Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DASAR TAX TREATY DAN METODE TAX TREATY

1. PENGERTIAN TAX TREATY(P3B)


Tax Treaty adalah Perjanjian perpajakan antara dua negara yang dibuat dalam rangka
meminimalisasi pemajakan berganda dan berbagai usaha penghindaran pajak.
Perjanjian ini digunakan oleh Penduduk dua negara oleh pendudukan dua negara untuk
menentukan aspek perpajakan yang timbul dari suatu transaksi diantara mereka.Penentuan
aspek perpajakan tersebut dilakukan berdasarkan klausal-klausal yang terdapat dalam tax treaty
yang bersangkutan sesuai jenis transaksi yang sedang dihadapi.

Tujuan P3B/Tax treaty adalah untuk upaya mengeliminasi beban pajak berganda yang
disebabkan oleh hubungan ekonomi dari dua yurisdiksi yang berbeda.dan untuk mendorong
adanya investasi langsung (foreign direct investment atau FDI(Gunadi,2013)
Serta untuk mencegah terjadinya Tax Evasion.
Semua bagian dalam kesepakatan yang sudah dicapai oleh dua negara yang melakukan
perjanjian selalu diperkaya dengan berbagai definisi/pengertian dan istilah(terminology) yang
sering disebutkan dalam suatu Tax treaty. Berbagai definisi, istilah, dan pengertian inilah yang
lebih penting untuk dipahami oleh setiap pihak khususnya berkaitan dengan kepentingan dalam
praktik bisnis sehar-hari.

2. MODEL TAX TREATY (P3B).


Terdapat beberapa Model Tax Treaty.Perumusan P3B didasarkan pada salah satu model yang
tersedia sebagai berikut(Gunadi 1997:185) :
1. Organisation for Economic Co-operation and Development(OECD) Model
2. United Nation Model(UN Model)
3. United Satate Model(US model)
4. Model Indonesia.

1. MODEL OECD

Model OECD merupakan model P3B untuk negara-negara maju(advanced Countries) didirikan di Paris 14
Desember 1960. Pada saat ini(2009) beranggotakan 30 negara yaitu Australia,Austria,Belgia,Kanada,
Republik Ceko,Denmark, Finlandia,perancis,Jerman,Yunani,
Hongaria,Islandia,Irlandia,Italia,Inggris,Jepang,Korea Selatan, Luksemburg,Meksiko,Belanda,Selandia
Baru,Norwegia,Polandia,Portugal,Slovakia,Spanyol,Swidia,Swiss, Turki dan Amerika Serikat. Karena
negara-negara tersebut adalah negara pengekport modal maupun jasa, sehingga model ini lebih
mengedapankan pada asas domisili pada negara yang memberikan jasa atau menanamkan modal,
dimana hak pemajakannya berada di negara domisili(resident principle).Secara periodic Model
OECD(1963,1977,1977,1992,2003 dan 2008) selalu diperbaharui(update) untuk menyesuaikan dengan
perkembangan perekonomian dunia.
2. MODEL UN(UNITED NATION/PBB)

Model UN merupakan model P3B yang didesain secara khusus untuk negara-negara berkembang
(developing Countries), seperti .Model ini memberikan hak pemajakan yang lebih luas kepada negara
sumber atas penghasilan yang timbul diwilayahnya, karena negara-negara tersebut adalah negara
pengimport modal maupun jasa,sehingga negara tersebut menjadi tempat sumber penghasilan. Hal hal
ini dilakukan misalnya dengan menambahkan satu kreatip lagi yakni time test untuk menetapkan
keberadaan suatu BUT sehubungan dengan kegiatan dengan pemberian jasa-jasa dinegara itu.Jadi
model ini lebih menerapkan pemajakan yang berasal dari negara yang memberi penghasilan.UN model
(1989 dan 1999) baru sekali melakukan penyesuian akhir tahun 2001/Materi yang dirancang dalam
model UN tidak jauh berbeda dengan materi yang disebut dalam Model OECD.

3. MODEL UNITED STATE (US MODEL)

P3B antara Amerika Serikat dengan negara mitra runding pada model US (198).Pada Februari 2016
Departemen Keuangan AS mengumumkan perilisan “ US Model Income Tax Convention” yang baru
direvisi.Model Pajak Penghasilan Konvensi yang akan berfungsi sebagai teks dasar yang akan digunakan
oleh Departemen Keuangan US saat menegosiasikan tax treaties. Rilisan hari itu merupakan update
income tax treaty 2016 . ini juga menggabungkan rekomendasi Base erosion and Profit Shifting(BEPS)
menurut OECD BEPS adalah strategi perencanaan pajak (tax Planning) yang memanfaatkan Gap dan
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam peraturan perundangan perpajakan domestic untuk
menghilangkan keuntungan atau mengalihkan keuntungan tersebut ke negara lain yang memiiliki tariff
pajak yang rendah atau bahkan bebas pajak. Tujuan akhirnya adalah agar perusahaann tidak perlu
membayar pajak atau pajak yang dibayar sangat kecil terhadap pendapatan perusahaan secara
keseluruhan.

4. MODEL INDONESIA

Model P3B yang dianut oleh Indonesia mengkombinasikan Model UN dan prinsip-prinsip pokok yang
terkandung dalam undang-Undang Perpajakan nasional. Perpaduan antara dua model itu menghasilkan
suatu model yang disebut Model Indonesia yang menjadi dasar berpijak dalam perundingan
P3B(Rachmanto,200:4). Hal-hal yang dapat mendorong perkembangan negara Indonesia menjadi lebih
maju,dapat diatur dalam perjanjian ini. Misalnya penghasilan atas guru dan peneliti,yang kedua model
UN dan OECD tidak diatur, namun dalam Model Indonesia, diatur dalam pasal tersendiri. Itulah
mengapa Tax Treaty satu negara belum tentu sama dengan Tax Treaty negara lain.

Perbedaan yang mencolok antara Model OECD dan Model UN adalah bahwa Model OECD mengatur
Resident Principle, sedangkan Model UN cenderung menganut pembagian yang adil antara negara
domisili dan negara sumber.
CARA MENGHINDARI TERJADINYA PAJAK BERGANDA INTERNASIONAL(AVOIDANCE OF DOUBLE
TAXATION)
Dalam Perpajakan Internasional terdapat beberapa pendekatan untuk memperingan atau
mengeliminasi P3B yaitu
1. Cara Unilateral(Sepihak) ini dilakuakn dengan memasukan ketentuan untuk menghindari
pajak berganda dalam undang-undang suatu negara dengan suatu prosedur yang
jelas,memiliki kekuatan hokum didalamnya yang mengatur msyarakat atau badan
internasional, yang ditetapkan sepihak oleh negara itu sendiri. Pengggunaan cara
merupakan wujud kewibawaan dan kedaulatan suatu negara untuk mengatur sendiri
masalah pemungutan pajak dalam suatu undang-undang.

2. Cara Bilateral (antara dua negara) cara ini dilakukan melalui suatu perundingan antara dua
negara yang berkepentingan untuk menghindarkan pajak berganda.saat ini Tax Treaty sudah
ada 66 negara yang memiilki Persetujuan Penghindaraan Pajak Berganda (Tax Treaty secara
bilateral dengan Indonesia.

3. Cara Multilateral(beberapa negara secara serempak) cara ini dilakukan melalui suatu
perundian multilateral oleh lebih dari dua negara yang berkepentingan untuk
menghindarkan terjadinya pajak berganda.Seperti Konvensi Wina tahun 1961 yang memuat
tentang dibebaskankanya perwakilan negara yang ditempatkan di negara dari pengenaan
pajak.

