1 PB
1 PB
Abstrak
DAS Bengawan Solo memiliki berbagai permasalahan salah satunya yaitu banjir saat
musim penghujan dan kekeringan saat musim kemarau. Salah satu penyebab terjadinya
banjir adalah perubahan tata guna lahan yang mengakibatkan bertambahnya jumlah
limpasan sungai Bengawan Solo Hulu. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi hal
ini adalah dengan pemodelan hujan debit untuk mendekati nilai-nilai hidrologi di
lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan besaran debit simulasi
dengan debit observasi yang terjadi di DAS Bengawan Solo Hulu. Data yang digunakan
adalah debit observasi, curah hujan, peta tata guna lahan, peta jenis tanah, dan peta
topografi. Hasil dari pemodelan ini adalah NSE sebesar 0,578 dengan debit puncak simulasi
sebesar 805,03 m3/dt yang terjadi pada tanggal 23 Maret 2019. Nilai NSE menunjukkan
angka kalibrasi perbandingan debit dilapangan dengan debit hasil simulasi, Berdasarkan
nilai NSE yang diperoleh dari pemodelan sebesar 0,578, maka model hujan-debit
Kata kunci: model hujan-debit, Hec-HMS menggunakan Hec-HMS memiliki tingkat kemiripan yang baik.
1. Pendahuluan HMS adalah salah satu model yang dapat menirukan perilaku
Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau aliran dalam sistem DAS. [2]
Jawa. Terdapat beberapa kerusakan yang terjadi di DAS Azizah mengatakan dalam penelitiannya bahwa pemo-
Bengawan Solo Hulu antara lain kekeringan saat musim delan hujan-debit menggunakan model Hec-HMS mem-
kemarau dan banjir saat musim hujan. Perlu melakukan berikan hasil pedekatan nilai lapangan yang baik [1]. Selain
kajian untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di DAS itu Gede (2006) juga mengatakan dalam penelitiannya
Bengawan Solo Hulu, antara lain yaitu pemodelan hujan menggunakan model Hec-HMS memberikan hasil pende-
debit yang berfungsi untuk mendekati nilai-nilai hidrologis katan nilai lapangan yang baik [2]. Berdasarkan hasil
di lapangan. Pengukuran hujan debit aliran sangat diperlukan penelitian terdahulu tetang pemodelan hujan-debit meng-
untuk mengetahui potensi sumber daya air di suatu wilayah gunakan model Hec-HMS memperoleh hasil yang baik,
DAS [1]. maka penelitian terdahulu melatarbelakangi pemodelan
Transformasi hujan debit merupakan suatu hal yang hujan-debit di DAS Bengawan Solo Hulu menggunakan
kompleks disebabkan oleh dua hal yaitu variabilitas sistem model Hec-HMS.
DAS dan karakter masukan (input). Analisis kuantitatif Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari
terhadap keluaran sistem DAS berdasarkan masukan dan sumber daya air di DAS Bengawan Solo Hulu agar dapat
karakteristik sistem dapat dilakukan dengan model. Hec- dimanfaatkan sebagai pengendalian banjir dan penyediaan
air baku.
193
194 Wiliya dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume 20, Nomor 2, Mei 2022 (193-198)
. ×( ) .
𝑡 = (6) Tipe Tanah
. No Jenis Tata Guna Lahan
× A B C D
5. Daerah perniagaan atau 89 92 94 95
Dimana: bisnis (80% kedap air)
L : panjang sungai utama
Y : kemirinagn DAS (%) 6. Daerah industri (72% 81 88 91 93
S : potential maximum retention kedap air)
7. Pemukiman
Nilai S dapat dihitung menggunakan persamaan 7 [5]:
Luas % kedap air
𝑆= − 10 (7) 1/8 acre 65 77 85 90 92
¼ acre 38 61 75 83 87
1/3 acre 30 57 72 81 86
Nilai Curve Number (CN) menggunakan perhitungan
½ acre 25 54 70 80 85
composit CN. Composit CN dapat dihitung menggunakan 1 acre 20 51 68 79 84
persamaan 8 [6]:
𝐶𝑁 𝐶𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑒 =
∑
(8) 8. Tempat parkir, atap, jalan 98 98 98 98
∑ mobil (dihalaman)
Dimana:
CN : Curve Number 9. Jalan
Ai : Luas Sub DAS (Km2) Perkerasan dengan 98 98 98 98
drainase
Nilai Curve Number dapat dilihat pada Tabel 1 [6]: Kerikil 76 85 89 91
Tanah 72 82 87 89
Tabel 1. Nilai Curve Number AMC II, Untuk Berbagai
Debit observasi diperoleh dari BBWS Bengawan Solo
Kondisi Lahan dan Tipe Tanah
Hulu. Data ini digunakan sebagai acuan untuk perbandingan
Tipe Tanah
No Jenis Tata Guna Lahan antara hasil simulasi model dengan data yang tercatat
A B C D
dilapangan. Hasil yang diharapkan dari pemodelan ini adalah
1. Tanah yang diolah dan
ditanami kemiripan hasil simulasi dengan data dilapangan, hal ini
Tanpa perlakuan 72 81 88 91 dapat dilakukan dengan proses kalibrasi data. Kalibrasi data
konservasi/ladang menggunakan Hec-HMS.
Dengan konservasi 62 71 78 81 Nilai parameter untuk kalibrasi model Hec-HMS dapat
(sawah dan kebun) dilihat pada Tabel 2 [1]:
2. Padang rumput
Kondisi buruk ( <50% 68 79 86 89 Tabel 2. Nilai Parameter Kalibrasi Model HEC-HMS
tertutup tanah) Model Parameter Min Max
Kondisi baik ( <50 – 70% 39 61 74 80 SCS Loss Initial Abstraction 0 mm 500 mm
tertutup tanah) Curve Number 1 100
SCS UH Lag 0.1 min 30000 min
3. Padang rumput 30 58 71 78 Baseflow Initial Baseflow 0 m3/s 100000
(seluruhnya rumput)
Senak (baik > 75% 30 48 65 73 Recession factor 0.0000 m3/s
tertutup tanah) Flow-to-peak ratio 11 -
0 1
Hutan 45 66 77 83 Muskingum K 0.1 hr 150 hr
Buruk / tanaman jarang, Routing X 0 0.5
penutupan jelek 25 55 70 77 Number of steps 1 100
Baik / penutupan baik
kuadrat selisih debit hasil simulasi dan debit hasil penga- Bobot luasan curah hujan wilayah tiap-tiap stasiun di DAS
matan dengan kuadrat selisih debit pengamatan dan rata-rata Bengawan Solo Hulu, dapat dilihat pada Tabel 3:
debit pengamatan [1].
Metode Nash menggunakan persamaan 8 [1]: Tabel 3. Koefisien Thiessen
𝑁𝑎𝑠ℎ = 1 −
∑( )
(9) Nama Stasiun Luas (Km2) Bobot
∑( ) Baturetno 569,835 0,252
Kalijambe 1063,421 0,470
Dimana: Nepen 1003,007 0,443
Qobs = debit hasil pengamatan di lapangan (m3/dt) Pabelan 683,893 0,302
Qsim = debit hasil simulasi (m3/dt) Parangjoho 345,175 0,152
Pracimantoro 89,789 0,040
𝑄 = rata-rata debit hasil pengamatan di lapangan (m3/dt)
Song Putri 66,762 0,029
Tawamangu 1957,548 0,865
Setelah proses pengolahan data tersebut, maka langkah Waduk Nawangan 149,887 0,066
selanjutnya adalah melakukan setting model Hec-HMS. Total 2263,986
Setting model ini dilakukan untuk menjalankan simulasi
hujan-debit. Setelah proses simulasi selesai, maka akan 3.2 Penggunaan Lahan
didapatkan hasil dari pemodelan tersebut. Dari hasil simulasi DAS Bengawan Solo Hulu terbagi menjadi 433 subdas,
dapat ditentukan besaran nilai Nash sebagai acuan untuk dimana masing-masing subdas terdiri dari beberapa kawasan
model melakukan kalibrasi. Setelah semua proses telah dalam tata guna lahannya. Tata guna lahan pada DAS
dilakukan, maka akan didapatkan kesimpulan dari penelitian Bengawan Solo Hulu terdiri dari 11 kelas, yaitu banda-
ini. ra/pelabuhan, belukar, hutan lahan kering sekunder, hutan
tanaman, pemukiman, perkebunan, pertambangan, pertanian
3. Hasil dan Pembahasan lahan kering, pertanian lahan kering campur, sawah, dan
3.1 Data Curah Hujan tanah terbuka. Prosentasi penggunaan lahan di DAS
Data curah hujan yang digunakan dalam analisa ini Bengawan Solo Hulu dapar dilihat pada Gambar 3.
adalah data curah hujan yang tercatat di DAS Bengawan
Solo Hulu. Terdapat beberapa lokasi pencatatan curah hujan
di DAS Bengawan Solo Hulu atau disebut dengan stasiu
hujan yaitu: Baturetno, Kalijambe, Napen, Pabelan,
Parangjoho, Pracimantoro, Song Putri, Tawamangun, dan
Waduk Nawangan.
Curah hujan wilayah dihitung menggunakan metode
polygon thiessen. Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar
2:
maksimum. Dari hasil perhitungan nilai Ia di DAS Bengawan 3.5 Kalibrasi Model Hec-HMS
Solo Hulu diperoleh nilai Ia berkisar antara 7,5 mm-8,5 mm. Kalibrasi model bertujuan untuk menjadikan hasil
- Impervious simulasi model mendekati data lapangan. Kalibrasi
Perhitungan nilai impervious berdasarkan jenis tutupan dilakukan dengan menaikkan dan menurunkan beberapa
lahan untuk mengetahui besaran koefisien limpasan. Dari parameter yang mempengaruhi perubahan nilai Nash yang
hasil perhitungan nilai impervious di DAS Bengawan Solo terdapat pada Tabel 1. Kalibrasi model ini dilakukan pada
Hulu diperoleh nilai impervious berkisar antara 6%-60%. titik pos AWLR Kejangan. Pemilihan data hujan berdasarkan
- Time Lag hasil model perbandingan dengan data hujan dan debit
Perhitungan nilai time lag dapat dihitung menggunakan terukur di lapangan tahun 2018, 2019, dan 2020. Maka
persamaan (6). Nilai time lag dipengaruhi oleh panjang didapatkan hasil yang paling baik yaitu tahun 2019 dengan
sungai, kemiringan sungai dan retensi maksimum. Dari hasil nilai Nash awal adalah 0,481. Berikut tabel kalibrasi yang
perhitungan nilai time lag di DAS Bengawan Solo Hulu dilakukan pada model Hec-HMS dengan menggunakan data
diperoleh nilai time lag berkisar antara 0,2 menit-3781 menit. hujan harian dan debit yang terukur di lapangan pada tahun
2019, dapat dilihat pada Tabel 4:
3.4 Model Hec-HMS
Pemodelan dalam penelitian ini menggunakan Hec- Tabel 4. Nilai Kalibrasi
HMS. Ada beberapa parameter yang digunakan dalam Nilai Parameter
Parameter Model
pemodelan ini, Parameter lahan pada basin model yang Kondisi Awal Kalibrasi
digunakan adalah loss, transform dan rooting. Parameter Curve Number Min 75,77 59,10
Basin Model Loss menggunakan metode SCS Curve (CN) Max 84,00 65,52
Number, data yang dimasukkan ke dalam parameter ini
Time Lag (TL) Min 0,19 0,23
adalah initial abstaction, curve number dan impervious. Max 3176,87 3780,37
Paremeter Basin Model Transform menggunakan metode
SCS Unit Hydrograph, data yang dimasukkan ke dalam Impervious Min 5 3,5
parameter ini adalah time lag. Parameter Basin Model Max 60 42
Rooting menggunakan metode Kinematic Wave, data yang
dimasukkan ke dalam parameter ini adalah lenght. Slope dan Initial Min 7,52 22,57
Abstraction (Ia) Max 8,56 25,68
width.
Pemodelan ini menggunakan input data hujan harian dan
debit pada tahun 2019. Hasil dari simulasi model ini Dari hasil kalibrasi model sesuai dengan Tabel 4 di
diperoleh peak flow sebesar 1.207,82 m3/dt yang terjadi pada dapatkan nilai Nash sebesar 0,578. Nilai Nash di pengaruhi
tanggal 23 maret 2019, sedangkan peak discharge di oleh CN, TL, Impervious, Ia. Kalibrasi ini dilakukan dengan
lapangan sebesar 805,03 m3/dt terjadi pada tanggal 23 maret menurunkan nilai CN dan impervious dan menaikkan nilai
2019. Nilai Nash dari simulasi ini adalah sebesar 0,481. TL dan Ia. Berdasarkan hasil kalibrasi model Hec-HMS
Dalam model ini nilai bass flow tidak diperhitungkan. Dari didapatkan nilai peak flow sebesar 1116,60 m3/dt yang
hasil model Hec-HMS tersebut perlu dilakukan kalibrasi terjadi pada tanggal 23 Maret 2019 sedangkan peak
guna hasil simulasi model mendekati kondisi lapangan. discharge sebesar 805,03 m3/dt yang terjadi pada tanggal 23
berikut grafik hasil simulasi model Hec-HMS dapat dilihat Maret 2019. Grafik hasil kalibrasi model HEC-HMS dapat
pada Gambar 4: dilihat pada Gambar 5: