Anda di halaman 1dari 6

Tsunami Aceh

Karya: Nathasya Erma Wahidya

Orientasi
Pada tanggal 25 Desember 2004 di Aceh, Pasangan Galang dan Keumala telah dikaruniai
anak pertama mereka yang sudah dinantikan selama satu tahun. Anak itu dinamai Dara. Sayup-
sayup terdengar suara jangkrik dan sesekali suara burung malam terbang penuh harapan. Udara
terasa dingin menyegarkan.

Betapa malam ini penuh dengan kebahagiaan, jiwa-jiwa yang kelelahan terlelap dalam
tidur malam, sementara beberapa jiwa nampak terbangun, duduk mengadu kepada Tuhan
pencipta seluruh alam. Terdiam dalam indahnya sebuah malam. Suara tangisan bayi memecah
keheningan malam mengiringi keindahan suasana rumah di malam hari.

Pengungkapan Peristiwa
Pada hari Minggu pagi, 26 Desember 2004 telah terjadi peristiwa yang sangat memilukan di
Aceh. Telah terjadi gempa bumi dan Tsunami Aceh yang mengakibatkan 230.000 korban jiwa
melayang. Saat itu pesisir Aceh disapu gelombang tsunami dahsyat pasca gempa dangkal
berkekuatan M 9,3 yang terjadi di dasar Samudera Hindia. Gempa yang terjadi, bahkan disebut
ahli sebagai gempa terbesar ke-5 yang pernah ada dalam sejarah.

Galang merupakan salah satu sosok yang selamat dalam bencana itu. Pagi itu seperti
biasanya Galang menunaikan sholat subuh di masjid yang sudah menjadi kebiasaannya. Setelah
pulang dari masjid ia akan berjalan menikmati udara pagi sambil melihat ratusan burung bangau.

Ratusan burung bangau itu biasanya terbang di atas hutan bakau yang letaknya tepat di
pinggir sungai. Namun pagi itu ia menemukan kejanggalan, anehnya di area hutan bakau itu
yang terlihat hanyalah beberapa ekor bangau, entah kemana ratusan bangau lainnya. Meskipun
mendapati hal janggal tersebut, namun Galang tidak mempunyai firasat apa-apa. Sama sekali
tidak ada dugaan akan terjadi sebuah bencana.

Menuju Konflik
Galang pun memutuskan untuk pulang. Pagi di hari Minggu itu rencananya ia akan
langsung pulang dan mandi kemudian menemani istri dan anaknya di rumah. Namun tiba-tiba
dalam perjalanan pulang ia merasakan tanah berayun dengan kuat. Galang pun langsung
menyadari bahwa telah terjadi sebuah gempa yang sangat besar.

Dalam keadaan itu ia langsung bergegas kerumah menengok istri dan anaknya yang
kemungkinan mereka masih berada di dalam rumah. Namun belum sampai di rumah, warga
sudah mulai berteriak. Mereka terlihat histeris dan mengatakan air laut naik. Awalnya Galang
masih tak percaya jika air laut akan menerjang mereka. Namun demikian, ia juga tidak ingin
mengambil resiko.

Galang tetap masuk kedalam rumah dan kemudian mengajak istri dan anaknya untuk
mengungsi ke tempat lain. Disaat itu gemuruh air sudah mulai terdengar. Warga terlihat
berhamburan dan berteriak histeris. Meskipun gemuruh air sudah terdengar, namun gelombang
air itu belum terlihat oleh mata.

Puncak Konflik
Dengan kondisi Keumala yang baru saja melahirkan, ia menyuruh Galang menyelamatkan
diri terlebih dahulu dengan membawa anaknya, Dara. Dalam keadaan genting itu, Keumala pun
menangis sembari berkata "Lari saja duluan, bawa Dara. Jangan lihat ke belakang!". Dengan
berat hati Galang pun membawa Dara lalu meninggalkan istrinya. Galang kemudian lari sekuat
tenaga.

Tiba-tiba gelombang air dari belakang langsung menggulungnya. Ia terus terputar-putar


dalam gulungan air hingga kemudian tersangkut dibatang pohon yang tumbang. Dara yang masih
berusia satu hari lepas dari dekapan sang Ayah dan hanyut tergulung derasnya tsunami. Disaat
Galang mencoba mengamati dimana posisinya, rupanya hanya dalam sekejap saja ia sudah
terseret hingga lebih dari satu kilometer. Beruntunglah Galang, gulungan ombak itu masih di
awal, masih dekat dengan tepi dan belum ada material yang terbawa dalam gelombang air
tersebut.

