Anda di halaman 1dari 3

PROGRAM ANTI

BULLYING DI SEKOLAH

Bagaimana Penanganan Laporan


Perundungan di Sekolah?
A. Pelaporan kasus oleh siswa

 Pihak sekolah (kepala sekolah/guru/tenaga pendidikan) perlu mendorong para siswa di


sekolah untuk melaporkan kasus perundungan yang terjadi kepada guru/tenaga
kependidikan.
 Disisi lain, para siswa berhak untuk melaporkan langsung kasus perundungan yang terjadi ke
layanan rujukan yang tersedia. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Tindakan Kekerasan di Satuan Pendidikan, pihak sekolah
perlu memberikan sosialisasi kepada para siswa terkait portal pelaporan dan layanan yang
dapat diakses oleh seluruh pihak di sekolah.
B. Penanganan langsung dan segera oleh guru/tenaga kependidikan

1. Pihak sekolah perlu memberi perhatian pada insiden atau kejadian di sekolah yang termasuk
kategori perundungan.
2. Guru/tenaga kependidikan yang menyaksikan perundungan dapat melakukan penanganan
langsung dengan cara sebagai berikut:

 Menghentikan perundungan secara langsung.


 Melerai pihak (siswa) yang terlibat.
 Memisahkan korban dengan pelaku perundungan.
 Memastikan keamanan korban.
 Membawa pelaku perundungan (juga korban) ke Bimbingan Konseling atau pihak lain
yang bertanggung jawab terhadap kesiswaan di sekolah.
C. Pelaporan Insiden Perundungan ke Pihak Sekolah oleh Guru/Tenaga Kependidikan

 Segala bentuk perundungan sebaiknya dilaporkan secara langsung kepada guru dan tenaga
kependidikan, khususnya guru bimbingan konseling, pihak kesiswaan, atau guru/tenaga
kependidikan yang ditugaskan menangani kekerasan di sekolah, termasuk Fasilitator Guru
“Roots”.
 Pastikan pelapor memiliki bukti atau saksi yang cukup untuk melaporkan perundungan. Lebih
baik jika insiden kejadian dicatat secara lengkap berdasarkan tanggal kejadian, pelaku,
kronologis, dan bukti.
 Melalui proses diskusi dengan pihak yang terlibat, yaitu: Kepala sekolah, pihak kesiswaan,
guru bimbingan konseling, atau wali kelas dapat menginformasikan orang tua atau wali
korban dan pelaku terkait insiden yang terjadi.
 Jika insiden melibatkan pihak dari sekolah lain, pihak sekolah perlu menghubungi pihak
sekolah lain sehingga sekolah tersebut dapat mengambil tindakan langsung.
 Berikan opsi jika pelapor ingin merahasiakan identitasnya. Identitas pelapor harus dilindungi
untuk mencegah potensi tindakan balas dendam.
D. Pencatatan dan Pendokumentasian Laporan Kasus oleh Pihak Sekolah

1. Proses investigasi dengan mewawancarai secara terpisah korban maupun pelaku.


2. Menggali informasi mengenai kronologi, intensitas kejadian, serta dampak dan kebutuhan
korban.
3. Merekomendasikan sekolah untuk menghubungi orang tua atau wali korban dan pelaku untuk
menginformasikan langkah yang perlu dilakukan serta mencegah perbuatan balas dendam.
4. Menyusun beberapa langkah rekomendasi untuk intervensi, rujukan, dan pemantauan kasus
dengan memperhatikan kepentingan terbaik untuk anak, khususnya menjunjung tinggi hak
anak untuk tetap mendapatkan pendidikan.
E. Intervensi oleh Pihak Sekolah

1. Pihak sekolah perlu menyediakan sejumlah opsi penanganan kepada korban, pelaku, dan
saksi. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015, sanksi yang diberikan kepada
korban dapat berupa teguran, sanksi yang bersifat edukatif seperti tugas khusus tanpa
mengurangi hak korban terhadap layanan pendidikan, atau konseling lebih lanjut. Jika
perundungan dilakukan oleh guru/tenaga kependidikan, dapat dilihat di Permendikbud Nomor
82 Tahun 2015 untuk arahan lebih lanjut.
2. Mempertimbangkan kondisi, dampak, dan kebutuhan yang dimiliki korban, pelaku, dan saksi,
sekolah dapat merujuk kasus ke lembaga layanan yang relevan melalui kerjasama.
F. Perujukan Kasus Pelaporan ke Lembaga Lain oleh Pihak Sekolah

1. Pihak sekolah dapat merujuk korban, saksi, maupun pelaku untuk melaporkan insiden secara
lebih lanjut untuk dapat difasilitasi penyelesaian kasus oleh Pemerintah Pusat, melalui:
http://ult.kemdikbud.go.id.
2. Selain itu, untuk rujukan ke layanan profesional seperti layanan kesehatan dan konseling,
pihak sekolah dapat menghubungi layanan Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) yang
dikelola oleh KPPPA di nomor hotline  “129” atau menghubungi WhatsApp  di nomor 08111-
129-129. Pihak sekolah juga dapat menghubungi Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak setempat, Puskesmas atau layanan perlindungan anak yang dikelola
Pemerintah Daerah ataupun swasta/nirlaba di wilayah masing-masing untuk kebutuhan
penanganan profesional.
G. Pemantauan tindak lanjut kasus oleh pihak sekolah dan Pemerintah Pusat

1. Pihak sekolah perlu secara berkala menghubungi lembaga layanan untuk mengetahui
perkembangan kasus dan kebutuhan lain yang perlu ditindaklanjuti.
2. Keputusan untuk mengakhiri penanganan kasus harus berbasis penilaian terhadap kondisi
dan kebutuhan pihak yang terdampak dari insiden yang dialami.
3. Sekolah sebaiknya memiliki protokol yang terstandar dalam penanganan kasus perundungan
atau kekerasan di sekolah untuk memudahkan penanganan kasus di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai