Anda di halaman 1dari 12

POLA NAMA MASYARAKAT KETURUNAN TIONGHOA

Oleh:
Suharyo
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Ethnic Chinese community in Indonesia since 1966 has been "forced" to change their name to
the Indonesian name by Presidential Decree number 127/U/Kep/12/1966. The reason why
they change their name to the Indonesian one concerned with racial issues, but also they long
lived in Indonesia actually they did not mastering the Chinese language. To find that out, here
performed literature review by taking the data source in the mass media; especially
advertising grief, books/ journals research, and interviews are limited.

Keywords: Pattern of name, ethnic Chinese community, Indonesian name.

A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang budaya masih berorientasi ke Tiongkok,
Budi Kurniawan (2012) dengan pernah mengenyam pendidikan Tionghoa,
mengutip pendapat Suryadinata (2010) dan menjadi warga negara Indonesia melalui
mengatakan bahwa etnis Tionghoa di masa naturalisasi. Dan di antara kedua ujung ini
2UGH %DUX PHQJDODPL ¶SHPDNVDDQ¶ DVLPLODVL adalah mayoritas etnis Tionghoa, sebagian
dengan budaya Indonesia. Hal ini termasuk besar adalah peranakan, yang secara budaya
pula dalam hal nama. Meskipun tidak ada berorientasi Indonesia, berbicara bahasa
peraturan yang melarang penggunaan nama Indonesia atau bahasa lokal, dan
Tionghoa, tetapi tetap ada semacam trauma berpengetahuan minim mengenai budaya
bagi etnis Tionghoa untuk menggunakan Tionghoa (Tan, 1997).
nama Tionghoanya, sementara diskriminasi
rasial tetap berlangsung, dan budaya 1.2 Masalah
Tionghoa dilarang ditunjukkan. Masalah yang dibahas dalam tulisan
Identitas adalah tentang bagaimana ini adalah pola nama Indonesia bagi
kita mendefinisikan siapa diri kita. Identitas masyarakat keturunan Tionghoa dari aspek
digunakan untuk menjelaskan kesadaran diri sumber dan struktur. Yang dimaksud dari
yang ditemukan pada individu aspek sumber dalam tulisan ini apakah
modern.Identitas bersifat performatif, bukan masyarakat keturunan Tionghoa dalam
didasarkan dari karakteristik esensial, tetapi memberi nama Indonesia menggunakan
lebih kepada performa atas dasar ekspektasi sumber (bahasa dan budaya) Indonesia,
budaya (Longhurst, Smith, Bagnall, misalnya nama Tionghoanya Liem Sio Liong
Crawford, & Ogborn, 2008, p. 142). Mely G. menjadi Sudono Salim atau menggunakan
Tan dalam makalahnya mengatakan bahwa sumber Barat, misalnya, Robert Liem yang
ada suatu rentang variasi identitas etnis nama Tionghoanya Liem Hoo Kwan; sedang
Tionghoa di Indonesia. Rentang ini di yang dimasud struktur dalam tulisan ini
ujungnya adalah para etnis Tionghoa yang merujuk pada struktur kata. Misalnya, Tjeng
sudah benar-benar bercampur dengan budaya May Nien menjadi Nina Susilawati.
lokal, misalnya, benar ± benar menjadi Jawa.
Kemudian di ujung lain dari rentang ini
adalah para etnis Tionghoa yang secara
seluruh iklan duka cita masyarakat keturunan
1.3 Tujuan Tionghoa untuk memmperoleh gambaran
Tujuan tulisan ini adalah untuk umum polanya, (2) mengklasifikasikan pola
mendeskripsikan pola nama masyarakat umum tersebut ke dalam pola-pola yang
keturunan Tionghoa dari segi sumber dan lebih spesifik, yaitu berdasarkan sumber dan
struktur. struktur, (3) dari pola tersebut (sumber dan
struktur) lalu dilakukan analsis untuk
1.4 Metode mengetahui masyarakat keturunan Tionghoa
Penelitian kecil ini menggunakan dalam memilih/menggunakan nama
pendekatan kualitatif deskriptif dengan Indonesia sari segi pola morfologis,
menggunakan iklan duka cita yang termuat penempatan/letak nama marga/keluarga dan
di media massa sebagai sumbernya. Sumber leksikal. Dari hasil analsisi tersebut, lalu
data yang dimaksud adalah iklan duka cita di disusun laporan hasil penelitian dengan
harian Suara Merdeka, Kompas, dan lainnya. menggunakan metode informal, yaitu dengan
Dipilihnya iklan duka cita didasari suatu menggunakan kata-kata biasa tanpa grafik
alasan (1) sumbernya mudah diperoleh, (2) dan rumus sebagaimana dikatakan
jumlah datanya cukup melimpah, (3) hampir Sudaryanto (1993).
selalu menyebutkan nama Tionghoa dan
Indonesia sehingga memudahkan untuk B. TINJAUAN PUSTAKA
analsisis. Sumber data lainnya adalah hasil
penelitian sebelumnya, seperti Budi 2.1 Konvensi dan Identitas nama Diri
Kurniawan (2012), Irzanti Sutanto (2004), pada Masyarakat (Tionghoa)
Edy Sugiri (2003), dan wawacara terhadap Konvensi pemberian nama Tionghoa
sejumlah responden masyarakat keturunan berbeda dengan pemberian nama Barat.
Tionghoa yang bertempat tinggal di Perbedaan yang paling mencolok adalah
Tlogosari dan Meteseh Semarang. Dari penempatan nama keluarga (marga) di
sumber data tersebut, lalu dilakukan depan, bukan di belakang. Nama Tionghoa
langkah-langkah metodologis sebagai umumnya terdiri dari tiga atau dua suku kata,
berikut. Pengumpulan data dilakukan dengan dengan suku kata terdepan adalah nama
metode simak yang dilanjutkan dengan keluarga. Nama keluarga tertentu terdiri dari
teknik catat. Cara kerja metode simak adalah dua suku kata, sehingga nama Tionghoa
dengan mengamati, mencermati seluruh maksimal terdiri dari empat suku kata.
iklan duka cita masyarakat keturunan Seperti etnis-etnis lain, nama merupakan hal
Tionghoa yang dimuat di dalam harian Suara yang sangat penting bagi etnis Tionghoa.
Merdeka, Kompas, dan lainnya (yang Orang tua akan memikirkan nama yang
dijadikan sumber data); sedangkan teknik paling baik bagi anak-anak mereka. Nama
catat dalam wujudnya adalah mencatat data yang diberikan pun pasti memiliki makna,
yang diperoleh dengan metode simak ke karena tulisan Tionghoa adalah logogram,
dalam kartu-kartu data. Selain itu, juga setiap aksara memiliki makna. Makna yang
dilakukan wawacara terhadap 5 responden dipilih tentu adalah makna yang baik. Ada
masyarakat keturunan tiga macam harapan orang tua yang
Tionghoa.Pengumpulan data ayang diperoleh tercermin melalui nama anak mereka: (1)
dengan berbagai metode dan atau teknik Orang tua mengharapkan anak mereka
itulah diperoleh korpus data dengan menjadi anak yang berbudi luhur, (2)
mempertimbangkan validitas dan intelektual, memiliki penghidupan yang baik,
reliabilitasnya. Langkah berikutnya dalah (3) sehat dan berpenampilan rupawan.
analisis data. Analisis data dilakukan dengan Kadang pemilihan nama juga
menggunakan analisis isi, kaulitatif, dan memperhatikan unsur astrologi, yaitu
deskriptif. Analisis isi dalam penekitian kecil memperhatikan waktu kelahiran, unsur (dari
dilakukan dengan cara (1) mengamati lima unsur: logam, kayu, air, api dan tanah)
yang mewakili kelahiran seseorang. Selain (Longhurst, Smith, Bagnall, Crawford, &
itu pemberian nama juga harus Ogborn, 2008, p. 142). Mely G. Tan dalam
memperhatikan penulisannya, cara bacanya, makalahnya mengatakan bahwa ada suatu
dan keseimbangan yin dan yang (Qiming). rentang variasi identitas etnis Tionghoa di
Bagi etnis Tionghoa, nama juga Indonesia. Rentang ini di ujungnya adalah
memperlihatkan relasi kekeluargaan. para etnis Tionghoa yang sudah benar-benar
Umumnya di antara sesama saudara bercampur dengan budaya lokal, misalnya,
kandung, nama yang diberikan mengandung benarbenar menjadi Jawa. Kemudian di
satu suku kata yang sama (Mingzi). ujung lain dari rentang ini adalah para etnis
Penelitian Irzanti Sutanto (2004) Tionghoa yang secara budaya masih
tentang pemilihan nama Indonesia oleh etnis berorientasi ke Tiongkok, pernah
Tionghoa menunjukkan bagaimana etnis mengenyam pendidikan Tionghoa, dan
Tionghoa memilih nama Indonesia dengan menjadi warga negara Indonesia melalui
beberapa cara. Dari hasil klasifikasi nama naturalisasi. Dan di antara kedua ujung ini
Indonesia yang disusun berdasarkan adalah mayoritas etnis Tionghoa, sebagian
kedekatan antara nama Tionghoa dan nama besar adalah peranakan, yang secara budaya
Indonesia ditemukan ada yang nama berorientasi Indonesia, berbicara bahasa
Tionghoa-nya masih terlihat, nama Tionghoa Indonesia atau bahasa lokal, dan
mengalami penyesuaian grafis atau fonis, berpengetahuan minim mengenai budaya
sampai yang nama Tionghoa-nya sama Tionghoa (Tan, 1997).
sekali tidak terdeteksi pada nama Indonesia. Pernyataan bahwa "bahasa
Hasil penelitian itu menunjukkan, dari 810 menunjukkan bangsa" berlaku juga bagi
nama, yang masih mempertahankan nama nama diri. Yang dimaksud dengan nama diri
keluarga (marga) Tionghoanya ada 3,08%; mencakup antara lain nama orang (misalnya
yang mengubah nama keluarganya menjadi Reagan, HomÃre, Johan), nama hewan
nama Indonesia, misal: Gozali (Go), Wijaya (misalnya Belang, Putih, Bruno), nama
(Oey), Rusli (Lie), ada 26,39%; yang tempat (misalnya Roma, Malaysia, Bekasi,
mempertahankan dua suku nama Ancol), nama waktu (misalnya Senin,
Tionghoanya, misal: Meilina Hardjali (Lie Januari, pagi, Zaman Batu, Idul Fitri), nama
Mei Ling), ada 4,93%; sedangkan yang nama lembaga (misalnya Toyota, DPR, UI, PPP),
Tionghoanya sama sekali tidak terlihat, ada dan nama karya (misalnya Layar
43,08%. Terkembang, Indonesia Raya, Monalisa).
Menurut Suryadinata (2010), etnis Dalam tulisan ini, nama diri yang dibahas
Tionghoa di masa Orde Baru mengalami adalah nama orang yang digunakan secara
¶SHPDNVDDQ¶ DVLPLODVL GHQJDQ EXGD\D resmi, bukan nama panggilan akrab. Istilah
Indonesia. Hal ini termasuk pula dalam hal yang mengacu pada nama diri orang adalah
nama. Meskipun tidak ada peraturan yang anthroponymes1 [diindonesiakan menjadi
melarang penggunaan nama Tionghoa, tetapi antroponim (Molino 1982: 6).
tetap ada semacam trauma bagi etnis
Tionghoa untuk menggunakan nama 2.2 Fungsi Antroponim
Tionghoanya, sementara diskriminasi rasial Benveniste (dikutip oleh Bromberger
tetap berlangsung, dan budaya Tionghoa 1982: 105 via Kurniawan, 2012) menyatakan
dilarang ditunjukkan. Identitas adalah bahwa antro-ponim merupakan tanda
tentang bagaimana kita mendefinisikan siapa konvensional, dalam hal pengidentifikasian
diri kita. Identitas digunakan untuk sosial, yang merujuk secara tetap pada satu
menjelaskan kesadaran diri yang ditemukan individu. Namun, pada kenyataaannya,
pada individu modern. Identitas bersifat dalam berbagai masyarakat, sebuah
performatif, bukan didasarkan dari antroponim tidak selalu hanya merujuk pada
karakteristik esensial, tetapi lebih kepada satu orang. Pada kajian mengenai
performa atas dasar ekspektasi budaya antroponim Prancis kuno, antara lain
memperlihatkan bahwa pada 1760 terdapat sulit diklasifikasi makin besar fungsi
128 kepala keluarga di Haute-Provence identifikasinya.
(Prancis) memiliki 29 nama keluarga
(patronim). Ada empat nama kecil yang 2.3 Makna dan Simbol
dimiliki oleh dua pertiga dari jumlah Kemaknawian nama sering menjadi
tersebut. pertimbangan utama. Sebagai ilustrasi dapat
Di samping itu, kajian diambil beberapa contoh nama dari etnik
memperlihatkan bahwa pada masyarakat Jawa Tengah. Sama halnya dengan
tertentu ada pemberian nama berbeda pada masyarakat Tionghoa, nama dapat diambil
tahap kehidupan tertentu. Misalnya, pada dari benda atau hal dalam kehidupan sehari-
masyarakat Guidar, di Kamerun Utara, setiap hari. Nomina dan adjektiva berikut diambil
orang menerima dua nama semasa hidupnya, dari Kamus Basa Jawa (2000): bambang
yakni pertama, ketika ia lahir ia mendapat bermakna 'pemuda putra seorang satria
nama yang menunjukkan anak ke berapa; pertapa', mulat bermakna 'intan', pitaya
kedua, empat bulan kemudian, ia baru bermakna 'kukuh; 'sentosa'; 'dapat
mendapat nama yang bersifat pribadi. Nama diandalkan', ratih bermakna 'bulan', raditya
pertama sama bagi semua orang Guidar yaitu bermakna 'matahari; sunu bermakna 'cahaya',
Tizi bagi anak sulung (sistem ini juga dan supangat bermakna 'doa nabi'.
terdapat pada masyarakat Bali). Perbedaan Selain mengandung makna, nama
nama antara anak laki-laki dan perempuan merupakan simbol dengan berbagai latar
baru terlihat pada anak ke-4. Anak ke-5, baik belakang; misalnya untuk mengenang
laki-laki maupun perempuan mendapat nama ibunya, seseorang memberi nama anaknya
Madi, anak ke-6 Todou. sama dengan nama ibu tersebut; kecantikan
Pada masyarakat lain, seseorang seorang anak diharapkan setara dengan
dapat memperoleh nama berbeda pada setiap bunga dahlia sehingga nama itu pun
tahap kehidupannya. Tentu saja, hal itu dapat diberikan kepadanya; keperkasaan seorang
mempersulit sistem perujukan dan putra diharapkan setara dengan guruh, guntur
administrasi yang berkaitan dengan nama atau tokoh pewayangan Bima sehingga ia
menjadi lebih rumit. Dengan demikian, pun menyandang nama tersebut; orang tua
sebenarnya secara umum dapat dikatakan menginginkan putranya terkenal seperti
bahwa sistem antroponim tidak jauh berbeda seorang presiden, maka diberinyalah nama
dengan penomoran. Kenyataan ini Washington, Soekarno; sebagai simbol cinta
menggugurkan pernyataan Benveniste mereka, orang tua menyatukan suku kata dari
karena sebuah nama tidak selalu secara tetap namanya masing-masing, misalnya Andrevi
hanya merujuk pada satu individu serta dapat adalah singkatan dari anak (dari) Eko dan
berubah. Bromberger (1982: 106) Fiona, Kuntari singkatan dari Kuntjoro dan
menyimpulkan dua hal; pertama, ada Tariwiyani (Sutanto, 2004).
