3
IP ROUTING
MENGGUNAKAN EIGRP
EIGRP (Enhanced IGRP) merupakan protokol routing produk dari Cisco,
sehingga vendor yang bisa menggunakan protokol routing ini hanya
Cisco saja. Router produk dari Mikrotik tidak bisa menggunakan protokol
routing EIGRP. Dikeluarkan oleh Cisco sekitar tahun 1992. Keberadaan
protokol routing EIGRP difungsikan sebagai penyempurna dari protokol
routing yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Cisco yaitu IGRP
(Interior Gateway Routing Protocol). EIGRP memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan IGRP. Disamping sifat dari protokol
routing EIGRP adalah classless, ada kelebihan lain yang dimiliki oleh
EIGRP dan tidak dimiliki oleh
protokol routing IGRP: Waktu konvergensi lebih cepat, ketika terjadi
perubahan topologi jaringan.
Dapat digunakan pada jaringan yang menerapkan mekanisme
VLSM dan discontiguous.
Paket update hanya akan diberikan ke router yang membutuhkan saja.
Pola pengiriman paket update secara multicast yaitu dengan
menggunakan alamat IP 224.0.0.10.
Karena protokol routing EIGRP dikembangkan oleh Cisco, maka
perangkat router yang bisa menggunakan protokol routing ini hanyalah
router produk dari Cisco saja, produk router dari Mikrotik tidak bisa
menggunakan protokol routing EIGRP. 3.1 Tipe Paket dan Tabel EIGRP
Sebelum informasi rute tentang alamat network lawan dapat tersimpan
dalam tabel routing, harus ada paket yang dipertukarkan antar router
EIGRP. Proses awal yang harus dilakukan oleh router EIGRP adalah
membuat hubungan/adjacency dengan router EIGRP lawan yang
terhubung langsung. Dalam membuat proses adjacency tersebut, router
EIGRP akan menggunakan paket hello. Paket awal yang akan
dikirimkan oleh router EIGRP adalah paket hello. Paket tersebut
digunakan untuk mengecek keberadaan dari router EIGRP lawan.
Misalnya router R1 dan R2 sudah diaktifkan protokol routing EIGRP.
Pada masing-masing router kemudian akan saling mempertukarkan
paket hello. Router R2 akan mengirimkan paket hello ke router R1 lewat
jalur yang digunakan oleh R2 untuk bisa terhubung dengan router R1.
Pengiriman paket hello oleh R2 digunakan untuk mengecek keberadaan
dari router R1. Apabila lewat jalur tersebut router R2 mendapatkan
balasan berupa pengiriman paket hello juga. artinya pada jalur tersebut
ada router lain yang juga sama-sama mengaktifkan protokol routing
EIGRP, dalam hal ini adalah R1. Isi yang terdapat dalam paket hello
adalah berupa informasi tentang sebuah router. Misalnya router R2
menerima paket hello dari router
Ri. Informasi tentang router Ri akan disimpan dalam sebuah tabel alch
router R2, tabel tersebut dinamakan sebagai tabel tetangga.
Paket update dari Ri telah diterima oleh R2. Apabila terdapat informasi
rute terbaru yang terdapat dalam paket update dari R1, oleh R2
informasi rute tersebut akan disimpan dalam tabel topologi. Informasi
rute yang tersimpan dalam tabel topologi adalah informasi rute lengkap
dari semua pilihan jalur untuk menuju ke alamat network lawan. Selain
untuk memberitahukan informasi rute yang tersimpan dalam tabel
routing, fungsi dari paket update juga digunakan untuk memberitahukan
ke router EIGRP lawan bahwa ada perubahan topologi dalam jaringan.
Sebagai contoh, jalur yang menuju ke alamat network 10.10.10.0/24 di
router Ri mengalami masalah (putus). Untuk memberitahukan hal
tersebut, router Ri akan mengirimkan paket update ke router R2. Tujuan
dari pengiriman paket update oleh Ri adalah untuk memberitahukan
bahwa telah terjadi perubahan topologi jaringan di router R1.
Informasi rute yang didapatkan dari Ri oleh R2 masih disimpan dalam
tabel topologi, bukan tabel routing. Masih terdapat satu tabel lagi yang
perlu diisi dalam skenario pentabelan di router R2. EIGRP
menggunakan tiga jenis tabel, yaitu tabel tetangga, tabel topologi, dan
terakhir adalah tabel routing. Informasi rute terbaik ke alamat network
lawan akan tersimpan dalam tabel routing. Akan tetapi informasi dari
semua pilihan informasi rute ke alamat network lawan akan tersimpan di
dalam tabel topologi.
Bandwidth=
10'
sebesar 43999.
Contoh soal #3
a) SM = 255.255.255.0 b) SM=255.255.255.224
Jawaban
Nilai desimal pada octet pertama 255. Nilai desimal 255 jika diubah ke
dalam bentuk biner adalah 11111111. Kemudian nilai biner tersebut
diubah menjadi bit yang berlainan dengan nilai bit awal. Hasil dari
pengubahan nilai biner tersebut adalah nilai dari wildcard mask,
sehingga didapatkan nilai wildcard mask pada octet pertama yaitu
00000000.
Proses pengubahan nilai pada octet kedua, ketiga, dan keempat juga
sama. Dari pengubahan nilai biner pada octet kedua, ketiga, dan
keempat akan didapatkan nilai wildcard mask (WM) yang
sebenarnya. Dari hasil pengubahan didapatkan nilai wildcard mask:
WM 0.0.0.255
2. Jika nilai octet pada subnet mask adalah bukan 255, maka
Dari hasil penelusuran nilai subnet mask, didapatkan nilai yang bukan
255 terletak pada octet keempat yaitu o. Nilai tersebut digunakan
sebagai bilangan pengurang dari 255- Hasil pengurangan = 255-0=255
Selain dari octet keempat, nilai bilangan desimal pada octet tersebut
cukup diubah menjadi o. Sehingga didapatkan nilai wildcard mask =
0.0.0.255 b) Dari keterangan soal, nilai desimal yang bukan 255 terletak
pada octet keempat yaitu 224. Pada nilai tersebut akan dijadikan
sebagai bilangan pengurang dari 255.
Hasil pengurangan = 255-224 = 31
Nilai pada octet yang lain cukup mengubah menjadi nilai o. Sehingga
didapatkan nilai wildcard mask 0.0.0.31
3.5 Unequal Cost Load Balancing
Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh protokol routing EIGRP
dibandingkan protokol routing yang lain adalah pada proses load
balancing. Secara umum proses load balancing akan terjadi hanya pada
jalur berbeda dengan network tujuan yang sama namun memiliki nilai
metric yang sama. Berbeda dengan konsep yang
digunakan oleh protokol routing EIGRP. Walaupun terdapat jalur yang
berbeda dengan nilai metric yang berbeda, akan tetapi pada jalur-jalur
tersebut masih bisa dilakukan proses load balancing. Skema load
balancing seperti ini dinamakan dengan istilah unequal cost load
balancing. Syarat utama sebuah jalur bisa dilakukan proses unequal
cost load balancing adalah nilai FD (Feasible Distance) pada router
alternatif harus lebih besar dari nilai FD dari router utama.Jika digunakan
asumsi masing-masing router telah diaktifkan protokol routing EIGRP,
tentukan jalur yang dipilih oleh Ri untuk menuju ke Network Z!
Dari keterangan tabel topologi Ri, terlihat bahwa pilihan jalur yang
digunakan adalah dengna menggunakan router R3 sebagai successor
dibandingkan dengan router R2. Hal ini dikarenakan router R3
mempunyai nilai FD lebih kecil dibandingkan jika digunakan R2 sebagai
successor. Oleh karena itu untuk menuju ke Network Z jalur yang
digunakan oleh Ri adalah jalur 1 dengan rute R1 R3 Network 2..
Pada skenario awal, tidak terdapat proses load balancing. Untuk menuju
ke Network Z, R1 hanya menggunakan satu jalur saja yaitu jalur 1.
Proses load balancing tidak terjadi karena pada dua alternatif jalur (jalur
1 dan jalur 2) terdapat nilai metric (FD) yang berbeda. Ri akan
menggunakan alternatif jalur dengan nilai metric yang terkecil.
Sebenarnya proses load balancing dapat dilakukan pada skenario
topologi jaringan di atas, walaupun terdapat alternatif jalur dengan nilai
metric yang berbeda. Proses ini dinamakan sebagai unequal cost load
balancing. Misalnya kita ingin menjadikan R2 juga sebagai jalur utama
ketika ada paket yang dirutekan dari Ri ke Network 7, selain
menggunakan jalur 1 lewat R3. Jadi nantinya selain jalur 1 yang
digunakan untuk meneruskan paket ke Network Z, akan digunakan juga
jalur 2 lewat R2. Walaupun dengan nilai metric yang berbeda, namun hal
ini bisa dilakukan. Syarat utama agar R2 juga dipilih sebagai jalur utama
untuk meneruskan paket ke Network Z adalah nilai Feasible Distance
(FD) dari R2 harus lebih kecil dari nilai FD dari Rg sebagai router utama
(successor).
Nilai FD dari R2 (router alternatif)#35
Nilal FD dari R3 (router utama)
FD (R2) > FD (R3)
<=25
35>25
Ternyata nilai FD dari R2 masih lebih besar dari FD dari R3. Hal ini
masih tidak memenuhi syarat Ra bisa dipilih sebagai jalur utama
tambahan. Agar nilai FD dari R2 bisa lebih kecil dari FD dari R3,
maka cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan bilangan
pengali pada nilai FD dari Ra sebagai router utama (successor).
FD (R2) FD (R3)
35<25 pengali
Pada router R1, protokol routing EIGRP akan diaktifkan pada interface
fao/o dan fao/1. Secara umum, dalam mengaktifkan protokol routing
EIGRP cukup dengan menyebutkan alamat network classful dari
interface yang akan diaktifkan protokol routing EIGRP. Pada router R1,
masing-masing interface menggunakan alamat network dengan kelas
yang sama yaitu kelas C dengan alamat classful-nya adalah
192.168.20.0/24. Dengan hanya menuliskan satu alamat network
192.168.20.0/24, kita sudah bisa mengaktifkan protokol routing EIGRP
pada dua interface sekaligus yaitu pada interface fao/o dan fao/1.
Hasil konfigurasi di Ri
Bitconfig Troutar elgrp 10 (config-router network 192.15.20.0
Untuk mengecek apakah protokol routing EIGRP sudah aktif pada
kedua interface (fao/o dan fao/1) di router R1, bisa kita gunakan perintah
berikut:
Houter show Xp sleep interfaces
Berikut adalah hasil verifikasi di router R1:
Terlihat bahwa protokol routing EIGRP sudah aktif baik pada interface
fao/o maupun fao/1 di router R1.
Penggunaan nilai wild card mask akan digunakan pada router R2.
Misalnya kita hanya ingin mengaktifkan protokol routing EIGRP pada
satu interface saja. Protokol routing EIGRP hanya ingin kita aktifkan
pada interface fao/o saja.
Hasil konfigurasi di R2
(Conciq) router elgrp 10 fontig-router) network 192.168.20.0 0.0.0.127
Perlu menjadi catatan adalah pada saat pemberian nomor AS pada
router R2. Nomor AS yang diberikan di router R2 diharuskan
menggunakan nilai yang sama seperti yang telah dikonfigurasi di router
R1. Apabila nomor AS yang digunakan oleh dua router yang terhubung
langsung tidak sama, maka kemungkinan besar proses "adjacency"
tidak akan pernah terjadi. Akibat dari tidak adanya proses "adjacency"
antar dua router,
Praktikum 3.2
Skenario Pemahaman Konsep DUAL
Tujuan praktikum
• Menerapkan konsep load balancing pada jaringan yang telah
diaktifkan protokol routing EIGRP. • Menganalisa lebih lanjut tentang
konsep algoritma DUAL dalam
menentukan successor dan feasible successor. • Mengubah nilai
bandwidth yang terpasang secara default pada
interface router.
Langkah-langkah praktikum
1. Memberikan alamat IP pada masing-masing router dan komputer
interface
a. Mengaktifkan protokol routing EIGRP pada masing- masing interface
router Masing-masing router akan diaktifkan protokol routing EIGRP
Terdapat mekanisme load balancing disaat PC mengirimkan paket ke
PCa. Hal ini terjadi karena nilai metric yang dihasilkan ke alamat network
yang digunakan oleh PC2 dari acuan router Ri adalah sama. Kemudian
untuk aliran data dari PC1 ke PC3. nantinya akan dilihat dari tabel
topologi pada masing-masing router agar diketahui lebih rinci tentang
informasi successor dan apabila dimungkinkan adanya feasible
successor.
Prosedur pengaktifan protokol routing EIGRP pada masing- masing
interface router dilakukan dengan menyebutkan alamat network classful
dari interface router yang akan diaktifkan protokol routing EIGRP.
[10.33, 3/2/2023] R.mi: Pouting EIGRP, maka dipastikan jaringan tidak
akan konvergen
Sebagai akibataya tujuan akhir yaitu antar-PC bisa saling berkiksi
menjadi gagal Pastikan antar routersudah mengetahui alamat network
lawan yaitu alamat network yang tidak terhubung langsung dengan
router tersebut. Misalnya untuk informasi rute yang tersimpan
Dari sudut pandang Ri, terdapat dua alamat network yang tidak
terhubung langsung yaitu 192.168.6.32/27 dan 192.168.5.0/24 Dari
kedua informasi alamat network tersebut sudah tercatatkan dalam tabel
routing Rt. Hal ini bisa dilihat juga dari jumlah kode [D] yang tercatatkan
dalam tabel routing R1. Terdapat dua informasi alamat network dengan
kode depan [D]. Kedua informasi alamat network tersebut mengacu ke
alamat network 192.168.6.32/27 dan 192.168.5.0/24.
Proses load balancing akan dilakukan oleh router R1 ketika ada paket
dengan alamat network tujuan adalah 192.168.6.32/27- Load balancing
merupakan sebuah proses pembagian beban aliran trafik data melalui
beberapa jalur sekaligus. Dengan melakukan proses load balancing
dimungkinkan nilai latency dari pengiriman data ke perangkat tujuan
menjadi semakin menurun. Secara umum syarat jalur dapat digunakan
untuk melakukan proses load balancing adalah nilai metric dengan
[10.33, 3/2/2023] R.mi: alamat network tujuan yang harus sama.
Misalnya untuk kasus paket dengan alamat network tujuan
192.168.6.32/27 Ketika ada paket yang masuk ke interface fao/o di Ri di
mana alamat network tujuan dari paket tersebut adalah 192.168.6.32/27.
maka paket tersebut akan diteruskan ke tujuan secara paralel
menggunakan router R2 dan R3 sebagai successor untuk menuju ke
alamat network tujuan 192.168.6.32/27. Dari sudut pandang Ri, untuk
menuju ke alamat network 192.168.6.32/27 nilai metric yang dihasilkan
antara lewat jalur R2 dan R3 sebagai successor adalah sama yaitu
30720.
3. Mengganti nilai bandwidth interface Nilai bandwidth yang terpasang
pada sebuah interface biasanya sudah bawaan. Misalnya interface
dengan tipe fastethernet, maka nilai bandwidth yang terpasang adalah
sebesar 100 Mbps. Namun nilai bandwidth yang terpasang dapat
diubah. Pengubahan nilai bandwidth biasanya dibutuhkan saat ingin
mengubah rute (jalur) atau ingin menambahkan informasi feasible
successor pada kasus konfigurasi protokol routing EIGRP.
- Reply status
P 172.30.1.0/24, 1 successors, FD is 30720
via 172.30.3.1 (30720/28160), FastEthernet0/0
P 172.30.2.0/24, 1 successors, FD is 28160 via Connected,
FastEthernet0/0 P172.30.3.0/24, 2 successors, FD is 30720
via 172.30.2.1 (30720/28160), FastEthernet0/0 via 192.168.6.33
(30720/28160), FastEthernet1/0
P 192.168.5.0/24, 1 successors, FD is 7680
via 192.168.6.33 (7680/5120), FastEthernet1/0 P192.168.6.32/27, 1
successors, FD is 5120 via Connected, FastEthernet1/0
Dari isi tabel topologi yang terdapat di router R2 terlihat bahwa nilai
metric yang dihasilkan untuk menuju ke alamat network 192.168.5.0/24
adalah sebesar 7680. Apabila dilihat dari sudut pandang R2 terhadap
R1, maka nilai metric tersebut dikatakan dengan istilah RD (Reported
Distance). Nilai metric yang akan dilaporkan oleh R2 kepada Ri
sewaktu-waktu jalur antara Ri dengan R2 ada masalah. Bisa dilihat, nilai
RD dari R2 untuk menuju ke alamat network 192.168.5.0/24 sudah lebih
kecil dari nilai FD dari Ri untuk menuju ke alamat network yang sama.
Sehingga syarat dari feasible condition dari R2 sudah dipenuhi. Dengan
kata lain, R2 sudah bisa dikatakan sebagai feasible successor bagi R3
untuk alamat network tujuan 192.168.5.0/24. Hal ini bisa dibuktikan dari
isi tabel topologi yang terdapat di router Ri berikut 118
Rikshow ip sigrp topology IP-EIGHP Topology Table for as
4/ID(172.30.3.1)
Reply status