Anda di halaman 1dari 13

BAB

2
IP Routing Menggunakan RIP
Konfigurasi routing dinamis merupakan sebuah konsep routing yang cocok untuk
diterapkan pada jaringan dengan tingkat skalabilitas besar. Adanya jaminan bebas
kesalahan dalam proses memasukkan informasi rute tentang alamat network lawan
adalah menjadi salah satu alasan kenapa konsep routing dinamis ini sangat cocok
untuk diterapkan pada jaringan besar. Namun ada syarat agar semua alamat
network router yaitu kita harus benar dalam mengaktifkan protokol routinh dalam
router tersebut. Adanya kesalahan dalam proses pengaktifkan protokol routing akan
berakibat pada jaringan tidak akan konvergen. Tentu saja akibat dari ini adalah tidak
semua komputer dalam jaringan bisa saling terhubung satu-sama-lain.

Peran dari protokol routing menjadi sangatlah penting dalam konsep routing dinamis.
Nantinya protokol routing yang akan mengumpulkan semua informasi tentang
alamat network lawan dan mencarikan jalur alternatif rute terbaik untuk menuju ke
alamat network yang akan dituju oleb sebuah router. Pemilihan protokol routing juga
menjadi salah satu hal yang perlu diperimbangkan. Adanya kesalahan dalam proses
pemilihan prtokol routing juga akan berakibat pada jaringan yang tidak kovergen.
Misalnya dalam sebuah jaringan menggunakan sebanyak seratus buah router.
Secara teori, apabila kita paksakan untuk menggunakan protokol routing RIP maka
pasti tidak semua in formasi alamat network lawan bisa tercatatkan dalam tabel
routing sebuah router. Hal ini dikarenakan keterbatasan dari protokol routing RIP itu
sendiri yaitu tentang jumlah hop maksimal yang bisa dijangkau oleh protokol routing
RIP. Selain itu pertimbangan lain dalam proses pemilihan protokol routing adalah
waktu konvergen jaringan, paket yang akan dirutekan juga akan semakin cepat
sampai ke tujuan. Terlebih pada kasus jaringan yang mengalami perubahan topologi
jaringan

2.1 RIP (Routing Information Protocol)


RIP (Routing Information Protocol) merupakan protokol routing yang pertama kali
digunakan dalam jaringan. RIP pertama kali dikembangkan oleh Xerox. Versi
Protokol routing RIP yang muncul pertama kali adalah versi 1 (RIPv1). Penggunaan
protokol routing RIPV1 secara resmi diumumkan untuk bisa digunakan dalam
perangkat router sekitar tahun 1988. Semua vendor pembuat router bisa
menggunakan protokol routing ini. Jadi tidak terbatas pada perangkat router produk
Cisco saja yang bisa menggunakan protokol routing RIP. Kekurangan yang dimiliki
oleh RIPv1 adalah tidak bisa diimplementasikan pada jaringan yang menggunakan
alamat network dengan subnet mask yang bervariasi atau jaringan dengan
menerapkan mekanisme VLSM (Variable Length Subnet Mask). Hal ini dikarenakan
dalam paket update RIP tidak menyertakan informasi nilai subnet mask yang
digunakan oleh alamat network yang diberikan ke router tetangga. Paket update
yang diberikan oleh protokol routing RIPv1 hanya mengirimkan informasi alamat
network saja, tanpa menyertakan nilai subnet mask. Oleh karena itu dikembangkan
RIP versi 2 (RIPv2). Diperkenalkan sekitar tahun 1994. Kehadiran RIPv2 digunakan
untuk menyempurnakan kekurangan yang dimiliki oleh RIPv1. Semua hal yang tidak
bisa dilakukan oleh RIPvi sudah bisa dilakukan oleh protokol routing RIP V2.

RIP termasuk dalam protokol routing kategori distance vector. Protokol routing ini
akan menggunakan jarak (distance) sebagai parameter untuk menentukan nilai
metric. Jarak dihitung dari router pemberi informasi paket update RIP ke router
penerima. Dalam menghitung nilai jarak digunakan satuan hop count atau berapa
banyak router yang dilewati oleh paket update RIP sampai paket tersebut sampai ke
router penerima.

Misalnya R1 sebagai router pemberi informasi paket update RIP yang berisi
informasi rute tentang alamat network 192.168.10.0/24. Router Ri akan memberikan
paket update RIP ke router-router lain yang juga telah diaktifkan protokol routing
RIP. Setiap paket update tersebut melewati router, maka nilai hop dari informasi
alamat network 192.168.10.0/24 akan ditambah satu. Proses penambahan nilai hop
dimulai sejak paket update tersebut akan dikirimkan oleh R1 ke R2. Walaupun asal
paket update adalah dari R1, tetapi kalau dilihat pada gambar 3.1 di atas, letak dari
alamat network 192.168.10.0/24 tidak terhubung langsung dengan R2. Artinya
informasi alamat network 192.168.10.0/24 untuk bisa diberikan ke R2 harus
melewati Ri terlebih dahulu. Nilai hop akan bertambah satu ketika melewati R2 dan
R3. Sehingga ketika R4 menerima paket update dari R3, informasi nilai hop yang
didapatkan tentang alamat network 192.168.10.0/24 akan bernilai 3. Informasi
alamat network tersebut oleh R4 akan disimpan dalam tabel routing, disertai dengan
informasi nilai metric dan pintu masuk paket update dari R3 yaitu interface Fa0/1.
Jumlah maksimal nilai hop dari sebuah informasi rute yang diberikan ke router RIP
yang lain adalah sebesar 15. Artinya ketika ada router RIP menerima paket update
berisi alamat network tertentu di mana nilai hop dari alamat network tersebut adalah
15 (maksimal), maka router yang bersangkutan akan memutuskan untuk tidak
memberikan paket update tersebut ke router berikutnya.
Misalnya R2 mendapatkan paket update yang berisikan informasi rute tentang
alamat network 192.168.10.0/24. Setelah dilihat oleh router R2, ternyata nilai metric
yang berkaitan dengan alamat network 192.168.10.0/24 yang didapatkan dari router
tetangga sudah maksimal yaitu 15. Sehingga R2 akan memutuskan untuk tidak
memberikan paket update ke router R3. Akibat dari tidak adanya informasi rute ke
alamat network 192.168.10.0/24 didalam tabel routing R3, maka setiap ada paket
yang ditujukan ke alamat network 192.168.10.0/24, paket tersebut tidak akan bisa
sampai ke alamat network yang dituju. Artinya, alamat network 192.168.10.0/24
tidak bisa dijangkau oleh router R3 (network unreachable).

2.1.1 Cara Kerja RIP


Ketika protokol routing RIP diaktifkan pada sebuah perangkat router, RIP akan
langsung bekerja dalam mengumpulkan informasi rute tentang alamat network
lawan. Terdapat paket yang secara otomatis dibuat oleh protokol routing RIP, nama
dari paket tersebut adalah paket "request". Dengan menggunakan paket "request"
tersebut, RIP akan meminta informasi alamat network yang dimiliki oleh router
lawan. Jika protokol routing RIP yang digunakan adalah versi 1 (RIP v1), maka paket
"request" akan dikirimkan secara broadcast dengan menggunakan alamat IP tujuan
255.255.255.255. Namun jika versi protokol routing RIP yang digunakan adalah versi
2 (RIP v2), maka akan digunakan alamat IP multicast sebagai tujuan dari penerima
paket "request". Alamat IP multicast yang digunakan adalah 224.0.0.9.
Balasan yang akan diberikan oleh router lawan ketika menerima paket "request"
adalah dengan mengirimkan paket "response". Inti dari pengiriman paket "response"
adalah memberikan semua informasi rute yang terdapat dalam tabel routing dari
router yang mengirimkan paket "response" tersebut. Router yang mengirimkan
balasan paket "response" tidak lagi menggunakan alamat IP tujuan broadcast atau
multicast, melainkan sudah menggunakan alamat IP unicast. Alamat IP yang
digunakan sebagai tujuan penerima paket "response" adalah alamat IP dari interface
router yang sebelumnya telah mengirimkan paket "request". Prinsip kerja yang
digunakan oleh router yang menerima paket "response" adalah akan memilih alamat
network yang belum terdapat dalam daftar informasi rute dalam tabel routing
didirinya, kemudian akan mencatatkan alamat network tersebut ke dalam tabel
routing.

Pratikum 2.1

Konfigurasi Routing Dinamis


Menggunakan RIP
Tujuan pratikum
 Mengonfigurasi protokol routing RIPv1 dan RIPv2 menggunakan perangkat
router cisco
 Mengetahui alasan keenapa harus menggunakan RIPv2 ddibandingkan
RIPv1

Gambar topologi jaringan

Tabel pengalamatan IP
Langkah-langkah pratikum
1. Memberikan alamat IP pada interface router
2. Mengaktifkan protokol routing RIPv1 pada masing-
masing interface router
Secara default, apabila kita mengaktifkan protokol routing RIP pada interface router,
maka versi dari protokol routing RIP yang kita gunakan adalah versi 1 (RIPv1).
Berikut adalah perintah yang digunakan untuk mengaktifkan protokol routing RIP
pada interface router:

Perlu diperhatilan bahwa prtokol routing RIP itu diaktifkan pada interface, bukan di
dalam sebuah router. Sehingga untuk mengaktifkan protokol routing RIP pada
interface router, cara yang dilakukanh adalah dengan menyebutkan/menuliskan
alamat network yang digunakan oleh interface router tersebut. Itulah sebabnya
mengapa setelah menuliskan perintah router rip, kita harus menuliskna lagi alamat
network yang terhubung langsung. Artinya alamat network tersebut adalah alamat
network dari interface router yang akan diaktifkan protokol routing RIP. Berikut
adalah hasil konfigurai pada masing-masing router

Hasil konfigurasi di R1
Hasil konfigurasi di R2

Hasil konfigurasi di R3

Dalam mengaktifkan protokol routing RIP pada interface router cukup dengan
menuliskan alamat network classful digunakan oleh interface tersebut. Karena
walaupun kita menuliskan lengkap, tetap saja RIP akan menganggap sama saja.
Contohnya adalah pada saat mengaktifkan RIP pada interface di R2. Dengan
menuliskan alamat network classful 10.0.0.0, protokol routing RIP sudah aktif pada
interface fao/o dan fao/1. yang

Mengecek apakah protokol routing RIP sudah aktif pada


interface router? Untuk melakukan hal tersebut, kita bisa menggunakan
perintah berikut:

Hasil verifikasi di R2

Dari hasil verifikasi terlihat bahwa protokol routing RIP sudah aktif pada kedua
interface Fao/o dan Fao/1 di router R2. Namun, versi dari protokol routing RIP yang
digunakan masih menggunakan versi 1 (RIPv1). Penggunaan protokol routing RIPvi
akan menimbulkan masalah apabila diterapkan skema pengalamatan jaringan
seperti pada keterangan gambar topologi jaringan di atas. Nantinya akan ada
informasi rute yang tidak tercatatkan dalam tabel routing sebuah router. Misalnya
kita lihat isi dari informasi rute yang tersimpan dalam tabel routing router Ri berikut:

Dari hasil verifikasi terlihat bahwa router R1 masih belum menerima informasi rute
tentang alamat network 192.168.10.32/28 yang terdapat di router R3. Hal ini
disebabkan karena skenario pengalamatan jaringan di atas adalah bersifat
discontiguous dan RIPvi tergolong dalam kategori protokol routing yang bersifat
classful. Arti dari pengalamatan jaringan yang bersifat discontiguous adalah
antarwilayah network yang 18 bersebelahan menggunakan kelas alamat IP yang
berbeda. Salah satu karakteristik yang dimiliki oleh protokol routing yang bersifat
classful adalah dengan tidak menyertakan informasi nilai subnet mask dari informasi
alamat network yang akan diberikan ke router tetangga. Sebagai contoh ketika R3
memberikan informasi rute ke dalam paket update ke router R1 dan R2.

Dari hasil proses debug di router R3 terlihat bahwa R3 memberikan informasi rute ke
router Ri lewat interface fao/0 tentang dua informasi alamat network yaitu 10.10.10.8
dan 192.168.10.0 tanpa memberikan informasi nilai subnet mask yang digunakan
oleh kedua alamat network tersebut. Ketika kedua informasi tersebut sampai di
router R1, kemudian router R1 memisahkan informasi alamat network yang
kemungkinan sudah terdapat dalam informasi tabel routing di R1. Karena prinsip
yang digunakan oleh sebuah router dalam mencatat informasi rute dari router lawan
adalah akan mencatat informasi rute jika belum terdapat dalam tabel routing milik
router bersangkutan. Berikut adalah isi dari informasi tabel routing di router R1:
Dari informasi rute yang tersimpan dalam tabel routing Ri terlihat bahwa terdapat
informasi alamat network yang sama dengan yang diberikan oleh R3 yaitu tentang
alamat network 192.168.10.0. Walaupun alamat network yang tersimpan dalam tabel
routing R1 menggunakan nilai subnet mask yang berbeda yaitu /28, namun jika
dilakukan proses subnetting dengan menggunakan subnet mask default dari alamat
network 192.168.10.0 yaitu /25 (255.255.255.0), maka akan menghasilkan informasi
alamat network yang sama yaitu 192.168.10.0. Sehingga Ri akan memutuskan
untuk tidak menyimpan informasi tentang alamat network 192.168.10.0 yang
diberikan oleh R3. Untuk informasi alamat network 10.10.10.8, karena masih belum
terdapat dalam informasi rute yang tersimpan dalam tabel routing R1, maka R1
memutuskan untuk menyimpan informasi alamat tersebut ke dalam tabel routing R1.
Hal ini bisa dilihat dari informasi alamat network 10.10.10.8 dalam tabel routing R1
yang menggunakan kode depan [R], artinya informasi alamat network tersebut
didapatkan oleh R1 dari router lawan yang sama-sama mengaktifkan protokol
routing RIPv1.

Dari sudut pandang R1 untuk menuju ke alamat network 10.10.10.8 akan


menghasilkan nilai metric sebesar 1. Hal ini bisa dilihat dari keterangan angka
sesudah informasi alamat network 10.10.10.8 dalam tabel routing R1 yaitu berupa
keterangan [120/1]. Angka 120 merupakan nilai AD (Administrative Distance) dari
protokol routing RIP, sedangkan angka 1 merupakan nilai metric. Jika dilihat dari
keterangan gambar topologi jaringan, R1 untuk menuju ke alamat network
10.10.10.8 akan melompati satu buah router yaitu R2 dan R3. Itu artinya nilai metric
yang dihasilkan adalah sebesar 1 sesuai dengan keterangan yang terdapat dalam
tabel routing R1. ib lanolis

Dari keterangan informasi rute yang tersimpan dalam tabel routing R1 terlihat juga
bahwa untuk menuju ke alamat network 10.10.10.8 jalur yang digunakan sebanyak
dua yaitu menggunakan jalur pertama adalah R1 R2 wilayah network 10.10.10.8 dan
jalur kedua adalah R1 → R3→ wilayah network 10.10.10.8. Kedua jalur tersebut
akan digunakan oleh R1 jika ada paket yang akan diteruskan menuju ke alamat
network 10.10.10.8. Mekanisme seperti ini dinamakan dengan istilah load balancing.
Artinya beban trafik data yang menuju ke R1 yang mengarah ke alamat network
10.10.10.8 akan dibagi kedua jalur sekaligus. Hal ini akan mempercepat proses
pengiriman paket ke tujuan.

Dari hasil konfigurasi RIPvi dapat disimpulkan bahwa penggunaan protokol routing
RIPvi tidak cocok untuk diterapkan pada jaringan yang discontiguous dan
menerapkan mekanisme pengalamatan jaringan dengan menggunakan konsep
VLSM (Variable Length Subnet Mask). Untuk mengatasi permasalahan tersebut
perlu untuk meng-upgrade versi dari protokol routing RIP yang digunakan yaitu
beralih ke RIP versi 2 (RIPv2).

3. Mengaktifkan protokol routing RIPv2 pada masing-


masing interface router
Untuk mengaktifkan protokol routing RIPv2 caranya adalah cukup mudah yaitu
tinggal menambahkan perintah berikut:

Hasil konfigurasi di R1

Hasil konfigurasi di R2

Hasil konfigurasi di R3

Mengecek apakah router sudah menggunakan protokol


routing RIP versi 2 (RIPv2)? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita
bisa menggunakan perintah show ip protocol
Hasil verifikasi di R1
Dari hasil verifikasi di router R3 terlihat bahwa protokol routing RIPv2 sudah aktif
pada tiga interface yaitu fao/o, fao/1, dan fa1/o, di mana versi dari protokol routing
RIP yang digunakan adalah sudah menggunakan versi 2 (RIPv2).

Mengecek apakah informasi rute yang tersimpan dalam tabel routing masing-masing
router sudah lengkap? Untuk melakukan hal tersebut, kita bisa menggunakan
perintah show ip route.

Hasil verifikasi di R1

Dari hasil verifikasi di Ri terlihat bahwa masih belum juga terdapat informasi tentang
alamat network 192.168.10.32/28 yang terdapat di router R3, walaupun versi dari
protokol routing RIP yang digunakan sudah menggunakan versi 2 (RIPv2). Namun
jika dilihat dari isi tabel routing di R1 sudah terdapat informasi alamat network
classful yang digunakan oleh alamat network 192.168.10.32 yaitu 192.168.10.0.
Dari hasil proses debug di router R3 terlihat bahwa dengan menggunakan protokol
routing RIPv2 informasi nilai subnet mask yang digunakan oleh alamat network yang
akan dikirimkan ke router tetangga sudah diikutsertakan dalam paket update Namun
terdapat permasalahan ketika dilihat tentang informasi nilai subnet mask yang
dikirimkan. Misalnya untuk informasi alamat network 192.168.10.0 seharusnya
menggunakan nilai subnet mask /28, namun pada kenyataanya menggunakan nilai
subnet mask /24. Hal ini dikarenakan RIPv2 masih melakukan proses perangkuman
secara otomatis (automatic summarization) Karena informasi alamat network yang
akan dikirimkan adalah 192.168.10.32 dan interface keluaran yang digunakan untuk
mengirimkan informasi rute tersebut menggunakan kelas yang berbeda, maka hal
yang akan dilakukan oleh R3 adalah dengan merangkum informasi alamat network
tersebut dengan menggunakan nilai subnet mask classful-nya yaitu 255.255.255.0
(/24).

Dari hasil proses perangkuman didapatkan informasi alamat network


192.168.10.0/24. Informasi alamat network tersebut yang akan diberikan oleh R3 ke
router R1. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan cara
menonaktifkan fasilitas perangkuman secara otomatis yang dilakukan oleh protokol
routing RIPv2. Berikut adalah perintah untuk melakukan hal tersebut:

Hasil konfigurasi di R1

Hasil konfigurasi di R2
Hasil konfigurasi di R3

Mengecek apakah masing-masing router masih melakukan proses


perangkuman secara otomatis? Untuk melakukan hal tersebut, kita bisa
melakukan proses debug di router R3.

Dari hasil proses debug terlihat bahwa router R3 sudah tidak lagi melakukan proses
perangkuman (summary). Informasi rute yang dikirimkan lengkap dan benar.
Misalnya untuk informasi alamat network 192.168.10.32 sudah menggunakan
informasi nilai subnet mask yang sesuai yaitu /28, tidak lagi menggunakan nilai
subnet mask /24.

Mengecek apakah informasi rute yang tersimpan pada masing- masing router sudah
lengkap dan benar? Untuk melakukan hal tersebut, kita bisa melihat informasi tabel
routing di router R1.

Dari hasil verifikasi di router R1 terlihat bahwa informasi yang tersimpan dalam tabel
routing Ri sudah lengkap dan benar. Kondisi seperti ini juga bisa dipastikan di router
R2 dan R3. Sehingga bisa dipastikan jaringan sudah dalam keadaan konvergen.
4. Melakukan tes koneksi antar PC
Misalnya kita lakukan tes koneksi dari PC1 ke PC2.

Dari hasil tes koneksi terlihat bahwa PC1 berhasil melakukan tes koneksi ke PC2.

Anda mungkin juga menyukai