Permintaan informasi dan pembuatan kontrak adalah aktivitas pilihan, karena terkadang
aktivitas ini terjadi atau diperlukan dalam proses bisnis pengelolaan pesanan pelanggan pada
beberapa organisasi. Proses bisnis pengelolaan pelangganter diri dari:
a. Permintaan Informasi
b. Pembuatan Kontrak
Kontrak adalah suatu perjanjian untuk menyediakan barang atau jasa kepada pelanggan.
Kontrak yang berisi perjanjian mengenai penyediaan suatu barang pada periode tertentu
disebut blanket order.
c. Memasukkan Pesanan
d. Pengiriman
e. Penagihan
Dokumen delivery dimasukkan dalam jadwal penagihan dan difakturkan. Faktur untuk
pengiriman disiapkan dan diberikan kepada pelanggan.
2. Meramalkan Permintaan
Setiap perusahaan selalu menghadapi masa depan dalam aktivitasnya, guna mencapai visi
misinya. Oleh karenanya semua perusahaan dituntut untuk memperkirakan atau meramalkan
masa depan usahanya. Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan
kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan
data historis dan memproyeksikan ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis
(kuantitatif), atau bisa juga merupakan prodiksi intuisi yang bersifat subjektif
(kualitatif).peramalan ini pun dapat dilakukan dengan mengkombinasikan model matematis
yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer. Pendapat lain
menyatakan bahwa Peramalan (Forecasting) adalah upaya untuk memprediksi kejadian
dimasa akan datang.
Beberapa pendapat ada yang membedakan antara Forecasting (Pengolahan data masa lalu
dengan metoda matematika untuk memperkirakan/memprediksi keadaan dimasa depan)
dengan Prediction (Pengolahan data masa lalu dengan menggunakan pengetahuan subjektif
atau pengalaman untuk memperkirakan/ memprediksi keadaan dimasa depan).
Pada umumnya ada 3 jenis peramalan, yaitu :
1. Peramalan Ekonomi, berkaitan dengan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi,
suplai uang dan indikator ekonomi dan keuangan lainnya
2. Peramalan Teknologi, berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi yang akan
melahirkan peralatan atau produk baru
3. Peramalan Permintaan berkaitan dengan permintaan produk.
Sedangkan berdasarkan horizon masa depan Peramalan biasanya diklasifikasikan menjadi
beberapa periode:
1. Peramalan jangka pendek; meliputi jangka waktu kurang dari tiga bulan sampai dengan
satu tahun. Ditujukan untuk merencanakan pembelian bahan baku, jadwal kerja, tenaga
kerja, dan tingkat produksi.
2. Peramalan jangka panjang; meliputi jangka waktu tiga tahun atau lebih. Ditujukan untuk
merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, pengembangan lokasi atau fasilitas,
serta penelitian dan pengembangan (R&D).
3. Mengelola Persediaan
Manajemen persediaan adalah pendekatan sistematis untuk memperoleh, menyimpan,
dan mengambil keuntungan dari aset non-modal (bahan baku dan barang jadi) dengan
jumlah stok yang tepat, di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan biaya yang
tepat. Sederhananya, perusahaan akan dapat mengontrol bahan baku serta produksi pada
level yang sesuai agar tidak menimbulkan kelebihan atau kekurangan stok yang berakibat
pada kerugian. Persediaan merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat berhubungan
dengan penjualan maupun tingkat produksi. Sehingga, jika ada masalah menyangkut
mengenai persediaan akan langsung berpengaruh terhadap kerugian bisnis. Oleh karena itu,
penting bagi pebisnis untuk mengetahui mengenai manajemen persediaan.
Ada beberapa kegiatan utama yang dilakukan dalam manajemen persediaan, seperti:
1. Memastikan persediaan yang ada cukup untuk periode berjalan.
2. Memastikan persediaan dikelola dengan optimal.
3. Biaya persediaan seefisien mungkin, efisiensi yang dimaksud di sini adalah perusahaan
dapat memperkecil biaya persediaan.
Dari ketiga hal yang disebutkan di atas, tujuan utama dari manajemen persediaan adalah
melakukan efisiensi biaya. Ujungnya adalah untuk membantu perusahaan menghasilkan laba
yang lebih optimal. Lalu, efisiensi yang ingin dicapai tersebut dapat memperkecil biaya
persediaan. Jadi, apa sih biaya persediaan tersebut? Biaya persediaan adalah biaya yang
muncul akibat adanya pengadaan persediaan, penyimpanan hingga persediaan tersebut keluar
(dijual atau digunakan) perusahaan. Biaya persediaan ini sifatnya tidak boleh dianggap sepele
mengingat jumlahnya bisa sangat besar apabila tidak dikelola dengan baik.
Pada umumnya biaya persediaan ini memiliki 4 kategori yang masing-masingnya
memiliki tugas yang berbeda diantaranya:
Biaya Pemesanan (Order Cost)
Biaya pemesanan merupakan biaya yang akan berkaitan dengan kegiatan pemesanan
persediaan. Biaya pemesanan ini biasanya mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan
mulai dari pertama kali order hingga barang yang dipesan tersebut tersedia di gudang.
- Biaya Komunikasi
- Biaya Pengiriman
- Biaya Packing
- Biaya Pemrosesan Pesanan
- Biaya Pemeriksaan Pemesanan
Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)
Biaya ini adalah yang biaya yang dapat muncul dan dikeluarkan untuk menyimpan
barang atau material yang sudah diorder sebelumnya. Biaya penyimpanan ini dapat
berubah sesuai dengan nilai persediaan yang disimpan. Beberapa contoh biaya
penyimpanan ini diantaranya seperti:
- Biaya Fasilitas Penyimpanan
- Biaya Asuransi
- Biaya Keamanan
- Biaya Keusangan
- Biaya Penyusutan Persediaan
- Biaya Penurunan Harga
- Biaya Perhitungan Fisik dan Konsiliasi Laporan
- Biaya Penanganan Persediaan
- Biaya Pelaksana Gudang
- Biaya Kerusakan Barang
- Biaya Modal
Biaya Persiapan (Set Up Cost)
Biaya persiapan atau set up cost akan muncul jika perusahaan dapat memproduksi
barangnya sendiri atau material persediaan yang telah dibutuhkan. Beberapa contoh set
up cost, yaitu:
- Biaya mesin yang sudah tidak berfungsi
- Biaya persiapan tenaga kerja
- Biaya surat menyurat
- Biaya persiapan peralatan dan perlengkapan
- Biaya penjadwalan
Biaya Kehabisan (Shortage Cost)
Manajemen persediaan kadang kali tentu akan kehabisan atau kekurangan karenanya
biaya kekurangan atau yang biasa adalah disebut shortage cost akan muncul apabila
bahan persediaan tidak tersedia. Seperti contoh jika perusahaan menerima sebuah
pesanan namun saat hendak akan diproduksi, ternyata tidak ada bahan bakunya sehingga
perusahaan tidak dapat memenuhi pesanannya. Karena itu, terdapat peluang yang timbul
akibat dari kekurangan persediaan tersebut seperti:
- Kehilangan Penjualan
- Kehilangan Pelanggan
- Kehilangan Pemesanan Khusus
- Biaya Pengiriman Khusus
- Produksi Terganggu
- Gangguan Jadwal Produksi
4. Menyusun Rencana Agregat
Perencanaan agregat (aggregate planning) adalah sebuah pendekatan dan proses untuk
menentukan perencanaan produksi jangka menengah, yaitu penghubung antara perencanaan
jangka pendek dengan jangka panjang (3 bulan sampai 1 tahun), yang mencakup
pengembangan, analisis, dan pemeliharaan rencana untuk penjualan total, produksi total,
persediaan sasaran, dan sasaran jaminan sediaan.
Aggregate planning atau perencanaan agregat adalah perencanaan untuk menentukan
jumlah dan waktu produksi di masa yang akan datang dalam waktu jangka menengah, rata-
rata hingga 18 bulan atau 1 tahun secara tepat berdasarkan peramalan. Perencanaan agregat
dibuat untuk menyesuaikan kemampuan produksi dalam menghadapi permintaan pasar yang
tidak pasti dengan mengoptimumkan penggunaan tenaga kerja dan peralatan produksi yang
tersedia sehingga ongkos total produksi dapat ditekan seminimal mungkin.
Menurut Heizer dan Render (2015), terdapat beberapa jenis metode yang banyak digunakan
dalam perencanaan agregat, yaitu sebagai berikut:
Metode ini merupakan yang paling popular karena mudah dimengerti dan gampang
penggunaannya sehingga mudah untuk dilaksanakan. Pendekatannya dilakukan dengan cara
trial and error. Teknik yang bekerja dengan beberapa variabel pada satu waktu yang
memungkinkan perencana membandingkan proyeksi permintaan dengan kapasitas yang ada.
Terdapat lima tahapan dalam metode Tabel dan Grafik, yaitu:
Terdapat tiga pilihan alternatif strategi di dalam metode Tabel dan Grafik, yaitu:
1. Melakukan variasi tingkat persediaan.
2. Melakukan variasi jumlah tenaga kerja.
3. Melakukan variasi jam kerja.
b. Metode Matematis
Metode matematis pada perencanaan agregat dapat dilakukan dengan menggunakan metode
transportasi pemrograman linier dan model koefisien manajemen. Adapun penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1. Hitung terlebih dahulu total permintaan seluruh produk selama horizon perencanaan
dalam satuan agregat.
2. Hitung dahulu kapasitas yang tersedia untuk tiap pilihan produksi selama horizon
perencanaan dalam satuan agregat.
3. Hitung ongkos per unit satuan agregat sebagai akibat pilihan strategi produksi yang
diterapkan.
4. Optimasikan rencana produksi di setiap periode dalam horizon perencanaan mulai
periode awal sampai ke periode paling akhir.
MPS adalah kepanjangan dari Master Production Schedule, Pengertian Master Production
Schedule adalah pernyataan tentang produk akhir (termasuk part pengganti dan suku cadang)
dari perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berhubungan
dengan kuantitas dan periode waktu. Kegiatan penjadwalan produksi induk atau Master
Production Schedule (MPS) mempunyai beberapa aktivitas sebagai berikut seperti
bagaimana menyusun dan mengupdate jadwal produksi induk(MPS), memproses transaksi
dari Master Production Schedule, memelihara catatan-catatan MPS, Mengevaluasi efektivitas
Master Production Schedule (MPS).
Jadwal Induk Produksi atau Master Production Schedule (MPS) berhubungan dengan
proses produksi, Master production shedule dapat diartikan sebagai anticipated build
schedule (jadwal pembuatan antisipasi) untuk item-item yang dibuat oleh pembuat jadwal
produksi induk. Master Production Schedule harus bisa menjadi informasi bersama antara
bagian pemasaran dan bagian produksi, sehingga seharusnya bagian pemasaran juga
memahami informasi yang terdapat dalam MPS, terutama berkaitan dengan ATP (Available
To Promise) . ATP adalah kepanjangan dari Available to promise, ATP dalam bahasa
indonesia bisa diartikan sebagai ketersediaan barang yang bisa dijanjikan ke pelanggan, di
perusahaan ATP terdapat di bagian pemasaran, bagian pemasaran mendapatkan permintaan
aktual dari pelanggan tentang jumlah yang harus diproduksi untuk bulan januari misalnya,
maka dengan adanya master production schedule, PPIC bisa berkomunikasi dengan bagian
pemasaran tentang kapan dan berapa jumlah permintaan produk pelanggan bisa diselesaikan
dan dikirim ke pelanggan.
4 Aktivitas Pembuat Jadwal induk Produksi (Master Production Schedule) sebagai berikut :
1. Menyediakan atau memberikan input kepada sistem perencanaan kebutuhan material dan
kapasitas (material and capacity requirements)
4. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk kepada pelanggan
Berikut ini adalah 4 tugas dan tanggung jawab pembuat Jadwal Induk Produksi atau Master
Production Schedule (MPS)
1. Membuat perubahan pada jadwal produksi induk atau Master Production Schedule (MPS)
3. Menjamin keputusan jadwal produksi induk atau master Production Schedule (MPS)
sesuai dengan rencana produksi
4. Mengkomunikasikan hasil Master Production Schedule (MPS) kepada bagian lain seperti
pemasaran, bagian inventori, bagian produksi dan R&D
Terdapat 3 faktor dalam Membuat jadwal produksi induk (Master Production Schedule)
seperti horizon perencanaan, waktu tunggu produk dan production time fences.
a) Pengertian Horizon perencanaan adalah periode waktu mendatang terjauh dari jadwal
produksi. Horizon perencanaan dibangun dengan mempertimbangkan waktu tunggu
kumulatif ditambah waktu untuk lot size komponen-komponen level rendah dan
perubahan kapasitas dari pusat kerja utama.
b) Pengertian Waktu tunggu adalah sebagai lama waktu menunggu sejak penempatan
pesanan sampai memperoleh pesanan.
c) Pengertian Time Fences adalah suatu kebijakan atau petunjuk yang diterapkan untuk
mencatat dimana terdapat berbagai keterbatasan atau prsedur dalam kegiatan manufaktur.
Berikut adalah Cara membuat jadwal induk produksi (Master Production Schedule) dalam
tabel serta istilah-istilah yang digunakan di tabel MPS
1. Tentukan Berapa Lot Size, Safety Stock, Lead Tima, Persedian On Hand, Demand Time
Fence dan planning Time Fence yang ada.
2. Lakukan peramalan tentang perkiraan penjualan yang diperoleh dan masukkan dalam
kolom sales forecast.
3. Masukkan Actual Order dalam tabel MPS
4. Tentukan MPS yang ada, misalnya pada tabel 1,0 penulis menulis 40.
5. Lakukan perhitungan untuk mencari nilai Projected Available Balances dan nilai
Available to Promise
Ada beberapa tahapan perencanaan produksi yang perlu Anda ketahui yaitu:
1. Routing
Salah satu tahapan perencanaan produksi yang perlu Anda ketahui adalah routing. Secara
umum, routing adalah menentukan jalur mana produk tersebut diproses menjadi bahan
jadi. Fungsi dari routing adalah mengatur waktu untuk setiap tahapan, menunjukkan
urutan yang sesuai aktivitas.
Pada tahap ini akan lebih fokus kepada apa dan bagaimana kualitas produk tersebut.
Selain itu, juga melihat seberapa banyak kuantitas produk yang dibutuhkan perusahaan.
Jika proses berlangsung dengan benar, hasil produksi akan sesuai ekspektasi.
2. Scheduling
Tahapan perencanaan produksi selanjutnya adalah scheduling. Ini berfokus pada kapan
waktu proses produksi akan selesai. Tujuannya untuk memastikan bahwa segala proses
produksi berjalan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Ada banyak jenis penjadwalan
yang bisa digunakan perusahaan seperti daily schedule atau operation schedule.
3. Dispatching
Beberapa hal yang termasuk dalam bagian dispatching adalah:
4. Follow Up
Dalam tahapan yang terakhir ini, Anda perlu mengetahui adakah kekeliruan dari
pembuatan produk atau adakah hambatan selama proses produksi. Kemudian, Anda perlu
melihat hasil dan membandingkan dengan rencana awal. Jika tidak sesuai, berarti ada
hambatan yang perlu diketahui solusinya. Follow up diperlukan untuk mengantisipasi
kekeliruan dan mengelola hambatan.
