Anda di halaman 1dari 27

Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Bagian Kedua
ISI KHOTBAH SETIAP HARI MINGGU, HARI RAYA GEREJAWI,
KUNCI BULAN SAKRAMEN, DLL
Pembaruan GKI Pada Pelayanan
Triwulan Pertama Januari-Februari-Maret 2023
“Pembaruan Tuhan Kepada Manusia”

BULAN KE-1: JANUARI 2023


MINGGU, 01 JANUARI 2023
KELENDER GEREJAWI : PUTIH
PEMBACAAN ALKITAB : Kejadian 9:1-17
TEMA : “Berkat dan Pembaruan Perjanjian Allah”

LATAR BELAKANG
Pelayanan di lingkungan GKI di Tanah Papua pada tahun 2023 hingga tahun
2027 pergumulan dan karyanya akan diletakkan pada arah pencapaian
pelayanan yang sudah digariskan melalui Rencana Strategis (Renstra) GKI,
yaitu tahun pertama 2023 dengan tema utama “pembaruan”. Pembaruan
yang dimaksudkan adalah penekanan kepada implementasi hasil-hasil
keputusan Sidang Sinode yang menekankan semangat pembaruan untuk
menghadirkan berbagai inovasi dalam persekutuan, pelayanan, kesaksian
dan penata-layanan GKI di Tanah Papua”. Artinya pembaruan pada GKI
secara lembaga ditemukan dalam semua “ketetapan dan keputusan Sidang
Sinode”. Hal-hal yang sudah ditetapkan pada Sidang Sinode diibaratkan
sebagai “suatu pembaruan perjanjian yang sudah Tuhan hadirkan bagi
manusia dan organisasi GKI dan seluruh penata-layanannya melalui
ketetapan Sidang Sinode. Sehingga dukungan pelayanan ibadah diatur
mengikuti tema utama “pembaruan” dengan fokus gumul dalam doa dan
ibadah diatur mengikuti tahapan triwulan. Triwulan pertama Januari-
Februari-Maret 2023 fokus dan arah ibadah yaitu menggumuli GKI dalam
pembaruan Tuhan kepada manusia. Untuk mengawali semua ini, Tuhan
berkenan mengaruniakan tahun baru 1 Januari 2023 tepat pada “hari
minggu” dan hari ini kita sudah memasukinya, mendasari semua gumul dan
layanan dalam penyembahan, pengagungan dan sikap iman yang takut akan
Tuhan dalam ibadah dan doa dan ketaatan karena mendengar Firman Tuhan
pada keseluruhan tahun 2023. Bagi GKI di Tanah

1
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Papua “hari Minggu pertama 1 Januari 2023 adalah awal dan dasar
mendahulukan, mengutamakan menyembah Allah Bapa, Anak dan Roh
Kudus dalam Roh dan kebenaran” sebagai titik utama bersama Allah GKI di
Tanah Papua mengerjakan “pembaruan perjanjian Allah di negeri Papua dan
dunia bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu termasuk bersama dan
melalui GKI di Tanah Papua”.
Teks Kejadian 9:1-17 memberikan dua alas utama yang prinsip dari pihak
Allah sang penguasa dan pengendali alam, sejarah dan peradaban manusia
dan kemajuan kulturnya, yaitu: pertama, Allah yang “adil” adalah yang
menghukum, Dia Allah yang menyediakan berkat dan kasih kemurahan Allah
yang kekal ; kedua, Allah adalah Allah yang setia terhadap Firman yang
keluar dari pada-Nya sebagai Allah perjanjian. Nuh dan keluarganya
mengalami kasih karunia Allah yang utuh. Sebagai Allah yang Maha kuasa,
Maha besar, Maha abadi.

PENJELASAN TEKS
Ayat 1 - 7 : Berkat Elohim
Berkat Allah. Teks hari ini menyajikan lima isi berkat Allah kepada Nuh dan
keluarga, hal yang sama juga berlaku bagi kita dari teks Firman Tuhan ini,
yaitu berkat Allah bagi keluarga kita, berkat Allah bagi keluarga besar GKI di
Tanah Papua dan semua umat di negeri Papua dan dunia yang sudah ditebus
Allah melalui Tuhan Yesus Kristus. lima berkat dimaksud adalah :
(1) Berkat keturunan (ay 1)
(2) Berkat manusia Nuh menjadi wakil Tuhan di bumi menaklukkan segala
binatang (ay 2)
(3) Berkat pemberian Allah berupa limpahan makanan (ay 3)
(4) Berkat menghormati Nyawa sebagai “imago dei” (ay 4-6)
(5) Berkat Anak-cucu (ay 7)
Ayat 8-17 Pembaruan Perjanjian Elohim
Pembaruan perjanjian Allah dengan manusia sebagai awal dari perjanjian
yang baru, 3 (tiga) isi perjanjian Allah dengan Nuh, manusia dan semua
makhluk yang hidup, antara lain :
(1) Isi perjanjian pertama : segala makhluk hidup yang keluar dari bahtera
tidak akan dilenyapkan oleh air bah, dan tidak akan ada lagi air bah
untuk memusnahkan bumi (ay 8-11)

2
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

(2) Isi perjanjian kedua : tanda perjanjian dari pihak Allah untuk mendukung
isi perjanjian pertama adalah “Busur-Ku Ku Taruh di awan menjadi tanda
Perjanjian antara Allah dan bumi” (ay 12-13)
(3) Isi perjanjian ketiga : Allah akan selalu Ingat isi Perjanjian pertama dan
isi perjanjian kedua bila tanda yang Allah berikan dalam perjanjian itu
muncul di awan di atas bumi (ay 14-17)

PENERAPAN
Fokus tahun pelayanan GKI pada tahun 2023 sudah ditentukan adalah tahun
“pembaruan”, maka teks hari ini sudah mengingatkan kita, bahwa GKI di
tanah Papua akan mengarungi tahun baru 2023 di atas alas pembaruan yang
sudah Allah gariskan, sebagaimana teks bacaan hari ini, yaitu semua
manusia, makhluk dan GKI di Tanah Papua selalu mengalami “Berkat Elohim”
; dan semua umat Tuhan di negeri Papua dan dunia, meskipun tidak pernah
melihat Allah tetapi percaya kepada “Anak Tunggal Allah yang berkarya bagi
penebusan dunia dan semua isinya, Allah ingat tanda perjanjian penebusan
“Salib”, di atas dasar iman kepada Tuhan Yesus “Allah ingat umat Tuhan di
negeri Papua di dunia dan di dalam persekutuan Gereja Kristen Injili di Tanah
Papua. Selamanya. Imanuel.

3
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 08 JANUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : KEJADIAN 15:1-21
TEMA : ABRAHAM TELADAN PEMBARUAN IMAN

LATAR BELAKANG
Minggu ke-2 hari ke-8 bulan Januari tahun 2023 fokus layanan tahunan
“pembaruan” dengan memperhatikan pembaruan Allah dengan manusia
yang tergambar pada Kejadian 15:1-21. Kata "perjanjian" digunakan lebih
dari 300 kali dalam Alkitab. Untuk Perjanjian berasal dari kata dasar janji
artinya ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat
(seperti hendak memberi, menolong, datang, bertemu; persetujuan antara
dua pihak (masing-masing menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu). Dalam bahasa Ibrani kata perjanjian
menunjuk pada sebuah kesepakatan bersama antar dua pihak, tetapi tidak
lagi dua pihak melainkan sepihak karena hanya Allah yang berdaulat (Kej.
6 :28). Kata ini menjadi kunci yang selalu direnungkan Israel yaitu
bersumpah dalam Ulangan. Sumpah atau janji dalam Perjanjian Lama khusus
pada kitab Kejadian bukanlah janji yang umum, yang terlihat kurang konkrit
dan khusus melainkan sebaliknya. Perjanjian menjadi suluh (cahaya) bukan saja
semata-mata terbatas keturunan Abraham atau perjanjian sejarah yang sudah
berlalu, melainkan perjanjian yang digenapkan kepada semua orang percaya
melalui karya penebusan Kristus. Dan salah satunya adalah Abraham atau
bernama asli Abram merupakan generasi ke sepuluh dari Nuh melalui Sem
anak Terah dan dilahirkan 352 tahun setelah air bah.

PENJELASAN TEKS
Dari teks ini kita belajar 2 hal penting yaitu tentang : Harapan Abram akan
ahli waris (ayat 1-6) dan Kepastian Tentang Tanah yang Akan Dimiliki Abram
(15:7-21).
Harapan Abram akan Ahli Waris (15:1-6)
Firman Tuhan kepada Abram jauh dari apa yang kita harapkan dalam
keadaan seperti itu: “Jangan takut, Abram, Aku adalah perisai bagimu;
upahmu akan sangat besar” (Kejadian 15:1). Apa yang menyebabkan Abram
takut? Dia baru saja memenangkan kemenangan besar atas Kedorlaomer
dan tiga raja timur lainnya (Kejadian 14:14-15). Karena itu, tidak diragukan
lagi, ia

4
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

telah menerima banyak pengakuan, bahkan dari raja kafir Sodom (14:17, 21-
24). Ketakutan apa yang dapat menghantui iman Abram pada saat
kemenangan seperti itu? Ada kemungkinan bahwa Abram takut akan
pembalasan militer di masa depan dari Kedorlaomer dan sekutunya. Dia
mungkin telah memenangkan pertempuran, tetapi apakah dia memenangkan
perang? Firman Tuhan kepada Abram, “Aku adalah perisai bagimu,” bisa jadi
kata TUHAN, Akulah perisaimu” ditujukan kepada Abram supaya
merendahkan ketakutan akan konflik militer di masa depan ini. Ini tidak
mungkin menjadi perhatian terbesar Abram, terutama mengingat ayat-ayat
selanjutnya. Kemenangan Abram tidak begitu manis mengingat satu
pertanyaan yang tampaknya menutupi semua pertanyaan lainnya, “Apa
gunanya sukses, tanpa penerus?” Tanggapan Abram kepada Allah menegaskan
hal ini: “Dan Abram berkata, 'Ya Tuhan Allah, apa yang akan Engkau berikan
kepadaku, karena aku tidak memiliki anak, dan ahli waris rumahku adalah
Eliezer dari Damaskus?' Dan Abram berkata, 'Karena Engkau tidak
memberikan anakku, yang lahir di rumahku adalah ahli warisku'” (Kejadian
15:2-3). Di Timur dekat Kuno, ada praktek yang terbukti baik untuk
memastikan seorang ahli waris, bahkan jika tidak ada anak laki-laki yang
dilahirkan dari laki-laki itu. Pasangan yang tidak memiliki anak akan
mengadopsi salah satu pelayan yang lahir ke dalam rumah tangga. 'Anak' ini
akan merawat mereka di hari tua dan akan mewarisi harta benda mereka
pada saat ajal tiba.
Pada titik terendah dalam iman Abram ini, ia menaruh harapan. Tuhan telah
menjanjikan Abram jauh lebih banyak daripada apa yang bisa dia berikan
untuk dirinya sendiri. Eliezer bukanlah pewaris yang Tuhan janjikan.
Keturunannya berasal dari Abraham dan darahnya sendiri. Dia akan memiliki
seorang putra sendiri. Kemudian lihatlah, firman Tuhan datang kepadanya,
mengatakan, ‘Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu; tetapi barangsiapa
yang akan keluar dari tubuhmu sendiri, dialah yang akan menjadi ahli
warismu” (Kejadian 15:4). Untuk meyakinkan Abram, Tuhan membawanya
keluar dan menarik perhatiannya ke bintang-bintang di langit. Ini adalah
berapa banyak keturunan Abram akan melalui putranya yang pasti akan
datang (ayat 5). Ayat 6 menggambarkan tanggapan Abram terhadap wahyu
ilahi: “Lalu dia percaya kepada Tuhan; dan Dia memperhitungkannya sebagai
kebenaran” (Kejadian 15:6). Kata pertama 'kemudian' mencoba untuk
menyampaikan gagasan bahwa Abram menanggapi janji Allah tentang

5
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

seorang anak dengan keyakinan. Dalam pengertian ini, ini adalah terjemahan
yang baik.
Kesulitan yang muncul, adalah bahwa 'kemudian' dapat menyampaikan lebih
dari yang seharusnya. Ayat 6 adalah pertama kalinya kata 'percaya'
digunakan. Ini juga pertama kalinya Abram dikatakan diperhitungkan sebagai
orang benar. Mudah untuk menyimpulkan bahwa Musa bermaksud bahwa
ini adalah pertama kalinya Abram beriman kepada Tuhan, dan bahwa dia di
sini 'diselamatkan' (menggunakan kata Perjanjian Baru). Dalam kitab Ibrani
kita membaca: “Karena iman maka Abraham, ketika ia dipanggil, taat dengan
pergi ke tempat yang akan diterimanya sebagai milik pusaka; dan dia pergi,
tidak tahu ke mana dia pergi” (Ibrani 11:8). Di sini penulis Surat Ibrani
bermaksud agar kita memahami bahwa Abram 'mempercayai' Tuhan sebelum
pasal 15, bahkan saat ia meninggalkan Ur-Kasdim untuk memasuki tanah
Kanaan. Solusinya tidak sesulit kelihatannya.
Tata bahasa dari ayat 6 menunjukkan bahwa iman Abram tidak dimulai
disini. Tidak hanya sebelumnya dia percaya, dia terus percaya. Oleh karena
itu, 'kemudian' dari terjemahan kami mungkin agak terlalu kuat. Tetapi
mengapa Musa menunggu sampai titik ini untuk memberi tahu kita bahwa
Abram percaya, dan bahwa dia dibenarkan oleh iman? Iman Abram tidak
disebutkan sampai sekarang untuk menekankan fakta bahwa iman yang
menyelamatkan adalah iman yang berfokus pada pribadi dan karya Yesus
Kristus. Disini iman Abram difokuskan pada janji seorang anak, yang
melaluinya berkat akan datang kepada seluruh dunia. Meskipun kita mungkin
tidak sepenuhnya menentukan seberapa lengkap pemahaman Abram tentang
semua ini, kita tidak boleh mengabaikan kata-kata Juruselamat: “Ayahmu
Abraham bersukacita melihat hari-Ku; dan dia melihatnya, dan dia
bersukacita” (Yohanes 8:56). Sementara Abram percaya kepada Tuhan, disini
imannya lebih jelas dan terfokus. Di sini imannya adalah pada janji Tuhan
untuk memberikan berkat seorang putra, dan berkat melalui Dia. Pada titik
inilah Allah memilih untuk mengumumkan bahwa iman Abram adalah iman
yang menyelamatkan. Perhatikan tiga hal tentang iman Abram ini :
Pertama, itu adalah iman pribadi. Dengan ini saya maksudkan bahwa Abram
percaya kepada Tuhan. Dia tidak hanya percaya tentang Tuhan, tetapi di
dalam Dia. Disinilah perbedaan antara banyak orang yang mengaku Kristen
dan mereka yang memiliki orang Kristen—benar-benar dilahirkan kembali
oleh iman dalam pribadi Kristus.

6
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Kedua, iman Abram adalah iman proposisional. Sementara Abram percaya


pada pribadi Allah, imannya didasarkan pada janji-janji Allah. Banyak yang
percaya pada dewa definisi mereka sendiri. Abram percaya pada Tuhan
wahyu. Perjanjian yang dibuat Allah di sini dengan Abram (ayat 12 dst)
memberi Abram proposisi khusus yang menjadi dasar iman dan praktiknya.
Ketiga, Iman Abram juga merupakan iman yang praktis. Maksud saya,
keyakinan Abram adalah keyakinan yang membutuhkan tindakan. Jelas,
pekerjaan Abram tidak memulai keselamatannya, tetapi mereka
menunjukkannya (lih. Yak 2:14 dst.). Juga, iman Abram berkaitan dengan
kebutuhan yang sangat praktis dan indra—kebutuhan akan seorang anak
laki- laki. Tuhan tidak meminta kita untuk percaya pada yang abstrak, tetapi
pada masalah kehidupan sehari-hari. Ketika Musa mengatakan bahwa iman
Abram diperhitungkan sebagai kebenaran, itu tidak berarti bahwa iman
Abram, dengan cara tertentu, ditukar dengan kebenaran. Iman Abram,
seperti iman kita hari ini, bukanlah sesuatu yang dia bayangkan dengan
upaya mental atau spiritual. Iman itu sendiri adalah sebuah karunia (Efesus
2:8-9). Imannya ada pada anak yang akan datang dan pada keturunannya,
salah satunya adalah Mesias. Karena Abram memandang kepada Satu Allah
yang akan menyediakan kebenaran, maka Allah menyatakan dia sebagai
orang benar. Secara teknis, keselamatan (dan iman) adalah hadiah, tetapi
kebenaran datang melalui proses hukum imputasi. Abram secara hukum
dinyatakan benar oleh Allah karena dia percaya kepada Dia yang benar.
Kebenaran Kristus, yang diperhitungkan kepada Abram karena imannya yang
diberikan Allah, menyelamatkan dia. Cara Tuhan menyelamatkan manusia
bukanlah hal baru. Itu tidak berubah dari zaman Perjanjian Lama ke
Perjanjian Baru. Selalu, Tuhan telah menyelamatkan manusia oleh kasih
karunia, melalui iman. Tidak ada jalan lain. Sementara Abram diselamatkan
oleh iman kepada Dia yang akan datang, kita diselamatkan oleh iman kepada
Dia yang telah datang ini. Itulah satu-satunya perbedaan.
Kepastian Tentang Tanah yang Akan Dimiliki Abram (15:7-21)
Setelah mengatasi kebutuhan terbesar Abram untuk diyakinkan—yaitu seorang
ahli waris, Allah melanjutkan untuk memperkuat iman Abram mengenai
tanah yang akan dia miliki: “Dan Dia berkata kepadanya, 'Akulah Tuhan yang
membawa kamu keluar dari Ur Kasdim. , untuk memberikan negeri ini
kepadamu untuk memilikinya'” (Kejadian 15:7). Pertanyaan Abram

7
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

tampaknya tidak mencerminkan ketidakpercayaan, tetapi bertanya-tanya


bagaimana hal ini akan dicapai: "Dan dia berkata, 'Ya Tuhan Allah,
bagaimana saya tahu bahwa saya akan memilikinya?" (Kejadian 15:8).
Nadanya mirip dengan nada suara Maria ketika diberitahu bahwa dia akan
menjadi ibu dari Mesias: “Dan Maria berkata kepada malaikat itu, 'Bagaimana
ini bisa terjadi, karena aku masih perawan?'” (Lukas 1:34).
Tuhan tidak menegur Abram atas pertanyaannya, tetapi meneguhkan janji-
Nya dengan sebuah perjanjian. Maka Dia berkata kepadanya, 'Bawakan
kepada-Ku seekor lembu jantan berumur tiga tahun, dan seekor kambing
betina berumur tiga tahun, dan seekor domba jantan berumur tiga tahun,
dan seekor burung tekukur, dan seekor merpati muda.' Lalu dia membawa
semuanya itu kepada-Nya dan memotongnya. dalam dua, dan meletakkan
masing-masing setengah berlawanan yang lain; tapi dia tidak memotong
burung-burung itu. Dan burung-burung pemangsa turun ke atas bangkai-
bangkai itu, dan Abram mengusir mereka (Kejadian 15:9-11). Di dunia kuno
Abram, perjanjian yang sah dan mengikat tidak dibuat diatas kertas yang
ditulis oleh para pengacara dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang
terlibat. Sebaliknya, kedua belah pihak akan mencapai kesepakatan yang
dapat diterima bersama, dan kemudian mereka akan meresmikannya dalam
bentuk perjanjian. Perjanjian itu dimeteraikan dengan membagi seekor
binatang (atau binatang-binatang). Faktanya, istilah teknis secara harfiah
berarti 'pergi membuat perjanjian.' Hewan itu dipotong menjadi dua dan
kedua belah pihak akan melewati di antara bagian tersebut. Tampaknya
dalam sumpah ini, para pria mengakui bahwa nasib hewan itu harus menjadi
milik mereka jika mereka melanggar ketentuan perjanjian mereka. Jadi kita
melihat bahwa ayat- ayat tersebut tidak menggambarkan proses
penyembelihan hewan, tetapi tindakan hukum membuat perjanjian yang
mengikat. Beberapa waktu tampaknya telah berlalu antara persiapan hewan
(lih. ayat 11).
Menjelang akhir penundaan ini, Abram jatuh ke dalam keadaan seperti
kesurupan yang dalam: “Sekarang ketika matahari terbenam, tidur nyenyak
menimpa Abram; dan lihatlah, kengerian dan kegelapan yang besar
menimpanya” (Kejadian 15:12). Saya percaya itu adalah respons normal
terhadap kengerian pengungkapan perlakuan terhadap anak-anak Abram
dalam 400 tahun ke depan. Keturunan Abram akan memiliki tanah Kanaan,
tetapi tidak sampai setelah penundaan yang cukup lama dan banyak
kesulitan: Dan Tuhan berkata kepada Abram, ‘Ketahuilah dengan pasti
bahwa
8
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

keturunanmu akan menjadi orang asing di negeri yang bukan milik mereka,
di mana mereka akan diperbudak dan ditindas selama empat ratus tahun.
Tetapi Aku juga akan menghakimi bangsa yang akan mereka layani; dan
setelah itu mereka akan keluar dengan banyak harta” (Kejadian 15:13-14).
Abram tidak hanya tidak perlu mengetahui hal ini, tetapi pengetahuan seperti
itu dapat merugikan sebelum perbudakan ini terjadi. Tidak masalah bagi
mereka yang membaca kata-kata Musa ini untuk mengetahui negeri yang dia
bicarakan. Memang, mereka baru saja keluar dari Mesir. Sungguh hal yang
aneh bagi orang-orang Israel yang dibawa keluar dari Mesir untuk membaca
nubuatan yang begitu akurat menggambarkan pengalaman mereka.
Tampaknya ada dua alasan untuk penundaan 400 tahun sebelum tanah
Kanaan akan dimiliki :
Pertama, anak-anak Abraham belum dapat (atau cukup banyak) untuk
memiliki tanah lebih awal. Juga penduduk negeri itu belum cukup jahat untuk
diusir: “Pada generasi keempat mereka akan kembali ke sini, karena
kesalahan orang Amori belum selesai” (Kejadian 15:16).
Kedua , prinsip yang mengatur kepemilikan tanah Kanaan. Allah memiliki
tanah Kanaan (Imamat 25:23), dan Dia membiarkannya bagi mereka yang
mau hidup menurut kebenaran. Ketika Israel melupakan Tuhan mereka dan
mempraktekkan kekejian orang Kanaan (lih. II Tawarikh 28:3, 33:2), Tuhan
juga mengeluarkan mereka dari tanah itu.Mengingat perdebatan saat ini
tentang siapa yang memiliki klaim sah di tanah Israel, mari kita ingat prinsip
ini. Adalah Tuhan yang memiliki tanah, bukan orang-orang Yahudi, atau
orang-orang Arab. Tuhan tidak akan membiarkan orang-orang Yahudi
memiliki tanah dan hidup dengan jahat seperti yang Dia inginkan dari orang-
orang bukan Yahudi. Selama 400 tahun atau lebih dari saat wahyu ini, dua
program bekerja secara bersamaan. Orang Kanaan semakin bertambah jahat,
dan hari perhitungan mereka semakin dekat. Pada saat yang sama, bangsa
Israel akan segera lahir, berkembang pesat dalam jumlah, dan dalam
kedewasaan rohani, mempersiapkan hari kepemilikan. Bukankah ini juga
gambaran hari kita sendiri? Bukankah Allah telah mengatakan bahwa di akhir
zaman kejahatan akan meningkat (lih. II Tesalonika 2:1-12; II Timotius 3:1-9; II
Petrus 3:3 dst.)? Pada saat yang sama, Allah sedang memurnikan dan
mempersiapkan kita untuk kedatangan-Nya kembali (lih. Efesus 5:26-27;
Kolose 1:21-23; I Petrus 1:6-7). Orang jahat akan menerima pembalasan
atas dosa mereka, dan orang-orang kudus akan diberi upah karena
kebenaran.

9
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ketika Tuhan telah berbicara tentang kematian damai Abram di usia tua yang
matang dan nasib keturunannya, Dia meratifikasi perjanjian tentang tanah
yang akan menjadi milik Israel: Dan terjadilah ketika matahari telah
terbenam, bahwa hari sudah sangat gelap, dan lihatlah, tampaklah tungku
berasap dan obor menyala yang melintas di antara potongan-potongan ini.
Pada hari itu Tuhan membuat perjanjian dengan Abram, dengan
mengatakan, 'Kepada keturunanmu telah Kuberikan negeri ini, dari sungai
Mesir sampai sungai besar, sungai Efrat: orang Keni dan orang Keniz dan
orang Kadmon dan orang Het dan orang Feris dan orang Refaim dan orang
Amori dan orang Kanaan dan orang Girgasi dan orang Yebus' (Kejadian
15:17-21). Perjanjian ini berbeda karena hanya Tuhan, dalam wujud tungku
yang berasap dan obor yang menyala-nyala, lewat diantara bangkai hewan
yang terbelah. Hal ini dilakukan untuk menandakan bahwa perjanjian itu
sepihak dan tanpa syarat. Tidak ada persyaratan yang diberikan kepada
Abram untuk pemenuhannya. Batas-batas geografis telah ditentukan dengan
jelas, dan bahkan orang-orang yang akan direbut diberi nama. Tuhan
menyerahkan diri-Nya pada tindakan yang sangat spesifik. Jaminan apa lagi
yang bisa diminta?

PENERAPAN
1) Intinya bagi Abram adalah bahwa janji Tuhan sekarang jauh lebih
spesifik. Abram akan memiliki seorang putra sendiri yang melaluinya
berkat-berkat akan dicurahkan. Keturunan Abram akan sangat banyak
dan, pada waktunya, akan memiliki tanah itu. Tetapi sebelum ini, mereka
akan melalui waktu penundaan dan kesulitan besar.
2) Inti dari iman Abram adalah bahwa sementara dia menunggu janji berkat
di masa depan, dia sementara itu puas dengan hadirat Tuhan. Abram
tidak keluar di ujung tongkat yang pendek. Pahala besar Abram adalah
Tuhan sendiri: “Aku adalah perisai bagimu; upahmu yang sangat besar”
(Kejadian 15:1). Teologi kita telah sangat terdistorsi dalam beberapa hari
terakhir. Kita diundang untuk datang kepada Kristus sebagai Juruselamat
karena semua yang Dia dapat dan akan lakukan untuk kita. Kita mungkin
datang kepada-Nya untuk hadiah-Nya, daripada kehadiran-Nya.
3) Abram tidak ditipu atau disia-siakan dalam penundaan Tuhan dan dalam
kesulitan yang dia dan keturunannya hadapi. Abram diberkati, karena
jika Tuhan adalah bagian kita, itu sudah cukup. Di sinilah kunci untuk
memahami berkat yang dapat ditemukan dalam penundaan dan
kesulitan:
10
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

sementara kemakmuran sering menjauhkan kita dari Allah (lih. Mazmur


73:7-12), kesengsaraan mendekatkan kita (Mazmur 73:25- 26).
4) Jika kedekatan dengan Tuhan adalah kebaikan tertinggi, maka
penderitaan juga baik, jika itu meningkatkan keintiman kita dengan-Nya.
Dan kemakmuran itu jahat jika itu menjauhkan kita dari kebaikan
mengenal Tuhan.
5) Iman Abram diperkuat oleh wahyu khusus mengenai putranya dan tanah
yang akan diwarisi oleh keturunannya. Tetapi bahkan lebih dari itu, ia
dibawa pada kesadaran bahwa iman tidak dapat dipisahkan dari
penderitaan, karena Tuhan menggunakan ini untuk menarik manusia ke
dalam persekutuan yang intim dengan diri-Nya.Iman jarang diperkuat
oleh keberhasilan (lih. ayat 1), tetapi dengan percaya kepada Tuhan di
tengah penundaan dan kesulitan.

GUNAKAN TATA IBADAH MINGGU II

11
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 15 JANUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : KELUARAN 24:1-11
TEMA : “PEMBARUAN DAN PENYINGKAPAN TUHAN”

LATAR BELAKANG
Kita berada pada hari ke-15, minggu ke-3, bulan pertama Januari dalam
tahun 2023, acuan fokus pelayanan pada triwulan pertama Januari-Februari-
Maret 2023 adalah “Pembaruan TUHAN kepada Manusia”. Fokus pelayanan
dimaksud akan didasarkan pada firman Tuhan dari Keluaran 24:1-11 yang akan
menerangi pencapaian pembaruan yang Tuhan kerjakan kepada manusia.

PENJELASAN TEKS
Ayat 1 – 2 Kedahsyatan Keberadaan TUHAN
TUHAN sendirilah yang mengatur bagaimana manusia atau umat atau para
pelayan atau hamba TUHAN mentaati Tuhan, dan TUHAN menjaga dan
menyertai pada saat TUHAN berfirman untuk datang atau menghadap
TUHAN.
Tentang Musa : Musa sendirilah yang mendekat kepada TUHAN
Tentang Harun, Nadab, Abihu dan 70 orang tua-tua Israel : dilarang
mendekat kepada TUHAN seperti yang dialami Musa, sujud menyembah
TUHAN dari jauh.
Tentang bangsa Israel : tidak boleh naik bersama-sama dengan Musa. Sujud
menyembah TUHAN dari jauh.
Ayat 3 – 8 Tipologi Agama Wahyu dan Penyembahan
Peran nabi Musa sangat sentral dalam menghubungkan TUHAN dengan Umat
TUHAN. Umat TUHAN menyampaikan kepada TUHAN melalui Musa dan
TUHAN juga menyampaikan maksud TUHAN kepada umat melalui Musa.
Pada pihak umat TUHAN, yaitu umat TUHAN setelah mendengar firman
Tuhan melalui Musa, mereka memberikan respons atau reaksi umat atas
firman Tuhan yang disampaikan Musa. Pada bagian ini tergambar seperti
dialog dua arah :
Musa : menyampaikan dengan cara memberitahukan kepada bangsa Firman
dan segala peraturan
Bangsa Israel : segala firman yang diucapkan TUHAN itu, akan kami lakukan
Musa : menuliskan Firman TUHAN, dan mendirikan mezbah

12
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Pemuda-pemudi : mempersembahkan korban bakaran dan korban


keselamatan kepada TUHAN
Musa : ritus darah anak domba ditaruh ke dalam pasuh dan disiram di
mezbah, di buat perjanjian Tuhan dan umat Israel.
Bangsa Israel : isi perjanjian dari pihak umat Israel adalah "Segala firman
TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan." (ay 7b)
Musa : isi perjanjian dari pihak TUHAN Musa mengambil darah dan
menyiram kepada bangsa Israel serta berkata : "Inilah darah perjanjian yang
diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini."
Ayat 9 – 11 Penyingkapan Allah Israel
Pembaruan melalui perjanjian antara umat Israel dengan TUHAN berdampak,
dampaknya adalah TUHAN berkenan mengaruniakan kepada manusia
dengan jalan menyingkapkan diri-Nya. penyingkapan ini dapat di lihat atau
digambarkan secara fisik, “mereka melihat Allah Israel; kaki-Nya berjejak
pada sesuatu yang buatannya seperti lantai dari batu nilam dan terangnya
seperti langit yang cerah” (ay 10)

PENERAPAN
Pada hari ke-13 minggu ke-3 teks Keluaran 24:1-11 memberikan suatu
penguatan tentang arah perjalanan pelayanan satu tahun dalam GKI
sebagaimana sebagiannya dikelolah melalui refleksi atas Firman Tuhan yang
disampaikan setiap ibadah Minggu, Ibadah Unsur dan ibadah Wiyk/Keluarga
dan KSP, bahwa “pembaruan sudah Allah kerjakan” seperti yang ditemukan
dalam pembacaan kita ini. Bahwa ikatan perjanjian antara Umat Israel
sebagai Umat TUHAN ; dan TUHAN semesta Alam dengan “darah anak
domba yang disiram kepada bangsa Israel” merupakan suatu perjanjian yang
“termeterai atau diakui TUHAN sebagai perjanjian yang kualitatif”. Atas dasar
proses perjanjian yang berkenan kepada Allah, maka lahirlah suatu
pembaruan yang datangnya melulu dari pihak TUHAN, yaitu tentang
“pewahyuan diri TUHAN”. Ia berkenan membuka diri-Nya dan dilihat secara
fisik”. Inilah dasar iman yang pasti bahwa patung buatan bukan Allah yang
hidup . TUHAN yang hidup adalah TUHAN yang mewahyukan diri-Nya,
menyingkapkan diri-Nya. Yesus Kristus adalah puncak dari wahyu Allah bagi
manusia. Imanuel.

GUNAKAN TATA IBADAH MINGGU III

13
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Pertanyaan Pelengkap Kelompok


Diskusi Ibadah PAM, PW, PKB

Buatlah 3 kelompok
(1) Kelompok 1. Diskusikanlah ayat (3) Musa memberitahukan Firman
TUHAN dan segala peraturan dan terjadi ”komitmen umat atau bangsa”,
yaitu umat atau bangsa Israel akan melakukan segala Firman TUHAN
dan peraturan TUHAN. Dapatkah hari ini dan ke masa depan komitmen
bangsa Israel dimaksud menjadi komitmen PAM, PW, PKB dan Jemaat?
(2) Kelompok 2. Diskusikanlah ayat (7) bila pada ayat (3) umat Israel
mendengar langsung dari Musa dan berkomitmen, maka pada ayat (7) ini
umat “Mendengar dari Kitab suci yang dibacakan” dan membuat
komitmen “segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami
dengarkan”. Dapatkah hari ini dan ke masa depan PAM, PW, PKB dan
Jemaat berkomitmen untuk melakukan firman TUHAN setelah
mendengar kitab suci dibacakan?
(3) Kelompok 3. Diskusikanlah ayat (10 dan 11) bila pada ayat (3) Musa
yang bicara atas nama TUHAN ; ayat (7) Kitab suci yang dibaca dan
didengarkan umat, tetapi pada ayat (10-11) TUHAN sendiri yang
mewahyukan atau menampakkan diri-Nya dan berbicara. Kita akan lebih
kokoh dalam mentaati TUHAN apakah karena (a) Mendengarkan hamba
Tuhan yang diutus Tuhan ; (b) Kitab suci yang tertulis? ; (c) Tuhan yang
mewahyukan diri-Nya langsung?

14
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 22 JANUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : 2 KORINTUS 3:1-18
TEMA : “PELAYAN-PELAYAN PERJANJIAN BARU”

LATAR BELAKANG
Kita sudah memasuki hari ke-22, minggu ke-4 dalam bulan Januari 2023, dan
fokus triwulan pertama adalah “pembaruan Tuhan kepada manusia” yang
akan dimaknai arti pembaruan berdasarkan 2 Korintus 3:1-18.
Kita akan menemukan 6 (enam) aspek utama “pembaruan” yang akan
diuraikan pada bahagian ini, ke enam aspek dimaksud adalah : aspek
pertama
: “Surat pujian yang di tulis dengan Roh di dalam hati manusia.” ; aspek
kedua
: fase sekarang adalah fase perjanjian baru di dalam Kristus, dan yang terdapat
pelayan-pelayan perjanjian baru ; aspek ketiga : kemuliaan yang menyertai
pelayanan Roh ; aspek ke-empat : fase yang tidak pudar disertai kemuliaan ;
dan aspek kelima : Kristus menyingkapkan selubung Perjanjian Lama ; aspek
ke-enam : Tuhan adalah Roh yang mengubah kita menjadi segambar dengan
Dia”, secara tekstual ringkasnya diuraikan berikut dibawah ini

PENJELASAN TEKS
Ayat 1 – 4 Surat Pujian yang ditulis dengan Roh di dalam hati manusia.
Paulus menyimpulkan keyakinan yang besar kepada Allah oleh Yesus Kristus
pada ayat (4) tentang : Surat pujian ; pada ayat (3) surat pujian itu
dijelaskan bukan di tulis dengan tinta, bukan juga di tulis pada loh-loh batu
tetapi pada loh-loh daging dan di tulis dengan Roh dari Allah yang hidup dan
tempatnya ada pada hati manusia. Karena itu surat pujian itu sama dengan
“surat Kristus yang hidup” dari kata - kamu adalah surat Kristus. Pembaruan
yang Allah kerjakan untuk seseorang mencapai satu titik yang Paulus
simpulkan “adalah surat Kristus di tulis dengan Roh dari Allah yang hidup”
dan dilakukan melalui “pelayanan”. Aspek pelayanan yang mendatangkan
pembaruan hanya melalui pemberitaan Injil kepada yang belum mengenal
Tuhan Yesus Kristus.
Ayat 5 – 6 Pelayan-pelayan Perjanjian Baru terdiri dari hukum Roh yang
menghidupkan
“Pembaruan kedua”, Rasul Paulus simpulkan pada ayat (5-6) terkait dengan

15
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

era kebangkitan pelayan-pelayan Perjanjian Baru. Artinya pada era terdahulu


ada Perjanjian Lama, dan masa setelah pemberitaan Injil adalah masa
Kristus

16
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

sebagai masa perjanjian baru yang digerakkan oleh pelayan-pelayan perjanjian


baru.”kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah”, yang berpegang pada
hukum Roh, hukum Kristus.
Ayat 7 - 9 kemuliaan yang menyertai Pelayanan Roh, pelayanan yang
memimpin kepada pembenaran
Pembaruan ketiga : “kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh”, Musa
menjadi jalan masuk untuk manusia mengerti, mengenal, mengetahui
tentang “pelayanan yang memimpin kepada kematian terukir pada loh-loh
batu”. Pada zaman Musa, Tuhan Allah menyertainya dengan kemuliaan Allah.
Tetapi di dalam Kristus kemulian Allah seutuhnya menyertai pelayanan Roh,
dan pelayanan Roh memimpin kepada pembenaran.
Ayat 10 – 13 fase yang tidak pudar disertai kemuliaan Kristus
Pembaruan ke-empat : sebelum Kristus dan penginjilan, Umat Allah hanya
ada pada bangsa Israel, dan Musa adalah Nabi besar yang Tuhan pakai
secara luar biasa untuk menunjukkan kemahakuasaan Tuhan di dalam dunia.
Musa pernah mendapatkan cahaya kemuliaan Tuhan yang masih mengitari
wilayah pundak dan kepala ke atas pada tubuh fisik manusia Musa, cahaya
itu lama kelamaan memudar, pada ayat (13b) “hilangnya cahaya yang
sementara itu”. karena itu Rasul Paulus memberikan suatu uraian terbuka
tentang periode pembaruan sebagai periode baru : “yang pudar disertai
kemuliaan” sebagai periode Musa, maka akan tiba periode “betapa lebihnya
lagi yang tidak pudar disertai kemuliaan” sebagai periode Kristus dan
kemuliaan penginjilan di dalam Kristus.
Ayat 14 – 6 Kristus Menyingkapkan selubung Perjanjian Lama
Pembaruan kelima : Kristus menyingkapkan selubung Perjanjian Lama. Kata
“kalluma” artinya selubung, untuk menjelaskan kondisi tidak terbuka, masih
tertutup, sedangkan kata “anakalupto” artinya menyingkapkan selubung,
yang pada ayat (14) menggunakan kata “anakaluptomenon” menyingkapkan
sendiri dengan muka, membuka dirinya sendiri, terbuka dari selubung. Ini
menandakan tentang periode baru yang segera dimasuki adalah periode
“anakalupto”, manusia dan siapa saja mengenal “Dia yang menyingkapkan
diri-Nya”, meskipun pada periode “anakalupto: saat ini masih saja pihak yang
membaca kita Musa “selubung” masih menutupi mereka. Kuasa untuk
menyingkapkan “hanya oleh Kristus (ay 14b)

17
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ayat 17 – 18 Tuhan adalah Roh, yang mengubah kita menjadi serupa dengan
gambar-Nya
Pembaruan ke-enam : pembaruan akan mendatangkan kemerdekaan,
pembebasan. Hal ini tercapai karena karunia iman untuk mengakui bahwa
Allah adalah Roh. Hanya Dialah yang memerdekakan, membebaskan.
Kemerdekaan yang sesungguhnya yang sudah dikerjakan oleh Allah adalah
Roh, yaitu “diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya”. Karya untuk
menjadi serupa dengan gambar Allah yang adalah Roh, hanya dikerjakan,
dikaruniakan oleh Allah pencipta. Allah adalah Roh.

PENERAPAN
Enam aspek pembaruan yang diuraikan di atas menjadi dasar untuk
menemukan kualitas pemberian diri kita dalam kualitas pembaruan yang
sudah Allah kerjakan, bahwa hari ini, setiap pribadi orang percaya adalah :
(1) Surat Kristus
(2) Pelayan dari Perjanjian Baru
(3) Pelayanan Roh dan pelayanan yang memimpin kepada pembenaran
(4) Kemuliaan Kristus pada yang pudar dahulu tanpa Kristus, sekarang
memiliki kemuliaan Kristus
(5) Hidup dalam periode selubung perjanjian lama yang sudah disingkapkan
(6) Mengaku dan Percaya Allah adalah Roh menjadikan manusia mencapai
se-gambar dengan Allah adalah Roh.

GUNAKAN TATA IBADAH MINGGU IV

18
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

MINGGU, 29 JANUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : IBRANI 9: 11-28
TEMA : KRISTUS IMAM BESAR PENGANTARA
DARI PERJANJIAN YANG BARU

LATAR BELAKANG
Konsep Imam Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
Kita sudah memasuki minggu ke-4, minggu akhir dari triwulan pertama, hari
ke 29, bulan Januari 2023 fokus triwulan pertama “pembaruan” Allah dan
manusia. Perjanjian lama sampai perjanjian baru, kedudukan seorang imam
lebih bersifat manusiawi. Untuk memimpin Israel sebagai suatu bangsa
dalam melakukan penyembahan yang benar kepada Allah, maka Allah
menghendaki adanya seorang imam. Allah memerintahkan Musa memanggil
Harun beserta anak-anaknya untuk memegang jabatan imam bagi Allah.
(bdk.Keluaran 28:1). Harun dan anak-anak-Nya, yakni Nadab, Abihu, Eleazar
dan Itamar.” Pemilihan Allah atas Harun dan anak-anaknya dalam melakukan
tugas peribadahan, tentunya agar pelaksanaan lebih teratur, terarah dan
berkenan kepada Allah. Tugas yang dijalankan Harun dan anak-anaknya
sebagai imam dibantu oleh orang-orang dari suku Lewi lainnya. Tujuh tugas
imam dalam Alkitab Perjanjian Lama antara lain:
Pertama, Mempersembahkan korban-korban dari umat kepada Tuhan
(bdk.Imamat: 1-4).
Kedua, Melakukan ritual ibadah di ruang kudus bait suci setiap hari.
Ketiga, Mengadakan Pendamaian bagi orang berdosa (bdk.Imamat 5).
Keempat, Menyampaikan doa berkat bagi umat (bdk. Bilangan: 6 :22-27,
2 Korintus 13 :13).
Kelima, Mengajar umat dengan firman Tuhan/hukum taurat (bdk. 2 Tawarikh
17:7-7; 19:4).
Keenam, Menentukan sesorang menjadi Najis atau Tahir (bdk.Imamat 12:15).
Ketujuh, Menentukan hewan korban penghapus dosa layak atau tidak
(bdk.Imamat 22:17-25).
Tetapi di sisi lain merupakan ketetapan Allah untuk dilakukan umat Israel
secara turun temurun disepanjang sejarah bangsa israel. Makna imam dalam

19
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Perjanjian Baru lebih menggambarkan tentang sosok manusia yang ilahi yaitu
Kristus. Kata yang dipakai untuk imam dalam perjanjian baru adalah
‘hierus’, yang berarti “ia yang perkasa”, dan kemudian berarti, “seorang
yang sakral,” seorang yang mempersembahkan diri kepada Tuhan.
Pengertian kata imam dalam perjanjian baru memperjelas jati diri dari imam
yaitu seorang yang mempunyai kekuatan dan kuasa serta memiliki kesucian
hidup. Kesemuanya itu sebagai syarat menuju tugas sebagai pengantara
umat dengan Tuhan Allah sebagai yang mengutus ke dalam dunia untuk
membebaskan manusia dari dosa melalui darah-Nya.

PENJELASAN TEKS
Ayat 11-14: Kristus sebagai Imam Besar
Pada ayat 11 “ Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal
yang baik yang akan datang: ia telah melintas kemah yang lebih besar dan
yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia”, Allah sendiri
telah menentukan bahwa keimamatan Yesus Kristus menurut Melkisedek
(bdk.Ibrani 7:1). Isi nubuatan dikutip oleh penulis Ibrani dengan mengatakan
bahwa karena Yesus Kristus berasal dari suku Yehuda, maka ditetapkan
seorang imam lain menurut cara Melkisedek (Ibr. 7:14-15). Tentunya
penetapan Yesus Kristus sebagai ImamBesar menurut cara Melkisedek memiliki
alasan dan latar belakang yang kuat. Berdasarkan Mazmur 110:4, seorang
raja keturunan Daud ditetapkan dengan sumpah Allah menjadi imam untuk
selama-lamanya menurut Melkisedek. Latar belakang penetapan ini terdapat
dalam hal penaklukan Yerusalem oleh raja Daud kira-kira tahun 1000 SM.
Berdasarkan hal ini, Daud dan keturunannya menjadi ahli waris atas jabatan
imam raja dari Melkisedek, karena Melkisedek adalah raja Salem dan
sekaligus seorang Imam Allah Yang Mahatinggi (Kej. 14:38). Berdasarkan
Kejadian 14:18, Melkisedek tampil dan menghilang tiba-tiba tanpa
keterangan tentang kelahirannya atau kematiannya. Asal nenek moyangnya
atau keturunannya dalam suatu cara menjelaskan bahwa kedudukannya lebih
tinggi dari Abram. Juga tidak disebut-sebut dari keimamatan keturunan
Harun sebagai keturunan Abram. Maka dengan itu ditetapkan bahwa
keimamatan Kristus lebih tinggi dari keimamatan suku Lewi.
Ayat 15-22: Kristus sebagai Pengantara Perjanjian
Pada ayat 15; tertulis “Karena itu ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian
yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian

20
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

kekal yang dijanjikan, sebab ia telah mati untuk menebus pelanggaran-


pelanggaran yang telah dilakukan selama Perjanjian yang pertama”. Sebagai
Imam Besar, Yesus Kristus bertindak sebagai Perantara antara manusia dengan
Allah. Fungsi ini hanya dapat dikerjakan oleh Yesus Kristus karena sifat
kekekalan yang dimiliki-Nya (Ibr. 7:24). Dalam Ibrani 7:24-28 terlihat jelas
kelayakan keimamatan Yesus Kristus berdasarkan segala sifat yang ada pada
diri-Nya. Dikatakan bahwa Ia hidup senantiasa, yang saleh, tanpa salah,
tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari
pada tingkat-tingkat sorga. Semua sifat tersebut tidak dimiliki imam besar
dari keturunan Lewi. Oleh karena itu, dalam penjelasan Ibrani 7
menunjukkan bahwa Yesus Kristus layak bertindak sebagai pengantara
perjanjian sebagai Imam Besar. Tentunya seorang Imam Besar yang
melebihi segala imam besar lainnya. Ibrani 7 dengan jelas melaporkan
berbagai kriteria dan ciri-ciri dari Yesus Kristus yang melayakkan diri-Nya
menjabat sebagai Pengantara Perjanjian Imam Besar Agung. Pembuktian
Yesus Kristus sebagai Imam Besar menurut Ibrani 7:24-28. Data Alkitab yang
memberikan bukti bahwa Yesus Kristus adalah seorang Imam Besar terlebih
dahulu dijelaskan dalam perjanjian lama. Seperti telah disebutkan, Mazmur
110:4 dan Zakharia 6:13 merupakan acuan yang jelas tentang keimamatan
Yesus Kristus.
Ayat 23-28: Kristus Pengenapan Janji Keselamatan
Pada ayat 23 berkata “ Jadi segala sesuatu yang melambangkan apa yang
ada di sorga haruslah dilahirkan secara demikian, tetapi benda-benda
sorgawi sendiri oleh persembahan-persembahan yang lebih baik dari pada
itu”. Ayat 24” Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan
tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang
sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah
guna kepentingan kita”. Dalam perjanjian baru hanya ada satu kitab saja
yang menyebutkan Yesus Kristus sebagai Imam Besar, yaitu surat Ibrani 9:11.
Sebelum membahas lebih dalam tentang keimamatan Yesus Kristus dalam
surat Ibrani, perlu mengetahui tentang keimamatan kekal dari Yesus Kristus.
Salah satu masalah yang timbul ialah pertanyaan kapan waktunya Kristus
menerima jabatan-Nya sebagai Imam Besar. Barangkali kecenderungan yang
paling umum adalah menerima pemikiran bahwa pekerjaan Kristus sebagai
Imam Besar dimulai dengan Salib dan pemuliaan yang mengikuti
kebangkitan-Nya. Hal tersebut ditegaskan pula oleh Brill, bahwa pekerjaan
Yesus Kristus sebagai Imam Besar telah dimulai pada waktu Ia

21
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

menyerahkan diri-Nya di kayu salib dengan

22
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

korban darah-Nya karena dosa manusia. Namun Walvoord menjelaskan


bahwa Yesus Kristus memulai pekerjaan-Nya sebagai Imam Besar ketika Ia
dilantik menjadi Imam oleh baptisan Yohanes atau pada saat inkarnasi itu
sendiri. Mengacu pada penjelasan Mazmur 110:4 yang dikutip surat Ibrani
7:20-21 menunjukkan bahwa Kristus adalah seorang Imam pada saat
Mazmur itu ditulis seribu tahun sebelum kelahiran Kristus. Bahkan walaupun
inkarnasi- Nya dan peristiwa-peristiwa berikutnya penting untuk
melaksanakan keimamatan ini. Hal ini berarti keimamatan Yesus Kristus telah
ditetapkan jauh sebelum kelahiran-Nya, sehingga pada saat itu Kristus memang
seorang imam. Tetapi jabatan keimamatan Kristus secara sah belum berlaku
pada waktu itu. Pelaksanaan tugas sebagai seorang Imam Besar terjadi pada
saat Ia mengorbankan diri-Nya di kayu Salib.

PENERAPAN
Karya Keselamatan Yesus Kristus adalah Sempurna. Keberadaan Yesus
Kristus yang bersifat kekal menyebabkan keimamatan-Nya juga kekal adanya.
Dengan demikian berdampak pada tindakan penyelamatan yang dilakukan
oleh Yesus Kristus. Terlihat jelas dalam surat Ibrani 7:25, “Karena itu, Ia
sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia
datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara
mereka.” Yesus Kristus sanggup untuk menyelamatkan karena Ia memiliki
kuasa untuk melakukannya. Kesanggupan Yesus Kristus tersebut dijelaskan
dengan pemakaian kata ‘dunatai’ dari kata dasar ‘dunamai’, yang berarti
mampu, sanggup, kekuatan dan kuasa. Jadi sebagai Imam Besar, Yesus Kristus
berkuasa untuk melakukan tindakan yang menyelamatkan manusia.
Imamat baru dalam Perjanjian Baru diperlihatkan dengan jelas melalui ayat-ayat
berikut. Dalam 1 Petrus 2:5, 9 disebutkan bahwa orang-orang percaya adalah: “
... batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat
kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus
Kristus berkenan kepada Allah. Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat
yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil
kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Dalam kitab Wahyu
1:6 juga disebutkan: “yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi
imam- imam bagi Allah, Bapa-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai
selama-lamanya.
GUNAKAN TATA IBADAH MINGGU I

23
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

IBADAH KELUARGA
KELOMPOK PENELAHAN ALKITAB (PA)

Bagilah kelompok Penelahan Alkitab ke dalam 3 Kelompok


Perhatian : Anak-Anak Kelas Anak Kecil dan Tanggung dibuat kelompok
tersendiri, mereka akan menyanyikan 2 lagu yang isinya berkaitan dengan
Penebusan (Misalnya : Penebusku di Salib) ; atau Yesus Imam Besar. Lagu
pertama dinyanyikan diisi saat kelompok satu sudah menyampaikan hasil
penelahan ; dan lagu kedua dinyanyikan saat kelompok ke-3 menyampaikan
hasil penelahan …
Kelompok (1) : Gambarkanlah apa saja Tugas Imam Besar dari ayat (11, 12, 13
dan 14) silahkan dibuat perbandingan dengan teks parallel dari PL
Kelompok (2) : jelaskanlah makna dari beberapa kata dalam ayat (15),
misalnya :
Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru ;
Terpanggil menerima bagiang kekal yang dijanjikan ;
Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan
selama perjanjian lama
Kelompok (3) :
Apa arti perjanjian yang
lama Apa arti perjanjian
yang baru

24
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

SELASA, 31 JANUARI 2023


KELENDER GEREJAWI : IBADAH KUNCI BULAN - HIJAU
PEMBACAAN ALKITAB : 2 TESALONIKA 3: 1-15
TEMA : BERDOA DAN BEKERJA

LATAR BELAKANG
Kita sudah ada pada hari ke-31 dari bulan Januari 2023, sebagai hari, tanggal
dan bulan terakhir, memasuki kunci bulan Januari, dan fokus layanan pada
“pembaruan” Allah kepada manusia” sebagaimana tersedia pada teks bacaan
2 Tesalonika 3:1-15.
Ungkapan Bahasa latin “Ora et Labora” di terjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia “Berdoa dan Bekerja”. Ungkapan Latin ini hingga kini di gunakan
dalam Gereja Kristen dan atau Orang Kristen sebagai motto saat bekerja
maupun berjuang dalam menjalani kehidupan agar senantiasa di berkati
Tuhan. Acapkali dalam praktekhidup orang Kristen, ada yang hanya berdoa
melulu saja tanpa mau bekerja keras. Sebaliknya, ada orang yang suka
bekerja keras dan menganggap doa kurang penting maka ungkapan “Ora et
Labora”, “Berdoa dan Bekerja” telah memberi makna yang jelas bahwa orang
Kristen di nasihati agar tidak hanya setia berdoa keras tetapi juga harus bekerja
keras. Ini panggilan Allah bagi Orang Kristen untuk senantiasa Berdoa dan
Bekerja. Khotbah Kunci Bulan Januari ini dari Kitab 2 Tesalonika 3: 1-15
dengan tema: Berdoa dan Bekerja”, akan menjadi bahan renungan bagi
jemaat dan unsur- unsur jemaat GKI Di Tanah Papua.

PENJELASAN TEKS
Untuk menelaah teks bacaan ini, saya membaginya dalam beberapa bagian
sebagai berikut :
Ayat 1 – 2 : Berbicara tentang pentingnya doa dalam menghadapi kesulitan.
Rasul Paulus dengan rendah hati meminta kepada saudara-saudara seiman,
yakni Jemaat di Tesalonika untuk setia berdoa agar Firman TUHAN (Injil
Kristus) yang diberitakan memperoleh kemajuan dan dimuliakan oleh orang
banyak. Selain itu, supaya Rasul Paulus dan rasul-rasul lainnya terlepas dari
gangguan para pengacau dan orang-orang jahat yang ingin mengacaukan
pekerjaan pemberitaan Firman Tuhan. Hal ini karena tidak semua orang
beroleh iman kepada Tuhan.
Ayat 3 – 4 : Berbicara tentang Kepercayaan Rasul Paulus terhadap Jemaat di
Tesalonika. Rasul Paulus dan rasul-rasul lainnya mengatakan kepada mereka
yang mengalami penderitaan bahwa TUHAN adalah Setia, Ia akan

25
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

memelihara dan menguatkan hati jemaat dari setiap orang yang menindas
dan berbuat jahat. Disamping itu, Rasul Paulus percaya dalam nama Tuhan
bahwa segala ajaran dan nasihat yang terkait dengan Firman TUHAN sudah
ia sampaikan kepada mereka. Jemaat Tesalonika akan melakukannya dan
mempraktekkan ajaran Firman TUHAN itu dengan baik untuk Kemuliaan
Nama TUHAN selamanya.
Ayat 5 – 6 : Doa dan harapan Rasul Paulus agar TUHAN Kirannya tetap
menunjukkan hati jemaat Tesalonika kepada kasih Allah dan kepada
Ketabahan Kristus. Dia mendoakan agar mereka tetap setia, tabah dan teguh
dalam iman Kepada Yesus Kristus. Pada bagian ini, Rasul Paulus dan rasul-rasul
lainnya berpesan kepada Jemaat Tesalonika untuk menjauhkan diri dari
setiap orang yang tidak melakukan pekerjaannya dan tidak meneladani hidup
Rasul Paulus atau menuruti ajaran yang telah mereka terima dari para rasul.
Ayat 7 – 9 : Rasul Paulus secara langsung dan tersirat menyatakan bahwa
hendaknya jemaat Tesalonika memahami segala sesuatu tentang
keteladanannya dan rasul-rasul lainnya. Sebab Rasul Paulus dan para rasul
tidak lalai bekerja di Antara mereka. Hal itu dibuktikan oleh Rasul Paulus dan
rasul-rasul lainnya dengan bekerja keras untuk mencukupi kebutuhannya dan
tidak menjadi beban bagi jemaat. Bahkan, Rasul Paulus sempat
mengingatkan bahwa dirinya dan para rasul yang melayani di Tesalonika
waktu itu, sebenarnya mempunyai hak mendapat imbalan atas pelayanan
mereka. Tetapi itu tidak mereka tuntut, sebab Rasul Paulus dan para rasul
lainnya hanya ingin menjadikan diri mereka sebagai teladan bagi orang-
orang percaya di Jemaat Tesalonika.
Ayat 10 – 11 : Rasul Paulus menasihati jemaat Tesalonika bahwa jika seseorang
tidak mau bekerja, janganlah Ia makan. Rasul Paulus mengatakan hal itu
karena, Ia dan para rasul mendengar bahwa ada diAntara jemaat Tesalonika
yang tidak tertib hidupnya dan tidak mau bekerja hanya berpangku tangan
serta sibuk dengan segala sesuatu yang tidak bermanfaat.
Ayat 12 – 13 : Nasihat Rasul Paulus dan para rasul lainnya agar jangan jemu-
jemu (bosan) berbuat apa yang baik. Seperti seorang bapa menasihati anak-
anaknya, maka demikian pula Rasul Paulus menasihati dan mengingatkan
orang-orang malas yang tidak mau Bekerja, supaya mereka tetap tenang
melakukan pekerjaannya. Dan dengan itu, mereka makan makanannya
sendiri. Rasul Paulus kembali memesan kepada Jemaat Tesalonika sebagai
saudara-saudara seiman agar hendaknya mereka semua tidak jemu-jemu
berbuat baik kepada semua orang.

26
Pegangan Pelayan Ibadah GKI di Tanah Papua Tahun 2023

Ayat 14 – 15 : Pada bagian terakhir teks bacaan ini , sekali lagi Rasul Paulus
dan rasul-rasul lainnya menasihati Jemaat di Tesalonika untuk janganlah
menganggap orang malas dan orang yang tidak mau bekerja itu sebagai
musuh, tetapi tegurlah dia sebagai saudara seiman. Lebih jauh Paulus tegaskan,
bahwa apabila ada orang yang tidak mau mendengar Firman TUHAN yang
tertulis dalam suratnya, maka hendaklah mereka menandai dia dan jangan
bergaul dengan dia. Dengan begitu orang tersebut malu. Namun, janganlah
anggap dia sebagai musuh sebaliknya tegurlah dia sebagai saudara seiman
dalam nama Yesus Kristus TUHAN kita.

PENERAPAN
Pelajaran rohani yang kita “petik” dari bacaan Firman TUHAN dalam kitab
2Tesalonika 3:1-15 sebagai berikut :
1) Rasul Paulus dan para rasul lainnya telah memberi didikan, ajaran dan
beberapa nasihat praktis yang penting bagi Jemaat Tesalonika dimasa
lampau dan kita orang-orang percaya dimasa kini, bahwa kita semua
harus setia berdoa bagi para hamba TUHAN, supaya Firman TUHAN
beroleh kemajuan dan dimuliakan oleh segala suku bangsa sampai keujung
bumi. Karena Firman TUHAN adalah satu-satunya sumber bagi manusia
untuk mengenal Allah dan merupakan otoritas tertinggi untuk mengatur
tingkah laku (moral dan etika) bagi orang-orang percaya (Kristen).
2) Tuhan itu setia. Ia senantiasa memegang dan menepati janjiNya, akan
menguatkan hati kita dan memelihara semua orang yang setia berdoa
dan bekerja keras. Ia akan tetap menujukan hati kita kepada Kasih Allah
dan ketabahan hati kristus.
3) Kita belajar untuk mengikuti teladan para hamba TUHAN, terutama
teladan Yesus Kristus Juruselamat kita. Kita pun mendengar nasihat Paulus
supaya jangan jemu-jemu untuk berbuat baik. Demikian pula jika ada
sesama orang percaya yang lemah imannya (lalai, malas, dst), kita
diminta supaya jangan menganggapnya sebagai musuh yang harus
dijauhi atau dihindari, melainkan tegurlah dia dengan baik sebagai
saudara seiman didalam kasih Yesus Kristus TUHAN kita, agar dia
dimenangkan dan nama TUHAN dimuliakan.
Berdoa dan bekerja keras adalah panggilan hidup orang percaya (Kristen).
Maka dalam Disiplin hidup orang percaya, Berdoa dan Bekerja Keras
merupakan totalitas yang saling mengait satu dengan yang lain dan tidak
terpisahkan. Jadi, orang percaya diminta untuk tidak hanya berdoa keras,
tetapi juga harus bekerja keras. (bnd. Yohanes 5:17; Amsal 18:9).

27

Anda mungkin juga menyukai