Anda di halaman 1dari 2

INTERNATIONAL TAX ABOUT ROYALTY

A. Referensi Internasional

1. UN Model adalah Model Tax Treaty dari United Nation (PBB) yang didesain sebagai Model
Tax Treaty antara Negara2 Anggota UN (PBB) yaitu antara Negara2 Berkembang dan antara
Negara Berkembang dengan Negara Maju.

2. OECD Model adalah Model Tax Treaty dari Organisation for Economic Co-Operation &
Development atau Organisasi Kerjasama Ekonomi & Pembangunan yang didesain sebagai
Model Tax Treaty antara Negara2 Anggotanya (pada umumnya adalah Negara2 Maju)
dengan Negara2 Lainnya.

Indonesia adalah Negara Anggota UN atau PBB, sedangkan dalam OECD status Indonesia adalah
"Negara dengan Peningkatan Keterlibatan".

Tax Treaty antara Indonesia dengan Negara Lain dapat didesain sesuai UN Model atau OECD
Model, tergantung pembicaraan bilateral antara kedua Pemerintah (Negara).

B. Penjelasan

Pasal 12 OECD Model dan UN Model mengatur aspek pajak internasional atas royalty dengan
penjelasan sebagai berikut:

1. Dalam OECD Model, hak pemajakan atas royalti diberikan sepenuhnya kepada negara
domisili. Negara sumber tidak diperbolehkan untuk mengenakan pemotongan pajak atas
royalti. Perlu diperhatikan, walaupun OECD Model memberikan hak pemajakan eksklusif
kepada negara domisili untuk mengenakan pajak atas royalti, namun sebagian besar P3B di
dunia tidak mengikuti pembagian hak pemajakan atas royalti sebagaimana diusulkan oleh
OECD.

2. ketentuan pemajakan atas royalti yang diatur dalam Pasal 12 UN Model di mana negara
sumber memiliki hak pemajakan terbatas atas penghasilan royalti. Dalam hal ini, besaran
batasan persentasenya diserahkan kepada proses negosiasi antara negara-negara yang
mengadakan P3B tersebut.
3. Pada saat ini, ‘royalti’ didefinisikan sebagai pembayaran untuk penggunaan aset tidak
berwujud (intangible property). Definisi ini juga mencakup pembayaran atas penggunaan
hak kekayaan intelektual (intelectual property).

4. Adapun untuk tujuan pajak internasional, Pasal 12 ayat (2) OECD Model mendefinisikan
royalti dengan membedakannya menjadi dua, yaitu:

1) Setiap pembayaran yang diterima sebagai imbalan untuk memakai atau hak memakai
hak cipta atas karya tulis, karya seni atau karya ilmiah, termasuk film bioskop serta hak
paten, merk dagang, pola atau model, rencana, rumus rahasia atau proses rahasia; atau

2) Setiap pembayaran yang diterima sebagai imbalan atas informasi yang berkenaan
dengan pengalaman di bidang industri, perdagangan, atau ilmu pengetahuan (disebut
sebagai know-how).

5. Definisi royalti dalam OECD Model dan UN Model dimaksudkan agar mempunyai pengertian
(interpretasi) yang tersendiri (exhaustive). Dengan demikian, makna sehari-hari (ordinary
meaning) ataupun pengertian menurut ketentuan domestik negara pihak P3B tidak dapat
dijadikan sebagai acuan

6. Terkait dengan royalti yang diterima oleh Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang bertempat
kedudukan di negara sumber penghasilan, Pasal 12 ayat (3) OECD Model telah mengatur
perlakuannya secara khusus.

7. Berdasarkan pasal tersebut, royalti yang dibayarkan kepada penerima manfaat sebenarnya
(beneficial owner) yang merupakan subjek pajak dalam negeri suatu negara (negara
domisili) memiliki hubungan efektif (effectively connected) dengan BUT yang berada di
negara sumber maka ketentuan hak pemajakannya tidak mengacu pada Pasal 12 ayat (1),
melainkan pada Pasal 7 OECD Model.

8. Berbeda dengan Pasal 12 ayat (3) OECD Model, dalam Pasal 12 ayat (4) UN Model terdapat
dua ketentuan khusus yang dapat berlaku atas royalti yang diterima oleh subjek pajak
dalam negeri dari suatu negara yang memiliki BUT di negara sumber atau melakukan
pekerjaan bebas melalui tempat tetap (fixed base) di negara sumber, yaitu ketentuan Pasal
7 dan Pasal 14.

9. Selain itu, dalam hal pembayaran royalti antara sesama perusahaan afiliasi, Pasal 12 ayat (4)
OECD Model dan Pasal 12 ayat (6) UN Model sama-sama telah mengatur perlakuannya.
Yaitu, atas pembayaran royalti kepada perusahaan afiliasi harus memenuhi prinsip
kewajaran dan kelaziman usaha.

10. Terkait penentuan negara yang menjadi negara sumber dari penghasilan royalti, hanya
Pasal 12 UN Model yang mengatur secara khusus melalui Pasal 12 ayat (5). Sedangkan
dalam OECD Model tidak terdapat ketentuan yang mengatur mengani hal ini.

Anda mungkin juga menyukai