0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan4 halaman
1. Cerita ini menceritakan tentang Rama yang diangkat menjadi raja oleh ayahnya setelah kematian sang ayah.
2. Rama dijodohkan dengan Shinta meskipun adiknya Bima menentang keras perjodohan tersebut.
3. Suatu malam, Bima membunuh Rama dengan pedang karena merasa dikhianati, yang kemudian memicu balas dendam Shinta untuk membunuh Bima.
1. Cerita ini menceritakan tentang Rama yang diangkat menjadi raja oleh ayahnya setelah kematian sang ayah.
2. Rama dijodohkan dengan Shinta meskipun adiknya Bima menentang keras perjodohan tersebut.
3. Suatu malam, Bima membunuh Rama dengan pedang karena merasa dikhianati, yang kemudian memicu balas dendam Shinta untuk membunuh Bima.
1. Cerita ini menceritakan tentang Rama yang diangkat menjadi raja oleh ayahnya setelah kematian sang ayah.
2. Rama dijodohkan dengan Shinta meskipun adiknya Bima menentang keras perjodohan tersebut.
3. Suatu malam, Bima membunuh Rama dengan pedang karena merasa dikhianati, yang kemudian memicu balas dendam Shinta untuk membunuh Bima.
sareng Rama. Aya hiji perkawis anu hoyong Abah bicarakeun antos di rohangan Abah" ucap Abah tanpa melepas pandangannya dari makanan yang sedang ia santap. "Iya, bah" jawab Rama, "naha Rama hungkul? Abdi aya di dieu, ulah aranjeun teu malire abdi!" sela Bima menatap tak suka Rama. "Bima, Bérés dahareun anjeun!" Tegas Abah, Rama hanya diam melanjutkan makannya. Bima yang di tegur hanya melakukan apa yang di ucap Abah. Di ruangan Abah, Rama hanya terduduk diam menunggu Abah membuka pembicaraannya, "ekhem, Rama janten kieu, anjeun terang Abah atos kolot jeung teu tiada janten Raja leuwih lami deui. Abah ngaharepkeun pisan anjeun tiasa ngagantikeun Abah sarta masihan minantu sanajan anjeun henteu jiga abah" ucap Abah panjang, Rama menyimak omongan Abah dengan sedikit renungan. Rama mengulas senyum di wajahnya dan berkata, "Iya Abah, Rama akan usahakan memenuhi keingin Abah". "Abah bade ngawanohkeun hiji jalmi ka anjeun, wengi ieu anjeunna bade sumping ka karajaan sarta tuang sareng arurang. anjeun dangdos hela, pili baju anu alus kanggo wengi ieu " kata Abah dengan senyumannya yang menyejukkan hati. "Hahahah Abah Abah, yasudah Rama izin keluar dulu ya bah" ucap Rama dengan tawa kecilnya dan pamit keluar dari ruangan Abah. Dia Rama, pria dengan paras manis yang akan menerima gelar Abah nya sebagai raja. Rama berkeliling kerajaannya sampai dia mendengar suatu keributan di pasar, seperti dua pedang sedang di adu. Ia menghampiri sumber keributan itu, berdesak dengan warga yang ikut menonton perkelahian itu. Betapa tersanjung nya Rama melihat wanita yang sedang beradu pedang dengan,, Bima? "BERHENTI!" teriak Rama, seketika semua orang berhenti dari kegiatannya. "Beri aku jalan" ucapnya, tak lama semua memberikannya jalan. " Apa yang sedang kamu lakukan di sini, Bima? Abah sudah memperingati mu untuk berhenti membuat keributan" jelas Rama, Bima mendekat dengan tatapannya yang tajam dan berkata "kanggo abdi cicing lamun anjeun tiasa, geulis hahaha" dengan tawanya yang mengejek dan meninggalkan kerumunan tanpa memperdulikan lawannya. Semua warga ikut bubar, Rama menahan emosinya dan beralih menghampiri wanita dengan tinggi 2 cm di atasnya yang menjadi lawan Bima. "Maaf atas apa yang saudara ku lakukan. Apa kau tak apa, nona?" Usap Rama seraya melihat lihat jika wanita ini terluka atau tidak mengingat Bima sangat handal bermain pedang. "Saya tidak apa-apa, terima kasih perhatiannya. Wajahmu cukup manis untuk seorang pria" ucap wanita itu memperhatikan wajah Rama, Rama yang diperhatikan sedikit tersipu dan mencoba bersikap seperti biasa. "Itu bukan sebuah pujian tapi terima kasih, mari" ucap Rama dan memutuskan untuk meninggalkan wanita itu. Sebelum ia ingin meninggalkan tempat itu, wanita itu menahan tangannya. "Nama saya Shinta, siapa namamu? Biarkan saya mengenalmu". "Namaku, Rama. S-sampai jumpa" jawabnya agak gugup dan menarik tangannya yang Shinta tahan, sesegera mungkin meninggalkan tempat itu. Rama yang saat ini ada di kamarnya berdiri di depan kaca dan berkaca, memperhatikan wajahnya yang memerah. "Ini sangatlah tidak masuk akal, aaah lupakan. Lebih baik aku menyiapkan baju untuk malam ini dan membersihkan diri, ya membersihkan diri mungkin bisa membuatku sedikit lebih tenang" ucap Rama pada dirinya sendiri. ••• Malam pun tiba, Rama, Bima, dan Abah. Sudah siap untuk menyambut tamu mereka dari kerajaan lain. Tak perlu tunggu lama, seorang wanita masuk dengan pakaian sopan dan rambut di ikat rapi. Betapa terkejutnya Rama melihat Shinta masuk kedalam istananya. Apa ini tamu yang ingin Abah kenalkan pada, Rama? Semoga jantung Rama tidak bermasalah. ""wilujeng sumping, hayu kalebet neng Shinta" ajak Abah masuk, Rama hanya mengikuti Abah dari belakang bersama Bima yang terlihat terkejut juga. Semua duduk di tempat masing-masing dengan Shinta di sebelah Rama, dan melanjutkan makan malam dengan sedikit candaan. Setelah selesai, Abah mulai membuka percakapannya. Abah menjelaskan bahwa Shinta akan di jodohkan dengan Rama dan. Abah juga menjelaskan bahwa Shinta adalah anak panglima perang dari kerajaan tetangga yang sudah menjadi raja wanita pertama di kerajaannya. Rama dan Bima terkejut mendengarnya. "Abdi henteu tampi! Mending wanoja ieu henteu kedah barobah kaayaan pasangan Rama, teu aya anggun-anggunna sarta Rama henteu merlukeun anjeunna. Rama ngan peryogi abdi!" sela Bima berdiri dari duduknya, "Bima, jagi omongan anjeun. Saha anu paduli anjeunna anggun atawa henteu, salila anjeunna henteu midamel masalah sepertos anjeun" ucap Abah ikut berdiri. "naon margi Rama katempo geulis? Sumawonten anjeunna henteu jago ngalugaskeun tarung pedang, bah. Abdi terang anjeunna anu bade jadi Raja saterasna, lamun lalaki sapertos anjeunna henteu pantes jadi Raja" ucap Bima menentang, "Bima! Abah atos kasih terang,, argh" Abah terduduk mengerang memegang dadanya. "Abah!" Panik Rama. … Beberapa tahun semenjak Abah meninggal dunia, Rama masih tidak terima kepergian Abah yang begitu saja. Tapi Rama tidak akan melupakan amanat Abah untuk menikahi Shinta dan menjadi raja selanjutnya, para menteri pun segera mengangkat Rama sebagai raja dan mengucilkan Bima. Rama mencoba melupakan Abah dan Bima dengan banyak menikmati waktu bersama Shinta, istri tercintanya. "Aku jatuh hati denganmu pada pandangan pertama, sangat menyenangkan mengenal wanita sepertimu" ucap Rama bersandar di bahu Shinta menikmati malam di taman istana, "hahaha sangat menggemaskan, saya pun begitu. Saya sangat tersanjung dengan wajahmu yang manis, apa kau sanggup menjadi raja, wahai suamiku?" Tanya Shinta. "Aku pun tidak tahu, aku hanya sangat senang menikahimu. Mari masuk, sudah malam" ajak Rama mengulurkan tangannya dan di sambut oleh tangan Shinta. Mereka sangat bahagia dengan dunianya sampai mereka tidak sadar jika Bima mengawasi mereka. … Di sore hari yang terik, Shinta berpamitan dengan Rama untuk berperang melindungi kerajaan nya, Rama yang tahu posisi Shinta mengizinkannya. Selama Shinta berperang, Rama hanya di istana dan berkeliling kerajaan melihat kemakmuran yang tercipta sampai malam pun datang. Rama duduk di taman istana menikmati langit penuh bintang sampai tak sadar sebuah pedang sudah ada di lehernya bersiap menyerangnya. "Anjeun bagja sodara abdi nu geulis? anjeun mopohokeun abdi deui sepertos Abah mopohokeun abdi." ucap Bima tersulut emosi, "Bima, turunkan pedangmu" perintah Rama. "moal! Abdi moal ngantep anjeun bingah. Anjeun mopohokeun abdi sarta abdi ceuceub kalawan wanoja anjeun. Abdi bade maehan anjeun sarta midamel wanoja anjeun tersakiti!" … Di pagi hari dengan kabut yang menutupi istana yang indah dan taman yang luas, di temukan sang raja terduduk diam dengan baju berlumuran darah. Para pelayan istana menemukannya dengan pedang yang berukir nama Bima tertusuk di samping Rama. Shita yang menerima kabar itu langsung murka dan terpuruk tidak terima suaminya terbunuh begitu saja, mengingat ia sangat mencintainya. Shinta pun mencari Bima keseluruhan wilayah dan berjanji akan menghabisinya tanpa ampun! Tamat