Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA NON FISIK, KOMPENSASI, DAN

PELATIHAN KARYAWAN TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT MELALUI


KEPUASAN KERJA PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK.
KANTOR CABANG PEKANBARU

Yulia Erfeni1, Isyandi2, Raden Lestari Garnasih 3


Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Riau
Corresponding Author’s Email: yuliaerfeni@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan kerja non fisik, kompensasi dan pelatihan
karyawan terhadap kepuasan kerja dan employee engagement. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan PT.
Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Pekanbaru sebanyak 102 karyawan mengunakan teknik purposive
sampling Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM-Smart-PLS. Penelitian menunjukkan
bahwa lingkungan kerja non fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. kompensasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. pelatihan karyawan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja, lingkungan kerja non fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap
emplopyee engagement. kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap emplopyee engagement,
pelatihan karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap emplopyee engagement, lingkungan kerja non
fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap emplopyee engagement melalui kepuasan kerja, kompensasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap emplopyee engagement melalui kepuasan kerja, pelatihan
karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap emplopyee engagement melalui kepuasan kerja, kepuasan
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap employee engagement.

Kata Kunci : Employee Engagement, Kepuasan Kerja, Lingkungan Kerja Non Fisik, Kompensasi dan
Pelatihan Karyawan

ABSTRACT
The study aimed to analyze Influence of Nonphysical Work Environment, Compensation and Employee Training
on Job Satisfaction and Employee Engagement. The sample in this study are employees of Pekanbaru Office
Branch of PT. Bank Tabungan Negara of 102employees using purposive sampling technique. The analysis
technique used in this research is Structural Equation Modelling (SEM –Smart PLS). The results of the study
show that the non-physical work environment has a positive and significant effect on job satisfaction.
compensation has a positive and significant effect on job satisfaction. Employee training has a positive and
significant effect on job satisfaction. Non-physical work environment has a positive and significant effect on
employee engagement. compensation has a positive and significant effect on employee engagement. employee
training has a positive and significant effect on employee engagement. non-physical work environment has a
positive and significant effect on employee engagement through job satisfaction. compensation has a positive
and significant effect on employee engagement through job satisfaction. employee training has a positive and
significant effect on employee engagement through job satisfaction. Job satisfaction has a positive and
significant effect on employee engagement.

Keywords: Employee Engagement, Job Satisfaction, Non-Physical Work Environment, Employee Compensation
and Training

PENDAHULUAN kerja. Schaufeli dalam Schaufeli (2012)


Salah satu indikator kinerja utama atau Key mendefinisikan engagement sebagai keadaan pikiran
Performance Indicator (KPI) dari fungsi manajemen yang positif, memuaskan, berhubungan dengan
sumber daya manusia yang kini banyak dipergunakan pekerjaan, yang ditandai dengan vigor (semangat),
untuk menilai seberapa bagus sebuah organisasi dedication (dedikasi) dan absorption (penyerapan).
modern mengelola sumber daya manusianya adalah Menurut Markos dan Sridevi (2010), engagement
melalui tingkat Employee Engagement (keterikatan dipandang sebagai konsep yang melebihi kepuasan
karyawan kepada sebuah organisasi maupun sederhana atau loyalitas kepada pemberi kerja. Harter,
pekerjaannya). Konsep dari employee engagement et al. dalam Schaufeli (2012) menjelaskan, bahwa
belum banyak dikenal, tetapi diyakini para ahli jauh tingkat engagement berhubungan positif dengan
lebih penting dan strategis daripada konsep kepuasan kinerja unit bisnis yaitu kepuasan dan loyalitas

1
pelanggan, profitabilitas, produktivitas, tingkat penelitian Yalabik et al. dalam Armstrong (2014:196),
turnover, dan keamanan. Ini menunjukkan bahwa yang menyimpulkan bahwa kepuasan kerja sebagai
karyawan yang terikat (engaged) dapat menawarkan anteseden dari keterikatan kerja (engagement). Ini
keunggulan kompetitif bagi organisasi. telah terbukti terkait dengan sikap dan perilaku
karyawan. Secara positif ini terkait dengan komitmen
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. organisasi, keterikatan kerja, perilaku kewargaan
(Bank BTN) adalah Badan Usaha Milik Negara organisasi, dan kesehatan mental. Secara negatif ini
(BUMN) yang bergerak di bidang Perbankan, yang terkait dengan perputaran karyawan (turnover) dan
berkomitmen menjadi bank yang melayani dan tingkat stres. Pernyataan di atas juga sesuai
mendukung pembiayaan sektor perumahan.:. Bank dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arianti et
BTN Kantor Cabang Pekanbaru merupakan bagian al. (2019), Vorena et al. (2017), yang menemukan
dari keseluruhan jaringan kantor Bank BTN yang bahwa variabel kepuasan kerja pada pekerjaan
tersebar di seluruh Indonenesia. Untuk dapat berpengaruh positif terhadap employee engagement.
memberikan pelayanan terbaiknya kepada nasabah, Lingkungan kerja, menurut Noah dan Steve
maka Bank BTN Kantor Cabang Pekanbaru harus (2012:37), adalah keseluruhan hubungan yang terjadi
mampu menghasilkan karyawan yang memiliki dengan karyawan di tempat kerja. Lingkungan kerja
tingkat engagement dan kinerja yang tinggi. fisik menurut Sedarmayanti (2011:26) merupakan
Employee engagement menurut Anitha (2014) semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja,
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah yang akan mempengaruhi pegawai baik secara
faktor lingkungan kerja, kompensasi dan pelatihan langsung maupun secara tidak langsung. Sementara
karyawan. Wursanto (2005:288)) menyebut lingkungan kerja
Dari pra penelitian, diketahui bahwa non fisik sebagai lingkungan kerja psikis yang
terdapat tingkat turnover karyawan yang relatif tinggi didefinisikan sebagai sesuatu yang menyangkut segi
di Bank BTN Kantor Cabang Pekanbaru. Bank BTN psikis dari lingkungan kerja, antara lain meliputi,
Kantor Cabang Pekanbaru mengharapkan tingkat perasaan aman pegawai, loyalitas pegawai (loyalitas
turnover karyawannya hanya sekitar 1,5% – 2,0% per antara pimpinan dan bawahan, antara bawahan dan
tahun. Namun pada kenyataannya rata-rata persentase pimpinan, antara sesama pegawai setingkat), dan
tingkat turnover karyawan pada Bank BTN Kantor kepuasan kerja pegawai.
Cabang Pekanbaru adalah di atas 2,0%. per tahun. Pada Bank BTN Kantor Cabang Pekanbaru,
Tingginya tingkat turnover karyawan pada ditemukan beberapa aspek dalam lingkungan kerja
Bank BTN Kantor Cabang Pekanbaru ini non fisik, yang masih menjadi kendala karyawan
mengindikasikan rendahnya tingkat keterikatan dalam bekerja, seperti, kurang terciptanya komunikasi
karyawan (employee engagement) terhadap pekerjaan dan hubungan kerja yang baik antara atasan dan
dan organisasinya. Menurut Baumruk dalam bawahan yang berkaitan dengan pekerjaan atau
Robertson (2009), organisasi yang memiliki tingkat pemberian tugas, dan atasan yang kurang
engagement yang lebih tinggi, cenderung memiliki mengarahkan serta kurang membantu dalam proses
perputaran karyawan yang lebih rendah, produktivitas kerja karyawan, serta rekan kerja yang kurang
yang lebih tinggi, dan kinerja keuangan yang lebih mendukung.
baik. Wibowo (2017:424) menyatakan, bahwa tingkat Naidoo dan Martins (2014) mengemukakan,
kepuasan kerja pada karyawan berhubungan secara suasana pekerjaan/ lingkungan kerja non fisik, yang
negatif dengan tingkat turnover karyawan. Artinya, penuh dengan persaingan sehat dan saling
tingkat kepuasan kerja yang rendah akan menghargai, akan meningkatkan employee
menghasilkan tingkat turnover karyawan yang tinggi. engagement pada perusahaan. Kompensasi karyawan
Fenomena yang ditemukan pada Bank BTN (employee compensation) menurut Dessler (2017)
Kantor Cabang Pekanbaru adalah adanya meliputi semua bentuk bayaran yang diberikan kepada
ketidakpuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan, karyawan yang timbul dari hubungan kerja mereka.
karena karyawan merasa pekerjaannya kurang Gibson et al. dalam Indrasari (2017:41) menyatakan
menantang, merasa bosan dan kurang menyenangkan. bahwa imbalan atau kompensasi yang diterima
Disamping itu juga adanya ketidakpuasan yang karyawan, menentukan tingkat kepuasan kerja
berkaitan dengan imbalan /kompensasi yang tidak mereka. Pada Bank BTN Kantor Cabang Pekanbaru,
sesuai dengan yang diharapkan karyawan, serta terdapat keluhan dan ketidakpuasan atas pemberian
atasan yang kurang mengarahkan dan kurang kompensasi yang diterima oleh karyawan Bank BTN
membantu dalam proses kerja karyawan. Kantor Cabang Pekanbaru, karena para karyawan
Kepuasan kerja didefinisikan oleh Locke merasakan bahwa kompensasi berupa bonus dan
dalam Armstrong (2014:196) sebagai keadaan tunjangan yang dibayarkan kepada mereka tidak
emosional yang menyenangkan atau positif yang sesuai dengan yang diharapkan, serta kurangnya
dihasilkan dari penilaian pekerjaan dan pengalaman apresiasi yang diberikan kepada karyawan. Para
kerja seseorang. Karyawan yang terikat (engaged) karyawan menilai dan membandingkan kompensasi
lebih mungkin merasa puas daripada tidak puas yang mereka terima dengan kompensasi yang diterima
dengan pekerjaan mereka. Hal ini sejalan dengan karyawan dari perusahaan BUMN atau bank lain.

2
Menurut Dow Scott & Tom Mc. Mullen TINJAUAN PUSTAKA
(2010), struktur, program dan kebijakan Total Menurut Schaufeli et al. dalam Schaufeli
Rewards sangat berpengaruh terhadap employee (2012), engagement merupakan keadaan pikiran yang
engagement. Teori ini sejalan dengan hasil penelitian positif dan memuaskan berhubungan dengan
dari Dewi (2012), Indriyani dan Heruwarsito (2017), pekerjaan, yang ditandai dengan vigor (semangat),
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kompensasi dedication (dedikasi), dan absorption (penyerapan).
berpengaruh positif dan signifikan terhadap employee Schaufeli & Bakker (2010) mengemukakan, menurut
engagement. Namun hasil yang berbeda ditemukan Development Dimension Internasional (2004),
pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lestari engagement memiliki tiga dimensi: 1) Kognitif,
(2018), dimana hasil penelitiannya menunjukkan percaya serta mendukung tujuan dan nilai-nilai
bahwa variabel kompensasi tidak berpengaruh secara organisasi 2) Afektif, rasa memiliki, kebanggaan dan
langsung terhadap employee engagement. keterikatan dengan organisasi 3) Perilaku/individual
Pelatihan karyawan menurut Noe (2017:8), value, kemauan untuk bekerja keras dan keinginan
mengacu kepada upaya terencana yang dilakukan untuk tinggal di dalam organisasinya. Faktor-faktor
oleh perusahaan, untuk memfasilitasi yang memengaruhi Employee Engagement menurut
pembelajaran, kompetensi, pengetahuan, Anitha (2014) adalah: 1) Lingkungan kerja, 2)
keterampilan, dan perilaku yang terkait dengan Kompensasi, 3) kepemimpinan 4) Pelatihan dan
pekerjaan karyawan. Pelatihan karyawan pada Bank pengembangan
BTN Kantor Cabang Pekanbaru, selama pandemi 5) Hubungan tim dan rekan kerja 6) Kebijakan,
covid-19 dilaksanakan dengan sistem online, prosedur, struktur dan sistem organisasi, dan 7)
pelatihan dengan sistem ini tentunya akan Kesejahteraan tempat kerja. Indikator dari Employee
menurunkan kualitas pembelajaran dibanding Engagement menurut Schaufeli et.al. dalam Schaufeli
pelaksanaan pelatihan dengan tatap muka. Dari segi (2012) terdiri dari: 1) Vigor, ditandai dengan tingkat
materi pelatihan yang diberikan, masih fokus kepada energi dan ketahanan mental yang tinggi saat bekerja,
keahlian teknis (technical/hard skill) dan belum kemauan untuk menginvestasikan usaha dalam
menyentuh keahlian perilaku (soft skill), yang juga pekerjaan seseorang dan ketekunan, bahkan dalam
penting dan diperlukan pegawai untuk meningkatkan menghadapi berbagai macam kesulitan. 2)
kinerjanya, sehingga karyawan merasa kurang Dedication, mengacu pada keterikatan yang kuat
mendapat dukungan, baik dalam pelaksanaan dalam pekerjaan seseorang dan memilikirasa,
pekerjaan, maupun dalam pengembangan karir antusiasme, inspirasi, kebanggaan dan tantangan. 3)
mereka. Absorption, ditandai dengan konsentrasi penuh dan
Cooper dalam Afroz (2018) menemukan asyik dengan pekerjaan seseorang, dimana waktu
adanya hubungan yang poitif antara program berlalu dengan cepat dan seseorang mengalami
pelatihan dengan employee engagement, dimana kesulitan untuk melepaskan diri dari pekerjaannya.
pelatihan yang diberikan kepada karyawan membuat Menurut Robbins dan Judge (2015: 49)
karyawan lebih terikat (engaged), puas dan kepuasan kerja (job satisfaction) adalah yang
termotivasi untuk bekerja. menjelaskan suatu perasaan positif tentang pekerjaan,
Penelitian terdahulu tentang pengaruh pelatihan yang dihasilkan dari suatu evaluasi karakteristik-
terhadap employee engagement dilakukan oleh karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kinerja
Dayona dan Rinawati (2016), Azeem dan Paracha yang tinggi memiliki perasaan yang positif mengenai
(2013), Lai, P.Y (2015), Siddiqui (2019), dan hasil pekerjaannya, sedangkan seseorang dengan kepuasan
penelitiannya menunjukkan bahwa pelatihan yang rendah memiliki perasaan negatif. Howell dan
karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dipboye dalam Munandar (2011: 350) memandang
employee engagement. Namun ditemukan hasil yang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat
berbeda dari penelitian dari Rizky, et al. (2020) yang rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap
menunjukkan bahwa pelatihan karyawan tidak berbagai aspek dari pekerjaannya. Dengan kata lain
berpengaruh secara signifikan terhadap employee kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja
engagement. terhadap pekerjaannya.
Berdasarkan uraian diatas, maka. tujuan dari Menurut Kreitner dan Kinicki (2010: 171),
penelitian ini adalah: 1) Untuk menganalisis pengaruh terdapat lima faktor yang memengaruhi timbulnya
langsung dari Lingkungan kerja non fisik, kepuasan kerja yaitu: (1) Need fulfillment
Kompensasi, Pelatihan karyawan dan Kepuasan kerja (pemenuhan kebutuhan), menyatakan bahwa kepuasan
terhadap employee engagement pada PT. Bank ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang memberikan kesempatan pada individu untuk
Pekanbaru. 2) Untuk menganalisis pengaruh dari memenuhi kebutuhannya. (2) Discrepancy
Lingkungan kerja non fisik, Kompensasi dan (perbedaan), bahwa kepuasan kerja merupakan suatu
Pelatihan karyawan terhadap employee engagement hasil memenuhi harapan. Pemenuhan harapan
melalui Kepuasan kerja pada PT. Bank Tabungan mencerninkan perbedaan antara apa yang diharapkan
Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Pekanbaru. dan yang diperoleh individu dari pekerjaan. (3) Value
attainment (pencapaian nilai), bahwa kepuasan

3
merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan Mondy (2018:4) mendefinisikan kompensasi sebagai
pemenuhan nilai kerja individual yang penting. (4) total dari seluruh imbalan yang diterima para
Equity (keadilan), bahwa kepuasan merupakan fungsi karyawan sebagai pengganti jasa yang telah mereka
dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat berikan. Menurut Rivai (2014:544), komponen-
kerja. (5) Dispositional/genetic components komponen kompensasi terdiri dari: Gaji, Upah,
(komponen genetik), beberapa rekan kerja tampak Insentif dan Kompensasi tidak langsung/Fringe
puas terhadap variasi lingkungan kerja, sedangkan Benefit (tunjangan-tunjangan, asuransi, uang pensiun
lainnya kelihatan tidak puas. Model ini didasarkan dan lain-lain). Mangkunegara (2017:84) menjelaskan
keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan bahwa ada enam faktor yang memengaruhi kebijakan
fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. kompensasi, yaitu faktor pemerintah, penawaran
Sedarmayanti dalam Hendri (2012) bersama, standar dan biaya kehidupan, upah
mengemukakan bahwa secara garis besar lingkungan perbandingan, permintaan dan persediaan, dan
kerja terbagi menjadi dua bagian yaitu: 1). kemampuan membayar.
Lingkungan kerja fisik, merupakan semua keadaan Indikator kompensasi menurut Mondy (2018)
yang berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat terdiri dari: Kompensasi finansial, kompensasi
kerja yang dapat mempengaruhi karyawan, baik finansial tidak langsung (tunjangan), kompensasi non
secara langsung maupun tidak langsung. 2) finansial (pekerjaan itu sendiri (seperti, pekerjaan
Lingkungan kerja non fisik, lingkungan kerja non yang menantang, pengakuan atas prestasi, dan
fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang menikmati melakukan pekerjaan tersebut) dan
berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan lingkungan kerja.
dengan atasan maupun hubungan dengan sesama Menurut Noe (2017:8) pelatihan mengacu
rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan. kepada upaya terencana yang dilakukan oleh
Sementara itu Wursanto (2005: 288) menyebut perusahaan untuk memfasilitasi pembelajaran,
lingkungan kerja non fisik sebagai lingkungan kerja kompetensi, pengetahuan, keterampila, dan perilaku
psikis yang didefinisikan sebagai sesuatu yang yang terkait dengan pekerjaan karyawan. Sementara
menyangkut segi psikis dari Dessler (2017:284) mendefinisikan pelatihan
lingkungan kerja, antara lain meliputi; 1) Adanya (training) sebagai proses untuk mengajarkan kepada
perasaan aman dari para pegawai dalam menjalankan karyawan baru atau karyawan yang ada,
tugasnya. 2) Adanya loyalitas yang bersifat dua keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk
dimensi (vertikal dan horizontal). melakukan pekerjaan mereka.
Loyalitas bersifat vertikal yaitu loyalitas Menurut Rivai (2014:173), dalam pelaksanaan
antara pimpinan dengan bawahan dan loyalitas antara pelatihan ada beberapa faktor yang berperan yaitu:
bawahan dengan pimpinan. Sedangkan loyalitas instruktur, peserta, materi (bahan), metode pelatihan,
bersifat horizontal yaitu loyalitas antara pegawai yang tujuan pelatihan dan lingkungan yang menunjang.
setingkat.3) Adanya perasaan puas dikalangan Indikator pelatihan karyawan menurut Isyandi
pegawai karena merasa kebutuhannya dapat (2017:83): Reaksi, yaitu penilaian terhadap
terpenuhi. Faktor-faktor yang memengaruhi pelaksanaan program pelatihan, pelajaran, yaitu
lingkungan kerja non fisik menurut Wursanto penilaian terhadap hasil belajar peserta yang
(2005:293)) yaitu: a) Pengawasan yang dilakukan mengikuti pelatihan, tingkah laku, yaitu penilaian
secara kontinyu dan ketat. b) Suasana kerja yang terhadap perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari
memberikan dorongan dan semangat kerja yang program pelatihan, hasil, yaitu penilaian terhadap
tinggi.c) Sistem pemberian imbalan /kompensasi d) hasil-hasil nyata di lapangan yang diperoleh dari
Perlakuan dengan baik, manusiawi, tidak disamakan program pelatihan, materi pelatihan karyawan,
dengan robot atau mesin, kesempatan untuk pelatih/instruktur pelatihan karyawan
mengembangkan karir semaksimal mungkin sesuai
denagn batas kemampuan masing-masing anggota METODOLOGI PENELITIAN
organisasie) Rasa aman dari para anggota organisasi f) Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang
Hubungan yang serasi yang bersifat informal dan menggambarkan secara sistematis, mengenai
kekeluargaan g) Para anggota organisasi mendapat hubungan dan pengaruh masing-masing variabel yang
perlakuan secara adil dan objektif. Menurut Wursanto diteliti, dan melakukan pengujian hipotesis. Dalam
(2005) indikator lingkungan kerja non fisik terdiri penelitian ini akan diuji apakah lingkungan kerja non
dari: Perasaan aman dari para pegawai, Loyalitas fisik, kompensasi, pelatihan karyawan dan kepuasan
Pegawai (loyalitas pimpinan dengan bawahan, kerja berpengaruh secara signifikan terhadap
loyalitas bawahan dengan pimpinan dan loyalitas Employee Engagement pada PT. Bank Tabungan
antara sesama karyawan setingkat) dan Kepuasan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Pekanbaru.
kerja karyawan. Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang
Menurut Dessler (2017) kompensasi berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki
karyawan (employee compensation) meliputi semua karakteristik yang serupa yang menjadi pusat
bentuk bayaran yang diberikan kepada karyawan dan perhatian seorang peneliti karena itu dipandang
timbul dari hubungan kerja mereka. Sementara itu, sebagai sebuah semesta penelitian.

4
(Ferdinand,2014:171). Populasi dalam penelitian ini Engagement
adalah karyawan pada PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk. Kantor Cabang Pekanbaru pada tahun Kompensasi >
2021 yang berjumlah sebanyak 136 orang. Sampel Employee 0,391 2.163 0,031 Diterima
Engagement
penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil
Pelatihan
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh Karyawan >
0,807 2,784 0,006 Diterima
populasi /harus betul-betul representative (Sugiyono, Employee
2019: 136). Menggunakan rumus Slovin, dapat Engagement
diketahui bahwa jumlah karyawan yang akan ijadikan Lingkungan Kerja
Non Fisik >
sampel penelitian adalah sebanyak 102 orang, dengan Kepuasan Kerja > 0,789 3,240 0,001 Diterima
menggunakan teknik pengambilan sampel Employee
Purposive Sampling. Engagement
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini Kompensasi >
Kepuasan Kerja >
ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Employee
0,223 2,256 0,025 Diterima
Data Primer adalah data yang langsung dikumpulkan Engagement
atau diperoleh dari sumber pertama yang diperoleh Pelatihan
melalui Kuesioner dan Wawancara. Data Sekunder Karyawan >
Kepuasan Kerja > 0,336 2,149 0,032 Diterima
adalah data primer yang telah diolah lebihlanjut, Employee
misalnya dalam bentuk tabel- tabel atau diagram - Engagement
diagram yang digunakan oleh peneliti untuk diproses Kepuasan Kerja >
lebih lanjut (Umar, 2014:42) Employee 0,662 2,302 0,022 Diterima
Engagement
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
yaitu dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang Lingkungan kerja non fisik berpengaruh terhadap
efisien. agar peneliti tahu dengan pasti variabel yang kepuasan kerja
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari Berdasarkan tabel 1. hasil pengujian hipotesis,
responden. Wawancara, yaitu dengan mengadakan diperoleh nilai path coefficients sebesar 0,250 dan
tanya jawab langsung dengan karyawan PT. Bank nilai thitung 2,332 dengan p-value 0,020. Hasil
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung 2,332 >
Pekanbaru mengenai lingkungan kerja non fisik, ttabel (1,98) atau p-value (0,020) < 0,05. Nilai path
kompensasi, pelatihan karyawan, kepuasan kerja dan coefficient yang positif menunjukkan bahwa
employee engagement. Lingkungan Kerja Non Fisik berpengaruh positif dan
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan signifikan terhadap kepuasan kerja. Ini berarti bahwa
SEM-Smart-PLS 3.0. Program Smart- semakin kondusif dan nyaman lingkungan kerja non
PLS digunakan karena model penelitian merupakan fisik yang ada pada Bank BTN Kantor Cabang
Structural Equation Model (SEM) konstruk ataupun Pekanbaru maka akan meningkatkan Kepuasan Kerja
indikator-indikator tidak saling berkorelasi dalam karyawan. Dengan demikian, hipotesis pertama
suatu model structural, atau disebut dengan PLS- penelitian ini diterima.
SEM. PLS-SEM dapat dilakukan tanpa landasan teori Lingkungan kerja non fisik merupakan
yang kuat, mengabaikan beberapa asumsi (non- konsep yang sangat penting bagi para karyawan
parametrik) dan parameter ketepatan model prediksi. untuk mendukung mereka dalam menyelesaikan suatu
PLS-SEM tepat digunakan untuk penelitian yang pekerjaanya dengan baik, sehingga tujuan organisasi
bertujuan mengembangkan teori (Ghozali dan Latan, dapat tercapai.
2015). Dengan lingkungan kerja non fisik yang
kondusif, mampu memberikan dorongan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN dukungan untuk mencapai kepuasan kerja karyawan.
Lingkungan kerja non fisik yang kondusif dapat
Tabel 1. Uji Hipotesis berpengaruh langsung terhadap karyawan dalam
Path T-
meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Sebaliknya
P- lingkungan kerja non fisik yang tidak memadai akan
Pengaruh Coeffi Statist Keputusan
Values
cients ics dapat menurunkan kepuasan kerja karyawan.
Lingkungan Kerja Menurut Robbins dan Judge (2015), lingkungan kerja
Non Fisik 0,250 2,332 0,020 Diterima
>Kepuasan Kerja
non fisik yang baik akan berdampak kepada
Kompensasi > berkurangnya tingkat stress maupun tingkat
0,218 2,031 0,043 Diterima
Kepuasan Kerja kejenuhan pada karyawan dalam bekerja, sehingga
Pelatihan dapat memberikan kepuasan kerja pada karyawan.
Karyawan > 0,535 6,663 0,000 Diterima
Menurut Kreitner dan Kinicki (2010), manajer dapat
Kepuasan Kerja
Lingkungan Kerja meningkatkan kepuasan kerja karyawan dengan
Non Fisik > 0,377 2,236 0,026 Diterima menciptakan lingkungan kerja non fisik untuk
Employee memperkuat nilai-nilai karyawan. Jadi terlihat jelas

5
bahwa lingkungan kerja non fisik yang baik dan Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil
nyaman akan mempengaruhi kepuasan kerja penelitian terdahulu dari Irawati dan Septerina (2018),
karyawan melalui indikator perasaan aman karyawan Supatmi, dkk. (2013), Yadewani dan Nasrul (2019).
dalam bekerja, kualitas hubungan dengan pimpinan yang meneliti tentang pengaruh kompensasi terhadap
dan antar rekan kerja yang baik, serta terpenuhinya kepuasan kerja. Hasil penelitiannya menunjukkan
kebutuhan karyawan. Dalam hal ini lingkungan kerja bahwa kompensasi finansial dan kompensasi non
non fisik diindikasikan memiliki pengaruh positif finansial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
terhadap kepuasan kerja karyawan. kepuasan kerja. Jika pemberian kompensasi baik,
Beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini, maka akan berdampak pada tingkat kepuasan kerja
yang dilakukan oleh Pangarso dan Ramadhyanti karyawan. Artinya, dengan meningkatnya kompensasi
(2015), Yusuf dan Wati (2020) tentang pengaruh finansial dan kompensasi non finansial maka
lingkungan kerja non fisik terhadap kepuasan kerja, kepuasan kerja juga akan meningkat.
menunjukkan hasil bahwa lingkungan kerja non fisik
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja Pengaruh Pelatihan karyawan terhadap kepuasan
pegawai. kerja
Gibson, et a.l dalam Indrasari (2017) Berdasarkan tabel 1. hasil pengujian
menyatakan bahwa imbalan atau kompensasi yang hipotesis, diperoleh nilai path coefficients sebesar
diterima karyawan, menentukan tingkat kepuasan 0,535 dan nilai thitung 6,663 dengan p-value 0,000.
kerja mereka. Menurut Kasmir (2015), kompensasi Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung 6,663
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, jika > ttabel (1,98) atau p-value (0,000) < 0,05. Nilai path
kompensasi meningkat maka kepuasan kerja coefficient yang positif menunjukkan bahwa pelatihan
karyawan juga akan meningkat sehingga karyawan karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
berusaha untuk bekerja sebaik-baiknya. Pernyataan kepuasan kerja. Ini berarti bahwa semakin banyak
tersebut sesuai dengan hasil penelitian terdahulu dari jumlah pelatihan yang berkualitas yang ada pada Bank
Irawati dan Septerina (2018), Supatmi, dkk. (2013), BTN Kantor Cabang Pekanbaru maka akan
Yadewani dan Nasrul (2019). yang meneliti tentang meningkatkan Kepuasan Kerja karyawan. Dengan
pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja. Hasil demikian, hipotesis ketiga penelitian ini diterima.
penelitiannya menunjukkan bahwa kompensasi Joyce (2012), menjelaskan bahwa pelatihan
finansial dan kompensasi non finansial berpengaruh karyawan merupakan faktor kunci yang menentukan
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Jika kepuasan kerja karyawan. Hal ini karena pelatihan
pemberian kompensasi baik, maka akan berdampak memiliki kecenderungan untuk mengurangi perbedaan
pada tingkat kepuasan kerja karyawan. Artinya, dalam tugas, meningkatkan tingkat keterampilan dan
dengan meningkatnya kompensasi finansial dan meningkatkan tingkat motivasi karyawan. Karyawan
kompensasi non finansial maka kepuasan kerja juga yang puas lebih berkomitmen pada organisasi dan
akan meningkat. secara langsung membawa hasil yang positif pada
kinerja pekerjaan.
Pengaruh Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja Menurut Mondy (2018), manfaat strategik
Kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan yang dapat diperoleh dari pelatihan dan
kerja Berdasarkan tabel 1. hasil pengujian hipotesis, pengembangan karyawan adalah mencakup kepuasan
diperoleh nilai path coefficients sebesar 0,218 dan kerja karyawan, meningkatkan semangat, tingkat
nilai thitung 2,031 dengan p-value 0,043. Hasil retensi yang lebih tinggi, turnover yang lebih rendah,
tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung 2,031 > hasil akhir yan lebih baik dan kepuasan pelanggan.
ttabel (1,98) atau p-value (0,043) < 0,05. Nilai path Teori tersebut sejalan dengan penelitian
coefficient yang positif menunjukkan bahwa terdahulu yang dilakukan oleh Supatmi, dkk. (2013),
Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan Yadewani dan Nasrul (2019). Hasil penelitiannya
terhadap kepuasan kerja. Ini berarti bahwa semakin menunjukkan bahwa pelatihan karyawan berpengaruh
baik dan kompetitif sistem kompensasi yang ada pada positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja
Bank. BTN Kantor Cabang Pekanbaru maka akan karyawan. Artinya semakin tinggi persepsi positif
meningkatkan Kepuasan Kerja pada karyawan. karyawan terhadap pelatihan yang diikuti, maka akan
Dengan demikian, hipotesis kedua penelitian ini semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawan.
diterima.
Gibson, et a.l dalam Indrasari (2017) Pengaruh Lingkungan kerja non fisik terhadap
menyatakan bahwa imbalan atau kompensasi yang employee engagement
diterima karyawan, menentukan tingkat kepuasan Berdasarkan tabel 1. hasil pengujian
kerja mereka. hipotesis, diperoleh nilai path coefficients sebesar
Menurut Kasmir (2015), kompensasi 0,377 dan nilai thitung 2,236 dengan p-value 0,026.
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan, jika Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung 2,236
kompensasi meningkat maka kepuasan kerja > ttabel (1,98) atau p-value (0,026) < 0,05. Nilai path
karyawan juga akan meningkat sehingga karyawan coefficient yang positif menunjukkan bahwa
berusaha untuk bekerja sebaik-baiknya. lingkungan kerja non fisik berpengaruh positif dan

6
signifikan terhadap employee engagement. Ini berarti employee engagement adalah skill base pay (gaji
bahwa semakin kondusif dan nyaman lingkungan untuk skill dan kompetensi), short term incentives
kerja non fisik yang ada pada Bank BTN Kantor (pembagian saham tergantung kinerja perusahaan),
Cabang Pekanbaru maka akan memperkuat employee benefits (asuransi kesehatan, cuti yang dibayar dan
engagement pada karyawan terhadap perusahaan. manfaat pensiun).
Dengan demikian, hipotesis keempat penelitian ini Dow Scott dan Tom Mc. Mullen (2010)
diterima. positif dan signifikan terhadap employee menemukan bahwa struktur, program dan kebijakan
engagement. total rewards sangat berpengaruh terhadap employee
Menurut Anitha (2014), lingkungan kerja engagement.
yang baik dan menyenangkan, akan meningkatkan Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian
motivasi kerja karyawan dan tingkat keterikatannya terdahulu yang dilakukan oleh Indriyani dan
terhadap pekerjaan. Heruwarsito (2017), Dewi, D.I. (2012), dimana hasil
Naidoo dan Martins (2010), menyatakan penelitiannya menunjukkan bahwa kompensasi
bahwa suasana pekerjaan yang penuh dengan berpengaruh positif dan signifikan terhadap employee
persaingan yang sehat dan saling menghargai engagement.
(lingkungan kerja non fisik), akan meningkatkan
keterikatan karyawan (employee engagement) pada Pengaruh Pelatihan karyawan terhadap employee
perusahaan. Dimana semangat kerja karyawan engagement
menjadi meningkat (vigor), bersedia memberikan Berdasarkan tabel 1. hasil pengujian
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya demi hipotesis, diperoleh nilai path coefficients sebesar
mencapai target yang telah ditetapkan (dedikasi), 0,807 dan nilai thitung 2,784 dengan p-value 0,006.
karyawan menjadi sulit melepaskan diri dari Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung 2,784
pekerjaaannya (absorption), serta tetap bertahan di > ttabel (1,98) atau p-value (0,006) < 0,05. Nilai path
perusahaan meskipun ada kesempatan mendapatkan coefficient yang positif menunjukkan bahwa pelatihan
pekerjaan yang sama dari perusahaan lain. karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Jenkins dan Delbridge dalam Armstrong employee engagement. Artinya, bahwa semakin
(2014) menjelaskan bahwa kondisi lingkungan kerja banyak kesempatan mengikuti pelatihan yang
yang positif dan adanya hubungan yang baik antara berkualitas bagi karyawan Bank BTN Kantor Cabang
pimpinan dengan karyawan, dapat meningkatkan Pekanbaru maka akan meningkatkan employee
employee engagement engagement. Dengan demikian, hipotesis keenam
Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian penelitian ini diterima.
terdahulu yang dilakukan oleh Kamanja et al. (2019) Pelatihan dapat meningkatkan employee
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa engagement, dengan sikap positif, mengembangkan
lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik keadaan pikiran yang berhubungan dengan pekerjaan,
berpengaruh positif dan signifikan terhadap employee yang ditandai dengan semangat, dedikasi dan
engagement. penyerapan.
Azeem, et al (2013) menjelaskan bahwa
Pengaruh Kompensasi terhadap employee peningkatan keterampilan dan pengetahuan baru pada
engagement akhirnya akan diterapkan oleh karyawan kedalam
Berdasarkan tabel 1. hasil pengujian pekerjaan mereka untuk meningkatkan employee
hipotesis, diperoleh nilai path coefficients sebesar engagement. Lebih lanjut dia menyatakan bahwa
0,391 dan nilai thitung 2,163 dengan p-value 0,031. pelatihan jika ditangani dengan baik, dapat
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung 2,163 berpengaruh secara signifikan pada employee
> t tabel (1,98) atau p-value (0,031) < 0,05. Nilai path engagement dan kesejahteraan organisasi.
coefficient yang positif menunjukkan bahwa Melalui pelatihan, karyawan akan
kompensasi berpengaruh positif dan signifikan mendapatkan pengetahuan baru dan peningkatan
terhadap employee engagement. Ini berarti bahwa keterampilan sehingga membuat karyawan menjadi
semakin baik dan kompetitif sistem kompensasi yang lebih percaya diri dan lebih bersemangat dalam
ada pada Bank BTN Kantor Cabang Pekanbaru maka bekerja (vigor), bersedia menerapkan pengetahuan
akan mampu meningkatkan employee engagement. dan keterampilan yang dimilikinya dalam bekerja,
Dengan demikian, hipotesis kelima penelitian ini demi mencapai tujuan organisasi (dedikasi), dengan
diterima. pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari pelatihan, dapat membantu karyawan dalam
Ferdiansyah (2018), bahwa peningkatan employee menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, karyawan
engagement dapat dikembangkan melalui pemberian menjadi asyik dalam bekerja dan sulit melepaskan diri
kompensasi terhadap karyawan yang dapat membuat dari pekerjaaannya, sehingga karyawan tetap
karyawan merasa nyaman, puas dan menghasilkan bertahan di perusahaan (absorption).
kinerja terbaiknya untuk perusahaan. Manuel (2014) menemukan adanya
Ledford (2010) menyebutkan bahwa bentuk hubungan yang kuat antara pelatihan karyawan dan
kompensasi yang berpengaruh untuk meningkatkan employee engagement, karena melalui pelatihan,

7
karyawan merasa dihargai dan merasa pentingnya pendorong untuk meningkatkan employee
mereka bagi organisasi. engagement.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Dengan demikian, variabel kepuasan kerja
yang dilakukan oleh Lai, P.Y. et.al (2015), Dayona diperlukan sebagai variabel intervening untuk
dan Rinawati (2016), Azeem, et al. (2013) yang meningkatkan employee engagement melalui
menunjukkan hasil bahwa pelatihan berpengaruh pemberian kompensasi yang kompetitif. Hal ini juga
positif dan signifikan terhadap employee engagement. sejalan dengan penelitian dari Frederick Herzberg
yang dikenal dengan Herzberg’s Theory, bahwa
Pengaruh Lingkungan kerja non fisik terhadap kompensasi/remunerasi tergolong ke dalam salah satu
employee engagement melalui kepuasan kerja faktor yang menyebabkan ketidakpuasan karyawan
Berdasarkan tabel 1 hasil pengujian dalam bekerja (hygiene factors). Sehingga,
hipotesis, diperoleh nilai path coefficients sebesar perusahaan perlu untuk menyediakan sistem
0,789 dan nilai thitung 3,240 dengan p-value 0,001. kompensasi yang kompetitif agar ketidakpuasan
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung 3, karyawan dalam kerja bisa dihilangkan dan berganti
240 > ttabel (1,98) atau p-value (0,001) < 0,05. Nilai menjadi puas dibarengi dengan penguatan berbagai
path coefficient yang positif menunjukkan bahwa faktor lainnya.
lingkungan kerja non fisik berpengaruh positif dan Sejalan dengan penelitian dari Lestari (2018)
signifikan terhadap employee engagement melalui dengan judul penelitian: Pengaruh Kompensasi
kepuasan kerja. Ini berarti bahwa semakin baik, Terhadap Employee engagement Dimediasi oleh
kondusif dan nyaman lingkungan kerja non fisik yang Kepuasan Kerja Pada Karyawan PT. XYZ. Hasilnya
ada pada Bank BTN Kantor Cabang Pekanbaru, maka membuktikan bahwa kompensasi non finansial
akan meningkatkan kepuasan kerja dan employee mampu berpengaruh terhadap employee engagement
engagement. Dengan demikian, hipotesis ketujuh dengan menggunakan variabel kepuasan kerja sebagai
penelitian ini diterima. variabel intervening. Artinya variabel kepuasan kerja
Menurut Robbins dan Judge (2011:10) berhasil memediasi pengaruh kompensasi terhadap
bahwa kepuasan kerja dapat dipengaruhi oleh employee engagement.
lingkungan kerja khususnya lingkungan kerja non
fisik yang menyebabkan karyawan dapat merasa Pengaruh Pelatihan karyawan terhadap employee
semangat (vigor) dan puas dalam melaksanakan tugas engagement melalui kepuasan kerja
yang dibebankan. Lingkungan kerja non fisik yang Berdasarkan tabel 1 hasil pengujian
tepat sasaran akan membuat karyawan puas dan hipotesis, diperoleh nilai path coefficients sebesar
merasa memiliki atau terikat dengan pekerjaannya. 0,336 dan nilai thitung 2,149 dengan p-value 0,032.
Dengan demikian lingkungan kerja non fisik dapat Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung 2,149
berpengaruh terhadap employee engagement melalui > ttabel (1,98) atau p-value (0, 032) < 0,05. Nilai path
kepuasan kerja karyawan. coefficient yang positif menunjukkan bahwa pelatihan
Teori tersebut sesuai dengan penelitian yang karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
dilakukan oleh Kamanja et al. (2019) menunjukkan employee engagement melalui kepuasan kerja. Ini
hasil yang sama, dimana lingkungan kerja non fisik berarti bahwa semakin banyak peluang karyawan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap employee mengikuti pelatihan yang berkualitas pada Bank BTN
engagement. Kantor Cabang Pekanbaru, maka akan membuat
karyawan merasa puas dan mampu memperkuat
Pengaruh Kompensasi terhadap employee employee engagement terhadap perusahaan. Dengan
engagement melalui kepuasan kerja demikian, hipotesis kesembilan penelitian ini
Berdasarkan tabel 4.16 hasil pengujian diterima.
hipotesis, diperoleh nilai path coefficients sebesar Para karyawan memerlukan pelatihan yang
0,223 dan nilai thitung 2,256 dengan p-value 0,025. berkualitas, yaitu pelatihan yang ditangani dengan
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung 2,256 baik yang didesain sesuai dengan kebutuhan
> ttabel (1,98) atau p-value (0,025) < 0,05. Nilai path karyawan yang berkaitan dengan peningkatan
coefficient yang positif menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan karyawan dan berfokus
kompensasi berpengaruh positif dan signifikan pada perilaku karyawan secara luas untuk
terhadap employee engagement melalui kepuasan meningkatkan kinerja saat ini dan masa depan.
kerja. Ini berarti bahwa semakin baik sistem Pelatihan hard skill yang dibutuhkan oleh karyawan
kompensasi yang ada pada Bank BTN Kantor Cabang antara lain adalah; ; Risk management (Manajemen
Pekanbaru, akan meningkatkan kepuasan kerja Risiko Operasional Bank, Deteksi Dini Fraud Kredit
karyawan dan employee engagement terhadap Korporasi, dan lain-lain); Credit Analysis (Analisis
perusahaan. Dengan demikian, hipotesis kedelapan Laporan Keuangan untuk Kredit, Trade Finance for
penelitian ini diterima. Account Officer dan Analisis Kredit Korporasi
Menurut Robinson et al. dalam Robertson Strategis); Audit dan Legal (Training Legal Audit for
(2009), bahwa kepuasan keja yang diperoleh melalui Bank dan Training Correspondent Bank)
pemberian gaji dan penghargaan, dapat menjadi

8
dan; Accounting dan Finance ( Training Akuntansi Robinson, et al. dalam Robertson (2009)
Perbankan). menjelaskan bahwa kepuasan kerja dan perasaan
Pelatihan soft skill juga harus ada di sistem dihargai pada karyawan merupakan pendorong terkuat
pelatihan dan pengembangan karyawan, yang terdiri dari employee engagement. Teori ini menjelaskan
dari antara lain: pelatihan keahlian manajerial dan bahwa dengan meningkatkan kepuasan kerja pada
kepemimpinan (managerial & leadership skill) untuk karyawan maka akan meningkatkan employee
kader-kader pemimpin; communication skill, problem engagement.
solving & decision making; pelatihan kerjasama tim Sejalan dengan penelitian terdahulu yang
(teamwork); time management, dan sebagainya. dilakukan oleh Arianti dkk. (2019) tentang pengaruh
Dengan demikian semakin banyak karyawan yang kepuasan kerja terhadap employee engagement,
diberikan pelatihan, baik pelatihan hard skill maupun menunjukkan hasil bahwa variabel kepuasan kerja
soft skill maka semakin meningkatkan pada pekerjaan, kepuasan kerja pada gaji, dan
keterampilannya dalam bekerja sehingga akan kepuasan kerja pada rekan kerja, berpengaruh positif
meningkatkan kepuasan kerja karyawan dan pada terhadap employee engagement
akhirnya akan meningkatkan keterikatan karyawan
/employee engagement (Azeem, et al. 2013). KESIMPULAN
Cooper dalam Afroz (2018), menyatakan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
bahwa pelatihan yang diberikan kepada karyawan dilakukan melalui tahap pengumpulan data,
dapat membuat karyawan merasa puas, menjadi lebih pengolahan data dan analisis data mengenai analisis
terikat (engaged), dan termotivasi untuk bekerja. secara keseluruhan. Pada penelitian ini dapat
Dengan demikian terdapat hubungan yang sangat kuat disimpulkan bahwa:
dan positif antara pelatihan karyawan terhadap 1. Lingkungan kerja non fisik berpengaruh positif
employee engagement melalui kepuasan kerja. dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan
Pada penelitian terdahulu tentang pengaruh pada PT.Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
pelatihan karyawan terhadap employee engagement Kantor Cabang Pekanbaru. Lingkungan kerja non
dilakukan oleh Lai, P.Y. et.al (2015), Dayona dan fisik yang meliputi perasaan aman karyawan dari
Rinawati (2016), Azeem, et al. (2013) menunjukkan kejadian Pemutusan Hubungan Kerja sewenang-
hasil bahwa pelatihan berpengaruh positif dan wenang/tidak adil, kualitas komunikasi dan
signifikan terhadap employee engagement. hubungan para karyawan dengan pimpinan, tidak
Mengingat karena faktor kepuasan kerja baik. Hal ini menyebabkan tingkat kepuasan kerja
selalu muncul sebagai akibat yang harus dipenuhi karyawan terkait lingkungan kerja non fisik
oleh manajemen, maka melalui pelaksanaan pelatihan tergolong tidak baik. Dengan demikian,
karyawan yang ditangani dengan baik, dapat manajemen perusahaan harus memperbaiki
memberikan kepuasan kerja pada karyawan yang pada beberapa indikator kepuasan kerja terkait
akhirnya akan meningkatkan employee engagement. lingkungan kerja non fisik tersebut. karena hasil
penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kerja
Pengaruh Kepuasan kerja terhadap employee non fisik berpengaruh positif dan signifikan
engagement terhadap kepuasan kerja. Kompensasi berpengaruh
Berdasarkan tabel 1 hasil pengujian positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Ini
hipotesis, diperoleh nilai path coefficients sebesar berarti bahwa semakin baik dan menarik
0,662 dan nilai thitung 2,302 dengan p-value 0,022. kompensasi yang ada pada PT. Bank Tabungan
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung 2,302 Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Pekanbaru,
> ttabel (1,98) atau p-value (0,022) < 0,05. Nilai path maka akan meningkatkan Kepuasan Kerja pada
coefficient yang positif menunjukkan bahwa kepuasan karyawan.
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap 2. Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan
employee engagement. Ini berarti bahwa semakin terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Bank
tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan yang ada pada Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang
Bank BTN Kantor Cabang Pekanbaru, maka akan Pekanbaru. Semakin baik dan kompetitif
meningkatkan employee engagement. Dengan kompensasi yang diterima karyawan maka akan
demikian, hipotesis kesepuluh. penelitian ini diterima. meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Beberapa
Menurut Locke dalam Armstrong
indikator kompensasi dinilai hanya cukup baik
(2014:196), kepuasan kerja sebagai keadaan
dan tidak baik oleh karyawan. Karyawan menilai
emosional yang menyenangkan atau positif yang
dihasilkan dari penilaian pekerjaan dan pengalaman besaran bonus atau imbalan tidak sebanding
kerja seseorang. Karyawan yang terikat (engaged) dengan waktu kerja yang dihabiskan untuk
lebih mungkin merasa puas daripada tidak puas lembur; tunjangan/fasilitas yang diterima seperti
dengan pekerjaan mereka. tunjangan jabatan, tunjangan kesehatan, dan
Teori dari Garg et al. (2018) menyatakan sebagainya; serta pekerjaan yang kurang
bahwa kepuasan kerja mempunyai hubungan yang menantang dan kurang memacu semangat kerja
positif dengan employee engagement.

9
untuk menyelesaikannya.. Secara keseluruhan kompensasi yang diberikan hanya tergolong
tingkat kepuasan kerja karyawan PT.Bank cukup baik.
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Karyawan menilai besaran bonus atau imbalan
Pekanbaru terkait kompensasi hanya dinilai cukup tidak sebanding dengan waktu kerj lembur;
baik. Perbaikan beberapa indikator kompensasi tunjangan/fasilitas yang diterima seperti tunjangan
yang tergolong tidak baik dan cukup baik harus jabatan, dan, tunjangan kesehatan, dan sebagainya
dilakukan karena hasil penelitian ini menunjukkan kurang kompetitif; pekerjaan yang dilakukan
bahwa kompensasi berpengaruh positif dan kurang menantang dan memacu semangat kerja
untuk menyelesaikannya. Hal ini menyebabkan
signifikan terhadap kepuasan kerja.
employee engagement PT.Bank Tabungan Negara
3. Pelatihan karyawan berpengaruh positif dan (Persero) Tbk. Kantor Cabang Pekanbaru hanya
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada dinilai cukup baik. Perbaikan beberapa indikator
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor kompensasi yang tergolong tidak baik dan cukup
Cabang Pekanbaru. Pelatihan karyawan, yang baik harus dilakukan karena hasil penelitian ini
meliputi kesempatan karyawan untuk mengikuti menunjukkan bahwa kompensasi berpengaruh
program pembelajaran dan pengembangan positif dan signifikan terhadap employee
pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku engagement.
hanya tergolong cukup baik. Kesempatan 6. Pelatihan karyawan berpengaruh positif dan
karyawan untuk mengikuti pelatihan terbatas. signifikan terhadap employee engagement pada
Salah satu indikator pelatihan yang dinilai tidak PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor
baik adalah program pelatihan yang diberikan Cabang Pekanbaru. Pada program pelatihan
kurang berkorelasi langsung terhadap pelaksanaan karyawan, kesempatan karyawan untuk mengikuti
program pembelajaran dan pengembangan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada
pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku
karyawan. Pelaksanaan pelatihan tidak didasarkan yang membantu mereka dalam melaksanakan
kepada analisa kebutuhan pelatihan (training need tugas, terbatas. Pelaksanaan pelatihan tidak
analysis) yang komprehensif. Makin banyak didasarkan kepada analisa kebutuhan pelatihan
kesempatan bagi karyawan untuk mengikuti (training need analysis) yang komprehensif.
program pelatihan yang tepat akan meningkatkan Semakin banyaknya kesempatan karyawan untuk
kepuasan kerja karena penelitian ini menunjukkan mengikuti program pelatihan yang tepat akan
bahwa pelatihan berpengaruh positif dan meningkatkan employee engagement karena
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan
4. Lingkungan kerja non fisik berpengaruh positif berpengaruh positif dan signifikan terhadap
dan signifikan terhadap employee engagement employee engagement.
pada PT.Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 7. Lingkungan kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap employee engagement melalui
Kantor Cabang Pekanbaru. Lingkungan kerja non
kepuasan kerja PT. Bank Tabungan Negara
fisik dari hasil jawaban responden dinilai tidak
(Persero) Tbk. Kantor Cabang Pekanbaru.
baik. Karyawan merasa lingkungan kerja non Semakin baik lingkungan kerja non fisik, seperti
fisik, seperti perasaan tidak aman dari kejadian indikator perasaan aman dan lingkungan kerja
Pemutusan Hubungan Kerja sewenang- yang kondusif, maka semakin tinggi tingkat
wenang/tidak adil serta kualitas komunikasi dan kepuasan kerja dan employee engagement.
hubungan para karyawan dengan pimpinan 8. Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan
tergolong tidak baik. Hal ini menyebabkan terhadap employee engagement melalui kepuasan
employee engagement pada PT.Bank Tabungan kerja pada PT. Bank Tabungan Negara
Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Pekanbaru (Persero) Tbk. Kantor Cabang Pekanbaru.
tidak baik. Perbaikan lingkungan kerja non fisik Semakin baik dan kompetitif kompensasi yang
sangat diperlukan karena hasil penelitian diterima karyawan, termasuk besaran imbalan
menunjukkan bahwa lingkungan kerja non fisik terkait waktu kerja dan pemberian
tunjangan/fasilitas yang menarik, akan membuat
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
karyawan merasa puas dan dapat meningkatkan
employee engagement. employee engagement.
5. Kompensasi berpengaruh positif dan signifikan 9. Pelatihan karyawan berpengaruh positif dan
terhadap employee engagement pada PT. Bank signifikan terhadap employee engagement melalui
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang kepuasan kerja pada PT. Bank Tabungan Negara
Pekanbaru. Semakin baik dan kompetitif (Persero) Tbk. Kantor Cabang Pekanbaru.
kompensasi yang diterima karyawan, maka akan Semakin banyak jumlah pelatihan yang ditangani
meningkatkan employee engagement. Dari hasil dengan tepat, yang dapat dikuti oleh karyawan,
tanggapan responden, karyawan menilai. maka dapat meningkatkan kepercayan diri pada

10
karyawan, membuat karyawan merasa puas dan perlu dilakukan. Pertama, menyusun ulang dan
pada akhirnya dapat meningkatkan employee menerapkan kebijakan terkait insentif lembur yang
engagement. lebih adil sesuai dengan lama waktu kerja lembur
10. Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan para karyawan. Tujuannya agar karyawan yang
terhadap employee engagement pada PT. Bank harus lembur termotivasi untuk melaksanakan
Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang pekerjaannya dengan adanya insentif lembur yang
Pekanbaru. Semakin tinggi tingkat kepuasan kerja lebih adil. Kedua, menyempurnakan dan
karyawan, maka semakin tinggi pula tingkat melengkapi tunjangan dan fasilitas bagi karyawan
employee engagement. Perbaikan tingkat yang lebih kompetitif (sesuai dengan kebijakan
kepuasan kerja karyawan secara menyeluruh, bank pemerintah lainnya), seperti tunjangan
seperti memberikan pekerjaan/tugas yang lebih jabatan, kesehatan, fasilitas rumah dan mobil, dan
menantang, menyempurnakan sistem kompensasi, sebagainya. Ketiga, memberikan tugas dan target
dan memberi kesempatan lebih banyak bagi yang lebih menantang kepada karyawan, agar
karyawan untuk bisa mengikuti program pelatihan mereka tertantang untuk bekerja lebih baik.
yang tepat, dapat meningkatkan kepuasan kerja Misalnya, pemberian target kinerja yang lebih
dan employee engagement pada perusahaan. tinggi, penugasan khusus seperti mengikutsertakan
beberapa karyawan potensial dalam proyek-
SARAN proyek khusus, maupun pembentukan cross
Menindaklanjuti kesimpulan dalam penelitian functional team (tim kerja lintas fungsi) untuk
ini, maka dapat dikemukakan beberapa rekomendasi melaksanakan inisiatif strategis baru. Keempat,
sekaligus saran-saran sebagai berikut: memberikan insentif kinerja dan penghargaan
1. PT.Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor kepada karyawan sesuai dengan pencapaian target
Cabang Pekanbaru harus memperbaiki kondisi kinerja mereka.
lingkungan kerja non fisik yang dinilai oleh 3. Upaya PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
karyawan tidak baik, untuk meningkatkan Kantor Cabang Pekanbaru untuk meningkatkan
kepuasan kerja karyawan dan employee kepuasan kerja dan employee engagement bisa
engagement dapat dilakukan secara konsisten dilakukan dengan beberapa langkah berikut.
melalui beberapa langkah; Pertama, tidak Pertama, melakukan analisa kebutuhan pelatihan
melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang komprehensif sehingga diperoleh pelatihan
secara sewenang-wenang/tidak adil. Bila ada apa saja yang dibutuhkan oleh perusahaan, unit
karyawan yang telah melakukan pelanggaran, kerja maupun individu karyawan. Sehingga
maka prosedur pemberian Surat Peringatan (SP) pelatihan yang dilaksanakan perusahaan benar-
harus dijalankan, mulai dari SP-1, SP-2, dan SP-3 benar membantu karyawan melaksanakan
secara benar Kedua, memperbaiki intensitas dan tugasnya dengan baik pada jabatannya sekarang
kualitas komunikasi antara pimpinan dan maupun tanggung jawab dan karirnya di masa
karyawan dengan sering mengadakan rapat, depan. Kedua, pelatihan yang diberikan tidak
pengarahan, diskusi, tukar pendapat, sesi berbagi hanya terfokus pada kompetensi teknis (hard
(sharing session), dan kegiatan kebersamaan competency) yang berkaitan dengan jabatan-
seperti olahraga bersama, menyelenggarakan jabatan di perbankan (seperti kredit, pendanaan,
kegiatan outbound dan family gathering. audit, dan operasional), tetapi juga berupa
Tujuannya agar pesan yang ingin disampaikan pelatihan perilaku (soft competency) yang
oleh pimpinan dipahami dengan baik oleh dibutuhkan oleh karyawan bank untuk meraih
karyawan, masukan, ide, dan aspirasi karyawan kinerja tinggi, seperti hasrat berprestasi
didengarkan dan ditindaklanjuti oleh pimpinan, (achievement orientation), pelayanan pelanggan,
dan pimpinan bekerjasama dengan karyawan kerjasama tim, pemecahan masalah dan
untuk mewujudkan tujuan, sasaran strategis dan pengambilan keputusan, dan sebagainya. Ketiga,
target kinerja perusahaan. Ketiga, pimpinan selalu meningkatkan kesempatan karyawan untuk
memberikan dukungan dan motivasi kepada mengikuti pelatihan yang tepat. Semakin banyak
karyawan dalam melaksanakan tugas-tugas yang jumlah pelatihan yang dikuti oleh karyawan dapat
diberikan serta mengatasi masalah yang dihadapi meningkatkan kepercayaan diri pada karyawan,
karyawan bila diperlukan. Pimpinan harus membuat karyawan merasa puas dan termotivasi
memberikan instruksi tugas yang jelas, lengkap sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja
dengan target kinerja, dan memantau pelaksanaan karyawan dan employee engagement.
tugas karyawan serta memberikan umpan balik 4. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah agar peneliti
(feedback) yang tepat. selanjutnya dapat menemukan faktor-faktor lain
2. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor yang dapat mempengaruhi employee engagement,
Cabang Pekanbaru masih menghadapi masalah dapat menambah jumlah sampel penelitian agar
kepuasan kerja dan employee engagement yang lebih representatif pada populasi yang heterogen,
belum baik terkait kompensasi. Untuk menggunakan teknik pengambilan sampel yang
memperbaikinya, ada beberapa langkah yang berbeda dengan penelitian ini, serta dapat

11
menentukan karakteristik sampel yang lebih Society. 1 (2): 36-43.
spesifik seperti berdasarkan jabatan, usia, masa Noe, Raymond, A. 2017. Employee Training and
kerja dan tingkat pendidikan. Development. Seventh Edition. New York:
McGraw-Hill Education.
Rivai, Veithzal dkk. 2014. Manajemen Sumber Daya
DAFTAR PUSTAKA Manusia untuk Perusahaan (Dari Teori ke
Praktik), Edisi ke Ketiga. Jakarta: PT.
Afros, Nushrat, N. 2018. Effect of Training on RajaGrafindo Persada.
Employee Performance – A Study on Banking Robbins, Stephen dan Judge. 2015. Perilaku
Sector, Tangail Bangladesh. Global Journal of Organisasi. Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat.
Economics and Business. 4 (1) :111-124. Robertson, G. et al. 2009. Employee engagement A
Anitha, J. 2014 Determinants Of Employee review of current thingking. Institute for
Engagement And Their Impact on Employee Employment Studies (IES). University of
Performance. International Journal of Sussex Campus. Brighton, UK.
Productivity And Performance Management. Scott, Dow and Mc Mullen, Tom,.2010. The Impact
Emerald Group Publishing. 63 (3): 308-323. Of rewards program on Employee Engagement,
Armstrong, M. and Stephen Taylor. 2014. A Paper from World at work, Hay Group.
Amstrong’s Handbook Of Human Resource Schaufeli, W.B. et al. 2010. Work Engagement: A
Management Practice. 13th Edition. London: Handbook of Essensial Theory and Research.
Kogan Page. Psychology Press. Hove, NY.
Dessler, Gary. 2017. Manajemen Sumber Daya Sugiyono. 2019. Metode Penelitian & Pengembangan.
Manusia. Edisi 14. Jakarta: PT. Salemba Bandung: Alfabeta
Empat. Wibowo. 2017. Manajemen Kinerja, Edisi Kelima.
Ferdinand, A. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Edisi Kelima. Semarang: Universitas Wursanto, Ig. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi.
Diponegoro. Edisi dua. Yogyakarta: Andi.
Ghozali, I dan Latan, H. 2015. Partial Least Squares:
Konsep, Teknik dan Aplikasi menggunakan
Program SmartPLS 3.0. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Hendri, Edduar. 2012. Pengaruh Lingkungan Kerja
Fisik dan Non Fisik Terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan Pada PT. Asuransi Wahana Tata
Cabang Palembang. Jurnal Media Wahana
Ekonomika. 9 (3):1-16
Indrasari, Meithiana. 2017. Kepuasan Kerja dan
Kinerja Karyawan. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka.
Isyandi. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam Perspektif Global, Ed.1. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Kreitner, R & Kinicki, A. 2010. Organizational
Behavior. Ninth Edition. New York: McGraw-
Hill/Irwin.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2017. Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Markos, S. dan Sridevi, M.S. 2010. Employee
Engagement: The Key to Improving
Performance. International Journal of Business
and Management 5 (12): 89-96.
Mondy R. Wayne. 2018. Human Resource
Management, Tenth Edition. Manajemen
Sumber Daya Manusia, Jilid 2, Edisi 10. Alih
Bahasa: Bayu Airlangga. Erlangga
Munandar, Ashar Sunyoto. 2011. Psikologi Industri
dan Organisaasi. Jakarta: UI Press.
Noah, Y dan Steve, M. 2012.Work Environment and
Job Attitude Among Employees in A Nigerian
Work Organization. Journal of Sustainable

12

Anda mungkin juga menyukai