Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sikap kewirausahaan bisa diajarkan melalui pendidikan dan pelatihan. Hal

ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

merupakan kepribadian (kata lain: sifat/watak), namun merupakan perilaku

seseorang. Sehingga apabila merupakan perilaku, maka perilaku tersebut dapat

dipelajari berdasarkan teori dan konsep yang dihasilkan dari penelitian bertahun-

tahun. Salah satu cara untuk mempelajari perilaku kewirausahaan adalah dengan

melalui pendidikan dan pelatihan.

Sikap kewirausahaan yang bisa diajarkan melalui pendidikan dan pelatihan

di sekolah adalah sikap percaya diri. Sedangkan sikap kewirausahaan yang lain

(yaitu motivasi, inovasi, dan kreatif) merupakan faktor pendidikan keluarga/faktor

lingkungan keluarga (Winarno, 2010). Selain itu, Winarno (2010) berpendapat

bahwa nilai kewirausahaan itu: (a) tidak dibawa sejak lahir; (b) selalu

berhubungan dengan objek; (c) tertuju pada satu objek/sekumpulan objek; (d)

dapat berlangsung lama atau sebentar... . Sehingga bukan tidak mungkin setelah

memperoleh pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di sekolah, akan muncul

sikap kewirausahaan kreatif, inovatif, dan motivasi untuk berkembang.

Kuratko (2004) dan Kuratko (2005) berpendapat bahwa kewirausahaan

bukan hanya sekedar penciptaan bisnis, namun lebih dari itu. Karakteristik

kewirausahaan yang mencakup: mencari peluang, mengambil resiko, dan

mendorong ide-ide agar menjadi nyata, merupakan sebuah konsep terintegrasi

1
yang melebihi dari karakteristik seorang pengusaha. Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa sikap kewirausahaan tidak harus dimiliki oleh seorang

pengusaha saja. Namun, alangkah lebih baik jika sikap kewirausahaan dimiliki

oleh siapa saja untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya.

Inti dari kewirausahaan sebenarnya adalah “inovasi dan kreatif”

(Mudjiarto dan Wahid, 2006; Suryana, 2004; Drucker, 1996). Sehingga untuk

mengajarkan pendidikan kewirausahaan diperlukan proses pembelajaran yang

tidak biasa (tidak monoton). Namun, berdasarkan penelitian Kuratko (2004) dan

Kuratko (2005), proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah proses

pembelajaran monoton (ceramah). Oleh karena itu, sebagai pendidik

kewirausahaan, maka perlu untuk menjaga agar selalu inovatif dan berani

mengambil resiko dalam pengajaran kewirausahaan.

Salah satu lembaga pendidikan yang mengajarkan kewirausahaan adalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan visi Direktorat Pembinaan

SMK (Dit. PSMK), SMK diharapkan menciptakan lulusan yang berjiwa

wirausaha dan memiliki kompetensi keahlian melalui pengembangan kerjasama

dengan industri dan berbagai bisnis yang relevan melalui program kewirausahaan.

Pada rencana program kerja 2010-2014 juga disebutkan bahwa pemerintah

mengembangkan kegiatan kesiswaan dengan sasaran 70% SMK memiliki

kelompok kewirausahaan siswa dan kegiatan ekstrakurikuler yang berhubungan

dengan kewirausahaan.

Salah satu dasar penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan di SMK

adalah berdasarkan PP no.19 tahun 2005 pasal 26 ayat 3, bahwa standar

kompetensi lulusan SMK bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

2
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Selanjutnya, berdasarkan PP

no.19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1, bahwa proses pembelajaran diselenggarakan

secara menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk ikut

berpartisipasi secara aktif.

Karena tuntutan kemajuan era globalisasi, maka pemerintah perlu untuk

mengadakan pendidikan yang bertaraf internasional. Oleh karena itu pemerintah

menggalakkan SMK SBI sehingga lulusannya bisa bekerja di dalam maupun di

luar negeri.

