Anda di halaman 1dari 9

Perpajakan Internasional

OECD Model & UN Model

PERJANJIAN bilateral berupa perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B)

atau tax treaty pada hakikatnya bersumber dari suatu model yang telah

disepakati oleh negara-negara di dunia. Dengan kata lain, P3B merupakan hasil

negosiasi dari negara-negara yang bertujuan untuk mengatasi masalah pajak

berganda.

Organisasi internasional, seperti Organisasi untuk Kerjasama dan

Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation &

Development/OECD) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)/United Nation

(UN), memiliki peranan penting dalam mengembangkan model P3B,

yaitu OECD Model dan UN Model. Di luar kedua model tersebut, terdapat pula

model P3B lain seperti US Model, ASEAN Model, Nordic Convention,

dan Caricom Agreement.

Secara umum, model P3B merupakan acuan atau referensi bagi masing-

masing negara yang akan melakukan perjajian dalam rangka penghindaran pajak

berganda. Artinya, model P3B menjadi ‘starting point’ bagi masing-masing

negara yang hendak melakukan negosiasi. Sebagai suatu model P3B, OECD

Model maupun UN Model bukan merupakan instrumen yang harus

dipergunakan dalam melakukan negosiasi P3B. Jadi, tetap bergantung pada

masing-masing negara apakah bersedia atau tidak menggunakan model yang telah

disusun oleh OECD maupun UN. Namun, perlu diingat, sebagian besar dari P3B

Page | 1
yang ditandatangani oleh seluruh negara di dunia ini didasarkan atas model P3B

yang disarankan oleh OECD Model maupun oleh UN Model.

Bahwa UN Model dan OECD Model Tax Treaty adalah untuk

meminimais permasalahan Hubungan Perpajakan International. Menyelesaikan

permasalahan Perpajakan Internasional tidak mudah karena didalamnya tercakup

Hak Pemajakan (Taxing Right) suatu Negara. Setiap Negara berkepentingan

terhadap kedaulatannya untuk memajakai warga masyarakatnya tetapi dibatasi

oleh sopan santun dan perikehidupan bertetangga Internasional (International

Courtessy).

Sehubungan dengan hal tersebut maka muncul Kebijakan Perpajakan

Internasional yang diprakarsa PBB dan OECD. Berkenaan dengan hal tersebut

maka untuk menyusun Perjanjian Penghindaraan Pajak Berganda (Tax Treaty),

maupun kebijakan Perpajakan Internasional dalam UU Domestik dapat digunakan

2 (dua) Model yaitu: Model PBB (UN Model) dan Model Negara-negara Maju

(OECD Model). Negara-negara berkembang lebih memilih menggunakan Model

PBB karena model ini relatif memberikan hak pemajakan yang lebih luas pada

Negara Sumber. Seperti diketahui sampai saat ini negara-negara Berkembang

masih banyak yang masuk dalam kategori Negara pengimpor, baik barang

maupun jasa.

Impor jasa, menjadi masalah yang rumit dan antique karena eksistensinya

tidak sejelas impor barang / barang berwujud yang bergerak maupun tidak

bergerak. Nilai impor jasa yang dilakukan Negara-negara berkembang, jumlahnya

sangat signifikan. Karena itu, Negara-negara Berkembang sangat berkepentingan

Page | 2
dengan pengertian Permanent Establishment (Bentuk Usaha Tetap/BUT) yang

dirumuskan dalam model PBB. Tanpa BUT maka Negara berkembang yang

mengimpor jasa, tidak mempunyai hak untuk memajaki Penghasilan jasa yang

diterima oleh Negara pengekspor jasa. Sedangkan penghasilan tersebut bersumber

dari Negara berkembang yang menjadi pengimpor jasa tersebut.

Perbedaan OECD Model dan UN Model

Perbedaan mendasar antara OECD Model dan UN Model terletak pada

kepentingan pembagian hak pemajakan. OECD berkeinginan agar hak

pemajakan diberikan sebanyak mungkin kepada negara domisili. Sebaliknya,

UN berkeinginan hak pemajakan diberikan kepada negara sumber penghasilan.

