Anda di halaman 1dari 5

I.

Sunan Kalijaga

A.1 Biografi sunan kalijaga

A.1.1 asal usul Sunan Kalijaga

A.1.2 Metode Dakwah Sunan Kalijaga

A.2 Peran Sunan Kalijaga dalam mengembangkan Islam di Indonesia

II.
BAB I
SUNAN KALIJAGA
A.1 Biografi Sunan Kalijaga
A.1.1 Asal usul Sunan Kalijaga
Raden Said merupakan nama kecil dari Sunan Kalijaga putra seorang bupati
Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta, yang memiliki istri Bernama Dewi
Nawangarum.Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450 Masehi di Tuban Jawa
Timur. Selain Raden Said, Sunan Kalijaga dikenal juga dengan nama Syaikh
Malaya, Lokajaya, Raden Abdurrahman, Pangeran Tuban, dan Ki Dalang Sida
Brangti. Nama Sunan Kalijaga berasal dari gelar sunan yang berasal dari kata
susuhunan yang memiliki arti “orang yang terhormat” sementara Kalijaga
berasal dari nama sebuah desa di Cirebon yaitu desa Kalijaga.
Pada masa remaja, Raden Said adalah seorang “maling cluring”, yaitu seorang
perampok dan pencuri yang hasilnya bukan untuk dinikmati sendiri tetapi
untuk rakyat kecil. Saat melihat kondisi masyarakat Tuban yang mengalami
kemiskinan dan kesengsaraan, jiwanya berontak. Hingga pada akhirnya Raden
Said melakukan aksi nekat berupa pencurian bahan makanan digudang
Kadipaten. Raden Said membagikan makanan dari dalam Gudang secara diam-
diam dan membagikannya kepada rakyat miskin secara diam-diam pula. Tetapi
lewat intaian penjaga Kadipaten, lama kelamaan Raden Said tertangkap dan
mendapatkan hukuman keras berupa pengusiran.
Raden Said terkenal sebagai orang sakti dan menguasai pencak silat. Karena
kesaktiaanya itu beliau mendapat julukan Berandal Lokajaya. Yang memiliki
arti yaitu loka berarti tempat, wilayah atau daerah sedangkan jaya berarti
Bahagia atau menang. Sehingga Lokajaya dapat diartikan sebagai penguasa
daerah. Setelaj pengusiran tersebut beliau mengembara tanpa tujuan pasti,
namun ia tetap memikirkan nasib rakyat kecil. Raden Said kemudian menetap
dihutan Jatiwangi. Dihutan itu ia bertemu dengan kakek tua yang bertongkat
emas, kemudian ia merebut tongkat ema situ. Raden Said bermaksud
membagikan hasil rampokan itu kepada rakyat miskin. Akan tetapi Sunan
Bonang tidak membenarkan car aitu. Beliau menasehati Raden said bahwa
perbuatan buruk tidak boleh dilakukan meskipun niatnya baik.
Raden Said kemudian sadar dan menjadi murid Sunan Bonang. Untuk menjadi
muridnya Sunan Bonang memberikan syarat yaitu Raden Said diminta
menunggu Sunan Bonang dipinggir sungai sambil menjaga tongkatnya selama
3tahun. Sunan Bonang mengajari Sunan Kalijaga untuk mewarisi ilmu-ilmu
agama dan spiritualnya. Setelah dewasa, Sunan Kalijaga menikah dengan Dewi
Sarah binti Maulana Ishaq, dari pernikahan tersebut beliau mempunyai tiga
orang anak yaitu Raden Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rukayah, dan Dewi
Sofiyah.
A.1.2 Metode Dakwah Sunan Kalijaga
Dalam menyebarkan agama islam di Pulau Jawa, Sunan Kalijaga memiliki
metode dakwah yang unik seperti tokoh Wali Songo yang lainnya. Sunan
Kalijaga memperkenalkan islam dengan menggunakan media kesenian seperti
gamelan, wayang, seni ukir, dan seni suara suluk agar masyarakat mudah
memahami dan menerima ajaran islam. Berikut penjelasannya.
a. Wayang kulit dan gamelan
Sunan Kalijaga memiliki jasa dalam mengenalkan media dakwah melalui
wayang dan gamelan. Beliau menggabungkan cerita wayang yang bernafaskan
islam, terutama mengenai etika atau akhlak yang terpuji. Lakon-lakon yang
dibawakan Sunan Kalijaga dalam pagelarannya bukan lakon-lakon Hindu
seperti Mahabarata, Ramayana dan lainnya. Walaupun tokoh yang digunakan
sama (pandawa, Kurawa, dan lain-lain).
Sunan Kalijaga mengubah lakon-lakon cerita wayang, misalnya “layang
Kalimasada” dan lakon “petruk jadi raja) yang semuanya memiliki ruh islam
yang kuat. Sunan Kalijaga juga menambahkan karakter-karakter baru yang
memiliki napas islam, seprti karakter punakawan yang terdiri dari Semar,
gareng, Petruk, dan bagong.
b. seni suara suluk
Dalam berdakwah Sunan Kalijaga juga menciptakan tembang suluk “Lir ilir” dan
“Gundul-Gundul Pacul”. Tembang ini memiliki makna yang dalam. Tembang
jaw aini mengandung unsur-unsur ajakan untuk Kembali kepada Allah SWT,
senantiasa mengingat Allah, menahan hawa nafsu agar manusia tidak
terjerumus pada jalan yang tidak diridai Allah SWT. Dalam tembang ini Sunan
kalijaga Juga meningatkan kepada kita bahwa perbuatan baik atau amalan
menempati peran penting termasuk syahadat, salat, puasa, zakat, dan haji
sebagai bekal yang menentukan keselamatan seseorang yang harus
dipertanggung jawabkan kelak.
Berikut lirik tembang Lir ilir dan Gundul-gundul Pacul.
Lir-ilir
Lir ilir, lir ilir
Tandure wes sumilir,
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar,
Cah angon, cah angon,
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekna kanggo mbasuh dadatira
Dadatira dadatira, kumitir bedah ing pinggir
Dandamana jlumatana kanggo seba mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo surako surak hiya
Gundul-gundul Pacul
Gundul-gundul pacul-cul, gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar
Tembang Gundul-gundul Pacul ini memiliki arti yang dalam, yaitu pemimpin
yang keempat inderanya (mata, hidung, telinga, dan mulut) tidak digunakan
dengan baik akan mengakibatkan gembelengan atau sombong. Barang siapa
yang menjunjung Amanah rakyatnya dengan sombong akan jatuh dan tidak
bisa dipertahankansehingga kepemimpinannya akan sia-sia, tidak bermanfaat
bagi kesejahteraan rakyat. Jadi kesimpulan dari tembang ini mengenai
tanggung jawab seseorang dalam pekerjaan, amanat merupakan suatu hal
yang harus dijaga dan dipertanggung jawabkan.
A.2 Peran Sunan Kalijaga dalam mengembangkan Islam di Indonesia
Dalam melaksanakan dakwahnya, Sunan Kalijaga memposisikan diri sebagai
bagian masyarakat ditempat beliau melaksanakan dakwah. Pakaian yang
digunakan sama dengan masyarakat pada umumnya, bukan surban seperti
pendakwah. Bahasa yang digunakan juga Bahasa yang mudah dimengerti
lugas. Beliau juga memanfaatkan tradisi dan budaya yang berkembang dalam
masyarakat sebagai sarana untuk menyampaikan dakwahnya.

Anda mungkin juga menyukai