Anda di halaman 1dari 4

Pasamoan

"Rama,antos sanggeus mumuluk Abah hoyong nyarios


sareng Rama. Aya hiji perkawis anu hoyong Abah bicarakeun antos
di rohangan Abah" ucap Abah tanpa melepas pandangannya dari
makanan yang sedang ia santap. "Iya, bah" jawab Rama, "naha Rama
hungkul? Abdi aya di dieu, ulah aranjeun teu malire abdi!" sela Bima
menatap tak suka Rama. "Bima, Bérés dahareun anjeun!" Tegas
Abah, Rama hanya diam melanjutkan makannya. Bima yang di
tegur hanya melakukan apa yang di ucap Abah.
Di ruangan Abah, Rama hanya terduduk diam menunggu
Abah membuka pembicaraannya, "ekhem, Rama janten kieu, anjeun
terang Abah atos kolot jeung teu tiada janten Raja leuwih lami deui.
Abah ngaharepkeun pisan anjeun tiasa ngagantikeun Abah sarta
masihan minantu sanajan anjeun henteu jiga abah" ucap Abah
panjang, Rama menyimak omongan Abah dengan sedikit renungan.
Rama mengulas senyum di wajahnya dan berkata, "Iya Abah, Rama
akan usahakan memenuhi keingin Abah". "Abah bade
ngawanohkeun hiji jalmi ka anjeun, wengi ieu anjeunna bade
sumping ka karajaan sarta tuang sareng arurang. anjeun dangdos
hela, pili baju anu alus kanggo wengi ieu " kata Abah dengan
senyumannya yang menyejukkan hati. "Hahahah Abah Abah,
yasudah Rama izin keluar dulu ya bah" ucap Rama dengan tawa
kecilnya dan pamit keluar dari ruangan Abah.
Dia Rama, pria dengan paras manis yang akan menerima
gelar Abah nya sebagai raja. Rama berkeliling kerajaannya sampai
dia mendengar suatu keributan di pasar, seperti dua pedang sedang
di adu. Ia menghampiri sumber keributan itu, berdesak dengan
warga yang ikut menonton perkelahian itu. Betapa tersanjung nya
Rama melihat wanita yang sedang beradu pedang dengan,, Bima?
"BERHENTI!" teriak Rama, seketika semua orang berhenti dari
kegiatannya. "Beri aku jalan" ucapnya, tak lama semua
memberikannya jalan. " Apa yang sedang kamu lakukan di sini,
Bima? Abah sudah memperingati mu untuk berhenti membuat
keributan" jelas Rama, Bima mendekat dengan tatapannya yang
tajam dan berkata "kanggo abdi cicing lamun anjeun tiasa, geulis
hahaha" dengan tawanya yang mengejek dan meninggalkan
kerumunan tanpa memperdulikan lawannya. Semua warga ikut
bubar, Rama menahan emosinya dan beralih menghampiri wanita
dengan tinggi 2 cm di atasnya yang menjadi lawan Bima. "Maaf atas
apa yang saudara ku lakukan. Apa kau tak apa, nona?" Usap Rama
seraya melihat lihat jika wanita ini terluka atau tidak mengingat
Bima sangat handal bermain pedang. "Saya tidak apa-apa, terima
kasih perhatiannya. Wajahmu cukup manis untuk seorang pria"
ucap wanita itu memperhatikan wajah Rama, Rama yang
diperhatikan sedikit tersipu dan mencoba bersikap seperti biasa. "Itu
bukan sebuah pujian tapi terima kasih, mari" ucap Rama dan
memutuskan untuk meninggalkan wanita itu. Sebelum ia ingin
meninggalkan tempat itu, wanita itu menahan tangannya. "Nama
saya Shinta, siapa namamu? Biarkan saya mengenalmu".
"Namaku, Rama. S-sampai jumpa" jawabnya agak gugup
dan menarik tangannya yang Shinta tahan, sesegera mungkin
meninggalkan tempat itu. Rama yang saat ini ada di kamarnya
berdiri di depan kaca dan berkaca, memperhatikan wajahnya yang
memerah. "Ini sangatlah tidak masuk akal, aaah lupakan. Lebih baik
aku menyiapkan baju untuk malam ini dan membersihkan diri, ya
membersihkan diri mungkin bisa membuatku sedikit lebih tenang"
ucap Rama pada dirinya sendiri.
•••
Malam pun tiba, Rama, Bima, dan Abah. Sudah siap untuk
menyambut tamu mereka dari kerajaan lain. Tak perlu tunggu lama,
seorang wanita masuk dengan pakaian sopan dan rambut di ikat
rapi. Betapa terkejutnya Rama melihat Shinta masuk kedalam
istananya. Apa ini tamu yang ingin Abah kenalkan pada, Rama?
Semoga jantung Rama tidak bermasalah. ""wilujeng sumping, hayu
kalebet neng Shinta" ajak Abah masuk, Rama hanya mengikuti Abah
dari belakang bersama Bima yang terlihat terkejut juga. Semua
duduk di tempat masing-masing dengan Shinta di sebelah Rama,
dan melanjutkan makan malam dengan sedikit candaan. Setelah
selesai, Abah mulai membuka percakapannya. Abah menjelaskan
bahwa Shinta akan di jodohkan dengan Rama dan. Abah juga
menjelaskan bahwa Shinta adalah anak panglima perang dari
kerajaan tetangga yang sudah menjadi raja wanita pertama di
kerajaannya. Rama dan Bima terkejut mendengarnya. "Abdi henteu
tampi! Mending wanoja ieu henteu kedah barobah kaayaan
pasangan Rama, teu aya anggun-anggunna sarta Rama henteu
merlukeun anjeunna. Rama ngan peryogi abdi!" sela Bima berdiri
dari duduknya, "Bima, jagi omongan anjeun. Saha anu paduli
anjeunna anggun atawa henteu, salila anjeunna henteu midamel
masalah sepertos anjeun" ucap Abah ikut berdiri. "naon margi Rama
katempo geulis? Sumawonten anjeunna henteu jago ngalugaskeun
tarung pedang, bah. Abdi terang anjeunna anu bade jadi Raja
saterasna, lamun lalaki sapertos anjeunna henteu pantes jadi Raja"
ucap Bima menentang, "Bima! Abah atos kasih terang,, argh" Abah
terduduk mengerang memegang dadanya. "Abah!" Panik Rama.

Beberapa tahun semenjak Abah meninggal dunia, Rama
masih tidak terima kepergian Abah yang begitu saja. Tapi Rama
tidak akan melupakan amanat Abah untuk menikahi Shinta dan
menjadi raja selanjutnya, para menteri pun segera mengangkat
Rama sebagai raja dan mengucilkan Bima. Rama mencoba
melupakan Abah dan Bima dengan banyak menikmati waktu
bersama Shinta, istri tercintanya. "Aku jatuh hati denganmu pada
pandangan pertama, sangat menyenangkan mengenal wanita
sepertimu" ucap Rama bersandar di bahu Shinta menikmati malam
di taman istana, "hahaha sangat menggemaskan, saya pun begitu.
Saya sangat tersanjung dengan wajahmu yang manis, apa kau
sanggup menjadi raja, wahai suamiku?" Tanya Shinta. "Aku pun
tidak tahu, aku hanya sangat senang menikahimu. Mari masuk,
sudah malam" ajak Rama mengulurkan tangannya dan di sambut
oleh tangan Shinta. Mereka sangat bahagia dengan dunianya sampai
mereka tidak sadar jika Bima mengawasi mereka.

Di sore hari yang terik, Shinta berpamitan dengan Rama
untuk berperang melindungi kerajaan nya, Rama yang tahu posisi
Shinta mengizinkannya. Selama Shinta berperang, Rama hanya di
istana dan berkeliling kerajaan melihat kemakmuran yang tercipta
sampai malam pun datang. Rama duduk di taman istana menikmati
langit penuh bintang sampai tak sadar sebuah pedang sudah ada di
lehernya bersiap menyerangnya. "Anjeun bagja sodara abdi nu
geulis? anjeun mopohokeun abdi deui sepertos Abah mopohokeun
abdi." ucap Bima tersulut emosi, "Bima, turunkan pedangmu"
perintah Rama. "moal! Abdi moal ngantep anjeun bingah. Anjeun
mopohokeun abdi sarta abdi ceuceub kalawan wanoja anjeun. Abdi
bade maehan anjeun sarta midamel wanoja anjeun tersakiti!"

Di pagi hari dengan kabut yang menutupi istana yang
indah dan taman yang luas, di temukan sang raja terduduk diam
dengan baju berlumuran darah. Para pelayan istana menemukannya
dengan pedang yang berukir nama Bima tertusuk di samping Rama.
Shita yang menerima kabar itu langsung murka dan terpuruk tidak
terima suaminya terbunuh begitu saja, mengingat ia sangat
mencintainya. Shinta pun mencari Bima keseluruhan wilayah dan
berjanji akan menghabisinya tanpa ampun! Tamat

Anda mungkin juga menyukai