A. Perbedaan dalam tataran tujuan diadakannya P3B.

Dalam OECD Model, tujuan utama dari suatu P3B adalah untuk meningkatkan

perdagangan antara negara-negara yang menandatangani P3B dengan cara

menghilangkan pajak berganda secara internasional. Sedangkan dalam UN

Model, tujuan P3B lebih luas, yaitu untuk meningkatkan investasi asing ke

negara-negara berkembang. Selain itu, tujuan lainnya yang hendak dicapai

adalah sebagai alat untuk pertumbuhan ekonomi dan sosial dari negara-negara

berkembang.

B. Perbedaan dalam tataran pasal-pasal substantif yang mengatur


hak pemajakan.

Page | 3
UN Model sebagai representasi dari negara-negara berkembang tentunya

ingin mendapatkan hak pemajakan yang lebih banyak di negara sumber

penghasilan. Sebaliknya, OECD Model berkeinginan hak pemajakan lebih banyak

ada di negara domisili. Dengan perbedaan kepentingan tersebut, terdapat

perbedaan perumusan dalam pasal-pasal antara OECD Model dan UN Model.

Misalnya, masalah definisi BUT yang lebih luas dalam UN Model dibandingkan

dengan OECD Model yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Perbedaan OECD Model UN Model

BUT Definisinya meliputi proyek Definisinya meliputi proyek


Konstruksi bangunan, konstruksi, atau bangunan, konstruksi,
instalasi yang melebihi 12 perakitan, instalasi, atau
bulan. kegiatan pengawasan terkait
dengan proyek-proyek di atas
yang melebihi 6 bulan.

BUT Tidak pernah membentuk Kegiatan pemberian jasa dapat


Pemberian BUT. membentuk BUT sepanjang
Jasa dilakukan di negara sumber
penghasilan melebihi 183 hari
dalam periode 12 bulan.
Sumber: Darussalam dan Danny Septriadi, Perjanjian Penghindaran Pajak

Berganda: Panduan, Interpretasi, dan Aplikasi (Jakarta: DDTC, 2017), 31-32.

Dari historisnya, OECD Model Tax Convention on Income and on

Capital (OECD Model) dirilis pada 1992. OECD Model 1992 ini merupakan hasil

revisi model P3B sebelumnya, yaitu Model Double Taxation Convention on

Income and Capital (OECD Model 1977) yang merupakan perkembangan dari

draf model P3B yang dirilis pada 1963 (Draf 1963). Sebelum terbit revisi terakhir,

yaitu OECD Model 2017, OECD telah menerbitkan beberapa perubahan terhitung

sejak 1992, antara lain OECD Model 1998, OECD Model 2000, OECD Model

Page | 4
2003, OECD Model 2005, OECD Model 2008, OECD Model 2010, dan OECD

Model 2014.

Adapun UN Model pertama kali dirilis pada 1980 yang dikenal

dengan United National Model Double Taxation Convention between Developed

and Developing Countries yang sebagian besar isinya mengikuti OECD Model

1977. Namun, tidak seperti OECD Model yang terus menerus memperbarui model

P3B untuk mengantisipasi perkembangan perekonomian dan permasalahan

hukum pajak yang semakin kompleks, UN Model baru tiga kali melakukan

penyesuaian, yaitu UN Model 2001, UN Model 2011 dan terakhir UN Model

2017.

C. Terminalogi Hak Pemajakan

Dalam perpajakan internasional, setiap negara mempunyai kewenangan dalam

menentukan jurisdiksi perpajakannya. Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

merupakan hasil negosiasi dari negara-negara yang bertujuan untuk mengatasi

masalah pajak berganda. Aspek perpajakannya ditetapkan berdasarkan ketentuan-

ketentuan yang terdapat dalam perjanjian penghindaran pajak berganda yang

bersangkutan sesuai jenis transaksinya.

Setiap negara yang terlibat dapat menyusun tax treaty-nya sendiri

berdasarkan model perjanjian yang diakui secara internasional, salah satu

modelnya adalah OECD. OECD merupakan singkatan dari Organization for

Economic Cooperation and Development, dengan anggota yang terdiri dari 29

negara. Perjanjian model OECD ini disusun dan dikembangkan oleh komite yang

Page | 5
dibentuk oleh negara-negara OECD khusus untuk memecahkan masalah-masalah

perpajakan yang dihadapi kumpulan negara tersebut.

