Ciri-Ciri Sejarah
Merupakan Peristiwa Abadi,Unik,Penting
Fungsi Sejarah
Fungsi SejarahNugroho Notosusanto mengklasifikasikan fungsi sejarah sebagai berikut:
Fungsi Rekreatif,Inspiratif,Instruktif,Edukatif
Manfaat Sejarah
Menjadi Pedoman bagi Suatu Bangsa,Memberikan Gambaran Masa Lampau,Membuat Seseorang ataupun Bangsa Bangkit dari Keterpurukan
2. VERIFIKASI
Verifikasi adalah penelitian terhadap sumber-sumber. penelitian meliputi dua aspek (ekteren dan interen). Aspek eksteren mempersoalkan apakan
sumber itu merupakan sumber sejati yang diperlukan, sedangkan aspek interen mempersoalakan apakan sumber itu dapat memberi informasi yang
diperlukan. Dalam menilai sumber, kedua aspek ini dilakukan bersama-sama.
3. INTERPRETASI
Setelah kritik selesai, langkah berikutnya adalah melakukan interptetasi atau penafsiran, baik analisis maupun sintesis, terhadap data yang di peroleh
dari berbagai sumber. Berdasarkan data yang telah di kritik, kita mulai menghimpun banyak sekali informasi mengenai topik yang sedang di teliti.
Berdasarkan dara itu disusunlah fakta-fakta sejarah yang telah di buktikan kebenaranya dengan bukti yang cukup.
4. HISTOGRAFI
Histografi atau penulisan sejarah merupakan tahap tekhir dari kegiatan penelitian sejarah. Sesudah menentukan judul, mengumpulkan bahan-
bajan/sumber-sumber, serta melakukan kritik dan seleksi, tibalah saatnya kita bekerja menuliskan kisah sejarah. Menulis kisah sejarah bukanlah
sekedar menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian, melainkan juga menyampaikan pendirian, pikiran, dan emosi kita melalui interpretasi
sejarah berdasarkan fakta-fakta hasil penelitian kita. Oleh karena itu, untuk menulis sejarah diperlukan kecakapan/kemahiran.
4. Ciri megantropus
Memiliki tulang rahang yang kuat
Tidak punya dagu
Memiliki otot kunyah yang kuat
Tulang pipi tebal
Tulang kening menonjol
Memiliki tonjolan di kepala belakang
Memakan jenis tumbuhan
5. Teori asal usul nenek moyang bangsa indonesia
1. Teori Nusantara
Dalam teori Nusantara dinyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah Nusantara ini tidak berasal dari luar, melainkan dari wilayah
Nusantara itu sendiri. Mengikuti sudut pandang Multiregional Evolution Model, teori nusantara menyatakan bahwa manusia purba menjadi nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Pendukung teori Nusantara adalah Mohammad Yamin, J. Crawford, K. Himly, Sutan Takdir
Alisjahbana dan Gorys Keraf.Berikut adalah argumen yang melandasi teori Nusantara.
Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban tidak mungkin dapat dicapai apabila tidak melalui proses
perkembangan dari kebudayaan sebelumnya.
Bahasa Melayu memang memiliki kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja), namun persamaan tersebut hanyalah suatu kebetulan saja.
Adanya kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari Homo soloensis dan Homo Wajakensis.
Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di Nusantara dengan bahasa Indo-Eropa yang berkembang di Asia
Tengah.
Berdasarkan hasil penelitian Gregorius Keraf (Gorys Keraf) mengenai bahasa-bahasa Nusantara sebagai mana dipaparkan dalam bukunya yang
berjudul Linguistik Bandingan Historia (1984) membuahkan teori baru mengenai asal usul bahasa dan bangsa Indonesia. Menurut teori keraf, nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah Indonesia sendiri bukan dari mana-mana, bukan pulau dari Asia Tenggara Daratan atau dari
Semenanjung Malaka.Teori Keraf ini didasarkan pada tiga landasan tinjau sebagai berikut.
Situasi geografis masa lampau.
Pertumbuhan dan penyebaran umat manusia.
Teori migrasi bahasa dan leksikostatistik.
2. Teori Yunan
Dalam teori yunan disebutkan bahwa manusia-manusia purba di Indonesia yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina
bagian selatan. Beberapa ahli yang mendukung teori Yunan adalah Dr. J.H.C. Kern, Robert Barron van Heine Geldern, Prof. Dr. N.J Krom, dan Moh. Ali.
Menurut Moh. Ali bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak ke selatan oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat. Menurut pendukung
teori Yunan, pendapat mereka didasari oleh dua hal berikut.
Ditemukan kapak tua di wilayah Nusantara yang memiliki kemiripan dengan kapak tua yang ada di kawasan Asia Tengah.
Bahasa melayu yang berkembang di Nusantara memiliki kemiripan dengan bahasa Champa yang ada di Kamboja. Hal tersebut membuka
kemungkinan bahwa penduduk di Kamboja berasal dari daratan Yunan dengan menyusuri Sungai Mekong. Arus perpindahan tersebut selanjutnya
diteruskan ketika sebagian dari mereka melanjutkan perpindahan dan sampei ke Nusantara. Kedatangan manusia dari Yunan ke kepulauan Nusantara
ini dengan melalui tiga gelombang utama (perpindahan orang Negrito, Proto-Melayu, dan Deutro Melayu).
Orang Negrito, Diperkirakan orang Negrito sudah memasuki Nusantara sejak 1000 SM. Orang Negrito ini diyakini sebagai penduduk paling awal di
kepulauan Nusantara. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan arkeologi di Gua Cha, Malaysia. Dalam perkembangannya orang Negrito
menurunkan orang Semang. Ciri fisik orang Negrito yaitu berkulit gelap, rambut keriting, hidung lebar, dan bibir tebal. Di Indonesia ras negrito ini
sebagian besar mendiami daerah papua. Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai) serta suku Papua Melanesoid yang
mendiami Pulau Papua dan Pulau Melanesia.
Proto-Melayu, Diperkirakan migrasi Proto-Melayu ke kepulauan Nusantara sekitar pada 2500 SM. Sebutan Proto-Melayu adalah untuk menyebutkan
orang-orang yang melakukan migrasi pada gelombang pertama ke Nusantara. Keturunan Proto-Melayu yaitu suku Toraja, Dayak, Sasak, Nias, Rejang,
dan Batak. Dalam hal bercocok tanam, orang Proto-Melayu memiliki kemahiran yang lebih baik daripada orang Negrito.
Deutro Melayu, Deutro Melayu adalah sebutan untuk orang-orang yang melakukan migrasi pada gelombang kedua. Diperkirakan kedatangan Deutro
Melayu ke Indonesia pada 1500 SM. Suku bangsa yang termasuk Deutro Melayu antara lain Minangkabau, Aceh, Jawa, Melayu, Betawi, dan Manado.
2. Teori Persia
Teori persia adalat teori masuknya Islam ke Indonesia yang dikemukakan oleh Hoessein Djajadiningrat. Dalam teori ini dikemukakan bahwa Islam
yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang berasal dari Persia (Iran). Islam diyakini dibawa oleh para perdagang Persia mulai pada abad ke 12. Teori
persia berlandaskan pada bukti maraknya paham Syiah pada awal masuknya Islam ke Indonesia. Selain itu, ada kesamaan tradisi budaya Persia
dengan budaya masyarakat Islam Indonesia. Peringatan 10 Muharam atau hari Asyura di Iran dengan upacara Tabuik atau Tabut di Sumatera Barat
dan Jambi sebagai lamang mengarak jasad Husein bin Ali bin Abi Thalib yang terbunuh dalam peristiwa Karbala menjadi salah satu contohnya. Bahkan
kuatnya tradisi Syiah masih terasa hingga saat iniAdanya suku Leran dan Jawi di Persia menunjukan bukti bahwa orang-orang Persia yang membawa
Islam ke Indonesia. Suku ini disinyalir merujuk pada orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa. Selain itu, dalam suku Jawa dikenal dengan tradisi
penulisan Arab Jawa atau Arab Pegon sebagaimana diadopsi oleh masyarakat Persia atas Tulisan Arab. Hal ini diperkuat dengan istilah Jer yang lazim
digunakan masyarakat Persia. Adanya suku Leran dan Jawi di Persia menunjukan bukti bahwa orang-orang Persia yang membawa Islam ke Indonesia.