3. METODE PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA


Ada beberapa metode penghindaraan Pajak Berganda Internasional(Zakaria 2005:28-38)
Diantara medtode-metode tersebut yaitu:
1. Tax exemption method (Metode Pembebasa Pajak) terdiridari
a. Full exemption method atau exemption without progression)
b. Exemption at the top method
c. Exemption at the bottom method
d. Proposional exemption method
2. TaX credit method ( Metode Pengurangan Pajak) terdiri:
a. Full tax credit method(Metode Pengurangan Pajak Penuh)
b. Ordinary tax credit method (Metode Pengurangan Terbatas)
c. Tax Sparing Fictitious credit method
3. Metode Lainnya terdiri:
a. Tax deduction method
b. Tax rate reduction method.

Ad. 1. Pembebasan pajak (tax exemption) atau dikenak dengan Exemption with
progression. Dalam metode ini pada prinsipnya penghasilan Luar negeri tetap
dibebaskan dari pengenaan pajak domestic, namun untuk keperluan penghitungan
pajak dan penerapan tariff pajak pengaruhnya progresi penghasilan luar negeri terhadap
pengenaan pajak atas penghasilan global dipertahankan.

Ad.2. Metode Pengurangan Pajak (Tax Cerdit) secara garis besar terdiri dari atas :
a. Full tax credit method (Metode Pengurangan Pajak Penuh)
Metode ini penghasilan luar negeri merupakan objek pajak dan ikut dihitung dalam
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak.Seluruh pajak yang terutang atau
dibayar diluar negeri atas penghasilan luar negeri dapat dikurangkan seluruhnya
terhadap pajak yang terutang atas Penghasilan Kena Pajak.
Contoh
Penghasilan DN ………….. Rp. 300.000.000
Penghasilan LN…………… Rp 30.000.000(Tax 40%=Rp.12.000.000,-
Total Penghasilan………… Rp.330.000.000
WP Badan 2019= 25%xRp.330.000.000=Rp.82.500.000,-
Full tax credit……………………………………. = Rp.12.000.000,-
Pajak yang dibayar…………………………….. =Rp.60.500.000
b. Ordinary tax credit metode (Metode Pengurang Pajak Terbatas)
Metode ini bahwa secara unilateral memberikan soulusi bahwa atas pajak yang
terutang atau dibayar di luar negeri dapat dikreditkan oleh WPBN<namaun
besarnya pajak yang bisa s dikreditkan dibatasi tidak boleh melebihi penghitungan
pajak terutang berdasrkan UU pajak Domestik.
Contoh.
Penghasilan DN…………………… Rp.200.000.000
Penghaslan Negara A………….. Rp. 20.000.000 (tax 40%=Rp.8.000.000)
Rugi negara B……………………. Rp. 10.000.000(rugi LN tdk diakui)
Total Penghasilan………………… Rp.220.00.000
PPh Badan 2019=25%xRp.220.000.000=Rp.55.000.000,-
Batas Maximum kredit pajak LN (metode Ordinary credit)
20.000.000/220.000.000xRp.55.000.000=Rp.5.000.000
Pajak yang hrs dibayar lagi=Rp.55.000.000-Rp.5.000.000=Rp.50.000.000,-
Apabila penghasilan luar negeri diperoleh dari beberapa negara ,maka krediat pajak
dapat dihitung secara bergabung(Overall) atau tiap negara (Per country) Pemberian
kredit bergabung (Overall) lebih menguntungkan Wajib pajak dengan diperbolehkan
kompensasi:
1. Penghasilan positif dengan negative
2. Tarif tinggi dengan tariff rendah(sebelum dihitung jumlah Max pajak yg dpt
dikreditkan).
Misalnya: Wajib Pajak C yang bertempat kedudukan di negara T (yang
mengenakan pajak sebesar 25%), selain penghasilan domestic sebesar Rp.
200.000.000,-, memeperoleh penghasilan sebesar Rp.100.000.000 dari negara U
(dengan tariff pajak 15%). Dan sebesar Rp. 150.000.000 dari negara V (dengan
tariff pajak 30%). Penghitungan Kreit pajak dengan basis gabungan sbb;
Penghasilan Domestik………………………. Rp.200.000.000,-
Penghasilan LN (rp.100jt=Rp.150jt)…… Rp. 250.000.000,-
Penghasilan global………………………………. Rp. 450.000.000,-
PPh terutang 25%xRp.450.000.000……….. Rp. 112.500.000

KPLN 250/450xRp.112.500.000……………. Rp. 62.500.000,-

Jumlah yang sebesarnya dibayar

Negara U = 15%xRp.100.000.000=Rp 15.000.000

Negara V= 30%xRp.150.000.000 =Rp.45.000.000,-

Jumlah pajak yd dpt dikreditkan…………………………………………………=Rp.60.000.000,-

Pajak kurang bayar Rp.112.500.000 – Rp.60.000.000=Rp. 52.500.000

==============-

Apabila dihitung per Negara (per contry) sbb:

Penghasilan Global…………………………………………………. = Rp. 450.000.000,-

KPLN:

Negar U Max kredit 100jt/450jtxRp.112.500.000……= Rp. 25.000.000,-

Yang dibayar …………………………………………………………. =Rp.15.000.000

Pajak yg dpt dikreditkan Ngera V…………………………………………………….. Rp.15.000.000

Negara V;

Max kredit 150jt/450jtXrp.112.500.000.= Rp.37.500.000,-

Pajak yang dibayar …………………………….. = rp.45.000.000,-

Pajak yang dpt dikreditkan…………………………………………………… Rp.37.500.000,

Jumlah pajak yang dpat dikreditkan……………………………………………… Rp 52.500.000,--

Pajak kurang bayar Rp.112.500.000 – Rp.52.500.000=Rp.60.000.000

============

c. Tax sparing crdit method ( Metode Tax Sparing Credit)


Metode ini pada saat menghitung pajak luar negeri di negara domisili, pembebasan
ataua keringan pajak yang diberikan oleh negara sumber atas pengahasilan negeri
tersebut akan dihitung menurut tariff yang normal seolah-olah I negeri sumber tidak
diberikan pembebasan atau keringanan pajak.
Contoh:
Penghasilan DN………………….. Rp.200.000.000
Penghasilan LN…………………… Rp 20.000.000 (tax 40%=Rp.8.000.000,- ada tax
holiday)
Total Penghasilan……………….. Rp.220.000.000
PP Badan 25%xRp.220.000.000=Rp 55.000.000,-
Pajak yang dienakan 40%............=Rp. 8.000.000,-
PPh yg hrs dibayar…………………… =Rp.47.000.000

II Metode Pembebasan
Menurut Medtode ini dalam menentukan besarnya penghasilan Kena Pajak .
Penghasilan LN tetap dianggap sebagai Objek pajak dan ikut dihitung, sedangkan
atas Penghasilan LN diberikan pemebebasan pajak yang penghitunganya dimuali
dari lapisan yang tertinggi(Top rate) sedangkan botton menentukan besarnay PKP
penghasilan LN diberikan pembebasan pajak yang penghitungan dimulai dari lapisan
yang terrendah(Botton rate).
III. Tax Deduction Method

Penghasilan DN……………… Rp.500.000.000


Penghasilan LN………………. Rp. 300.000.000 (TP 40%Rp120.000.000
Total Pengasilan……………… Rp.800.000.000
Dikurangi:
Pajak LN40%xrp.300jt…….. Rp.120.000.000
PKP………………………………….. Rp.680.000.000,-
PPh terutang 25%Xrp.680.000.000=Rp.170.000.000,-

Tax Rate Reduction Method:


Penghasilan DN……………….. Rp. 500.000.000
Penghasilan LN………………… Rp.300.000.000
Total Penghasilan…………………………………………Rp.800.000.000,-
Dikurangi:
PPh terutang Penghasilan DN 25%xrp.500jt…Rp.125.000.000
Penghasilan yang terutang Pengh.LN 25%-(3/4)xRp.300jt=Rp.56.250.000
Jumlah pajak yang terutang atas Pengh>DN+LN…………… =Rp.181.250.000

Anda mungkin juga menyukai