antroponim yang memiliki ciri semantis
yang sama dengan kategori nomina. Tizi 2.4 Peaturan Pemberian Nama
dapat dianalisis atas beberapa komponen Irzanti Sutanto (2004) mengatakan
makna, yaitu 'anak' + 'sulung dari pihak ibu' bahwa dalam masyarakat tertentu,
(tidak harus dari pihak ayah); sama seperti penggunaan nama harus tunduk pada
analisis semantis nomina manusia, yaitu peraturan, misalnya di kalangan masyarakat
'makhluk hidup', 'berakal budi'. Kedua, YanÃmani, ada larangan pemberian nama
seperti terlihat pada ilustrasi, sistem tersebut ayah atau ibu yang sudah meninggal. Hal
mengandung dua fungsi antagonis, yakni tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa
fungsi klasifikasi yang merujuk pada ciri nama seseorang merupakan manifestasi
yang sama dan fungsi identifikasi personal. dirinya. Dengan demikian, ada kepercayaan
Makin mudah antroponim diklasifikasi bahwa pemberian nama orang tua yang
makin kecil fungsi identifikasinya; makin sudah meninggal kepada keturunannya dapat
menyebabkan umur pendek. Namun, di tetap mencantumkan nama keluarga asli
kalangan lain, seperti masyarakat Florence merekaâdengan alasan bahwa keturunan
pada zaman Renaissance, hal sebaliknya mereka harus mengenal nenek moyang
berlaku. Pemberian nama orang tua merekaâdan NI lainnya sama sekali tidak
dilakukan secara sistematik, bukan saja terkait lagi dengan NT-nya.
sebagai simbol garis keturunan melainkan Seperti diketahui, masyarakat
juga sebagai harapan akan terjadinya Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang
reinkarnasi (Bromberger 1982: 119). masing-masing memiliki sistem antroponimi
Dalam masyarakat Tionghoa, sendiri.3 Di samping antroponim yang
pemilihan nama memperhatikan: (a) delapan berciri kedaerahan, ada antroponim yang
aksara penanda waktu kelahiran (antara lain dapat dianggap berciri Indonesia, tanpa ciri
tahun, bulan, tanggal, dan jam); (b) lima etnik tertentu. Antroponim tersebut sering
unsur: logam, kayu, air, api, dan tanah; dan diambil dari kata biasa yang mengacu pada
(c) prinsip keseimbangan antara yin dan benda atau hal, misalnya indah, cahaya,
yang yang diwujudkan melalui guratan mustika, intan, mutiara, hening, ratna, guruh,
(aksara Cina). Namun, ada tabu untuk guntur, bayu, topan, fajar, dan surya.
memilih nama yang sama dengan nama hari, Dengan menuliskan huruf pertama
bulan, penyakit, wilayah, gunung, atau dengan huruf besar, kata-kata tersebut
sungai (Patadungan, 1993: 22, 29). Hal menjadi nama orang. Demikian pula halnya
sebaliknya terjadi pada masyarakat Jawa dengan antroponim yang merupakan kata
Tengah seperti nama Legiyem dan Wagiman serapan dari bahasa Arab, pada umumnya
yang diambil dari nama hari pasaran legi dan mencerminkan ciri keagamaan (Islam),
wage. misalnya Akbar, Akhyar, Amaliah, Ambar,
Bertolak dari lingkup pembauran, Amir, Ardi, Arif, Aziz, Firmansyah, Fitri,
sebuah penelitian pernah dilakukan untuk Firdaus, Gani, Kafi, Kamil, Taslim, Taufik,
mengkaji NT dari segi makna dan fungsinya dan Wahid. Ada pula antroponimâdari nama
pada masa tradisional serta alasan pemilihan nabiâyang mencerminkan agama Kristen,
NI.2 Di dalam karya tersebut dikatakan misalnya Habil, Ester, Paulus, Yakobus,
bahwa NT mempunyai makna dan dikaitkan Lukas, Markus, Yohanes, dan Yosua. Kata
dengan tiga hal, yaitu: (a) keyakinan bahwa biasa wahyu dan antroponim Yunus terdapat
nama dapat menentukan nasib dan bahwa dalam kitab suci Al-quran dan Injil sehingga
nama yang tepat dapat mengubah nasib ciri keagamaan nama tersebut bergantung
buruk yang menjadi takdir seseorang; (b) pada penyandangnya. Tidak ada peraturan
nama adalah harga diri, seseorang dapat secara umum mengenai antroponim bagi
bangga terhadap namanya yang mempunyai masyarakat Indonesia. Cukup banyak orang
arti yang baik; dan (c) nama memberi yang memberi nama kepada anak-anak
pengaruh psikologis kepada penyandangnya, mereka sesuai dengan yang mereka inginkan,
sifat dan emosinya dibentuk oleh makna termasuk antroponim asing, seperti Yuriko,
namanya. Deryl, Natalia, Nikita, Robin, Nefertiti, Ricy,
Penamaan bersumber pada benda Natasha, Andre, Albert, dan Marilin.