Suku ini disinyalir merujuk pada orang-orang Leran dari Gresik dan suku Jawa. Selain itu, dalam suku Jawa dikenal dengan tradisi penulisan Arab Jawa
atau Arab Pegon sebagaimana diadopsi oleh masyarakat Persia atas Tulisan Arab. Hal ini diperkuat dengan istilah Jer yang lazim digunakan
masyarakat Persia.
Faktor Intern
1. Penjajahan mengakibatkan terjadinya penderitaan rakyat Indonesia yang tidak terkira. Sistem penjajahan Belanda yang eksploitatif terhadap
sumber daya alam dan manusia Indonesia serta sewenang-wenang terhadap warga pribumi telah menyadarkan penduduk Indonesia tentang adanya
sistem kolonialisme Imperialisme Barat yang menerapkan ketidaksamaan dan perlakuan membeda-bedakan (diskriminatif).
2. Kenangan akan kejayaan masa lalu. Rakyat Indonesia pada umumnya menyadari bahwa mereka pernah memiliki negara kekuasaan yang jaya dan
berdaulat di masa lalu (Sriwijaya dan Majapahit). Kejayaan ini menimbulkan kebanggaan dan meningkatnya harga diri suatu bangsa, oleh karena itu
rakyat Indonesia berusaha untuk mengembalikan kebanggaan dan harga diri sebagai suatu bangsa tersebut.
3. Lahirnya kelompok terpelajar yang memperoleh pendidikan Barat dan Islam dari luar negeri . kesempatan ini terbuka setelah pemerintah kolonial
Belanda pada awal abad ke-20 menjalankan politik Etis (edukasi, imigrasi, dan irigasi). Orang-orang Indonesia yang memperoleh pendidikan barat
berasal dari kalangan priayi abangan yang memiliki status bangsawan. Sebagian lainnya berasal dari kalangan priayi dan santri yang secara sosial
ekonomi memiliki kemampuan untuk menunaikan ibadah haji serta memperoleh pendidikan tertentu diluar negeri.
4. Lahirnya kelompok terpelajar islam telah menyadarkan bangsa Indonesia terjajah yang sebagian besar penduduknya beragama Islam. Kelompok
intelektual Islam telah menjadi agent of change atau agen pengubah cara pandang masyarakat bahwa nasib bangsa Indonesia yang terjajah tersebut
tidak dapat diperbaiki melalui belas kasihan penjajah seperti Politik Etis misalnya. Nasib bangsa Indonesia harus diubah oleh bangsa Indonesia sendiri
dengan cara memberdayakan bangsa melalui peningkatan taraf hidup di bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.
5. Menyebarnya paham-paham baru yang lahir di Eropa, seperti demokrasi, liberalisme, sosialisme, dan komunisme di negeri jajahan (Indonesia) yang
dilakukan oleh kalangan terpelajar.
6. Muncul dan berkembangnya semangat persamaan derajat pada masyarakat Indonesia dan berkembang menjadi gerakan politik yang sifatnya
nasional. Tindakan pemerintah kolonial yang sifatnya semakin represif seperti pembuangan para pemimpin Indische Partiij pada 1913, ikut
campurnya Belanda dalam urusan internal Sarekat Islam, dan penangkapan tokoh-tokoh nasionalis telah menimbulkan gerakan nasional untuk
memperoleh kebebasan berbicara, berpolitik, serta menentukan nasib sendiri tanpa dicampuri pemerintah kolonial Belanda.
16. Tujuan pendirian organisasi pada masa jepang dan keadaan ekonomi sosial indo
Jepang sendiri membentuk organisasi-organisasi bagi rakyat Indonesia dengan maksud dipersiapkan untuk membantu Jepang. Organisasi-
organisasi ini pada akhirnya berbalik melawan Jepang. keadaan sosial masyarakat di daerah ternyata masih terbelakang, termasuk dalam
bidang pendidikan, sehingga kurang maju dan dinamis;keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu berakibat mereka tidak dapat
membiayai gerakan tersebut.Dalam perkembangannya, Putera lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan dan kepentingan bangsa Indonesia.
Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan Putera dan mementingkan pembentukan organisasi baru, yaitu Jawa Hokokai.
17. Proklamasi
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN
LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SOEKARNO-HATTA.
Jadi, Saudara-saudara!
Kita sekarang sudah bebas!
Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan
memberkati dan membuat aman kemerdekaan kita ini!
18. Pdri
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) adalah penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia periode 22 Desember 1948 - 13 Juli 1949,
dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet Darurat.Sesaat sebelum pemimpin Indonesia saat itu, Sukarno dan Hatta
ditangkap Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, mereka sempat mengadakan rapat dan memberikan mandat kepada Syafruddin Prawiranegara
untuk membentuk pemerintahan sementara.
pers di masa demokrasi liberal (1949-1959) memiliki landasan kemerdekaan pers konstitusi RIS 1949 dan UUD Sementara 1950, yaitu setiap orang
berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat. Isi pasal ini kemudian dicantumkan dalam UUD Sementara 1950.
Awal pembatasan pers adalah efek samping dari keluhan wartawan terhadap pers Belanda dan Cina, namun pemerintah tidak membatasi
pembreidelan pers asing saja tetapi terhadap pers nasional
Pers di masa demokrasi terpimpin (1956-1966) ditandai dengan tindakan tekanan terhadap pers yang terus berlangsung yaitu pembreidelan terhadap
harian Surat Kabar Republik, Pedoman, Berita Indonesia dan Sin Po di Jakarta.
Perkembangan Pers Pada Masa Orde Lama
Upaya untuk pembatasan kebebasan pers tecermin dari pidato Menteri Muda Penerangan RI yaitu Maladi yang menyatakan hak kebebasan individu
disesuaikan dengan hak kolektif seluruh bangsa dalam melaksanakan kedaulatan rakyat.
Hak berpikir, menyatakan pendapat, dan memperoleh penghasilan sebagaimana yang dijamin UUD 1945 harus ada batasnya yaitu keamanan negara,
kepentingan bangsa, moral dan kepribadian Indonesia, serta tanggung jawab kepada Tuhan YME.
Pers tunduk sepenuhnya pada peraturan pemerintah, pers dimanfaatkan sebagai alat revolusi dan penggerak massa. Hal yang menonjol adalah,
Peraturan No.3 tahun 1960 tentang larangan terbit surat kabar berbahasa Cina.
Peraturan No.19 tahun 1961 tentang keharusan adanya surat izin terbit bagi surat kabar
Peraturan No.2 tahun 1961 tentang pembinaan pers oleh pemerintah yang tidak loyal akan dibreidel.
UU No.4 tahun 1963 tentang wewenang jaksa agung mengenai pers.
Era demokrasi terpimpin diawali Dekrit Presiden tahun 1959-1966. Keberadaan pers diatur dalam Tap MPRS No. 11 tahun 1960 tentang Penerangan
Massa dan melalui Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No. 10/ 1960. Dalam kedua aturan tersebut diatur antara lain:
SIT (Surat Izin Terbit) berlaku,
Pers berbahasa etnik seperti Cina dilarang,
Isi berita harus sesuai doktrin MANIPOL-USDEK.
Pada masa demokrasi terpimpin di bawah Presiden Soekarno, pers sangat dibatasi ruang geraknya, kebebasan pers tidak ada. Dalam ulang tahun PWI
ke-19, Presiden Soekarno menegaskan “dalam suatu revolusi, tidak boleh ada kebebasan pers. Koran yang beritanya tidak sesuai dengan kebijakan
pemerintahan ditutup".
Banyak institusi pers yang memilih tutup, seperti Harian Abadi yang antikomunis. Jumlah surat kabar hanya sekitar 60 buah. Jurnalis yang melawan
ditahan seperti Mochtar Lbis, redaktur Indonesia Raya tahun 1956-1961. Kantor berita Antara, Organisasi PWI dan SPS “dikuasai” komunis.
Aktivis pers seperti BM. Diah, Adam Malik, Wonohito mencetuskan Manifesto Kebudayaan dan Badan Pendukung Soekarnoisme yang anti-PKI, yang
kemudian ditutup oleh Soekarno.
24. Politik etis
Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung
jawab moral bagi kesejahteraan bumiputera. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa.