Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN SEKOLAH : PERENCANAAN DAN

INTERVENSI
Oleh Nabila Azzahra Kania Djunaedi; 2006598414; FG 4; Komunitas dan Keluarga D

Program kesehatan sekolah sangat penting untuk diaplikasikan karena siswa sekolah
sebagai kelompok khusus membutuhkan perlindungan dari berbagai bahaya lingkungan.
Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu area dalam keperawatan komunitas yang
lebih difokuskan dalam upaya pencegahan dan penatalaksanaan penyakit menular dengan
menekankan upaya preventif dan promotif. Perspektif dalam keperawatan sekolah adalah
bagaimana mengintegrasikan konsep kesehatan dalam kurikulum sekolah melalui berbagai usaha
dalam penemuan dini gangguan kesehatan (case finding), upaya pemeliharaan kesehatan dan
lingkungan sekolah. Perawat kesehatan sekolah berperan dalam melaksanakan EPSDT (Early
and Periodic Screening, Diagnosis and Treatment health problem) (McFarlane & Anderson,
2011).

Proses keperawatan sekolah dilakukan dengan mengkaji siswa/i dan keluarga untuk
menentukan tingkat pengetahuan mereka tentang masalah kesehatan, dan mencari tahu apakah
siswa/i berisiko memiliki masalah kesehatan yang dapat dicegah. Perawat kemudian
menganalisis hasil temuan pengkajian untuk menyusun diagnosis dan mengembangkan rencana
pengajaran atau kegiatan promosi kesehatan (Nies, 2018). Dalam penyusunan perencanaan untuk
menghasilkan luaran yang diinginkan dapat dilakukan dengan mengadaptasi Reinkemeyer’s
stages of planned change (McFarlane & Anderson, 2011).
● Tahap 1: Identifikasi dan pengembangan kebutuhan yang dirasakan dan keinginan untuk
berubah
● Tahap 2: Pengembangan hubungan perubahan antara perawat kesehatan komunitas dan
komunitas
● Tahap 3: Klarifikasi atau diagnosis masalah, kebutuhan, atau tujuan masyarakat
● Tahap 4: Pemeriksaan rute alternatif dan tujuan tentatif dan niat tindakan (perencanaan)
● Tahap 5: Transformasi niat menjadi perubahan aktual (intervensi)
● Tahap 6: Stabilisasi dan evaluasi
● Tahap 7: Fase terminasi hubungan antara perawat kesehatan komunitas dan komunitas

Setelah dilakukan perencanaan yang sesuai, dilakukanlah implementasi intervensi


keperawatan dimana dilakukan dengan melaksanakan rencana berbasis komunitas sekolah.
Implementasi diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran, tetapi yang lebih penting,
implementasi tindakan intervensi keperawatan untuk mempromosikan, mempertahankan, atau
memulihkan kesehatan; untuk mencegah penyakit; dan untuk melakukan rehabilitasi.

Dalam lingkup keperawatan sekolah, perawat memiliki fokus utama dalam memberikan
intervensi berupa prevensi atau penccegahan yang terbagi atas: Pencegahan primer dengan
memberikan promosi kesehatan dan pendidikan untuk mencegah masalah kesehatan pada anak;
Pencegahan sekunder meliputi skrining anak untuk berbagai penyakit, memantau pertumbuhan
dan perkembangan mereka, dan merawat mereka ketika mereka sakit atau terluka; dan
Pencegahan tersier di sekolah adalah perawatan lanjutan anak-anak yang membutuhkan
pelayanan perawatan kesehatan jangka panjang, bersama dengan pendidikan dalam masyarakat
(Stanhope & Lancaster, 2015).

1) Pencegahan Primer
Area pencegahan primer yang menjadi fokus perawat sekolah meliputi pencegahan
cedera masa kanak-kanak, pencegahan perilaku penyalahgunaan zat, pengurangan risiko
perkembangan penyakit kronis, dan pemantauan status imunisasi anak. Kegiatan
pencegahan primer ini dilakukan untuk populasi anak-anak di sekolah. Kegiatan untuk
populasi ditentukan oleh analisis penilaian yang diselesaikan pada semua anak di sekolah
untuk menentukan prioritas yang paling urgent untuk populasi.

a) Pencegahan cedera Anak


Perawat sekolah dapat mendidik anak-anak, guru, dan orang tua tentang
mencegah cedera. Perawat sekolah dapat memberikan program pendidikan yang
mengingatkan anak-anak untuk menggunakan sabuk pengaman atau helm sepeda
mereka untuk mencegah cedera.