Jenis-Jenis Perencanaan Produksi. Ada lima jenis yang termasuk dalam perencanaan
produksi yaitu:
Metode Pekerjaan
Metode ini melihat bagaimana pekerjaan tersebut akan dilakukan. Apakah pekerjaan
tersebut berbasis proyek atau berkelanjutan. Namun, yang perlu Anda ketahui adalah
sebagian besar pekerjaan tersebut berdasarkan permintaan. Maka yang perlu dipersiapkan
adalah perencanaan produksi yang matang dan detail.
Metode Batch
Ini adalah pekerjaan dengan jenis yang berkelompok. Keuntungan dari metode batch ini
adalah Anda atau tim manajemen mampu memantau pekerjaan tersebut secara detail.
Dampaknya, apabila ada kekeliruan maka langsung terjadi perbaikan. Beberapa hal yang
perlu Anda perhatikan seperti bagaimana mesin produksinya. Apakah sanggup untuk
memproduksi dalam jumlah banyak?
Jika tidak, akan ada regenerasi bagi mesin produksi sehingga bisa saja menggunakan
mesin produksi yang baru. Setiap perusahaan perlu berani untuk memikirkan kapan mesin
produk harus diganti karena berdampak pada kelangsungan bisnis.
Metode Aliran
Jenis ini bergantung pada flow sehingga biasanya melibatkan quality control yang cukup
detail. Jenis aliran ini paling cocok ketika memproduksi produk secara individual. Selain
itu, dalam perencanaan tersebut perlu mengukur seberapa banyak bahan baku yang
dimiliki dan juga anggaran perusahaan. Sebab, produk yang dihasilkan biasanya limited
edition.
Jika ingin lebih mudah lebih cepat dalam prosesnya, optimalkan otomatisasi dalam sistem
perencanaan sehingga mampu menghemat waktu dan biaya.
Sebuah mesin pabrik merupakan bagian yang penting untuk memperlancar proses
produksi, salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran proses produksi adalah mesin.
Itulah sebabnya mengapa perawatan mesin adalah hal yang tidak boleh dilewatkan,
mengingat mesin merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu eksistensi perusahaan,
oleh karena itu kita harus melakukan maintenance (pemeliharaan). Salah satu sistem
pemeliharaan dalam sebuah industri yaitu Preventive Maintenance dan Predictive
Maintenance.
1. Memonitoring minyak pelumas dengan cara mengambil sebuah sample oli dari peralatan
produksi untuk mengecek tingkat kekentalannya / untuk melihat kualitas oli yang
tersimpan di tangki oli.
2. Monitoring Visual Metode ini menggunakan pancaindra yang meliputi indra penglihatan,
indra perasa, dan indra pendengaran guna mengetahui kondisi mesin.
3. Monitoring kinerja merupakan teknik dalam memonitoring kondisi mesin produksi
dengan cara memeriksa dan mengukur parameter kinerja kemudian dibandingkan dengan
standardnya.
4. Monitoring geometris diharapkan penyimpangan geometris yang terjadi pada peralatan
produksi dapat kita ketahui dan dapat dilakukan kegiatan pengukuran leveling dan
pengukuran posisi (alignment)
5. Monitoring getaran, pada monitoring ini memeriksa dan mengukur letak getaran secara
rutin dan terus menerus.
Kita bisa membuat laporan kegiatan usaha dengan mengikuti contoh di bawah ini:
Cover atau sampul merupakan halaman paling depan yang menyatakan identitas usaha
seperti nama perusahaan, logo, alamat, dan lainnya.
Kata pengantar berisi penjelasan singkat tentang isi laporan kegiatan usaha. Bagian ini
mengantarkan pembaca agar memiliki gambaran isi laporan dan dapat memahami
tujuannya.
Keakuratan Pembebanan
Pembebanan biaya secara akurat pada obyek biaya adalah hal yang sangat penting.
Pentingnya keakuratan pembebanan tidaklah didadasarkan pada berapa biaya yang terjadi.
Namun lebih didasarkan pada konsep relatif yang menyangkut kelogisan metode
pembebanan biaya. Tujuannya adalah untuk mengukur dan membebankan seakurat mungkin
biaya sumber daya kepada obyek biaya. Artinya bahwa apa yang dibebankan sesuai dengan
apa yang dikonsumsi.
Sebagai ilustrasi, misalnya kita ingin mengetahui beban biaya listrik sebuah departemen
katakan saja departemen pelatihan pada satu bulan tertentu. Salah satu pendekatan adalah
menghitung jumlah biaya listrik yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam bulan tersebut (mis
100.000) kemudian membaginya dengan jumlah departemen yang ada dalam perusahaan
(10). Dengan pendekatan yang seperti itu, diperoleh gambaran bahwa departemen pelatihan
mengkonsumsi listrik sebesar 10.000 pada bulan tersebut. Pedekatan lainnya adalah mencoba
mengamati dan menghitung langsung konsumsi listik departemen pelatihan ternyata
departemen pelatihan tidaklah menggunakan listrik sepanjang hari dan fasilitas yang
menggunakan listrik pun tidak besar. Setelah dihitung ternyata konsumsi listrik departemen
pelatihan dalam satu bulan tersebut adalah 7.500. Dengan demikian bila departemen
pelatihan dibebankan biaya listrik sebesar 10.000 maka angka tersebut adalah angka yang
tyerdistorsi oleh pola penggunaan listrik dari departemen lain
Pembebanan yang terdistorsi dapat menghasilkan evaluasi yang salah dan keputusan yang
salah pula. Misalnya pimpinan perusahaan merencanakan perampingan organisasi dengan
tetap mempertahankan divisi pemeliharaan atau menutupnya dan menyerahkan pada
perusahaan outsourching. Evaluasi yang akurat mengenai biaya yang dikeluarkan dan
dikonsumsi oleh divisi pemeliharaan merupakan hal mendasar untuk analisis. Gambaran
biaya yang lebih hitung dapat mengarah pada keputusan menutup divisi pemeliharaan dan
menyerahkan pada perusahaan outsourching. Namun, pembebanan biaya yang lebih akurat
mungkin saja akan merekomendasikan hal yang sebaliknya. Bagaimanapun, pembebanan
yang buruk terbukti memakan biaya.
Ketertelusuran Biaya
Hubungan antara biaya dan obyek biaya dapat digunakan untuk membantu meningkatkan
keakuratan pembebanan biaya, baik biaya yang secara langsung maupun yang tidak langsung
berhubungan dengan obyek biaya. Berdasarkan ketertelusurannya, biaya dikelompokkan
menjadi dua yaitu, pertama, biaya langsung adalah biaya yang dapat dengan mudah dan
akurat ditelusuri ke obyek biaya. Mudah ditelusuri berarti biaya-biaya tersebut dapat
dibebankan dengan cara seekonomis mungkin. Secara akurat ditelusuri berarti bahwa biaya
dibebankan dengan menggunakan hubungan penyebab. Oleh karena itu arti ”dapat ditelusuri”
adalah kemampuan untuk membebankan biaya secara langsung pada obyek biaya dengan
cara ekonomis yang memungkinkan dengan sarana hubungan penyebab. Semakin banyak
biaya yang dapat ditelusuri, semakin akurat pembebanan biaya yang dilakukan. Kedua, biaya
tidak langsung adalah biaya-biaya yang tidak dapat dengan mudah dan akurat ditelusuri ke
obyek biaya.
Penelusuran berarti bahwa biaya-biaya dapat dibebankan dengan mudah dan akurat.
Penelusuran adalah pembebanan biaya aktual pada obyek biaya dengan menggunakan ukuran
yang dapat diamati dari sumber daya yang dikonsumsi oleh obyek biaya. Penelusuran biaya
ke obyek biaya dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode berikut”
1. Penelusuran langsung
Penelusuran langsung adalah proses indentifikasi dan pembebanan biaya pada obyek
biaya yang secara spesifik atau fisik berhubungan dengan obyek biaya. Sebagai contoh
Departemen pemasaran adalah obyek biaya. Gaji Sales Supervisor merupakan biaya yang
dapat diamati secara fisik. Contoh lain, produk adalah obyek biaya. Biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung untuk membuat produk tersebut merupakan biaya yang dapat
diamati dan diidentifikasi secara fisik. Oleh karenanya biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung dapat dikenakan secara langsung pada produk. Idealnya semua biaya harus
bisa dikenakan secara langsung pada obyek biaya dengan menggunakan metode penelusuran
langsung. Akan tetapi, yang terjadi sering tidak mungkin untuk dapat secara fisik mengamati
jumlah pasti sumber daya yang dikonsumsi.
2. Penelusuran Pendorong.
Sehubungan dengan kenyataan bahwa tidak semua biaya dapat diamati secara fisik
pada obyek biaya, maka untuk mengamati dan mengukur konsumsi sumber daya dari obyek
biaya digunakan pendekatan pertimbangan sebab akibat atau disebut pendorong/ penggerak.
Pendorong/ penggerak adalah faktor yang menyebabkan perubahan pada penggunaan
kegiatan, biaya dan pendapatan. Penelusuran pendorong/ penggerak adalah penggunaan
pendorong/ penggerak untuk membebankan biaya-biaya pada obyek biaya. Meskipun kurang
tepat dibandingkan penelusuran langsung, namun bila hubungan sebab akibat logis maka
tingkat keakuratan yang tinggi dapat diharapkan.
3. Alokasi Biaya
Biaya tidak langsung tidak dapat ditelusuri ke obyek biaya karena tidak ada hubungan
penyebab antara biaya dan obyek biaya. Pembebanan biaya tidak langsung ke obyek biaya
disebut Alokasi Biaya. Karena tidak ada hubungan penyebab antara biaya dan obyek biaya
maka pengalokasian biaya tidak langsung didasarkan hubungan dekat atau beberapa asumsi.
Misalnya biaya penerangan untuk dua produk pisang goreng dan tempe goreng. Untuk
melhat hubungan penyebab jelas sulit maka untuk mengalokasikan biaya dilakukan dengan
proporsi terhadap penggunaan jam tenaga kerja langsung yang digunakan untuk setiap
produk. Pengalokasian biaya tidak langsung yang dilakukan secara acak akan mengurangi
keakuratan secara keseluruhan dari pembebanan biaya. Yang terbaik mungkin hanya
mebebankan biaya tidak langsung yang dapat ditelusuri pada obyek biaya. Namun untuk
kepentingan pelaporan eksternal alokasi biaya tidak langsung pada obyek biaya perlu
dilakukan.
Evaluasi usaha adalah suatu aktivitas untuk menganalisis kinerja suatu usaha
bisnis. .Evaluasi usaha memiliki prinsip dasar utama yakni membandingkan rencana usaha
yang telah dibuat sebelum kegiatan dilaksanakan dengan pencapaian pada akhir kegiatan atau
masa produksi. Kegiatan usaha dapat dikatakan berhasil jika memenuhi kewajiban membayar
bunga modal, alat-alat yang digunakan dari luar, upah tenaga kerja, serta sarana produksi dan
kewajiban kepada pihak ketiga. Evaluasi usaha ini penting sebagai sarana belajar dan
meningkatkan diri bagi pelaku usaha.
Evaluasi usaha dilakukan sebagai sarana belajar dan meningkatkan diri pelaku usaha.
Masih banyak tujuan lain dari evaluasi usaha yang menguntungkan pelaku usaha itu maupun
konsumennya. Berikut tujuan evaluasi usaha