Anda di halaman 1dari 24

BAB

3
IP ROUTING
MENGGUNAKAN EIGRP
EIGRP (Enhanced IGRP) merupakan protokol routing produk dari Cisco,
sehingga vendor yang bisa menggunakan protokol routing ini hanya
Cisco saja. Router produk dari Mikrotik tidak bisa menggunakan protokol
routing EIGRP. Dikeluarkan oleh Cisco sekitar tahun 1992. Keberadaan
protokol routing EIGRP difungsikan sebagai penyempurna dari protokol
routing yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Cisco yaitu IGRP
(Interior Gateway Routing Protocol). EIGRP memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan IGRP. Disamping sifat dari protokol
routing EIGRP adalah classless, ada kelebihan lain yang dimiliki oleh
EIGRP dan tidak dimiliki oleh
protokol routing IGRP: Waktu konvergensi lebih cepat, ketika terjadi
perubahan topologi jaringan.
Dapat digunakan pada jaringan yang menerapkan mekanisme
VLSM dan discontiguous.
Paket update hanya akan diberikan ke router yang membutuhkan saja.
Pola pengiriman paket update secara multicast yaitu dengan
menggunakan alamat IP 224.0.0.10.
Karena protokol routing EIGRP dikembangkan oleh Cisco, maka
perangkat router yang bisa menggunakan protokol routing ini hanyalah
router produk dari Cisco saja, produk router dari Mikrotik tidak bisa
menggunakan protokol routing EIGRP. 3.1 Tipe Paket dan Tabel EIGRP
Sebelum informasi rute tentang alamat network lawan dapat tersimpan
dalam tabel routing, harus ada paket yang dipertukarkan antar router
EIGRP. Proses awal yang harus dilakukan oleh router EIGRP adalah
membuat hubungan/adjacency dengan router EIGRP lawan yang
terhubung langsung. Dalam membuat proses adjacency tersebut, router
EIGRP akan menggunakan paket hello. Paket awal yang akan
dikirimkan oleh router EIGRP adalah paket hello. Paket tersebut
digunakan untuk mengecek keberadaan dari router EIGRP lawan.
Misalnya router R1 dan R2 sudah diaktifkan protokol routing EIGRP.
Pada masing-masing router kemudian akan saling mempertukarkan
paket hello. Router R2 akan mengirimkan paket hello ke router R1 lewat
jalur yang digunakan oleh R2 untuk bisa terhubung dengan router R1.
Pengiriman paket hello oleh R2 digunakan untuk mengecek keberadaan
dari router R1. Apabila lewat jalur tersebut router R2 mendapatkan
balasan berupa pengiriman paket hello juga. artinya pada jalur tersebut
ada router lain yang juga sama-sama mengaktifkan protokol routing
EIGRP, dalam hal ini adalah R1. Isi yang terdapat dalam paket hello
adalah berupa informasi tentang sebuah router. Misalnya router R2
menerima paket hello dari router
Ri. Informasi tentang router Ri akan disimpan dalam sebuah tabel alch
router R2, tabel tersebut dinamakan sebagai tabel tetangga.

Setelah Ri yakin terdapat router EIGRP tetangga yaitu Ra, langkah


selanjutnya yang dilakukan oleh router R1 adalah dengan mengirimkan
paket update. Isi yang terdapat dalam paket update adalah berupa
informasi rute yang tersimpan dalam tabel routing R. Ketika menerima
paket update, router R2 harus memberikan balasan berupa pengiriman
paket ACK (Acknowledgement). Tujuan dari pengiriman paket ACK
adalah untuk memberitahukan kepada router Ri bahwa paket update
yang sebelumnya telah dikirimkan oleh Ri sudah diterima oleh R2.

Paket update dari Ri telah diterima oleh R2. Apabila terdapat informasi
rute terbaru yang terdapat dalam paket update dari R1, oleh R2
informasi rute tersebut akan disimpan dalam tabel topologi. Informasi
rute yang tersimpan dalam tabel topologi adalah informasi rute lengkap
dari semua pilihan jalur untuk menuju ke alamat network lawan. Selain
untuk memberitahukan informasi rute yang tersimpan dalam tabel
routing, fungsi dari paket update juga digunakan untuk memberitahukan
ke router EIGRP lawan bahwa ada perubahan topologi dalam jaringan.
Sebagai contoh, jalur yang menuju ke alamat network 10.10.10.0/24 di
router Ri mengalami masalah (putus). Untuk memberitahukan hal
tersebut, router Ri akan mengirimkan paket update ke router R2. Tujuan
dari pengiriman paket update oleh Ri adalah untuk memberitahukan
bahwa telah terjadi perubahan topologi jaringan di router R1.
Informasi rute yang didapatkan dari Ri oleh R2 masih disimpan dalam
tabel topologi, bukan tabel routing. Masih terdapat satu tabel lagi yang
perlu diisi dalam skenario pentabelan di router R2. EIGRP
menggunakan tiga jenis tabel, yaitu tabel tetangga, tabel topologi, dan
terakhir adalah tabel routing. Informasi rute terbaik ke alamat network
lawan akan tersimpan dalam tabel routing. Akan tetapi informasi dari
semua pilihan informasi rute ke alamat network lawan akan tersimpan di
dalam tabel topologi.

Setelah mendapatkan paket update dari Ri, kemudian menyimpan


informasi rute yang terdapat dalam paket update tersebut ke dalam tabel
routing R2, langkah selanjutnya adalah menanyakan lagi kepada router
Ri apakah masih ada informasi terbaru yang dimiliki oleh router R1?
Dalam melakukan hal tersebut, router R2 akan mengirimkan paket
query. Balasan dari pengiriman paket query adalah berupa pengiriman
paket ACK. Namun isi dari paket ACK bukan merupakan balasan dari
apa diinginkan dari pengiriman paket query. Balasan paket ACK yang
dikirimkan oleh Ri ke R2 hanyalah berupa penanda bahwa paket query
yang dikirimkan oleh R2 telah diterima dengan baik oleh router R1.
Balasan sebenarnya yang akan diberikan oleh router R1 ke R2 adalah
pada saat pengiriman paket reply. Isi dari paket reply adalah sama
seperti paket update yaitu berupa informasi rute yang tersimpan dalam
tabel routing Ri Apabila isi dari informasi rute yang dimasukkan dalam
paket reply masih sama dengan paket update yang sebelumnya telah
dikirimkan oleh router Ri ke R2, maka router R2 dapat menyimpulkan
bahwa tidak ada perubahan informasi antara awal dan akhir. Sehingga
router R2 bisa memutuskan untuk menyimpan informasi tentang alamat
network 10.10.10.0/24 yang terdapat di router Ri ke dalam tabel routing
R2, bukan lagi tabel topologi. Dari proses awal pembangunan
hubungan/adjacency antara router Ri dan R2, sampai proses pencatatan
informasi tentang alamat network 10.10.10.0/24 ke dalam tabel routing
R2, bisa disimpulkan bahwa terdapat lima jenis paket yang
dipertukarkan antara router yang telah diaktifkan protokol routing EIGRP
yaitu paket hello, update, query, reply, dan ACK. Setiap pengiriman
paket update, query, dan reply perlu ada balasan paket ACK dari router
lawan. Sedangkan pengiriman paket hello untuk membuat proses
adjacency antar dua router EIGRP tidak perlu adanya balasan berupa
pengiriman paket ACK. Di dalam router EIGRP terdapat tiga tabel yang
terpisah yaitu tabel tetangga, tabel topologi, dan tabel routing. 3.2
Perhitungan Nilai Metric

Nilai metric digunakan sebagai acuan untuk menentukan pilihan jalur


terbaik ke alamat network tujuan. Dalam melakukan perhitungan nilai
metric, EIGRP menggunakan lima parameter acuan yaitu bandwidth,
delay, reliability, load, dan MTU. Namun secara default, EIGRP hanya
menggunakan parameter bandwidth dan delay saja.

Bandwidth - merupakan sebuah ukuran dari kemampuan maksimal


interface perangkat dalam mengirimkan data per detik. Satuan yang
digunakan untuk menyatakan bandwidth adalah bit per detik (bps).

Delay - merupakan sebuah nilai perkiraan yang menyatakan waktu


lamanya data akan dikirimkan lewat jaringan. Nilai delay disini tidak
menyatakan waktu data dikirimkan dari perangkat pengirim ke penerima,
melainkan lebih ke nilai perkiraan. Masing-masing tipe interface
mempunyai perkiraan waktu tersendiri. Satuan yang menyatakan nilai
delay interface adalah microsecond (us).

Reliability - merupakan sebuah nilai yang menyatakan seberapa besar


kemungkinan sebuah interface sering mengalami masalah, misalnya
sering putus (mati). Semakin sering interface tersebut mengalami
masalah, semakin tidak dipercaya interface tersebut untuk mengirimkan
data ke tujuan. Nilai dari reliability dimulai dari o sampai 255. Nilai
maksimal 255 menyatakan sebuah interface yang sangat dipercaya,
dalam artian interface tersebut tidak pernah mengalami masalah.

Load - merupakan sebuah nilai yang menyatakan seberapa besar beban


interface dalam proses transfer data. Aliran data pasti akan keluar dan
masuk dari sebuah interface router. Semakin sering interface tersebut
digunakan untuk melakukan proses transfer data, nilai dari load juga
akan semakin besar. Rentang nilai load sama seperti nilai reliability yaitu
dimulai dari o sampai 255. Nilai load 255 artinya beban interface sudah
maksimal (saturasi). Nilai load dinyatakan dalam bentuk pecahan,
misalnya 40/255, artinya beban dari interface masih 16%. Apabila
terdapat nilai load 255/255, artinya beban dari interface sudah 100%
(sudah saturasi).

MTU (Maximum Transfer Unit) merupakan nilai yang - menyatakan


besar kapasitas data yang bisa dikirimkan oleh sebuah interface. Besar
kapasitas data akan berkaitan dengan protokol yang digunakan di layer
data link. Misalnya terdapat sebuah interace yang menggunakan
protokol Ethernet, maka nilai MTU adalah sebesar 1500 byte. Jadi pada
saat mengirimkan satu buah data, ukuran maksimal dari data yang
dikirimkan tidak boleh lebih dari 1500 byte. Rute dari Ri ke R5 bisa
menggunakan dua pilihan jalur; jalur 1 (R1 R2 R3R5) dan jalur 2 (R1 R4
R5). Apabila protokol routing yang diaktifkan pada masing-masing router
adalah EIGRP dan parameter penyusun nilai metric adalah default,
tentukan pilihan jalur yang digunakan oleh Ri untuk bisa ke R5!

Ri akan menggunakan jalur dengan nilai metric terkecil. Perhitungan


nilai metric dalam EIGRP dapat menggunakan persamaan (3.1), dengan
menggunakan asumsi parameter penyusun nilai metric yang digunakan
adalah default yaitu bandwidth dan delay saja.