atau hal dalam kehidupan, misalnya Jia Zhu
adalah nomina yang bermakna 'tiang C. POLA NAMA MASYARAKAT
keluarga', Jing Guo adalah nomina yang KETURUNAN TIONGHOA
bermakna 'pemegang kekuasaan di sebuah Dari hasil analisis data sebagaimana
negara'. Hasil penelitian memperlihatkan dikatakan dalam metodologi diperoleh hasil
bahwa pada umumnya orang Tionghoa sebagai berikut (lihat Sutanto, 2004;
mempertahankan nama keluarga mereka Kurniawan, 2012; Sugiri, 2003)
dengan penyesuaian grafis dan fonis; ada
yang mempertahankan NT dengan 3.1 Pemilihan Nama Indonesia dari Aspek
menerapkan maknanya pada NI, beberapa Ortografis
1. Tjie Kim Fie menjadi Silvie Djiono. Kedua nama tersebut mengandungbunyi
Bunyi (fie) pada unsur akhir nama [han]. Selanjutnya bunyi [yo]
Tionghoa mirip dengan bunyi unsur awal ditambahkan pada awal bunyi[han]
pada nama Indonesia, [sil +vie] [silvie] sehingga menjadi [yohan]. Bagian proses
2. Goey Kiong U menjadi Utuh Sastra tersebut adalah [ yo + han] [yohan]
Gunawan 7. Tan Hay Djang menjadi Ferry
Bunyi (goey) pada unsur awal nama Tanudjaja.
Tionghoa mirip dengan bunyi unsure Bunyi [tan] pada unsur awal nama
akhir pada nama Indonesia [gunawan], Tionghoa Tan Hay Djang mirip
bunyi [goe (-y) + nawan]. Bunyi [nawan] denganbunyi unsur Akhir pada nama
di tambahkan pada bunyi [goe]. Selain
itu, bunyi [u] pada akhir unsur nama Indonesia Ferry Tanudjaja. Kedua
menjadi unsur awal pada nama Indonesia namatersebut mengandung bunyi [tan].
namun ditulis menjadi sebuah kata Bunyi [tan + (u) jaya]
utuh.Jadi bunyi [u] + [tuh] [utuh]. [tanujaya].Sedangkan kata Ferry
ditambahkan pada unsur awal nama.
3. Tan Tie Yoke menjadi Elianawati Yulia 8. Tan Lie Wen menjadi Wenny Margatan.
Tanuwijaya. Bunyi [wen] pada unsur akhir nama
Bunyi [tan] pada unsur awal nama Tionghoa Tan Lie Wen mirip dengan
Tionghoa mirip dengan bunyi unsur bunyi unsur awal pada nama Indonesia
akhir pada nama Indonesia yakni yakni Wenny Margatan. Kedua nama
[tanuwijaya]. Kedua nama tersebut tersebut mengandung bunyi [wen].Bunyi
mengandung bunyi [tan]. [wen + ny] [wenny]. Sedangkan kata
Bunyi [tan] + (u) wijaya] Margatan ditambahkanpada unsur akhir
[tanuwijaya].Sedangkan bunyi [u] nama.
digunakan sebagai penyelaras bunyi agar 9. Tan Mey Lan menjadi Lanny Kristiani.
enak/indahdidengar. Bunyi [lan] pada unsur akhir nama
4. Kwan Pao Ran menjadi Paoranto Tionghoa Tan Mey Lan mirip
Ikwanto. denganbunyi unsur awal pada nama
Bunyi [paoran] pada unsur akhir nama Indonesia yakni Lanny Kristiani.
Tionghoa mirip dengan bunyi unsurawal Keduanama tersebut mengandung bunyi
pada nama Indonesia yakni [paoranto]. [lan]. Prosesnya yakni bunyi [lan +
Kedua nama tersebut mengandung bunyi ny][lanny].Sedangkan pada unsur akhir
[paoran]. Selanjutnya bunyi
[to]ditambahkan pada bunyi [paoran] nama ditambahkan kata Kristiani.
menjadi [paoranto]. Sedangkan Sedangkankata Margatan ditambahkan
unsurawal nama Tionghoa yang berbunyi pada unsur akhir nama.
[i] pada awal dan mendapatkan 10. Go Ling-Ling menjadi Linggawati
tambahanbunyi [to] pada akhir, sehingga Gunawan.
menjadi [i + kwan + to] [ikwanto]. Bunyi [ling] pada unsur akhir nama
5. Gian Kie menjadi Giantoro. Tionghoa Go Ling-Ling mirip
Bunyi [gian] pada unsur awal nama denganbunyi unsur akhir pada nama
Tionghoa mirip dengan bunyi unsurawal Indonesia yakni Linggawati
pada nama Indonesia yakni Gunawan.Kedua nama tersebut
[Giantoro].Kedua nama tersebut mengandung bunyi [ling].Bunyi [ling +
mengandung bunyi [gian]. Selanjutnya gawati] [linggawati]. Sedangkan kata
bunyi [toro]ditambahkan pada bunyi gunawan ditambahkanpada unsur akhir
[gian] menjadi [giantoro]. nama. Akhiran Wati menunjukkan jenis
6. Yap Chin Han menjadi Yohan Wijaya kelaminwanita.
Bunyi [han] pada unsur akhir nama 11. Ung Pau-Pau menjadi Popo.
Tionghoa mirip dengan bunyi unsurawal Bunyi [pau-pau] pada unsur akhir nama
pada nama Indonesia yakni [yohan]. Tionghoa Ung Pau-Pau miripdengan
bunyi unsur akhir pada nama Indonesia
yakni Popo. Kedua namatersebut Pada nama Indonesia terdapat kata yulie
mengandung bunyi [p] dan bunyi [au] yang berarti yang bersangkutanlahir pada
bila diucapkan mirip denganbunyi [o]. Juli. Sedangkan, kata wijaya diambil dari
Jadi, Pau-Pau mirip dengan Popo. nama raja besar padazaman kerajaan
Sedangkan bunyi [ung]pada nama
Tionghoa dihilangkan. Majapahit.
12. Tan Muk Yen menjadi Yenny Amelia. 5. Li Sioe Ling menjadi Agusniar Widyanti.
Pada nama Indonesia terdapat kata
Bunyi [yen] pada unsur akhir nama agusniar yang berarti yang
Tionghoa Tan Muk Yen mirip bersangkutanlahir pada bulan Agustus.
denganbunyi unsur awal pada nama 6. Tan Lan Nia menjadi Elisabeth Natalia.
Indonesia yakni Yenny Amelia. Kedua Pada nama Indonesia terdapat kata
namatersebut mengandung bunyi natalia yang berarti yang bersangkutan
[yen].Bunyi [yen +ny] [yenny]. lahir pada hari Natal. Sedangkan, kata
Sedangkan kata Amelia ditambahkan Elisabeth adalah nama seorangdokter
padaunsur akhir nama. perempuan yang menolong saat
13. Tan May Yin menjadi Ingrid Lydia persalinan.
Tandayu. 7. Chang Mei Hwa menjadi Meiwati.
Bunyi [tan] pada unsur akhir nama Pada nama Indonesia terdapat kata mei
Tionghoa Tan May Yin mirip yang berarti yang bersangkutan lahir
denganbunyi unsur akhir pada nama pada bulan Mei.
Indonesia yakni Ingrid Lydia Tandayu 8. Liem Pek Hwa menjadi Yuliana Wijaya.
Kedua nama tersebut mengandung bunyi Pada nama Indonesia terdapat kata
[tan].Bunyi [tan + dayu] [tandayu]. yuliana yang berarti yang
Sedangkan kata Ingrid Lydia bersangkutanlahir pada bulan Juli.
ditambahkanpada unsur awal nama. Sedangkan kata wijaya ditambahkan
14. The Giok Lien menjadi Liendrawati. pada akhirnama.
Bunyi [lien] pada unsur akhir nama 9. The Tjo Yong menjadi Yanuarianto.
Tionghoa The Giok Lien sama Pada nama Indonesia terdapat kata
denganbunyi unsur awal pada nama yanuar yang berarti yang
Indonesia yakni Liendrawati. Kedua bersangkutanlahir pada bulan Januari.
namatersebut mengandung bunyi Sedangkan kata rianto ditambahkan
[lien].Bunyi [lien + drawati] [lindrawati] padaunsurnya.
10. Yap San Ming menjadi Samuel
3.2 Menggunakan Nama Bulan dan Hari Agustinus.
Besar/Natal Pada nama Indonesia terdapat kata
1. Tan Tie Yok menjadi Elianawati Yulia agustinus yang berarti yang
Tanuwijaya. bersangkutanlahir pada bulan Agustus.
Pada nama Indonesia terdapat kata yulia Sedangkan kata samuel diambil dari
yang berarti yang bersangkutanlahir pada cirinama diri agama Nasrani yang berarti
bulan Juli. anak Tuhan .
2. Tan Hwie Khiem menjadi Edika Natalia.
Pada nama Indonesia terdapat kata 3.3 Adanya Pengharapan
natalia yang berarti yang 1. Liem Chen Sin menjadi Yefta Basuki
bersangkutanlahir pada hari Natal Suleman.
3. U Hwi Wie menjadi Yuliana Kartika yefta basuki suleman berasal dari kata
Delima. basuki yang diambil dari nama
Pada nama Indonesia terdapat kata dokteryang membantu dalam persalinan.
yuliana yang berarti yang Basuki berarti selamat/baik. Katasuleman
bersangkutanlahir pada bulan Juli. diambil dari nama isteri dokter yang
4. Huang Huei Ming menjadi Yulie Wijaya. membantu dalam persalinanyaitu sule
dan kata man berarti pria. Sedangkan
kata yefta berarti pahlawanAllah. Jadi, kelakmenjadi orang Kristen yang dapat
Yefta Basuki Suleman berarti pahlawan memulyakan nama Tuhan . Kata
Allah priayang baik. Dengan nama ini Christinaberarti kaum Kristen/kaum
orang tua berharap kelak anak tersebut Nasrani . Selain itu, penggunaan
menjadipahlawan Allah yang baik. katachristiani menunjukkan bahwa
2. Liem Lie Cwin menjadi Erwin Setiawan. pemakai kata tersebut adalah
Pada nama Indonesia terdapat kata pemelukagama Kristen atau Nasrani.
setiawan sesudah unsur pertama 7. Chang Mei Hwa menjadi Mediawati.
erwin.Kata setiawan berasal dari kata Mediawati berasal dari kata media dan
setia dan akhiran wan. Setia wati. Media berarti alat/alat
mengandungharapan agar kelak si anak komunikasi/alat penghubung (KBBI,
dapat setia kepada orang tuanya. 1989:569). Sedangkan, wati
Sedangkankata wan pada akhir nama berartimenujukkan jenis kelamin wanita .
menunjukkan atau mengandung arti jenis Jadi, mediawati berarti wanita
kelamin pria. yangpandai menjadi penghubung, baik
3. Ting Lie Chen menjadi Lilik Hartatik. penghubung antarmanusia, penghubung
Menurut responden Lilik Hartatik berarti penghubungmanusia dengan Tuhannya,
mutiara yang cantik . Maknanama ini maupun penghubung antarnegara (duta
mengandung harapan agar anak tersebut be sar/politikus).
kelak bagaikan mutiarayang cantik. 8. Oei Dji Sen menjadi Budi Permono.
Mutiara berarti sesuatu yang sangat Budi Permono berasal dari kata budi
berharga . Dengandemikian orang tuanya yang berarti alat batin yang
berharap hendaknya kelak anak tersebut merupakanpaduan akal dan perasaan
menjadianak yang baik dan berguna bagi untuk menimbang baik dan buruk
orang tua (keluarga) terutama (KBBI, 1989:131) dan kata permono
kepadanegara. (Indonesia permana) yang berartitiada
4. Djen Hong Pao menjadi Liliana ternilai/berharga sekali. Jadi, budi
Hartanto. permono berarti budi yang tiadaternilai
Unsur liliana dari kata lili dan ana. Lili atau budi (perilaku) yang sangat baik.
berarti bunga yang bernama liliatau 9. The Kian Leng menjadi Surya Tony.
bunga lili . Sedangkan anamenunjukkan Surya Tony berasal dari kata surya dan
jenis kelamin wanita. Unsurhartanto tony. Kata surya sinonim dengan
adalah nama orang tua laki-laki yang matahari atau sinar matahari (tata surya).
dibuat seperti nama marga.Jadi, liliana Jadi, surya tony berarti anak yang
berarti anak wanita yang diharapkan bernama Tony ini kelak diharapkan dapat
kelak menjadi anakyang harum semerbak menerangi dunia atau dapat menjadi
(baik) begaikan bunga lili . petunjuk/penuntun bagi manusia di dunia
5. Tan Meylan menjadi Lanny Kristiani. ini (menjadi penerang bagi orang yang
Menurut responden, Lanny Kristiani kegelapan).
berarti anak yang kelak menjadiorang 10. Go Lie In menjadi Holy Setiawati
Kristen yang dapat memulyakan nama Indahsari.
Tuhan. Kata kristiani berartikaum Menurut responden Holy Setiawati
Kristen/kaum Nasrani . Selain itu, Indahsari berarti kesetiaan itu
penggunaan kata kristianimenunjukkan sangatindah dan suci. Sedangkan, kata
bahwa pemakai kata tersebut adalah wati menunjukkan jenis kelamin wanita.
pemeluk agama Kristenatau Nasrani. 11. Tan Thien Pao menjadi Marlin Laksmi
6. Liem Siu Jun menjadi Christina Candra Sutanto.
Puspitasari. Menurut responden Marlin Laksmi
Menurut responden, Christina Candra Sutanto berarti bulan yang
Puspitasari berarti anak yang bersinarseperti Dewi Laksmi .
Sedangkan kata sutanto adalah nama Wu Cien How menjadi Effendy Anggo.
orang tua (nama Indonesia) yang Lie Kwee Siang menjadi Ninik Angelina.
digunakan seperti nama marga. Kim Yan Bing menjadi Himawati.
12. Pek Thien Pao menjadi Gustavo Tjo Sen Kang menjadi Indra.
Prawiro.
Menurut responden Gustavo Prawiro 3.6 Alasan Penggunaan Masyarakat
berarti arsitektur menara Eifell Tionghoa dalam Memilih Nama
(Alexander Gustav Eifell). Sedangkan, Indonesia/Lain
kata prawiro (Indonesia= perwira) berarti Dari hasil wawancara terhadap
gagah berani/pahlawan. Jadi, Gustav responden yangvmenggunakan nama Barat
Prawiro berarti anak yang gagah berani beralasan:
seperti arsitektur Alexander Gustav (1) Nama Barat lebih bergengsi, (2)
Eifell. mengikuti tren Globalisasi, (3) berpikir go
internasional, dan (4) bosan dengan nama
Indonesia.
13. Liem Wen Yong menjadi Toni Santoso. Adapun alasan mengapa masyarakat
Toni Santoso berasal dari kata toni dan Tionghoa tidak mempertahankan nama
santoso. Kata santoso (sentosa Tionghoa karena:
=Indonesia) berarti bebas dari bencana (1) Masih kuatir dengan isu SARA.
dan ancaman/aman dan tenteram. Jadi, (2) Pengucapan nama Tionghoa terdengar
Toni Santoso berarti anak yang bernama aneh, susah diucapkan oleh orang
Toni ini kelak diharapkan dapat yangtidak bisa berbahasa Tionghoa.
hidupnya tenteram bebas dari bencana (3) Kebiasaan mengikuti peraturan lama
dan ancaman. (Orde Baru).
14. Kim Liong menjadi Kurniawan (4) Keluarga sudah tidak bisa berbahasa
Subiantoro Raharjo. Tionghoa.
Kurniawan Subiantoro Raharjo berasal
dari kata kurniawan, subiantoro, dan Penyebab mengapa tidak
raharjo. Kurniawan berarti pemberi menggunakan nama Indonesia saja:
kurnia, dan Raharjo (Jawa) berarti (1) Nama Indonesia terkesan umum, sudah
selamat. Jadi, Kurniawan Subiantoro terlalu sering.
Raharjo berarti Subiantoro kelakmenjadi (2) Nama Indonesia terkesan kuno.
pemberi karunia yang selamat (pemberi (3) Nama Indonesia kurang keren.
karunia selamat/ pemberi keselamatan (4) Go international, sehingga
umat). menyesuaikan dengan nama yang
banyak digunakandi kancah
3.4 Nama dari Tokoh/Raja internasional, yaitu nama Barat. (sama
1. Yap Chin Han menjadi Johan Wijaya. dengan alasan penggunaannama Barat di
Wijaya adalah nama raja Majapahit. atas)
2. Le Djiang Lay menjadi Iskandar. (5) Keterbatasan pengertian kosa kata
Iskandar adalah nama raja. Indonesia, sehingga tidak
3. Tjong Mei Tjoe menjadi Mega Tania. mampumengungkapkan makna yang
Mega adalah nama awal Presiden RI. diinginkan melalui nama Indonesia.

3.5 Nama Indonesia yang Sulit Diketahui D. SIMPULAN


Maknanya Dari uraian diatas dapat di catat
Ada responden yang tidak tahu simbolkan sebagai berikut:
makna nama Indonesia yang disandangnya. (1) Nama Tionghoa mengalami mengalami
Contoh : penyesuaian grafis atau vonis ketika
Liang Siu Chang menjadi Cenni.
mengubah namanya ke dalam nama Jawa dalam Proses Pemberian Nama
Indonesia. 'LUL .DMLDQ $QWURSRORJL /LQJXLVWLN ´
(2) Nama keluarga dipertahankan dalam Wahana Tridarma Perguruan
sebagaimana nama aslinya. Tinggi, Edisi 27-2/Juli 2000/TH/X.
(3) Penggunaan atau pencantuman nama Surabaya: IKIP PGRI.
keluarga terletak dimuka atau di
belakang nama unsur Indonesia. Geertz, Clifford. (1992). Tafsir
(4) Nama keluarga dipertahankan Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
sebagaimana nama asli/ Tionghoa
menjadi suku pertama yang digabung Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan,
dengan suku lain seperti pada contoh Mentalitas, dan Pembangunan.
Loekito (Loe), Tjokro (Tjo), Soeganda Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
(Soe).
Sutrisno, Mudji. (2008). Filsafat
Kebudayaan: Ikhtiar Sebuah Teks.
Jakarta: Hujan Kabisat.
(5) Nama keluarga dipertahankan secara
fonetis sebagai suku pertama dalam nama Sutanto, Irzanti. (2004). Ganti Nama di
Indonesia dengan penyesuaian grafis dan Kalangan Keturunan Tionghoa
digabung dengan suku lain. Contoh : Peraturan dan Kebebasan. Dapat
Winarta, Widakdo, Wiharto, (Oey); diakses pada www.fib.ui.ac.id
Wibawa (Whie); Hidayat (Hie); Kusnadi,
Kurnia (Khoe); Tejamulya (The); dll. Kurniawan, Budi. (2012). Penggunaan
(6) Nama unsur Barat dirasa lebih bergengsi Nama Barat oleh etnis Tionghoa di
dibandingkan dengan nama Indonesia. Surabaya. Surabaya: Universitas
(7) Alasan mengganti nama Indonesia Kristen Petra.
karena masih kawatir dengan isu SARA,
disamping alasan sudah lama hidup di Sugiri, Eddy. (2003). Perspektif Budaya
Indonesia dan tidak menguasai bahasa Perubahan Nama Diri Bagi WNI
Tionghoa. Keturunan Tionghoa di Wilayah
Pemerintah Kota Surabaya. Surabaya:
Universitas Airlangga.
DAFTAR PUSTAKA

Sudaryanto. (1988). Metode Linguistik:


Metode dan Aneka Teknik
Pengumpulan Data. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.

Sudikan, Setya Yuwana. (2000). Metode


Penelitian Kebudayaan. Surabaya:
Unesa Unipress/ Citra Wacana.

Sugiri, Eddy. (1997). Makna dan Nilai


Sebuah Nama Bagi Masyarakat
Jawa, Media Informasi Ilmiah.
Surabaya: Universitas Muhamadiyah.

6XJLUL (GG\ ³)DNWRU GDQ %HQWXN


Pergeseran Pandangan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai