Anda di halaman 1dari 2

Brexit atau British Exit adalah kejadian dimana Inggris memutuskan untuk keluar dari

Uni Eropa. Keputusan ini diambil ketika dilakukan pengambilan suara atau refendum pada
2016 lalu dari masyarakat mengenai apakah Inggris harus keluar dari Uni Eropa. 52% suara
memilih Inggris untuk keluar dari EU, sedangkan 48% memilih Inggris tetap menjadi
anggota EU. Keinginan Inggris untuk keluar dari EU, diperkuat lagi dengan pasal 50 pada
Perjanjian Lisbon atau Perjanjian Uni Eropa yang memperbolehkan negara anggota menarik
diri dari Uni Eropa. Pasal 50 berbunyi “Any member state may decide to withdraw from the
Union in accordance with its own constitutional requirements”.

Setelah proses voting tersebut, negosiasi pun dilaksanakan antara Inggris dan negara –
negara anggota Uni Eropa lainnya. Diskusi yang dikenal dengan nama Withdrawal
Aggrement ini membahas tentang bagaimana Inggris akan keluar. Poin – poin yang terdapat
dalam perjanjian tersebut adalah:

1. Jumlah uang yang harus dibayarkan Inggris kepada Uni Eropa untuk memutuskan
kemitraan yaitu sebesar 39 miliar euro.
2. Melindungi hak – hak kerja dan tempat tinggal warga negara Inggris yang tinggal di
tempat lain di EU dan warga negara Uni Eropa yang tinggal di Inggris hingga akhir
periode implementasi Brexit pada 31 Desember 2020.
3. Usulan untuk memperkenalkan metode baru guna menghindari kembalinya
perbatasan fisik antara Irlandia Utara (bagian dari Inggris) dan Republik Irlandi
(negara anggota EU).
4. Masa transisi dalam kesepakatan perdagangan dengan memberi waktu kepada
pengusaha dan perusahaan untuk menyesuaikan.

Keputusan ini sudah disetujui oleh Inggris dan Uni Eropa pada tahun 2018 kemarin, namun
belum mendapat persetujuan dari anggota parlemen

Anggota Parlemen sebenarnya telah menolak ide Inggris keluar dari Uni Eropa
sebanyak tiga kali. Penolakan pertama terjadi pada 15 Januari 2019, ketika 432 suara
menolak dan 202 suara menerima. Kemudian, pada tanggal 12 Maret anggota parlemen
menolak lagi walaupun PM Inggris, Theresa May pada saat itu sudah mendapat jaminan
hukum lebih lanjut dari Uni Eropa. Dan pada 29 Maret, hari ketika Inggris seharusnya keluar
dari Uni Eropa, anggota parlemen menolak kembali. Penolakan dari anggota parlemen ini
yang mengakibatkan PM Inggris harus melakukan penundaan Brexit hingga tanggal 31
Oktober. Namun kini, Theresa May telah digantikan oleh Boris Johnson sebagai PM Inggris
yang baru. (BBC, 2019)

Anda mungkin juga menyukai