Nilai metric untuk pilihan jalur 1

> Perhitungan parameter bandwidth


Bab 3-IP Routing Menggunakan EIGRP
BW-60 Mbps DLY - 4 ps
BW-400 Mbps DLY-27 s
Mbps DLY 30
Jalur
Parameter nilai bandwidth yang digunakan adalah bandwidth dari
interface keluaran pada masing-masing router sesuai dengan arah aliran
data yaitu dari Ri ke R5 (lihat arah panah). Dari rute R1 R2 R3→ R5
terdapat tiga pilihan bandwidth, namun nilai bandwidth yang akan dipilih
adalah bandwidth yang terkecil, dalam hal ini adalah nilai bandwidth
pada
interface keluaran antara R2 R3 yaitu sebesar 60 Mbps Nilai tersebut
yang akan dijadikan sebagai masukan nilai bandwidth pada persamaan
(3.1).

Bandwidth=

10'

60.000 Bandwidth = 166,67

‣ Perhitungan parameter delay Nilai yang diisikan pada parameter delay


merupakan penjumlahan dari total delay masing-masing interface. Jika
perangkat awal adalah router Ri dan perangkat akhir adalah router R5,
di mana jalur yang digunakan adalah jalur 1, maka total dari nilai delay
adalah: Delay = (18 us + 4 us +30 µs)/10 = 5,2 µs

Perhitungan nilai metric

Metric (BW+DLY) x 256) =


Metric (166,67 +5,2) x 256 = 43998,72 = 43999- Jadi, jika digunakan
jalur 1 nilai metric yang dihasilkan adalah

sebesar 43999.

=>Nilai metric untuk pilihan jalur 2 Perhitungan parameter bandwidth


Bandwidth 107 100 --25 400.10 4

> Perhitungan parameter delay Delay = (28 us +27 µs)/10 = 5.5 μs


Perhitungan nilai metric
Metric = (25+5,5) x 256 = 7808 Jadi, nilai metric jika digunakan jalur 2
adalah sebesar 7808.
Dari hasil perhitungan nilai metric, jalur 2 mempunyai nilai metric lebih
kecil daripada jalur 1. Sehingga jalur yang dipilih ketika ada data yang
ingin dirutekan dari Ri ke R5 adalah jalur 2 bukan jalur 1.
3.3 Konsep DUAL
DUAL (Diffusing Update Algorithm) merupakan algoritma routing yang
digunakan oleh protokol routing EIGRP. Algoritma routing DUAL akan
menggunakan beberapa istilah yang digunakan dalam menentukan jalur
terbaik ke alamat network tujuan:
Successor
Successor adalah router tetangga yang digunakan sebagai jalan utama
untuk meneruskan paket ke alamat network tujuan. Jika dilihat pada
tabel routing, informasi alamat IP dari successor bisa dilihat dari
keterangan alamat IP sesudah kata 'via'.
Kode depan [D] menunjukkan bahwa informasi alamat network yang
tersimpan dalam tabel routing didapatkan dengan cara mengaktifkan
protokol routing EIGRP antar router. Misalnya untuk menuju ke alamat
network 192.168.1.0/24, alamat IP dari router tetangga yang digunakan
untuk meneruskan paket adalah 192.168.10.10. Informasi alamat IP
tersebut akan menunjuk ke alamat IP yang digunakan oleh successor.
Feasible successor Feasible successor adalah router tetangga yang
digunakan sebagai jalur cadangan apabila successor mengalami
masalah. Ketika successor mengalami masalah, algoritma routing DUAL
tidak perlu melakukan proses perhitung ulang. Tidak perlu ada proses
pertukaran paket update antar router EIGRP untuk menemukan rute
baru ke alamat network yang tadinya menggunakan successor sebagai
jalur utama. DUAL cukup menggunakan feasible successor sebagai
router cadangan untuk meneruskan paket ke alamat network yang
dituju. Jadi peran successor akan langsung digantikan oleh feasible
successor. menggunakan prosedur tersebut, DUAL menjadi algoritma
routing yang lebih baik dari algoritma routing yang digunakan oleh
protokol routing yang lain dalam hal waktu konvergensi ketika terjadi
perubahan topologi pada jaringan.

Dengan Feasible distance


Feasible distance merupakan nilai metric yang dihasilkan untuk menuju
ke alamat network tujuan. Nilai metric tersebut akan menunjuk ke rute
yang mempunyai nilai metric terkecil. Tentu saja untuk menuju ke alamat
network tujuan tersebut akan melewati successor.
Reported distance Reported distance merupakan nilai metric yang
dilaporkan oleh router EIGRP tetangga ketika successor untuk menuju
ke alamat network tujuan mengalami masalah.
Feasible condition Feasible condition merupakan sebuah syarat yang
harus dipenuhi apabila ada router tetangga yang ingin dijadikan sebagai
feasible successor. Apabila nilai dari Reported Distance (RD) dari router
tetangga lebih kecil dari nilai Feasible Distance (FD) dari successor,
maka router tetangga tersebut layak untuk dijadikan sebagai feasible
successor. Misalnya rute yang akan diamati adalah dari Ri ke Network
A. Terdapat dua jalur alternatif yang bisa digunakan yaitu jalur 1 (R1 R2
Network A) atau jalur 2 (R1 R3 R2 Network A). Jika dilihat dari nilai
metric, jalur 1 akan menghasilkan nilai metric 15 dan jika digunakan jalur
2 akan didapatkan nilai metric sebesar 20. Jelas disini jalur 1 yang akan
dipilih untuk merutekan paket dari Ri ke Network A. Dalam hal ini R2
adalah successor bagi Ri ketika ingin mengirimkan paket ke Network A.
Lalu apakah R3 bisa dijadikan sebagai feasible successor bagi Ri ketika
R2 (successor) mengalami masalah?
Syarat agar R3 bisa dikatakan sebagai feasible successor dari R2
adalah nilai reported distance (RD) dari R3 harus lebih kecil dari nilai
feasible distance (FD) dari R2 untuk network tujuan yang sama yaitu
Network A. Syarat ini juga dinamakan istilah feasible condition. Jika
dilihat dari informasi tabel topologi Ri, nilai RD dari R3 lebi kecil dari nilai
FD dari R2 (successor) untuk menuju ke
3.4 Wildcard Mask

Wildcard mask merupakan nilai kebalikan dari subnet mask, dalam


subnet mask diketahui nilai bit '1', maka dalam nilai wild mask akan
bernilai 'o'. Begitupula sebaliknya, jika diketahui nilai bit pada subnet
mask adalah 'o', maka pada wildcard mask akan bernilai bit 't. Nilai
wildcard mask akan digunakan disaat protokol routing EIGRP akan
diaktifkan spesifik khusus pada interface tertentu saja pada sebuah
router.

