal
ini disebabkan oleh semakin besarnya frekuensi semakin banyak langkah kerja yang
dialami pada waktu yang sama. Dengan demikian besar daya poros itu dapat
ditunjukkan pada persamaan 2.1:
….………………………………………………………………..…..(2.1)
Dimana:
PB = Daya (W)
T = Torsi (Nm)
n = Putaran mesin (rpm)
2. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)
Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) adalah salah satu parameter prestaasi yang
penting di dalam suatu motor bakar. Parameter ini biasa dipakai sebagai ukuran
ekonomi pemakaian bahan bakar yang terpakai per jam untuk setiap daya kuda yang
dihasilkan. Untuk mencari konsumsi bahan bakar spesifik ditunjukkan oleh
persamaan 2.2 di bawah ini:
SFC ………………………………….………………...…………….…
(2.2)
……………………...……………………………...(2.3)
Dimana:
20
SFC = Konsumsi bahan bakar spesifik (g/kw.h)
PB = Daya (W)
t = Waktu (jam)
3. Nilai Kalor Bahan Bakar
Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan panas.
Besarnya panas yang dihasilkan jika satu satuan bahan bakar dibakar dengan
sempurna disebut nilai kalor bahan bakar (Calorific Value,CV). Berdasarkan asumsi,
ikut tidaknya panas laten pengembunan uap air dihitung sebagai bagian dari nilai
kalor suatu bahan bakar, maka nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi nilai
kalor atas dan nilai kalor bawah.
Nilai kalor atas (High Heating Value, HHV), merupakan nilai kalor yang didapatkan
secara eksperimen dengan menggunakan calorimeter dimana hasil pembakaran bahan
bakar didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian hasil uap air yang terbentuk
dari pembakaran hidrogen mengembun dan melepaskan panas latennya. Secara
teoritis, besarnya nilai kalor atas (HHV) dapat dihitung bila diketahui komposisi
bahan bakarnya dengan menggunakan persamaan Dulong yang ditunjukkan pada
persamaan 2.4 di bawah ini:
21
bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, uap air yang
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah mol
hidrogennya.
Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses
pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada di dalam
bahan bakar (moisture). Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial
20 kN/m2 (tekanan yan biasa timbul pada gas buang) adalah sebesar 2400 kJ/kg,
sehingga besarnya nilai kalor bawah (LHV) dapat dihitung berdasarkan persamaan
2.5 berikut:
LHV = HHV – 2400 (M + 9H2)...............................................................................(2.5)
Dimana:
LHV = Nilai kalor bawah (kJ/kg)
M = Persentase kandungan air dalam bahan bakar (moisture)
Dalam perhitungan efisiensi pada motor bakar, bisa digunakan nilai kalor bawah
(LHV) dengan asumsi ketika suhu tinggi saat gas buang meninggalkan mesin tidak
terjadi pengembunan uap air. Di sisi lain, dapat juga menggunakan nilai kalor atas
(HHV) karena umumnya nilai tersebut lebih cepat didapatkan. Peraturan pengujian
berdasarkan SAE (Society of Automotive Engineers) menentukan pengunaan nilai
kalor bawah (LHV) dan ASME (American of Mechanical Engineers) menentukan
nilai kalor atas (HHV).
4. Torsi
Torsi merupakan perkalian antara gaya dengan jarak. Selama proses usaha, tekanan-
tekanan yang terjadi di dalam silinder motor menimbulkan suatu gaya yang kuat pada
torak. Gaya yang ditimbulkan tersebut dipindahkan kepada pena engkol melalui
batang torak, serta menimbulkan adanya momen putar atau torsi pada poros engkol.
Untuk mengetahui besarnya torsi dapat menggunakan alat dynamometer. Umumnya
motor pembakaran ini dihubungkan dengan dynamometer dengan tujuan
mendapatkan keluaran dari motor pembakaran dengan cara menghubungkan poros
motor pembakaran dengan poros dynamometer menggunakan kopling elastik. Untuk
mencari daya dan torsi dapat menggunakan persamaan 2.6 dan 2.7 di bawah ini:
22
……………………………...………………………..………....……(2.6)
………………………………………………………….……………….(2.7)
Dimana:
PB = Daya (W)
T = Torsi (Nm)
n = Putaran (RPM)
5. Efisiensi Termal
Kerja berguna yang dihasilkan selalu lebih kecil dari energi yang dibangkitkan piston
karena sejumlah energi yang hilang akibat adanya kerugian mekanis (mechanical
losses). Oleh karena itu, dari sisi ekonomis perlu dicari kerja maksimum yang dapat
dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini dapat juga disebut
sebagai efisiensi termal brake (Thermal efficiency,η).
Apabila daya keluaran (P) dalam satuan KW, laju aliran bahan bakar (ṁ f) dalam
satuan kg/jam, maka untuk mencari effisiensi termal dapat ditunjukkan dalam
persamaan 2.8 di bawah ini:
Dimana:
η = Efisensi termal
P = Daya (W)
LHV = Nilai kalor bawah (Low heating value)
ṁf = Konsumsi bahan bakar
6. Rasio Udara Bahan Bakar (AFR)
Rasio udara bahan bakar (AFR) dapat dihitung menggunakan persamaan
2.9 di bawah ini:
……………………...…………………………………..…….………..(2.9)
Dimana:
AFR = Air fuel rasio
23
Besarnya laju aliran udara (ṁa) didapat dengan membandingkan besarnya tekanan
udara masuk yang didapat melalui pembacaan kurva viscous air flow manometer.
Kurva viscous air flow manometer ditunjukkan pada gambar 2.7 di bawah ini:
Dimana:
ηv = Efisiensi volumetris
ρa = Kerapatan udara (kg/m3)
Vs = Volume langkah torak (m3)
8. Emisi gas buang
Pada mesin diesel, emisi gas buang yang dilihat adalah ketebalan asap (opasitas).
Standart nilai opasitas telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup nomor 21 tahun 2008 tentang ambang batas emisi gas buang untuk mesin
stasioner pembangkit tenaga. Ambang batas emisi gas buang ditunjukkan pada tabel
2.1 di bawah ini:
Tabel 2. 2 Standar Emisi Gas Buang
24
No Parameter Kadar maksimum (mg/Nm3)
Minyak Gas
5 Opasitas 20% -
9. Polutan
Polutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu polutan organik dan inorganik. Polutan
organik mengandung hidrogen dan karbon serta beberapa elemen seperti oksigen,
sulfur dan fosfor. Contohnya hidrokarbon alcohol, ester dan lain-lain. Polutan
inorganik berupa karbon monoksida (CO), karbonat, nitrogen oksida, ozon dan lain-
lain. Polutan dapat dibedakan menjadi partikulat dan gas. Partikulat dibagi menjadi
padatan dan cairan (debu, asap, abu, kabut dan spray). Partikulat dapat bertahan di
atmosfer sedankan polutan berupa gas tidak dapat bertahan di atmosfer dan
bercampur dengan udara bebas.
10. Partikulat
Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya adalah fasa padat
yang terdispersi dalam udara dan magnetik asap. Fasa padatan tersebut berasal dari
pembakaran tak sempurna bahan bakar dengan udara sehingga terjadi tingkat
ketebalan asap yang tinggi. Di sisi lain, partikulat juga mengandung timbal yang
merupakan bahan aditif untuk meningkatkan kinerja pembakaran bahan bakar padan
mesin kendaraan.
25
11. UHC (Unburned Hidrocarbon)
Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya karena campuran udara
bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa saja pada campuran kurus bila suhu
pembakarannya rendah dan lambat serta bagian dari dinding ruang pembakarannya
yang dingin dan agak besar. Motor menghasilkan hidrokarbon yang tinggi pada saat
pemanasan atau pada saat mesin baru saja dihidupkan. Pemanasan dari udara yang
masuk dengan menggunakan gas buang meningkatkan penguapan dari bahan bakar
serta mencegah pemancaran hidrokarbon. Jumlah hidrokarbon tertentu selalu ada
dalam penguapan bahan bakar di tangki bahan bakar dan dari kebocoran gas melalui
celah antara silinder dari torak masuk ke dalam poros engkol tang disebut dengan
blow by gasses (gas lalu). Pembakaran tak sempurna pada kendaraan akan
menghasilkan gas buang yang mengandung hidrokarbon. Hal ini terjadi pada motor
diesel terutama disebabkan oleh campuran udara bahan bakar tidak dapat mencapai
batas mampu bakar.
12. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) terbentuk akibat penggabungan karbon dan oksigen hasil
pembakaran yang tidak sempurna. Karbon monoksida adalah senyawa yang tidak
berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna.
Gas ini dihasilkan bila karbon yang terdapat dalam bahan bakar (85% dari berat dan
sisanya hidrogen) terbakar tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Hal ini terjadi
bila campuran udara bahan bakar lebih gemuk dariada campuran stoikiometris dan
terjadi selama idling pada beban rendah atau pada output maksimum.
13. Nitrogen Oksida ( NOX)
Senyawa nitrogen oksida yang sering menjadi pokok pembahasan dalam
permasalahan polusi udara adalah NO dan NO2. Kedua senyawa ini terbuang
langsung ke udara bebas setelah hasil pembakaran bahan bakar. Nitrogen monoksida
(NO) merupakan gas berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam.
26
2.4.3. Polutan Mesin Diesel
Polutan udara dari gas buang dan bunyi pembakaran motor diesel merupakan
polusi terhadap linkungan. Komponen-komponen gas buang yang berbahaya itu
antara lain adalah asap hitam (jelaga), hidrokarbon yang tidak terbakar (UHC),
nitrogen oksida (NO), karbon monoksida (CO) dan NO2. NO dan NO2 umumnya
dinyatakan dengan NOx. Tetapi bila dibandingkan dengan motor bensin, motor
diesel tidak banyak mengandung CO dan UHC. Di sisi lain, kadar NO2 sangat
rendah bila dibandingkan dengan NO. Jadi, dapat dikatakan komponen utama gas
buang motor diesel yang berbahaya adalah NO dan asap hitam. Selain itu, terdapat
komponen yang berbahaya yang bersifat sementara. Asap putih yang terdiri atas
kabutminyak pelumas atau bahan bakar yang tidak terbakar atau tidak terbakar
secara sempurna terutama pada periode pemanasan mesin atau pada beban rendah.
Disamping itu, bahan bakar dengan kadar belerang yang tinggi sebaiknya tidak
digunakan karena akan menyebabkan adanya SO2 di dalam gas buang.
Butir bahan bakar akan lebih mudah menguap dan mempengaruhi proses
pengkabutan pada saat penyemprotan. Butiran bahan bakar yang disemprotkan
sangat berpengaruh pada proses pembakaran sehingga tekanan penyemprotan
divariasikan untuk mempercepat proses pencampuran bahan bakar dengan udara.
Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan homogenitas campuran yang lebih
27
sempurna sehingga pembakaran yang sempurna dapat tercapai. Dengan demikian
diharapkan besar konsumsi bahan bakar dan kepekatan asap hitam gas buang dapat
dikurangi.
28
BAB 3
METODOLOGI
29
Spesifikasi:
Model : TD115-MKII
Type : 1 Silinder, 4 Langkah, dan Horizontal
Max output : 4.2 kW
Torsi Maksimum : 15 Nm
Rated output : 2.7 kW
Max speed : 3750 rpm
2. Gas Analyzer
Gas Analyzer digunakan untuk mengetahui kadar carbon monoxide (CO),
carbon dioxside (CO2), nitrogen oxide (NOx), dan kadar oxygen (O2) yang
terkandung dalam emisi gas buang mesin. Gas analyzer ditunjukkan pada gambar
3.2 berikut:
30
• User Customized Display Screen & Print-Out Content
• Automatic Data Saving
• Efficiency, Excess Air, & CO2 Calculations
• Built-In Printer (non-fading paper)
• Stack Gas & Air Temperature Measurements
• Draft & Differential Pressure Measurements
• External Water Trap for Condensate Removal
• Rechargeable Lithium Ion Battery Pack
• Unbreakable Metal Hose Connectors
• Internal Memory (up to 2000 tests) with data tags
3. TecQuipment TD114
4. Tachometer
31
Tachometer digunakan untuk melihat kecepatan putaran (rpm). Gambar
Tachometer ditunjukkan pada gambar 3.4 di bawah ini:
Gambar 3. 4 Tachometer
Spesifikasi:
Accuracy : ± 0.05%
Battery : 6F22 9V
5. Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk mengukur jumlah biodiesel yang akan
dicampurkan dengan solar.
32
Gambar 3. 5 Gelas ukur
7. Laptop
Gambar 3. 6 Laptop
33
3.2.2 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Persiapan alat
dan bahan
Degumming
Esterifikasi
Transesterifikasi
Tahap Pencucian
Tahap Evaporator
Tahap Filtrasi
Pengujian Karakteristik
Biodiesel
Selesai
34
3.2.3 Persiapan Biodiesel
Campuran minyak mentah (crude oil) yaitu minyak goreng sisa (waste cooking
oil) dan minyak biji mimba (Neem seed oil) dengan perbandingan tertentu diuji
terlebih dahulu sifat fisikokimia (FFA, Nilai Kalor, Oksidasi, Viskositas, Densitas),
diantara 4 persentase perbandingan campuran crude oil (WCO90NO10,
WCO80NO20, WCO70NO30) tersebut yang memiliki sifat fisikokimia yang tinggi
akan diproduksi biodiesel untuk diuji karakteristik. Untuk mendapatkan campuran
homogen maka kedua campuran minyak diaduk dengan putaran 1000 rpm,
temperatur 60 oC, proses dilakukan selama 15 menit. Sebelum dilakukan proses
esterifikasi, proses degumming perlu dilakukan terlebih dahulu untuk menghilangkan
fosfatida dan menurunkan nilai asam tergantung dari fatty acid dari minyak mentah
setelah pengujian bilangan asam. Adapun tahapan pembuatan biodiesel dilakukan
sebagai berikut:
1. Tahap degumming, proses ini dilakukan pada minyak mentah (crude oil)
untuk meningkatkan stabilitas oksidasi. Secara umum, minyak mentah
mengandung jumlah fosfatida yang bervariasi (dikenal sebagai getah) dan
fosfatida ini perlu dihilangkan dari minyak karena tidak diinginkan untuk
produksi biodiesel. Proses pemisahan getah atau lendir yang terdiri dari
fosfatida, protein residu, karbohirat, air dan resin disebut degumming. Pada
proses ini, campuran minyak mentah yaitu minyak goreng sisa dan minyak
biji mimba dimasukan didalam double jacket ditambahkan 2% vol % H3PO4
20% dipanaskan dengan temperatur 60 oC, putaran 1000 rpm dilakukan
selama 30 menit. Kemudian dilakukan proses filtrasi dicorong pemisah
selama 2 jam, dimana pembentukan fosfatida (getah) dapat diamati didasar
labu. Setelah itu dipisahkan dari campuran minyak dicuci 2 kali dengan air
suling pada temperatur 50 oC. Proses degumming dapat dilihat pada gambar
3.20.
35
Gambar 3. 7 Proses degumming
36
kali sampai pH campuran menjadi normal. Proses pencucian diperlihatkan
pada gambar 3.21 sebagai berikut.
37
Gambar 3. 10 Proses Filtrasi
3.2.3. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
1. Solar 100%
2. Solar + Biodiesel campuran minyak goreng sisa dan minyak biji mimba 30%
3. Solar + Biodiesel campuran minyak goreng sisa dan minyak biji mimba 40%.
1. Data primer, merupakan data yang didapat langsung dari pembacaan dan
pengukuran pada unit instrumentasi dan alat ukur pada massing-masing
pengujian.
2. Data sekunder, merupakan data tentang karakteristik bahan bakar solar dan
biodiesel minyak padi yang digunakan dalam pengujian ini.
38
2. Daya (Brake Power)
3. Konsumsi bahan bakar spesifik (Specifik Fuel Comsumption)
4. Efisiensi volumentris (Volumentric Effeciency)
5. Rasio udara-bahan bakar (Air Fuel Ratio)
6. Emisi gas buang meliputi CO, CO2, dan NOx
7. Efisiensi termal brake (Brake Thermal Effeciency)
39
6. Letakkan beban statis pada dynamometer.
7. Menutup saluran bahan bakar dari tangki engan memutar katup saluran
bahan bakar sehingga permukaan bahan bakar di dalam pipette turun.
8. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan 8 ml bahan bakar
menggunakan menggunakan stopwatch.
9. Mencatat temperatur gas buang, torsi dan tekanan udara masu melalui data
keluaran pada papan instrumentasi.
10. Mencatat suhu ruang bakar melalui data keluaran pada laptop.
11. Mengulangi pengujian dengan menggunakan variasi putaran dan beban yang
berbeda.
Untuk lebih ringkasnya dapat dilihat pada diagram alir berikut
40
Mulai
Mulai
Kesimpulan
Selesai
Selesai
41
3.8 Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang
Pengujian emisi gas buang pada penelitian ini menggunakan E-instrument
E4500-3 Combustion Gas Analyzer. Emisi gas buang yang diukur pada penelitian ini
adalah carbon monoxide (CO), carbon dioxside (CO2), nitrogen oxide (NOx ), dan
kadar oxygen (O2).
42
Secara lebih nyata, berikut urutan pengujian yang dilakukan dalam pengujian ini
yang diperlihatkan dalam gambar 3.20 di bawah ini.
1 2 3
4 5 6
7 8 9
43
10 11 12
44
DAFTAR PUSTAKA
45
transesterification process? A quality assessment. J. Environ. Manage. 228,
117–129.
Dharma, S., Masjuki, H.H., Hwai Chyuan Ong., Sebayang, A.H., Silitonga, A.S.,
Kusumo, F., & Mahlia, T.M.I. 2016. Optimization of biodiesel production
process for mixed Jatropha curcas–Ceiba pentandra biodiesel using response
surface methodology. Energy Conversion and Management, 115, 178-190.
Dharma, S., Ong, H. C., Masjuki, H. H., Sebayang, A. H. and Silitonga, A. S. 2016b.
An overview of engine durability and compatibility using biodiesel–
bioethanol–diesel blends in compression-ignition engines. Energ Convers
Manage 128: 66-81.
Foteinis, S., Chatzisymeon, E., Litinas, A., & Tsoutsos, T. (2020). Used-cookingoil
biodiesel: Life cycle assessment and comparison with first- and thirdgeneration
biofuel. Renewable Energy, 153, 588–600.
G. H. Soegiantoro, J. Chang, P. Rahmawati, M. F. Christiani, and Z. Mufrodi,
“Home-made ECO green biodiesel from chicken fat (CIAT) and waste cooking
oil (pail),” Energy Procedia, vol. 158, pp. 1105–1109, 2019, doi:
10.1016/j.egypro.2019.01.267.
Goh, B.H.H., Chong, C.T., Ge, Y., Ong, H.C., Ng, J.-H., Tian, B., Ashokkumar, V.,
Lim, S., Seljak, T., Józsa, V., 2020a. Progress in utilisation of waste cooking
oil for sustainable biodiesel and biojet fuel production. Energy Convers.
Manage. 223, 113296.
Goh, B.H.H., Chong, C.T., Ge, Y., Ong, H.C., Ng, J.-H., Tian, B., Ashokkumar, V.,
Lim, S., Seljak, T., Józsa, V., 2020a. Progress in utilisation of waste cooking
oil for sustainable biodiesel and biojet fuel production. Energy Convers.
Manage. 223, 113296.
Goh, B.H.H., Ong, H.C., Chong, C.T., Chen, W.-H., Leong, K.Y., Tan, S.X., Lee,
X.J., 2020b. Ultrasonic assisted oil extraction and biodiesel synthesis of Spent
Coffee Ground. Fuel 261, 116121.
Gupta, A. R., & Rathod, V. K. (2018). Calcium diglyceroxide catalyzed biodiesel
production from waste cooking oil in the presence of microwave: Optimization
and kinetic studies. Renewable Energy, 121, 757–767.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (2020). Kajian Supply Demand
Energy. Jakarta.
Knothe, G. and Razon, L. F. 2017. Biodiesel fuels. Progress Energ Combustion Scie
58: 36-59
Koohi Kamali, Sara, Ching Ping Tan, dan Tau Chuan Ling. 2012. Optimization of
Sunflower Oil Transesterification Process Using Sodium Methoxide. The
Scientific World Journal. Volume 2012. Halaman 1-8.
Kumar, S., Ghaly, A., & Brooks, M., 2015. Production of Biodesiel from Animal
Tallow via Enzymatic Transesterification using the Enzyme Catalyst Ns88001
with Methanol in a Solvent-Free System. Journal of Fundamentals of
Renewable Energy and Applications 5, 1-8.
S. Vedha Lakshmi, A. M. Aparna, and R. Baskaran, “Production of Biodiesel from
Waste Cooking Oil,” 5th Int. Conf. Sci. Technol. Eng. Math. ICONSTEM 2019,
vol. 1, pp. 270–274, 2019, doi: 10.1109/ICONSTEM.2019.8918857.
46
Mahlia, T.M.I., Ismail, N., Hossain, N., Silitonga, A.H., & Abd Halim Shamsuddin,
A.H. 2019. Palm oil and its wastes as bioenergy sources: a comprehensive
review. Environmental Science and Pollution Research 26, 15, 14849-14866.
M.-C. Hsiao, P.-H. Liao, N. V. Lan, and S.-S. Hou, “Enhancement of Biodiesel
Production from High-Acid-Value Waste Cooking Oil via a Microwave Reactor
Using a Homogeneous Alkaline Catalyst,” Energies, vol. 14, no. 2, p. 437,
2021, doi: 10.3390/en14020437.
Meher, I.L.C., Vidya D., & Naik, S.N. 2006.Technical aspects of biodiesel
production by transesterification—a review. Renewable and Sustainable
Energy Reviews 10, 3, 248-268.
Mofijur, M., Atabani, A. E., Masjuki, H. H., Kalam, M. A. and Masum, B. M. 2013.
A study on the effects of promising edible and non-edible biodiesel feedstocks
on engine performance and emissions production: A comparative evaluation.
Renew Sust Energ Rev 23: 391-404.
Milano, J., Shamsuddin, A.H., Silitonga, A.S., Sebayang, A.H., Siregar, A. Munawar,
Masjuki, H.H., Pulungan, M.A, Chia, S.R., M.F.M Tribological study on the
biodiesel produced from waste cooking oil, waste cooking oil blend with
Calophyllum inophyllum and its diesel blends on lubricant oil. Renew. Sustain.
Energy Reports. 58, 180–197.
Milano, J., Ong, H.C., Masjuki, H., Chong, W., Lam, M.K., Loh, P.K., Vellayan, V.,
2016. Microalgae biofuels as an alternative to fossil fuel for power generation.
Renew. Sustain. Energy Rev. 58, 180–197.
Milano, J., Ong, H.C., Masjuki, H.H., Silitonga, A.S., Chen, W.-H., Kusumo, F.,
Dharma, S., Sebayang, A.H., 2018a. Optimization of biodiesel production by
microwave irradiation-assisted transesterification for waste cooking oil
Calophyllum inophyllum oil via response surface methodology. Energy
Convers. Manage. 158, 400–415.
Milano, J., Ong, H.C., Masjuki, H.H., Silitonga, A.S., Kusumo, F., Dharma, S.,
Sebayang, A.H., Cheah, M.Y., Wang, C.-T., 2018b. Physicochemical property
enhancement of biodiesel synthesis from hybrid feedstocks of waste cooking
vegetable oil and beauty leaf oil through optimized alkaline-catalysed
transesterification. Waste Manage. 80, 435–449.
M. Mohadesi, B. Aghel, M. Maleki, and A. Ansari, “Production of biodiesel from
waste cooking oil using a homogeneous catalyst: Study of semi-industrial pilot
of microreactor,” Renew. Energy, vol. 136, pp. 677–682, 2019, doi:
10.1016/j.renene.2019.01.039.
Mofijur, M., Atabani, A., Masjuki, H., Kalam, M., & Masum, B., 2013a. A study on
the effects of promising edible and non-edible biodiesel feedstocks on engine
performance and emissions production: a comparative evaluation. Renewable
and Sustainable Energy Reviews 23, 391-404.
M. R. Abukhadra and M. A. Sayed, “K+ trapped kaolinite (Kaol/K+) as low cost and
eco-friendly basic heterogeneous catalyst in the transesterification of
commercial waste cooking oil into biodiesel,” Energy Convers. Manag., vol.
177, no. July, pp. 468–476, 2018, doi: 10.1016/j.enconman.2018.09.083.
47
Naveen, S., Gopinath, K. P., Malolan, R., Ramesh, S. J., Aakriti, K., & Arun, J.
(2020). Novel Solar Parabolic Trough Collector cum Reactor for the
Production of Biodiesel from Waste Cooking Oil using Calcium Oxide catalyst
derived from seashells waste. Chemical Engineering and Processing - Process
Intensification, 157, 108145-108158.
Putra, M. D., Irawan, C., Udiantoro, Ristianingsih, Y., & Nata, I. F. (2018). A cleaner
process for biodiesel production from waste cooking oil using waste materials
as a heterogeneous catalyst and its kinetic study. Journal of Cleaner
Production, 195, 1249–1258.
Raqeeb, Mohammed Abdul dan Bhargavi R. 2015. Biodiesel Production from Waste
Cooking Oil. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. Volume 7,
Nomor 12. Halaman 670-681. ISSN: 0975-7384.
Riayatsyah, T. M. I., Thaib, R., Silitonga, A. S., Milano, J., Shamsuddin, A. H.,
Sebayang, A. H., Rahmawaty, Sutrisno, J., & Mahlia, T. M. I. (2021). Biodiesel
production from reutealis trisperma oil using conventional and ultrasonication
through esterification and transesterification. Sustainability, 13.1-16
Sebayang, A.H., Masjuki, H.H., Ong, H.C., Dharma, S., Silitonga, A.S., Kusumo, F.,
& Milano, J., 2017. Optimization of bioethanol production from sorghum
grains using artificial neural networks integrated with ant colony. Industrial
Crops and Products 97, 146-155.
Shengjiong Deng, Jinquan Chen, & Junjun Chang. 2021. Application of biochar as
an innovative substrate in constructed wetlands/biofilters for wastewater
treatment: Performance and ecological benefits. Journal of Cleaner
Production, 293, 126156.
Shuqian Yang, FengZhou, YujuanLiu, LeiZhang, YuChen, Honghao Wang,
YuanTian, Caishun Zhang, & DaoshengLiu, 2019. Morphology effect of ceria
on the performance of CuO/CeO2 catalysts for hydrogen production by
methanol steam reforming. International Journal of Hydrogen Energy 44:
7252-7261.
Silitonga, A., Masjuki, H., Mahlia, T., Ong, H., Atabani, A., & Chong, W., 2013. A
global comparative review of biodiesel production from jatropha curcas using
different homogeneous acid and alkaline catalysts: Study of physical and
chemical properties. Renewable and Sustainable Energy Reviews 24, 514-533.
Stojkovic, I.J., Olivera S.S., Dragan S.P., & Vlada B.V. 2014. Purification
Technologies for Crude Biodiesel Obtained By Alkali-Catalyzed
Transesterifiation. Renewable and Sustainable Energy Review, 32, 238-254.
Suherman, Abdullah, I., Sabri, M., Silitonga, A.R., Surono, B.2022. “Pengaruh
Perbedaan Jumlah Katalis Terhadap Angka Yield Pada Proses Pembuatan
Biodiesel dari Minyak Goreng Sisa Menggunakan Pemanas Double Jacket.
Jurnal Rekayasa Mesin. p-ISSN: 1411-6863, e-ISSN: 2540-7678 Vol.17, No.1,
hal. 113-12.
T.A. Mallah, A.R. Sahito, Optimization of castor and neem biodiesel blends and
development of empirical models to predicts its characteristics, Fuel 262
(2020) 116341, https://doi.org/10.1016/j.fuel.2019.116341.
48
T. Thirumalai, M. Prakashbabu, A.H.V. Reddy, M.R. Reddy, A.R. Kumar,
Performance of biodiesel fuel and neem oil blends in single cylinder diesel
engine, Int. J. Eng. Adv. Technol. 9 (2) (2019) 3782–3787
Topare, N.S., Patil, K.D., 2021. Biodiesel from waste cooking soybean oil under
ultrasonication as an alternative fuel for diesel engine. Mater. Today: Proc..
V.S. Kumar, V. Navaratnam, Neem (Azadirachta indica): prehistory to contemporary
medicinal uses to humankind, Asian Pac. J. Trop. Biomed. 3 (7) (2013) 505–
514, https://doi.org/10.1016/S2221-1691(13)60105-7.
49
LEMBAR ASISTENSI TUGAS AKHIR
50