Kehendak besar untuk maju dan ekonomi tumbuh berkelanjutan sukar diraih tanpa
OlehSUWIDI TONO
2 Maret 2020·6 menit baca
TEKS
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Sejak Deklarasi Djuanda 1957, Indonesia telah meneguhkan dan dapat pengakuan
Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982. Verifikasi United Nations
99.093 kilometer persegi, luas daratan 2,012 juta kilometer persegi, luas lautan 5,80
juta kilometer persegi di mana 2,7 juta kilometer persegi di antaranya termasuk
kepulauan dengan karakteristik wilayah lautan lebih luas daripada daratan dan di
kesatuan geografis dan sosial budaya. Bahkan tak ada satu pun UU atau peraturan
Pembangunan bias daratan hendak dikoreksi lewat kebijakan poros maritim, tol laut,
dan membangun dari pinggiran. Pendekatan ini tak cukup berdaya guna tanpa
distribusi sumber daya. RUU Daerah Kepulauan yang disusun atas inisiatif DPD
tahun 2017 dan kini jadi prioritas Prolegnas 2020, memasukkan 8 provinsi dan 85
memiliki 950 pulau dan 166 desa tepi laut, Kepulauan Riau 2.408 pulau dan 361
desa tepi laut, NTB 864 pulau dan 301 desa tepi laut, NTT 1.192 pulau dan 1.011 desa
tepi laut, Sulawesi Utara 668 pulau dan 778 desa tepi laut, Sulawesi Tenggara 651
pulau dan 947 desa tepi laut, Maluku 1.422 pulau dan 914 desa tepi laut, Maluku
SDA. Jarak pulau-pulau relatif jauh dari pusat ekonomi dan keterbatasan fasilitas
kian parah.
Kapasitas fiskal daerah itu rata-rata rendah, ditunjukkan oleh kemampuan
menghimpun pendanaan sendiri lewat pendapatan asli daerah (PAD) yang jauh di
bawah daerah bukan kepulauan. Rata-rata PAD daerah kepulauan 2018 hanya 12,3
persen dari total APBD, dan daerah bukan kepulauan dua kali lipatnya, 24,3 persen.
Keterbatasan fiskal ini kian timpang dan tak adil karena kucuran dana perimbangan
berupa dana alokasi umum (DAU), dana bagi hasil (DBH), dana alokasi khusus
(DAK) sampai 2017 memberikan bobot tinggi untuk variabel jumlah penduduk dan
luas wilayah daratan. Kendati mulai 2018 luas wilayah lautan diberi bobot 100
persen dalam formula DAU, ketimpangan celah fiskal terlalu lebar untuk diatasi
dengan pola pendanaan konvensional yang berlaku dan jadi konsensus selama ini.
Apalagi DAK afirmasi untuk daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan relatif
kecil dibandingkan DAK reguler dan penugasan untuk daerah bukan kepulauan.
Alokasi DBH berdasarkan prinsip by origin (daerah penghasil) jelas tak tepat jadi
keterbatasannya.
Proses penebaran 3.000 benih ikan kakap putih oleh Balai Perikanan Budidaya Laut
Ambon di keramba jaring apung milik warga di pesisir Kelurahan Wainitu, Kota
Ambon, Maluku pada Sabtu (8/2/2020).
sejak lama tak hadir dalam penguatan tata kelola di wilayah kepulauan. Ada
dukungan fiskal.
Eksistensi kekhususan dan keragaman itu butuh pengakuan dan perlakuan khusus
dalam tiga unsur utama: pengaturan ruang (wilayah pengelolaan dan rentang
dan uang (pendanaan khusus). Secara substansial, perlakuan khusus itu bersifat
(pengakuan dan penghormatan atas keragaman dan kekhususan realitas sosial dan
geografis).
Perubahan itu tak perlu mengubah rezim pemerintahan jadi bersifat khusus atau
Pembuatan landasan hukum baru yang tak menyimpang dari prinsip otonomi dan
Papua dan Aceh bukti nyata kucuran dana belasan triliun rupiah setiap tahun
melalui dana otsus lamban mengikis kemiskinan karena program dan alokasi dana
kurang tepat sasaran serta lemah asistensi dan pendampingan. Fenomena korupsi
Apalagi kini disadari, otsus tak menjamin perbaikan kesejahteraan rakyat dan
kemajuan daerah.
Pengakuan atas ruang, pelimpahan sebagian urusan (wewenang tambahan) dan
sisi, dan aspirasi daerah kepulauan yang terus mengemuka sejak Deklarasi Ambon 11
Agustus 2005.
alokasi secara tepat dana khusus kepulauan (DKK) di sektor prioritas terutama SDM
perlu dapat perhatian dan penekanan mencakup: perikanan tangkap dan budidaya,
industri pengolahan hasil laut dan bioteknologi, pertambangan energi dan sumber
Instrumen DKK harus dipastikan optimal untuk mendorong produksi dan nilai
lewat pemanfaatan potensi daerah kepulauan dapat jadi titik tolak integrasi
persen PDB dan penyerapan tenaga kerja di bawah 10 persen. Anomali di negara
hektar, dan sumber daya hasil laut non- ikan begitu berlimpah, butuh determinasi
Kehendak besar untuk maju dan ekonomi tumbuh berkelanjutan sukar diraih tanpa