Jika diketahui nilai subnet mask berikut:

Contoh soal #3

a) SM = 255.255.255.0 b) SM=255.255.255.224

Ubah nilai subnet mask tersebut ke nilai wildcard mask!

Jawaban

a) Untuk mengubah ke nilai wildcard mask, terlebih dahulu ubah nilai


biner dari subnet mask dari yang awalnya '1' menjadi 'o' dan sebaliknya.
Misalnya kita akan mengubah nilai biner subnet mask pada octet
pertama:

Nilai desimal pada octet pertama 255. Nilai desimal 255 jika diubah ke
dalam bentuk biner adalah 11111111. Kemudian nilai biner tersebut
diubah menjadi bit yang berlainan dengan nilai bit awal. Hasil dari
pengubahan nilai biner tersebut adalah nilai dari wildcard mask,
sehingga didapatkan nilai wildcard mask pada octet pertama yaitu
00000000.
Proses pengubahan nilai pada octet kedua, ketiga, dan keempat juga
sama. Dari pengubahan nilai biner pada octet kedua, ketiga, dan
keempat akan didapatkan nilai wildcard mask (WM) yang
sebenarnya. Dari hasil pengubahan didapatkan nilai wildcard mask:

WM 0.0.0.255

Sebenarnya ada cara yang lebih cepat dalam mengubah ke nilai


wildcard mask dari nilai subnet mask yaitu dengan menggunakan aturan
berikut: 1. Jika nilai octet pada subnet mask adalah 255, maka langsung
ubah nilai pada octet tersebut menjadi o.

2. Jika nilai octet pada subnet mask adalah bukan 255, maka

gunakan nilai tersebut sebagai bilangan pengurang dari 255-

Dari hasil penelusuran nilai subnet mask, didapatkan nilai yang bukan
255 terletak pada octet keempat yaitu o. Nilai tersebut digunakan
sebagai bilangan pengurang dari 255- Hasil pengurangan = 255-0=255

Selain dari octet keempat, nilai bilangan desimal pada octet tersebut
cukup diubah menjadi o. Sehingga didapatkan nilai wildcard mask =
0.0.0.255 b) Dari keterangan soal, nilai desimal yang bukan 255 terletak
pada octet keempat yaitu 224. Pada nilai tersebut akan dijadikan
sebagai bilangan pengurang dari 255.
Hasil pengurangan = 255-224 = 31
Nilai pada octet yang lain cukup mengubah menjadi nilai o. Sehingga
didapatkan nilai wildcard mask 0.0.0.31
3.5 Unequal Cost Load Balancing
Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh protokol routing EIGRP
dibandingkan protokol routing yang lain adalah pada proses load
balancing. Secara umum proses load balancing akan terjadi hanya pada
jalur berbeda dengan network tujuan yang sama namun memiliki nilai
metric yang sama. Berbeda dengan konsep yang
digunakan oleh protokol routing EIGRP. Walaupun terdapat jalur yang
berbeda dengan nilai metric yang berbeda, akan tetapi pada jalur-jalur
tersebut masih bisa dilakukan proses load balancing. Skema load
balancing seperti ini dinamakan dengan istilah unequal cost load
balancing. Syarat utama sebuah jalur bisa dilakukan proses unequal
cost load balancing adalah nilai FD (Feasible Distance) pada router
alternatif harus lebih besar dari nilai FD dari router utama.Jika digunakan
asumsi masing-masing router telah diaktifkan protokol routing EIGRP,
tentukan jalur yang dipilih oleh Ri untuk menuju ke Network Z!
Dari keterangan tabel topologi Ri, terlihat bahwa pilihan jalur yang
digunakan adalah dengna menggunakan router R3 sebagai successor
dibandingkan dengan router R2. Hal ini dikarenakan router R3
mempunyai nilai FD lebih kecil dibandingkan jika digunakan R2 sebagai
successor. Oleh karena itu untuk menuju ke Network Z jalur yang
digunakan oleh Ri adalah jalur 1 dengan rute R1 R3 Network 2..

Pada skenario awal, tidak terdapat proses load balancing. Untuk menuju
ke Network Z, R1 hanya menggunakan satu jalur saja yaitu jalur 1.
Proses load balancing tidak terjadi karena pada dua alternatif jalur (jalur
1 dan jalur 2) terdapat nilai metric (FD) yang berbeda. Ri akan
menggunakan alternatif jalur dengan nilai metric yang terkecil.
Sebenarnya proses load balancing dapat dilakukan pada skenario
topologi jaringan di atas, walaupun terdapat alternatif jalur dengan nilai
metric yang berbeda. Proses ini dinamakan sebagai unequal cost load
balancing. Misalnya kita ingin menjadikan R2 juga sebagai jalur utama
ketika ada paket yang dirutekan dari Ri ke Network 7, selain
menggunakan jalur 1 lewat R3. Jadi nantinya selain jalur 1 yang
digunakan untuk meneruskan paket ke Network Z, akan digunakan juga
jalur 2 lewat R2. Walaupun dengan nilai metric yang berbeda, namun hal
ini bisa dilakukan. Syarat utama agar R2 juga dipilih sebagai jalur utama
untuk meneruskan paket ke Network Z adalah nilai Feasible Distance
(FD) dari R2 harus lebih kecil dari nilai FD dari Rg sebagai router utama
(successor).
Nilai FD dari R2 (router alternatif)#35
Nilal FD dari R3 (router utama)
FD (R2) > FD (R3)
<=25
35>25
Ternyata nilai FD dari R2 masih lebih besar dari FD dari R3. Hal ini
masih tidak memenuhi syarat Ra bisa dipilih sebagai jalur utama
tambahan. Agar nilai FD dari R2 bisa lebih kecil dari FD dari R3,
maka cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan bilangan
pengali pada nilai FD dari Ra sebagai router utama (successor).

Nilai FD dari R2 (router alternatif) = 35

FD (R2) FD (R3)

35<25 pengali

Nilai FD dari R3 (router utama) = 25

Istilah bilangan pengali dalam EIGRP adalah variance. Dari contoh


kasus skema perhitungan nilai metric pada topologi jaringan di atas, nilai
dari bilangan pengali minimal harus 2 agar nilai FD dari R2 bisa lebih
kecil dari FD dari R3. Misalnya kita berikan nilai 2 pada bilangan pengali,
maka nilai tersebut sudah cukup untuk membuat syarat minimal R2 bisa
dipilih sebagai rute utama selain R3 dalam merutekan paket dari Ri ke
Network Z.

Nilai FD dari R2 (router alternatif) = 35 Nilai FD dari R2 (router utama)

=25 FD (R2) FD (R3) 35 50


3.6 Nomor AS (Autonomous System)
AS merupakan sebuah nomor yang menunjuk kepada sekumpulan
wilayah jaringan, dalam hal ini wilayah jaringan tersebut diatur oleh satu
lembaga yang sama. Dalam jaringan skala besar, contohnya Internet,
pembagian wilayah jaringan perlu dilakukan. Bisa dibayangkan apabila
jaringan Internet tidak ada batas. Protokol routing yang telah diaktifkan
pada masing-masing router harus memberikan informasi rute-nya ke
seluruh router yang ada dalam jaringan Internet. Apabila hal ini terjadi,
berapa kapasitas dari memory router yang harus disediakan? Serta
dibutuhkan router dengan kecepatan CPU super cepat agar proses
konvergensi jaringan bisa cepat terjadi.
Jaringan Internet pada praktik-nya akan dipecah menjadi beberapa
wilayah distribusi. Tujuan dari pembagian wilayah distribusi yaitu agar
lebih mempermudah dalam proses routing dan konvergensi jaringan.
Dalam membedakan antar wilayah distribusi jaringan digunakan nomor
AS (Autonomous System). Di dunia terdapat
sebuah lembaga yang mengatur pemakaian nomer AS yaitu IANA
(Internet Assigned Numbers Authority). Pada awalnya nomor AS
menggunakan alokasi 16 bit, sehingga maksimum nomer AS yang bisa
digunakan adalah sebesar 65536. Namun berdasarkan aturan terbaru
yang tercantumkan dalam RFC 4893, alokasi nomor AS ditambah
menjadi 32 bit. Sehingga lebih banyak lagi alokasi nomer AS yang bisa
digunakan yaitu sebesar 4.294.967.296.
Seperti pada alokasi alamat IP, IANA juga akan membagi alokasi nomer
AS ke dalam wilayah negara bagian di dunia. Terdapat lima pembagian
wilayah yaitu AFRINIC, APNIC, ARIN, LACNIC, RIPE NCC.
APNIC (Asia-Pacific Network Information Centre) akan mengatur
pemakaian nomer AS untuk jaringan yang terdapat di negara Asia
Pasifik. Indonesia termasuk didalamnya. Karena keterbatasan jumlah
alokasi nomor AS, maka diperlukan adanya pengaturan terhadap
penggunaan nomor AS di dunia. Selain APNIC, terdapat empat lembaga
lain yang mengatur penggunaan nomer AS:
RIPE NCC (Réseaux IP Européens Network Coordination Centre) -
Lembaga ini akan mengatur pemakaian nomer AS untuk negara Eropa,
Timur Tengah, dan Asia bagian Tengah.
Langkah-langkah praktikum
1. Memberikan alamat IP pada masing-masing interface router dan
komputer
2. Mengaktifkan protokol routing EIGRP pada masing- masing interface
router
Topologi jaringan menggunakan mekanisme VLSM (Variable Length
Subnet Mask). Masing-masing alamat network masih menggunakan
kelas yang sama, namun dipisahkan dengan nilai
subnet mask yang berbeda. Nantinya akan dibuktikan bahwa
penggunaan protokol routing EIGRP dapat digunakan pada skenario
jaringan yang menggunakan mekanisme VLSM.
Proses pengaktifan EIGRP akan digunakan dua cara, dengan dan tanpa
menggunakan wild card mask. Misalnya pada interface di Ri akan
digunakan cara biasa yaitu tanpa menggunakan wild card mask dan
pada interface di R2 akan digunakan wild card mask dalam
mengaktifkan protokol routing EIGRP. Berikut adalah perintah yang
digunakan untuk mengaktifkan protokol routing EIGRP tanpa wild card
mask:
Router (config) router elgrp [nomer h3] Router (config-router) network
(alamat network!

Pada router R1, protokol routing EIGRP akan diaktifkan pada interface
fao/o dan fao/1. Secara umum, dalam mengaktifkan protokol routing
EIGRP cukup dengan menyebutkan alamat network classful dari
interface yang akan diaktifkan protokol routing EIGRP. Pada router R1,
masing-masing interface menggunakan alamat network dengan kelas
yang sama yaitu kelas C dengan alamat classful-nya adalah
192.168.20.0/24. Dengan hanya menuliskan satu alamat network
192.168.20.0/24, kita sudah bisa mengaktifkan protokol routing EIGRP
pada dua interface sekaligus yaitu pada interface fao/o dan fao/1.
Hasil konfigurasi di Ri
Bitconfig Troutar elgrp 10 (config-router network 192.15.20.0
Untuk mengecek apakah protokol routing EIGRP sudah aktif pada
kedua interface (fao/o dan fao/1) di router R1, bisa kita gunakan perintah
berikut:
Houter show Xp sleep interfaces
Berikut adalah hasil verifikasi di router R1:
Terlihat bahwa protokol routing EIGRP sudah aktif baik pada interface
fao/o maupun fao/1 di router R1.

Proses pengaktifan protokol routing EIGRP agak sedikit berbeda pada


router Ra. Kalau pada router Ri, dalam mengaktifkan EIGRP hanya
dengan menyebutkan alamat network classful dari interface yang akan
diaktifkan protokol routing EIGRP, sekarang akan digunakan tambahan
informasi wild card mask. Penggunaan nilai wild card mask diperlukan
apabila pada beberapa interface router yang akan diaktifkan protokol
routing EIGRP hanya sebagian saja, tidak pada semua interface router
yang aktif. Berikut adalah perintah yang digunakan untuk mengaktifkan
protokol routing EIGRP dengan wild card mask:

Routerieanfig) router eigep (nomer AS!

Megafly-router) network Jalan at network) (wild

Penggunaan nilai wild card mask akan digunakan pada router R2.
Misalnya kita hanya ingin mengaktifkan protokol routing EIGRP pada
satu interface saja. Protokol routing EIGRP hanya ingin kita aktifkan
pada interface fao/o saja.

Hasil konfigurasi di R2
(Conciq) router elgrp 10 fontig-router) network 192.168.20.0 0.0.0.127
Perlu menjadi catatan adalah pada saat pemberian nomor AS pada
router R2. Nomor AS yang diberikan di router R2 diharuskan
menggunakan nilai yang sama seperti yang telah dikonfigurasi di router
R1. Apabila nomor AS yang digunakan oleh dua router yang terhubung
langsung tidak sama, maka kemungkinan besar proses "adjacency"
tidak akan pernah terjadi. Akibat dari tidak adanya proses "adjacency"
antar dua router,
Praktikum 3.2
Skenario Pemahaman Konsep DUAL
Tujuan praktikum
• Menerapkan konsep load balancing pada jaringan yang telah
diaktifkan protokol routing EIGRP. • Menganalisa lebih lanjut tentang
konsep algoritma DUAL dalam
menentukan successor dan feasible successor. • Mengubah nilai
bandwidth yang terpasang secara default pada
interface router.
Langkah-langkah praktikum
1. Memberikan alamat IP pada masing-masing router dan komputer
interface
a. Mengaktifkan protokol routing EIGRP pada masing- masing interface
router Masing-masing router akan diaktifkan protokol routing EIGRP
Terdapat mekanisme load balancing disaat PC mengirimkan paket ke
PCa. Hal ini terjadi karena nilai metric yang dihasilkan ke alamat network
yang digunakan oleh PC2 dari acuan router Ri adalah sama. Kemudian
untuk aliran data dari PC1 ke PC3. nantinya akan dilihat dari tabel
topologi pada masing-masing router agar diketahui lebih rinci tentang
informasi successor dan apabila dimungkinkan adanya feasible
successor.
Prosedur pengaktifan protokol routing EIGRP pada masing- masing
interface router dilakukan dengan menyebutkan alamat network classful
dari interface router yang akan diaktifkan protokol routing EIGRP.
[10.33, 3/2/2023] R.mi: Pouting EIGRP, maka dipastikan jaringan tidak
akan konvergen
Sebagai akibataya tujuan akhir yaitu antar-PC bisa saling berkiksi
menjadi gagal Pastikan antar routersudah mengetahui alamat network
lawan yaitu alamat network yang tidak terhubung langsung dengan
router tersebut. Misalnya untuk informasi rute yang tersimpan
Dari sudut pandang Ri, terdapat dua alamat network yang tidak
terhubung langsung yaitu 192.168.6.32/27 dan 192.168.5.0/24 Dari
kedua informasi alamat network tersebut sudah tercatatkan dalam tabel
routing Rt. Hal ini bisa dilihat juga dari jumlah kode [D] yang tercatatkan
dalam tabel routing R1. Terdapat dua informasi alamat network dengan
kode depan [D]. Kedua informasi alamat network tersebut mengacu ke
alamat network 192.168.6.32/27 dan 192.168.5.0/24.

Proses load balancing akan dilakukan oleh router R1 ketika ada paket
dengan alamat network tujuan adalah 192.168.6.32/27- Load balancing
merupakan sebuah proses pembagian beban aliran trafik data melalui
beberapa jalur sekaligus. Dengan melakukan proses load balancing
dimungkinkan nilai latency dari pengiriman data ke perangkat tujuan
menjadi semakin menurun. Secara umum syarat jalur dapat digunakan
untuk melakukan proses load balancing adalah nilai metric dengan
[10.33, 3/2/2023] R.mi: alamat network tujuan yang harus sama.
Misalnya untuk kasus paket dengan alamat network tujuan
192.168.6.32/27 Ketika ada paket yang masuk ke interface fao/o di Ri di
mana alamat network tujuan dari paket tersebut adalah 192.168.6.32/27.
maka paket tersebut akan diteruskan ke tujuan secara paralel
menggunakan router R2 dan R3 sebagai successor untuk menuju ke
alamat network tujuan 192.168.6.32/27. Dari sudut pandang Ri, untuk
menuju ke alamat network 192.168.6.32/27 nilai metric yang dihasilkan
antara lewat jalur R2 dan R3 sebagai successor adalah sama yaitu
30720.
3. Mengganti nilai bandwidth interface Nilai bandwidth yang terpasang
pada sebuah interface biasanya sudah bawaan. Misalnya interface
dengan tipe fastethernet, maka nilai bandwidth yang terpasang adalah
sebesar 100 Mbps. Namun nilai bandwidth yang terpasang dapat
diubah. Pengubahan nilai bandwidth biasanya dibutuhkan saat ingin
mengubah rute (jalur) atau ingin menambahkan informasi feasible
successor pada kasus konfigurasi protokol routing EIGRP.

Misalnya kita ingin mengamati rute untuk menuju ke alamat network


192.168.5.0/24 dari sudut pandang router R1. Perintah show ip topology
berikut digunakan untuk melihat isi

tabel topologi dalam sebuah router EIGRP. R1#show ip eigrp topology


IP-EIGRP Topology Table for AS 4/1D (172.30.3.1) Codes: P - Passive,
A- Active, U Update, Q Query, R Reply,
-Reply status
P 172.30.1.0/24, 1 successors, FD is 28160
via Connected, FastEthernet0/0
P 172.30.2.0/24, 1 successors, FD is 28160 via Connected,
FastEthernet0/1
P 172.30.3.0/24, 1 successors, PD is 28160
via Connected, FastEthernet1/0 P 192.168.5.0/24, 1 successors, PD is
30720
via 172.30.3.2 (30720/28160), FastEthernet1/0 P 192.168.6.32/27, 2
successors, PD is 30720 via 172.30.2.2 (30720/28160), FastEthernet0/1
via 172.30.3.2 (30720/28160), PastEthernet1/0
Dari hasil verifikasi isi tabel topologi yang terdapat di router R1, terlihat
bahwa untuk menuju ke alamat network 192.168.5.0/24 hanya terdapat
satu successor, dalam hal ini adalah R3. Apabila R3 mengalami
masalah, maka tidak terdapat router cadangan yang segera mengambil
alih R3. Hal ini terjadi karena pada rute tujuan ke alamat network
192.168.5.0/24 tidak terdapat feasible successor.

Dari keterangan gambar topologi jaringan, router R2 dapat dijadikan


sebagai feasible successor. Namun pada kenyataannya tidak seperti itu.
Router Ri hanya menggunakan satu successor, tanpa menggunakan
feasible successor. Mengapa R2 tidak dipilih menjadi feasible
successor? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat isi
dari tabel topologi yang terdapat di router R2 untuk alamat network
tujuan 192.168.5.0/24.

32 show ip eigep topology IP-EIGRP Topology Table for AS 4/10


(192.168.6.34)

Codest P Passive, A- Active, U- Update, Q Query, R-Reply, Reply status


P 172.30.1.0/24, 1 successors, FD is 30720

via 172.30.2.1 (30720/28160), FastEthernet0/0 P 172.30.2.0/24, 1


successors, FD is 28160 vis Connected, FastEthernet0/0

P 172.30.3.0/24, 2 successors, FD is 30720

via 192.168.6.33 (30720/281601, FastEthernet1/0 vie 172.30.2.1


(30720/28160), FastEthernet0/0

P 192.168.5.0/24, 1 successors, PD is 30720 win 192.168.6.33


(30720/28160), FastEthernet1/0 P192.168.6.32/27, 1 successors, FD is
28160

via Connected, FastEthernet1/0

Bisa dibandingkan nilai metric yang dihasilkan oleh Ri dan R2 untuk


menuju ke alamat network 192.168.5.0/24?
Router acuan
R1
R2
Network tujuan
FD (metric) 30720
30720
192.168.5.0/24
Ternyata nilai feasible distance (FD) untuk menuju ke alamat network
192.168.5.0/24 jika digunakan acuan Ri maupun R2 adalah sama. Hal
ini tidak memenuhi syarat dari sebuah router
dapat dijadikan sebagai feasible successor yaitu harus memenuhi svaral
feasible condition. Karena router yang akan dijadikan sebagai feasible
successor adalah R2, maka kita harus membuat nilai metric dari R2
untuk menuju ke alamat network 192.168.5.0/24 menjadi lebih kecil dari
router successor, dalam hal ini adalah R1.

Bagaimana cara membuat nilai metric (feasible distance) dari R2 untuk


menuju ke alamat network 192.168.5.0/24 menjadi lebih kecil dari nilai
metric dari Ri untuk menuju ke alamat network yang sama? Bisa dilihat
kembali rumus untuk mencari nilai metric pada penggunaan protokol
routing EIGRP.
10 DLY
+
metric
256
BW 10
Dari rumus di atas bisa disimpulkan bahwa untuk membuat nilai metric
kecil, maka hal yang harus dilakukan adalah dengan membuat nilai
bandwidth besar. Bisa dilihat bahwa nilai metric adalah berbanding
terbalik dengan nilai bandwidth.
Dari sudut pandang R2 untuk menuju ke alamat network 192.168.5.0/24
terdapat dua interface keluaran yang digunakan yaitu interface Fai/o di
router R2 dan R3. Masing-masing nilai bandwidth yang terpasang pada
kedua interface tersebut adalah sama yaitu 100 Mbps. Jadi, untuk
menurunkan nilai metric yaitu dengan menaikkan nilai bandwidth akan
menjadi percuma kalau hanya dilakukan pada salah satu interface saja.
Agar nilai metric bisa berubah menjadi kecil, maka nilai bandwidth pada
interface Fai/o baik di router R2 maupun R3 juga harus diubah menjadi
sama besar di atas 100 Mbps. Misalnya kita mengubah nilai bandwidth
yang terpasang pada kedua interface tersebut menjadi 1000 Mbps (1
Gbps).
Hasil konfigurasi di R3

Dengan mengubah nilai bandwidth yang terpasang menjadi 1 Gbps, kita


bisa melakukan proses perhitungan ulang nilai metric dari sudut
pandang Ra untuk menuju ke alamat network 192.168.5.0/24.
82 show ip eigrp topology IP-EIGRP Topology Table for AS
4/ID(192.168.6.34)

Codes: P - Passive. A - Active. - Update, Q-Query, R- Reply,

- Reply status
P 172.30.1.0/24, 1 successors, FD is 30720
via 172.30.3.1 (30720/28160), FastEthernet0/0
P 172.30.2.0/24, 1 successors, FD is 28160 via Connected,
FastEthernet0/0 P172.30.3.0/24, 2 successors, FD is 30720
via 172.30.2.1 (30720/28160), FastEthernet0/0 via 192.168.6.33
(30720/28160), FastEthernet1/0
P 192.168.5.0/24, 1 successors, FD is 7680
via 192.168.6.33 (7680/5120), FastEthernet1/0 P192.168.6.32/27, 1
successors, FD is 5120 via Connected, FastEthernet1/0
Dari isi tabel topologi yang terdapat di router R2 terlihat bahwa nilai
metric yang dihasilkan untuk menuju ke alamat network 192.168.5.0/24
adalah sebesar 7680. Apabila dilihat dari sudut pandang R2 terhadap
R1, maka nilai metric tersebut dikatakan dengan istilah RD (Reported
Distance). Nilai metric yang akan dilaporkan oleh R2 kepada Ri
sewaktu-waktu jalur antara Ri dengan R2 ada masalah. Bisa dilihat, nilai
RD dari R2 untuk menuju ke alamat network 192.168.5.0/24 sudah lebih
kecil dari nilai FD dari Ri untuk menuju ke alamat network yang sama.
Sehingga syarat dari feasible condition dari R2 sudah dipenuhi. Dengan
kata lain, R2 sudah bisa dikatakan sebagai feasible successor bagi R3
untuk alamat network tujuan 192.168.5.0/24. Hal ini bisa dibuktikan dari
isi tabel topologi yang terdapat di router Ri berikut 118
Rikshow ip sigrp topology IP-EIGHP Topology Table for as
4/ID(172.30.3.1)

Codes: P Passive, A- Active, U Update, Q Query, R Reply.


T

Reply status

P 172.30.1.0/24, 1 successors, FD is 28160

via Connected, FastEthernet0/0

P 172.30.2.0/24, 1 successors, FD is 28160

via Connected, FastEthernet0/1

P172.30.3.0/24, 1 successors, FD is 28160

via Connected, FastEthernet1/0 P 192.168.5.0/24, 1 successors, FD is


30720

via 172.30.3.2 (30720/5120), FastEthernet1/0

via 172.30.2.2 (33280/7680), FastEthernet0/1

P 192.168.6.32/27, 2 successors, PD is 30720

via 172.30.3.2 (30720/28160), FastEthernet1/0

via 172.30.2.2 (30720/5120), FastEthernet0/1


Bisa dilihat bahwa untuk menuju ke alamat network 192.168.5.0/24 dari
router Ri terdapat satu buah successor yaitu R3. Informasi alamat IP
sesudah kata 'via' pada baris pertama menunjukkan ke arah router
successor. Pada baris kedua akan menunjuk ke arah router feasible
successor. Bisa diperhatikan alamat IP sesudah kata 'via'. Alamat IP
172.30.2.2 jika dilihat dari sudut pandang R1 akan menunjuk ke arah
router R2. Dalam hal ini router R2 dikatakan sebagai feasible successor
bagi Ri untuk alamat network tujuan 192.168.5.0/24.
4. Tes koneksi
Langkah terakhir dari proses konfigurasi EIGRP pada praktikum ini
adalah dengan melakukan tes koneksi antar-PC. Misalnya kita lakukan
tes koneksi dari PC1 ke PC2.
PC ping 192.168.6.35
Pinging 192.168.6.35 with 32 bytes of data:
Reply from 192.168.6.35: bytes=32 time-Oms TTL-126
Reply from 192.168.6.35: bytes=32 time-Oms TTL-126
Reply from 192.168.6.35: bytes=32 time=0ms TTL=126 Reply from
192.168.6.35: bytes=32 time=0ms TTL-126
Ping statistics for 192.168.6.35: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost =
0 (0% loss),
Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum Oma, Maximum
= Oms, Average = Oms
Begitupula untuk hasil tes koneksi dari PC1 ke PC3.
PC ping 192.168.5.10
Pinging 192.168.5.10 with 32 bytes of data:
Reply from 192.168.5.10: bytes=32 time=0ms TTL-126 Reply from
192.168.5.10: bytes=32 time=0ms TTL-126 Reply from 192.168.5.10:
bytes=32 time=0ms TTL-126

Reply from 192.168.5.10: bytes=32 time=0ms TTI=126


Ping statistics for 192.168.5.10: Packets: Sent = 4, Received = 4, Lost =
0 (0% loss), Approximate round trip times in milli-seconds: Minimum =
Oms, Maximum = Oms, Average = Oms
Terlihat bahwa PC1 berhasil melakukan tes koneksi baik ke PC2
maupun PC3.

Anda mungkin juga menyukai