Gelombang kedua kembali datang, dengan cepat ia pun segera pindah ke pohon lain. Dan
setelah benar benar tidak terombang ambing, dia baru mencari keberadaan istri dan anaknya.
Saat itu barulah ia melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Di sekitarnya, tidak ada lagi
bangunan yang berdiri. Kampung halamannya hilang dalam sekejap. Namun yang jauh lebih
mengerikan, terlihat mayat dimana-mana, dari yang mengapung hingga yang tersangkut di
puing-puing bangunan. Galang terus mengamati sekitar, dalam dirinya masih ada harapan.
Berharap agar istri dan anaknya selamat.

Resolusi
Setiap kali Galang menjumpai orang yang dia kenal, dia selalu menanyakan apakah
mereka melihat istri dan anaknya. Keajaiban datang tepat dihari ketiga. Galang menemukan
anaknya, Dara. Dara selamat meski sempat terseret sejauh seratus meter. Tubuhnya ditemukan di
tumpukan sampah oleh warga. Galang langsung mengenali anaknya karena melihat tanda lahir
anaknya yang baru lahir itu. Semenjak saat itu istrinya tidak pernah lagi ia temukan. Kondisi
mayat para wanita hampir semuanya sama, apalagi dengan lumpur lumpur yang ikut melekat
ditubuh jenazah, sehingga istrinya sulit untuk dapat ia temukan.

Koda
Beberapa minggu setelahnya, Galang membawa Dara untuk ziarah ke makam tanpa
nisan. Banyak korban tsunami Aceh yang dikubur tanpa nama. Dengan kata lain, banyak pula
saudara dan kerabat yang tidak mengetahui di mana saudara dan kerabat mereka dimakamkan.
Setelah Galang membaca surat yasin dan mendoakan Keumala, ia berucap "Bagaimana aku akan
menjelaskan pada Dara bahwa ibunya meninggalkannya saat sehari setelah melahirkannya? Pada
perpisahan kali ini, bukan berarti aku berhenti menyayangimu. Aku masih ingin mencintaimu
sekali lagi." Pada dasarnya hakikat tertinggi dari mencintai adalah melepaskan.

-Tamat-

Nama : Nathasya Erma Wahidya

No absen : 20

Kelas : XII APL 3

ANALISIS STRUKTUR DAN KAIDAH KEBAHASAAN


Alur : Campuran

Latar Tempat : Rumah, hutan bakau dipinggir sungai, masjid, dan kampung halaman
yang sudah hancur.

Latar Waktu : Malam, subuh, dan pagi hari.

Latar Suasana : Sedih, takut, dan putus asa.

Tokoh : Galang, Keumala, dan Dara.

Tema : Sejarah Bencana Alam.

1. Struktur

a) Orientasi : paragraf ke- 1 dan 2.

b) Pengungkapan Peristiwa : paragraf ke- 3-5

c) Menuju Konflik : paragraf ke- 6-8

d) Puncak Konflik : paragraf ke- 9-11

e) Resolusi : paragraf ke- 12

f) Koda : paragraf ke- 13

2. Kalimat Bermakna Lampau


a) Pada tanggal 25 Desember 2004 di Aceh, Pasangan Galang dan Keumala telah dikaruniai
anak pertama mereka yang sudah dinantikan selama satu tahun.

b) Pada hari Minggu pagi, 26 Desember 2004 telah terjadi peristiwa yang sangat memilukan
di Aceh. Telah terjadi gempa bumi dan Tsunami Aceh yang mengakibatkan 230.000
korban jiwa melayang.

3. Kata yang menyatakan urutan waktu

a) Pagi di hari Minggu itu rencananya ia akan langsung pulang dan mandi kemudian
menemani istri dan anaknya dirumah

b) Galang tetap masuk kedalam rumah dan kemudian mengajak istri dan anaknya untuk
mengungsi ke tempat lain.

c) Galang kemudian lari sekuat tenaga.

d) Setelah pulang dari masjid ia akan berjalan menikmati udara pagi sambil melihat ratusan
burung bangau.

e) Dan setelah benar benar tidak terombang ambing, dia baru mencari keberadaan istri dan
anaknya.

f) Setelah Galang membaca surat yasin dan mendoakan Keumala, ia berucap.

g) Pada tanggal 25 Desember 2004 di Aceh, Pasangan Galang dan Keumala telah dikaruniai
anak pertama mereka yang sudah dinantikan selama satu tahun.

h) Namun yang jauh lebih mengerikan, terlihat mayat dimana-mana, dari yang mengapung
hingga yang tersangkut di puing-puing bangunan.

i) Semenjak saat itu istrinya tidak pernah lagi ia temukan.

j) Kondisi mayat para wanita hampir semuanya sama, apalagi dengan lumpur lumpur yang
ikut melekat ditubuh jenazah, sehingga istrinya sulit untuk dapat ia temukan.

4. Kata kerja material

a) duduk mengadu kepada Tuhan pencipta seluruh alam.

b) Suara tangisan bayi memecah keheningan malam mengiringi keindahan suasana rumah di
malam hari.

c) Tsunami Aceh yang mengakibatkan 230.000 korban jiwa melayang.

d) Pagi itu seperti biasanya Galang menunaikan sholat subuh di masjid yang sudah menjadi
kebiasaannya.
e) Awalnya Galang masih tak percaya jika air laut akan menerjang mereka.

f) Dengan berat hati Galang pun membawa Dara lalu meninggalkan istrinya.

g) Setelah Galang membaca surat yasin dan mendoakan Keumala,

5. Kata kerja mental

a) Keumala pun menangis sembari berkata

b) Berharap agar istri dan anaknya selamat.

c) Galang langsung mengenali anaknya karena melihat tanda lahir anaknya yang baru lahir
itu.

d) Pada hari Minggu pagi, 26 Desember 2004 telah terjadi peristiwa yang sangat memilukan
di Aceh.

e) Galang pun memutuskan untuk pulang.

f) Saat itu barulah ia melihat pemandangan yang sangat mengerikan.

6. Kalimat tidak langsung

a) Mereka terlihat histeris dan mengatakan air laut naik.

b) Dengan kondisi Keumala yang baru saja melahirkan, ia menyuruh Galang


menyelamatkan diri terlebih dahulu dengan membawa anaknya, Dara.

c) Setiap kali Galang menjumpai orang yang dia kenal, dia selalu menanyakan apakah
mereka melihat istri dan anaknya.

7. Penggunaan dialog

a) Keumala pun menangis sembari berkata "Lari saja duluan, bawa Dara. Jangan lihat ke
belakang!"

b) ia berucap "Bagaimana aku akan menjelaskan pada Dara bahwa ibunya meninggalkannya
saat sehari setelah melahirkannya? Pada perpisahan kali ini, bukan berarti aku berhenti
menyayangimu. Aku masih ingin mencintaimu sekali lagi."

8. Kata sifat

a) Namun yang jauh lebih mengerikan, terlihat mayat dimana-mana, dari yang mengapung
hingga yang tersangkut di puing-puing bangunan.

b) Saat itu barulah ia melihat pemandangan yang sangat mengerikan.


c) Galang pun langsung menyadari bahwa telah terjadi sebuah gempa yang sangat besar.

9. Kata atau frasa bermakna kias


a) Suara tangisan bayi memecah keheningan malam mengiringi keindahan suasana rumah di
malam hari.
Memecah keheningan= menghilangkan kesunyian.
b) Telah terjadi gempa bumi dan Tsunami Aceh yang mengakibatkan 230.000 korban jiwa
melayang.
Korban jiwa melayang= korban meninggal.
c) Namun tiba tiba dalam perjalanan pulang ia merasakan tanah berayun dengan kuat.
Tanah berayun= gempa.
d) Dengan berat hati Galang pun membawa Dara lalu meninggalkan istrinya.
Berat hati= enggan, tidak tega
.
10. Ungkapan dan peribahasa
a) Pada dasarnya hakikat tertinggi dari mencintai adalah melepaskan.

11. Nilai-nilai yang terkandung


a) Nilai Moral

Beberapa minggu setelahnya, Galang membawa Dara untuk ziarah ke makam tanpa
nisan. Banyak korban tsunami Aceh yang dikubur tanpa nama. Dengan kata lain, banyak
pula saudara dan kerabat yang tidak mengetahui di mana saudara dan kerabat mereka
dimakamkan. Setelah Galang membaca surat yasin dan mendoakan Keumala,

Nilai Moral yang terkandung adalah ziarah yaitu salah satu praktik sebagian besar umat
beragama yang memiliki makna moral penting.

b) Nilai Agama

Betapa malam ini penuh dengan kebahagiaan, jiwa-jiwa yang kelelahan terlelap dalam
tidur malam, sementara beberapa jiwa nampak terbangun, duduk mengadu kepada
Tuhan pencipta seluruh alam.

Nilai Agama yang terkandung adalah beribadah malam yaitu shalat sunah tahajjud yang
dilakukan umat muslim.

Anda mungkin juga menyukai