Sekolah Menengah Kejuruan Bertaraf Internasional (SMK-BI) merupakan

jenjang pendidikan formal yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas dasar

siswa dan instrumental siswa (penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan

jiwa kewirausahaan) yang diperlukan untuk bekal dalam bekerja pada bidang

keahlian tertentu pada tingkat nasional maupun internasional. Siswa SMK-BI

diarahkan untuk memasuki lapangan kerja. Sehingga fokus pendidikan di SMK-

BI ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai

kerja yang dibutuhkan saat bekerja.

Invest (Indonesia Vocational Education Strengthening) merupakan proyek

kerja sama Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Kejuruan (Dit. PSMK) untuk mengembangkan sekolah

bertaraf internasional dengan Model Aliansi. Konsep ini bertujuan untuk

memperluas jaringan sehingga SMK lebih dikenal luas oleh masyarakat. Invest

merupakan pengembangan SMK-SBI dengan mengacu pada indikator kinerja.

3
SMKN 1 Cerme merupakan satu-satunya SMK SBI Invest di Gresik,

diantara 90 SMK SBI Invest di Indonesia. Sebagai SMK model, SMKN 1 Cerme

menjadi contoh bagi SMK-SMK yang ada di Gresik dalam pelaksanaan

kurikulum SBI, khususnya dalam pengembangan kewirausahaan. Dalam proses

pembiayaan, SMKN 1 Cerme menjalin kerja sama dengan rekanan luar negeri

yaitu ADB (Asia Development Bank).

SMKN 1 Cerme memiliki tujuh kompetensi keahlian, yaitu Teknik

Instalasi Tenaga Listrik (TITL), Teknik Pendingin dan Tata Udara (PTU), Kimia

Industri (KI), Analis Kimia (AK), Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ),

Multimedia, dan Jasa Boga (JB). Masing-masing kompetensi keahlian memiliki

Unit Pelayanan Jasa (UPJ) untuk melatih kewirausahaan siswa dengan bimbingan

guru kejuruan.

Tabel 1.1 di bawah ini adalah produk yang dihasilkan oleh UPJ-UPJ di

SMKN 1 Cerme tahun 2009 s/d 2012:

4
Tabel 1.1
Produk yang Dihasilkan UPJ SMKN 1 Cerme

UPJ Kompetensi
No. Produk yang dihasilkan
Keahlian
1. Teknik Instalasi Tenaga Jasa: a) Trainer praktikum listrik untuk tingkat
Listrik (TITL) SD, SMP, SMA; b) Menjual motor pompa; c)
Instalasi listrik
2. Teknik Pendingin dan Jasa: a) Instalasi pendingin ruangan (AC); b)
Tata Udara (PTU) Service pendingin ruangan (AC)
3. Kimia Industri (KI) Barang: a) Sabun cuci piring; b) Sabun cream;
c) Jamu instan; d) Pelembut; e) Susu kedelai; f)
Bio diesel
4. Analis Kimia (AK) Barang: a) Minuman asam kunyit; b) Yoghurt
5. Teknik Komputer dan Barang: Notebook
Jaringan (TKJ) Jasa: a) Service komputer dan notebook; b)
Menjual accesories komputer dan notebook
6. Multimedia Jasa: a) Cetak spanduk, baliho, brosur,
undangan; b) Desain web, brosur, spanduk,
baliho, undangan, kaos
7. Jasa Boga (JB) Barang: a) Aneka masakan Indonesia; b)
Aneka kue, roti, cookies

SMKN 1 Cerme mengembangkan pendidikan kewirausahaan dengan mata

pelajaran kewirausahaan dan mengintegrasikan pengembangan kewirausahaan

pada pelajaran kejuruan. Meskipun demikian, dari data yang diperoleh melalui

wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang humas, bahwa per tanggal 8 Juni

2013 lulusan siswa angkatan 2012-2013 yang telah bekerja sebanyak 158 siswa

(35%), melanjutkan kuliah sebanyak 25 siswa (5%), dan sisanya masih menunggu

panggilan (bekerja atau kuliah). Belum dapat dipastikan berapa persen lulusan

yang memiliki sikap kewirausahaan yang merupakan cikal bakal calon

wirausahawan di masa depan. Apabila diketahui berapa persen lulusan yang

memiliki sikap kewirausahaan, maka akan dapat diperkirakan calon wirausaha

yang dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu

perlu diadakan suatu penelitian yang setidaknya dapat memberikan gambaran

5
tentang keterkaitan antara pendidikan & pelatihan dan prestasi belajar

kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan siswa SMKN 1 Cerme.

Tujuan pendidikan nasional merupakan pilar bangsa. Kemana bangsa

tersebut akan berjalan, bergantung terhadap penetapan tujuan pendidikan nasional.

Pemerintah menetapkan tujuan pendidikan nasional berkaitan dengan peningkatan

di bidang intelektual (ilmu pengetahuan dan teknologi), emosional (karakter), dan

spiritual (keagamaan). Hal ini berdasarkan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional pasal 3 menjelaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dijelaskan bahwa setelah memperoleh

pendidikan, diharapkan peserta didik yang tidak memiliki pengetahuan menjadi

berpengetahuan, yang tidak memiliki keterampilan menjadi terampil, serta

menjadi siswa yang mandiri dan kreatif, dengan didasari iman dan taqwa kepada

Tuhan Yang maha Esa dan akhlak yang mulia. Jadi, peserta didik tidak hanya

mempelajari ilmu pengetahuan&teknologi, namun juga mempelajari bagaimana

menempatkan dirinya di lingkungan sosial, bagaimana membina hubungan

dengan sesama manusia dan membina hubungan dengan Tuhan Yang maha Esa.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Februari 2011,

tercatat bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,12 juta orang.

Jumlah tenaga kerja tidak penuh, paruh waktu, dan setengah menganggur

6
mengalami peningkatan. Jumlah pengangguran tingkat pendidikan SMA/SMK

masih mendominasi komposisi pengangguran di Indonesia.

Sektor yang sering menampung tenaga kerja di Gresik adalah sektor

industri, pertanian, perdagangan, dan jasa kemasyarakatan. Ada banyak sektor

industri yang ada di Gresik. Namun, sektor industri tidak dapat menampung

seluruh jumlah tenaga kerja yang ada di Gresik. Sehingga diharapkan jumlah

entrepeneur meningkat untuk mengatasi pengangguran, khususnya pengangguran

di Gresik.

Sebagaimana dijelaskan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional) 2010-2014 bahwa pembangunan bidang pendidikan

diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan

antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan: (a) menciptakan lapangan

kerja atau kewirausahaan; dan (b) menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja.

Menyadari arti kewirausahaan yang begitu penting, maka lembaga pendidikan

mempunyai peran yang strategis. Pendidikan harus bisa mencetak kader

bangsa/sumber daya manusia (SDM) yang handal dan mampu menjawab

tantangan di era global. Melalui pendidikan, program pengembangan

kewirausahaan bisa diintegrasikan dengan tujuan untuk mengubah pola pikir dan

nilai-nilai lulusan bahwa pilihan setelah lulus pendidikan seharusnya bukan

menjadi pegawai, tetapi menjadi wirausaha (pencipta lapangan kerja).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut:

7
1. Bagaimanakah gambaran sikap kewirausahaan siswa SMKN 1 Cerme?

2. Bagaimanakah gambaran pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

kewirausahaan di SMKN 1 Cerme?

3. Bagaimanakah gambaran prestasi belajar kewirausahaan siswa SMKN 1

Cerme?

4. Adakah pengaruh pelaksanaan pendidikan & pelatihan kewirausahaan

terhadap sikap kewirausahaan siswa di SMKN 1 Cerme?

5. Adakah pengaruh prestasi belajar kewirausahaan terhadap sikap

kewirausahaan siswa di SMKN 1 Cerme?

6. Apakah kombinasi pelaksanaan pendidikan & pelatihan dan prestasi belajar

kewirausahaan mempunyai pengaruh terhadap sikap kewirausahaan siswa di

SMKN 1 Cerme?

7. Bagaimanakah gambaran pendidikan & pelatihan dan prestasi belajar

kewirausahaan yang dapat meningkatkan sikap kewirausahaan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka dapat dirumuskan tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis gambaran sikap kewirausahaan siswa SMKN 1 Cerme.

2. Untuk menganalisis gambaran pelaksanaan pendidikan dan pelatihan

kewirausahaan di SMKN 1 Cerme.

3. Untuk menganalisis gambaran prestasi belajar kewirausahaan siswa SMKN 1

Cerme.

8
4. Untuk menganalisis pengaruh pelaksanaan pendidikan & pelatihan

kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan siswa di SMKN 1 Cerme.

5. Untuk menganalisis pengaruh prestasi belajar kewirausahaan terhadap sikap

kewirausahaan siswa di SMKN 1 Cerme.

6. Untuk menganalisis pengaruh pelaksanaan pendidikan & pelatihan dan

prestasi belajar kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan siswa di SMKN

1 Cerme.

7. Untuk menganalisis gambaran pendidikan & pelatihan dan prestasi belajar

kewirausahaan yang dapat meningkatkan sikap kewirausahaan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dibedakan menjadi dua bagian, yaitu manfaat

secara teoritis dan manfaat secara praktis, yang diuraikan dalam penjelasan

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dapat dijadikan acuan/panduan dalam kebijakan

pengembangan kewirausahaan di sekolah, khususnya di SMK.

b. Diharapkan dapat dijadikan acuan/panduan dalam memverifikasi teori

hubungan antara pelaksanaan pendidikan & pelatihan kewirausahaan,

prestasi belajar kewirausahaan, dan sikap kewirausahaan siswa,

khususnya siswa SMK.

9
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Dengan ditemukannya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap

kewirausahaan siswa SMK, diharapkan sekolah akan menemukan

langkah dan cara yang lebih baik dalam pelaksanaan kebijakan

pengembangan kewirausahaan di sekolah, khususnya di SMK.

b. Bagi guru

Dengan ditemukannya faktor-faktor pengaruh yang dominan terhadap

sikap kewirausahaan siswa SMK, dapat dijadikan masukan dalam

penyelenggaraan proses pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di

SMK.

E. Definisi Istilah

1. Pendidikan & pelatihan kewirausahaan adalah pendidikan yang

menerapkan nilai-nilai kewirausahaan (mandiri, kreatif, berani

mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, kerja

keras, dan gigih/tekun), yang diintegrasikan ke dalam setiap mata

pelajaran. Jadi, tidak hanya diajarkan pada mata pelajaran

kewirausahaan. Pelaksanaan pendidikan & pelatihan kewirausahaan

adalah dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke

setiap mata pelajaran, berbasis teknologi, mengajarkan cara

pengambilan resiko, menggunakan metode pembelajaran yang aktif dan

menyenangkan, dan melalui praktek kewirausahaan (Unit Pelayanan

Jasa/UPJ).

10
2. Prestasi belajar kewirausahaan adalah hasil belajar siswa yang diperoleh

siswa dalam tes evaluasi mata pelajaran kewirausahaan. Hasil belajar

kewirausahaan siswa dinyatakan dalam bentuk skor atau angka yang

diberikan oleh guru. Hasil belajar akan menunjukkan seberapa tinggi

atau rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa.

3. Sikap kewirausahaan siswa adalah nilai-nilai kewirausahaan siswa yang

dimiliki oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Kewirausahaan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah memiliki makna untuk

kepentingan pendidikan yang bersifat sosial bukan untuk kepentingan

komersial. Sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh pengusaha.

Jadi, sikap kewirausahaan siswa tidak hanya ditunjukkan oleh minat

atau kecenderungan siswa dalam membuka usaha. Sikap kewirausahaan

yang dimaksud adalah: (a) mandiri/percaya diri; (b) kreatif; (c) berani

mengambil resiko; (d) berorientasi pada tindakan; (e) kepemimpinan;

dan (f) kerja keras.

11

Anda mungkin juga menyukai