Perawat sekolah juga memberikan promosi kesehatan untuk mencegah cedera


taman bermain. Perawat sekolah menilai taman bermain sekolah untuk keamanan
peralatan. Olahraga sekolah juga berpotensi menyebabkan cedera pada anak, dan
perawat sekolah biasanya terlibat dalam memutuskan dengan orang tua dan
pelatih tentang cara terbaik untuk mencegah cedera di lapangan olahraga.

b) Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Zat


Intervensi pencegahan primer oleh perawat sekolah termasuk mendidik anak-anak
dan remaja tentang efek obat-obatan dan alkohol pada tubuh mereka. Remaja
diajarkan oleh perawat sekolah untuk menjauhi narkoba (seperti marijuana,
kokain, crack, dan heroin) dan alkohol. Selain itu, perawat sekolah dapat
mengajari orang tua dan anggota masyarakat lainnya tentang mode obat terbaru,
meningkatkan kesadaran semua orang tentang tren berbahaya ini.

c) Pendidikan Pencegahan Penyakit


Perawat memiliki kesempatan untuk mengajarkan gaya hidup sehat kepada siswa
untuk mengurangi risiko penyakit di kemudian hari. Perawat juga memberikan
informasi kesehatan penting terkait anak usia sekolah, seperti persyaratan
imunisasi dan obesitas pada masa kanak-kanak. Dengan cara ini, perawat sekolah
dapat mempromosikan kesehatan tidak hanya anak sekolah, tetapi juga
masyarakat.

d) Vaksinasi untuk Anak Sekolah


Perawat sekolah harus menyimpan file lengkap dari semua catatan vaksinasi
siswa. Hal ini untuk memudahkan perawat sekolah untuk mengetahui anak mana
yang masih membutuhkan imunisasi atau booster.

Setiap perawat sekolah harus mengetahui persyaratan vaksin pada negara mereka
dan melakukan segala upaya untuk menemukan data yang hilang dalam catatan
imunisasi siswa. Perawat perlu menghubungi orang tua untuk mendapatkan
riwayat imunisasi anak. Catatan tertulis perlu dikirim ke setiap rumah anak
setidaknya satu tahun sebelum setiap imunisasi baru diperlukan sehingga orang
tua memiliki waktu untuk membawa anak tersebut ke penyedia layanan
kesehatannya untuk divaksin. Jika orang tua kehilangan informasi yang
memberikan riwayat imunisasi anak, mereka harus didorong untuk menghubungi
dokter atau perawat praktisi untuk mendapatkannya.

Perawat memiliki kesempatan untuk mengajar orang tua dan seluruh masyarakat
tentang manfaat dari penggunaan imunisasi. Perawat sekolah juga dapat
memainkan peran penting dalam mengimunisasi anak-anak terhadap flu musiman.
Perawat sekolah ditantang untuk mengurangi penyebaran epidemi di antara
anak-anak usia sekolah. Perawat sekolah dapat memberikan vaksin influenza
kepada anak-anak di sekolah dengan izin orang tua dan dapat mendidik siswa,
keluarga, dan staf sekolah tentang vaksin itu sendiri.

2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder melibatkan perawatan siswa ketika mereka membutuhkan
perawatan kesehatan, ini adalah tanggung jawab terbesar untuk perawat sekolah. Ini
termasuk merawat siswa dan karyawan sekolah yang sakit atau terluka. Ini juga
melibatkan screening, pengkajian kesehatan siswa, dan rujukan ke lembaga atau penyedia
kesehatan yang sesuai. Ketika seorang anak yang sakit atau terluka datang ke ruang
kesehatan sekolah, perawat harus segera menilai derajat penyakit atau cedera anak
tersebut.

a) Asuhan keperawatan untuk keadaan darurat di sekolah


Perawat sekolah harus memiliki rencana darurat sehingga rutinitas dapat diikuti
ketika keadaan darurat terjadi. Perencanaan bencana di sekolah mencakup
persiapan untuk bencana alam (seperti kebakaran atau cuaca buruk), bencana
buatan manusia (seperti kebakaran sekolah atau runtuhnya bangunan), serta
keadaan darurat kondisi kesehatan (seperti serangan asma atau kejang). NASN
merekomendasikan agar perawat sekolah memberikan kepemimpinan kepada
sekolah dalam semua fase kesiapsiagaan dan manajemen darurat.

b) Peralatan Darurat di kantor Perawat Sekolah


Perawat sekolah membutuhkan banyak peralatan untuk menangani keadaan
darurat di sekolah. Ruang kesehatan sekolah perlu memiliki barang-barang
darurat dasar seperti:

c) Pemberian Obat di Sekolah


Perawat sekolah, sebagai bagian dari pencegahan sekunder, mungkin bertanggung
jawab untuk memberikan obat kepada anak-anak selama hari sekolah. Ini
mungkin termasuk obat-obatan yang diresepkan, obat-obatan yang orang tua
minta untuk diberikan oleh Perawat sekolah atau vitamin. Dalam semua kasus,
perawat ingin mengembangkan serangkaian pedoman untuk membantu
administrasi obat yang legal di sekolah. Perawat sekolah akan menanyakan
kepada orang tua apakah anak tersebut sedang mengonsumsi obat-obatan.

d) Menilai dan Menyaring Anak di Sekolah


Anak-anak harus menerima skrining untuk penglihatan, pendengaran, tinggi dan
berat badan, kesehatan mulut, TBC, dan skoliosis di sekolah. Untuk
masing-masing area ini, perawat sekolah akan menyimpan catatan confidential
dari semua hasil screening untuk anak-anak di Sekolah. Pemeriksaan fisik untuk
berpartisipasi dalam olahraga sekolah juga dapat diberikan oleh perawat. Perawat
sekolah mengatur latihan fisik olahraga dan membantu memantau pemeriksaan
yang dilakukan oleh dokter atau praktisi perawat sekolah.
e) Identifikasi Pelecehan atau Pengabaian Anak
Perawat sekolah diamanatkan oleh undang-undang negara bagian untuk
melaporkan dugaan kasus pelecehan atau penelantaran anak. Ketika perawat
mengidentifikasi seorang anak yang mungkin dilecehkan, atau menerima
informasi dari seorang guru atau anggota staf lain yang mengarah pada keyakinan
bahwa seorang anak telah dilecehkan, perawat harus menghubungi otoritas hukum
yang sesuai serta kepala sekolah untuk menindaklanjuti kondisi anak.

f) Berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan


Perawat sekolah dapat membuat pengkajian terhadap anak yang memerlukan
rujukan ke dokter atau penyedia layanan kesehatan lainnya. Temuan dari
pengkajian ini harus dikomunikasikan secara akurat kepada orang tua anak dan
penyedia layanan kesehatan. Perawat harus mampu menyebarluaskan informasi
secara cepat dan tepat kepada orang tua anak.

g) Upaya Mencegah Bunuh Diri dan Masalah Kesehatan Jiwa Lainnya


Bunuh diri adalah penyebab kematian ketiga pada remaja. Program pencegahan
bunuh diri harus ditangani oleh perawat sekolah. Perawat dapat memimpin
program pendidikan di sekolah untuk menekankan strategi koping dan teknik
manajemen stres untuk anak-anak dan remaja yang memiliki masalah, dan untuk
mengajarkan tentang faktor risiko. Perawat sekolah dapat mengajar seluruh
anggota sekolah untuk mencari faktor risiko yang mungkin terjadi dalam lingkup
sekolah. Perawat sekolah juga dapat membantu mengatur program bantuan sebaya
untuk membantu remaja mengatasi tekanan sekolah.

Jika seorang siswa mengancam bunuh diri di sekolah, perawat sekolah dapat
melakukan intervensi dengan memastikan keselamatan siswa. Sementara orang
tua diberi tahu, perawat dapat menilai risiko bunuh diri anak dan merujuk anak
atau remaja tersebut ke intervensi krisis atau layanan kesehatan mental.

h) Kekerasan di Sekolah
Tujuan utama perawat sekolah adalah untuk mencegah terjadinya kekerasan dan
memprioritaskan keselamatan semua orang di kampus sekolah (Tuck et al, 2013).
Intervensi yang dapat dilakukan perawat untuk mencegah kekerasan antara lain
(Tuck et al, 2013):
● Memfasilitasi hubungan siswa dengan komunitas sekolah.
● Libatkan orang tua dalam kegiatan sekolah yang mempromosikan
hubungan dengan anak-anak mereka, dan membina komunikasi,
pemecahan masalah, penetapan batas, dan pemantauan anak-anak.
● Mendukung kegiatan dan strategi untuk membantu membangun iklim
yang mendorong dan mempraktikkan rasa hormat terhadap orang lain.
● Mendukung kebijakan tanpa toleransi untuk senjata di properti sekolah,
termasuk bus sekolah.
● Advokasi untuk pemantauan orang dewasa di lorong antara kelas dan pada
awal dan akhir hari sekolah, dan penugasan staf untuk memantau taman
bermain, kafetaria, dan pintu masuk sekolah sebelum dan sesudah sekolah.
● Berperan sebagai panutan positif, mengembangkan program
pendampingan untuk remaja dan keluarga berisiko.
● Mendidik siswa dan orang tua mereka tentang keamanan senjata. Jika
kekerasan terjadi, perawat sekolah harus melakukan hal berikut (Tuck et
al, 2013):
○ Mengkoordinasikan tanggap darurat sampai tim penyelamat tiba;
○ Memberikan asuhan keperawatan untuk siswa yang terluka;
○ Menerapkan strategi intervensi krisis yang membantu meredakan
situasi krisis dan membantu menyelesaikan konflik;
○ Identifikasi dan rujuk siswa yang membutuhkan layanan konseling
yang lebih mendalam; dan
○ Berpartisipasi dalam tim intervensi krisis.

3) Pencegahan Tersier
Perawat sekolah memberikan asuhan keperawatan terkait pencegahan tersier ketika
bekerja dengan anak-anak yang memiliki penyakit jangka panjang atau kronis atau
kebutuhan khusus. Perawat berpartisipasi dalam mengembangkan rencana pendidikan
individu (Individual Education Plan) untuk Siswa dengan kebutuhan kesehatan jangka
panjang. Perawat harus memiliki informasi tentang obat anak yang akan diberikan selama
jam sekolah.

Mereka juga perlu mengetahui apakah anak-anak membutuhkan terapi selama hari
sekolah, seperti terapi fisik atau obat-obatan. Jika anak memiliki masalah pendengaran
atau penglihatan, perawat mungkin perlu meminta guru untuk mendudukkan anak di
tempat terbaik di kelas sehingga anak dapat melihat atau mendengar dengan lebih baik.
Jika seorang anak menggunakan kursi roda atau menggunakan alat bantu berjalan
lainnya, bangunan sekolah itu sendiri mungkin perlu diubah sehingga anak dapat
berkeliling sekolah atau menggunakan toilet.

a) Anak-anak dengan Alergi


Perawat sekolah harus mengembangkan rencana untuk mencegah paparan alergen
yang diketahui dan menanggapi keadaan darurat alergi, berkolaborasi dengan
siswa, orang tua siswa, dan personel sekolah untuk menentukan rencana tindakan
terbaik.

b) Anak-anak dengan Asma


Perawat sekolah dapat melacak kualitas udara dalam ruangan sekolah sehingga
administrator sekolah memiliki data tentang apa yang dapat mempengaruhi
anak-anak. Perawat menggunakan pencegahan tersier ketika membantu anak yang
menderita asma. Ini termasuk memberikan, atau membantu mereka
Menggunakan, inhaler mereka atau obat-obatan asma lainnya

c) Anak-anak dengan diabetes


Manajemen kasus dan koordinasi perawatan adalah Peran penting bagi perawat
sekolah dalam merawat siswa diabetes. Perawat sekolah harus membuat rencana
perawatan untuk anak-anak dengan diabetes. Ini termasuk metode pemantauan
kadar glukosa darah dan pemberian insulin atau obat lain selama hari sekolah.
Kebutuhan nutrisi khusus juga perlu didiskusikan dengan orang tua, guru, dan staf
kantin.

d) Anak-anak yang autistik atau yang memiliki gangguan pemusatan


perhatian/hiperaktivitas
Perawat sekolah memberikan bantuan kepada anak, guru, dan orang tua agar
kegiatan sekolah anak menyenangkan dan produktif. Perawat dapat memberikan
obat yang diresepkan kepada anak untuk suasana hati atau pencegahan kejang.
Perawat juga bertanggung jawab untuk mempersiapkan guru tentang masalah
komunikasi yang mungkin dimiliki anak. Perawat dapat merekomendasikan
penggunaan bahasa isyarat, papan gambar, atau jenis alat komunikasi lain yang
digunakan oleh anak. Selain itu, perawat dapat mengajarkan orang tua tentang
autisme. Perawat juga dapat membantu orang tua bekerja dengan orang lain dalam
sistem perawatan kesehatan, seperti terapis wicara-bahasa dan spesialis
perkembangan, sehingga anak dapat memiliki pengalaman belajar yang positif di
sekolah.

e) Anak berkebutuhan khusus di sekolah


Perawat dapat mengawasi asisten kesehatan yang ditugaskan untuk merawat anak
untuk kebutuhan perawatan yang kompleks seperti Anak yang membutuhkan
kateterisasi urin, penggantian balutan, Pemeliharaan kateter intravena perifer atau
sentral, suction trakeostomi, gastrostomi atau pemberian makanan melalui selang
lainnya, atau obat intravena. Dalam semua kasus ini, perawat sekolah
memberikan perawatan tersier untuk menjaga kesehatan anak. Perawat memiliki
keterampilan yang dibutuhkan untuk mengkaji kesehatan anak. Selain itu, perawat
mungkin harus mengajari orang lain di sekolah cara merawat anak jika perawat
tidak ada di gedung saat anak membutuhkan bantuan. Ini adalah tanggung jawab
perawat sekolah untuk mengikuti informasi perawatan kesehatan terbaru melalui
program in-service.

f) Anak-anak di Rumah (Homebound Children)


Anak-anak yang memiliki keterbatasan mereka dapat diajarkan di rumah atau di
lingkungan institusi lain seperti rumah sakit. Dalam situasi ini, perawat sekolah
dapat menjadi penghubung antara guru, dokter, administrator sekolah, dan orang
tua mengenai kebutuhan anak. Perawat dapat membantu anak dengan memastikan
anak mendapatkan pembelajaran yang diperlukan. Anak harus diizinkan pergi ke
sekolah jika dia mampu, pada saat itu perawat sekolah mengoordinasikan
kebutuhan dan kelas perawatan kesehatan anak.

g) Remaja hamil dan ibu remaja di sekolah


Banyak gadis remaja yang hamil bersekolah. Oleh karena itu, perawat sekolah
dapat memberikan perawatan berkelanjutan kepada ibu serta koordinasi
perawatan yang mungkin diperlukan remaja di luar sistem sekolah, yaitu
kunjungan ke dokter atau praktisi perawat.

REFERENSI
McFarlane, J. M., & Anderson, E. T. (2011). Community as Partner: Theory and Practice in
Nursing. Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins.
Nies, M. A. (2018). Community/Public Health Nursing: Promoting the Health of Populations
(M. McEwen & M. A. Nies, Eds.). Elsevier.
Stanhope, M., & Lancaster, J. (Eds.). (2015). Public Health Nursing: Population-centered Health
Care in the Community. Elsevier.
Tuck C, Cagginello JB, Rose KC. (2013). School Violence, Role of the School Nurse in
Prevention—Position Statement. National Association of School Nurses. Available at:
http://www.nasn.org/PolicyAdvocacy/PositionPapersandReports/NASNPositionStatemen
tsFullView/tabid/462/ArticleId/566/SchoolViolence-Role-of-the-School-Nursein-Preventi
on-Adopted-June-2013.

Anda mungkin juga menyukai