Dalam model P3B yang dikembangkan oleh OECD untuk membagi hak

pemajakan antara negara yang mengadakan perjanjian, terdapat 2 (dua)

terminologi yang digunakan, yaitu sebagai berikut: Untuk mengetahui Negara

mana yang boleh/ dapat mengenakan pajak atas penghasilan yang dimaksud,

terdapat dua konsep yaitu:

 Shall be taxable only = Hak pemajakan atas suatu penghasilan diberikan

ke satu negara yaitu negara Domisili (Contracting State), sehingga negara

lainnya tidak boleh memajaki.

Dengan demikian, jika hak pemajakan tersebut hanya diberikan kepada

suatu negara, negara lainnya tidak boleh mengenakan pajak. Jadi, isu pajak

berganda atas suatu penghasilan yang diatur melalui penggunaan

terminologi ini seharusnya tidak akan terjadi karena hak pemajakan

diberikan sepenuhnya kepada satu negara saja dan negara lainnya dilarang

untuk mengenakan pajak.

 May be taxed = Hak pemajakan atas suatu penghasilan dibagi antara

negara sumber (Contracting State) dan negara domisili (Other Contracting

State) dengan persentase sesuai kesepakatan.

Apabila masing-masing negara mengenakan pajak, akan terdapat isu pajak

berganda. Untuk menghindari adanya pajak berganda, negara domisili

diwajibkan untuk memberikan keringanan pajak berganda melalui metode

Page | 6
pembebasan (exemption method) ataupun metode kredit (credit method).

Hal ini bergantung pada ketentuan domestik dari negara domisili.

Pasal Jenis Penghasilan OECD United Nations

6 Income from Immovable Property May be taxed May be taxed

7 Business Profit Shall be taxable only Shall be taxable only

8 International Shipping and Air Transport Shall be taxable only Shall be taxable only

10 Dividends May be taxed May be taxed

11 Interest May be taxed May be taxed

12 Royalties Shall be taxable only May be taxed

12A Fees for Technical Services – May be taxed

13 Capital Gains May be taxed May be taxed

14 Independent Personal Services Deleted Shall be taxable only

15 Income from Employment/

Dependent Personal Services Shall be taxable only Shall be taxable only

16 Directors’ Fees /
Directors’ Fees and Remuneration of Top-Level
Managerial Officials May be taxed May be taxed

17 Entertainers and Sportspersons /


Artistes and Sportspersons May be taxed May be taxed

18 Pensions
Pensions and Social Security Payments Shall be taxable only Shall be taxable only

19 Goverment Services Shall be taxable only Shall be taxable only

20 Students Shall not be taxed Shall not be taxed

21 Other Income Shall be taxable only Shall be taxable only

Kesimpulannya, salah satu model utama P3B yang digunakan sebagai acuan yaitu

Model OECD. Namun, masing-masing negara dapat mengembangkan sendiri

Page | 7
model perjanjian mereka. Indonesia turut mengembangkan model perjanjian

dengan menggabungkan beberapa model utama, yang dikenal dengan nama

Model Indonesia.

Model Indonesia (Gabungan antara model OECD dan UN). Indonesia termasuk

dari bagian negara maju, oleh karenanya Indonesia mengadopsi sebagian besar

Prinsip Penghindaran Pajak Berganda (P3B) berdasarkan UN Model, yang

tentunya dimodifikasi sedemikian rupa untuk melindungi kepentingan sistem

perpajakannya dan sejalan dengan hasil pembicaraan antara dua wajib pajak

karena adanya perjanjian tertentu secara timbal balik. Namun bukan berati

bahwa Indonesia menggunakan semua ketentuan dalam UN Model, Indonesia

menganut kombinasi antara UN Model dan prinsip-prinsip yang terkandung

dalam undang-undang perpajakan nasional. perpaduan kedua metoda tersebut

memunculkan sebuah model baru yaitu Model Indoensia. Metoda ini merupakan

gabungan dari model UN dan model OECD serta mampu beradaptasi dengan

ketentuan di dalam undang-undang PPh dan program pembangunan dan tentu saja

sesuai dengan hasil pembicaraan dari kedua belah pihak di dalam perpanjian yang

telah disepakati. Hal-hal yang dapat mendorong pembangunan negara

Indonesia menjadi lebih maju, dapat diatur dalam perjanjian ini, misalnya

pendapatan atas guru dan peneliti, yang diatur baik dalam model UN maupun

OECD, serta diatur dalam pasal tersendiri didalam Model Indonesia.

Page | 8
Pustaka makalah ini diambil dari berbagai sumber yang disusun ulang.

Page | 9

Anda mungkin juga menyukai