PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
BAB I
PENDAHULUAN
Literatur yang membahas teori titik tetap sangatlah luas, umumnya berupa
studi kasus mengenai ruang metrik. Karena teori titik tetap merupakan hal penting
dalam kajian yang membahas ruang metrik. Menurut Obeng-Denteh dkk. (2014)
ruang metrik dapat dianggap sebagai pengukuran panjang dan jarak antara titik,
luas, dan volume terhadap himpunan yang mendasarinya. Dalam
pengembangannya dihasilkan ruang gagasan-gagasan baru antara lain ruang 2 –
metrik, ruang d-metrik ruang g-metrik, ruang f-metrik, ruang s-metrik, ruang b-
metrik dan masih banyak lagi.
[ )
syarat sμ ∈ 0 ,
1
2
diperoleh d (T x , T y )≤ μ[ sd ( x , y )+ sd ( y ,T x ) + sd (x ,T y )] untuk
Mishra, dkk (2014) dalam jurnal yang berjudul “Some Fixed Points
Theorems in b- Metric Space” membuktikan bahwa dengan pemetaan dan
aksioma yang sama pada penelitian teori titik tetap di ruang metrik pemetaannya
juga mempunai titik tetap yang tunggal di ruang b – metrik. Jain, dkk (2015)
mengembangkan masalah teorema titik tetap, titik coincidence, dan titik tetap
berserikat dalam kondisi ekspansif di ruang b - metrik dalam jurnal yang berjudul
“Fixed Point, Coincidence Point and Common Fixed Point Theorems under
Various Expansive Conditions in b-Metric Spaces” yang bertujuan membuktikan
beberapa teorema titik tetap, titik coincidence, dan titik tetap berserikat memenuhi
kondisi ekspansif dengan memperhatikan pemetaan yang kurang kompatibel di
ruang b – metrik. Sarwar dan Rahman (2015) dalam jurnal “Fixed Point Theorems
for Cirics and Generalized Contractions in b - Metric Space” membuktikan
variant b-metrik dari hasil titik tetap untuk kontraksi umum dan ciric serta
+¿ ¿
mempelajari beberapa hasil yang melibatkan kontraksi rasional di R .
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab II akan ditelaah beberapa teori dasar tentang definisi dari ruang
metric, barisan di ruang metric, ruang b-metrik, barisan di ruang b-metrik,
pemetaan di ruang b-metrik, dan diberikan juga beberapa contoh yang berkaitan
dengan definisi dan lemma tersebut. Teori tersebut dibutuhkan sebagai dasar teori
untuk membuktikan teorema yang akan dibuktikan pada bab pembahasan.
Pada penelitian ini konsep ruang metrik dan barisan di ruang metrik akan
dijelaskan terlebih dahulu. Hal tersebut merupakan ide dasar dari konsep di ruang
b-metrik. Berikut adalah definisi-definisi yang membahas konsep ruang metric
dan barisan di ruang metrik.
Definisi 2.1.1 (Tiwari, dkk., 2020) Misalkan X adalah himpunan tidak kosong,
maka fungsi pemetaan
+¿¿
d:X ×X →R
1) d ( x , y )=0↔ x= y , ∀ x , y ∈ X
2) d ( x , y )=d ( y , x ) , ∀ x , y ∈ X
3) d ( x , y ) ≤d ( x , z ) +d ( z , y ), ∀ x , y , z ∈ X
{
d ( x , y )= 0 , x= y , ∀ x , y ∈ X
2,x ≠ y
lim x n=x
n→∞
Contoh 2.1.4 (Tyagi, B. 2010:153) Misal ( X , d ) ruang metric diskrit, dan barisan
{x n } di X yang konvergen ke x ∈ X dengan ε =1/2. Tunjukkan bahwa barisan
{x n } merupakan barisan konvergen di ruang metric diksrit ( X , d ). Karena barisan
1
{x n } konvergen ke x , ∃ N ∈ N sehingga d ( x n , x ) < , ∀ n≥ N . Dapat disimpulkan
2
bahwa barisan konvergen di ruang metric diskrit adalah barisan konstan.
1 1
Contoh 2.1.5 Misalkan {( , ) } adalah barisan konvergen yang konvergen
2n 2 n
) [( )]
2 1/ 2
(( ) )(
2
1 1 1 1
d , ,(0,0) = −0 + −0 <ε ,∀ n≥ N
2n 2 n 2n 2n
Definisi 2.1.6 (Yunus, dkk., 2019) Barisan {x n } di ruang metrik ( X , d ) dikatakan
barisan Cauchy jika ∀ ε >0 ada N (ε)∈ N sedemikian sehingga
d ( x n , x ) < ε , ∀ m ,n ≥ N (ε ).
Lemma 2.1.8 (Kreyszig, E., 1978) Setiap barisan konvergen di ruang metrik
( X , d ) adalah barisan Cauchy.
Bukti:
1
d ( x n , x ) < ε , ∀ n ≥ N sehingga untuk n ≥ N dan m ≥ N berlaku
2
Definisi 2.1.9 (Yunus, dkk., 2019) Misal ruang metrik ( X , d ) dan himpunan E ⊆ X
. himpunan E disebut lengkap jika setiap barisan Chauchy di E memiliki limit di
E . Jika X lengkap maka ruang metrik ( X , d ) lengkap.
Konsep ruang metric-b pertama kali ditemukan oleh Bakhtin pada tahun
1989. Pada tahun 1993, Czerwik dalam jurnal nya yang berjudul” Contraction
Mapping in b-metric Spaces” menjelaskan tentang ruang b-metric beserta sifat-
sifat yang berlaku pada ruang metrik-b. Pada tahun 1971, Simeon Reich dalam
jurnal nya yang berjudul ”Some Remarks Concerning Contractions Mapping”
menjelaskan tentang ruang b-metric lengkap dan ketunggalan titik tetap di ruang
metric. Pada tahun 1973, G.E. Hardy dan T.D. Rogers mengembangkan terema
ketunggalan titik tetap Reich di ruang metric dengan beberapa kondisi, yaitu
kompak, kontinu, dan lengkap dalam jurnalnya yang berjudul “ A Generalization
Fixed Point Theorem Of Reich”. Kemudian pada tahun 2008 Shyam Lal Singh,
dkk. Melakukan penelitian tentang pemetaan kontraktif dan sifat titik tetap di
ruang metric-b.
Tahun 2014, Pankaj Kumar Mishra, dkk. Melakukan penelitian lebih lanjut
tentang teorema titik tetap di ruang metric-b dengan menggabungkan beberapa
penelitian sebelumnya yaitu mengambil definisi ruang metric-b dan sifat yang
berlaku di ruang metric-b dari buku Czerwik dengan mengkombinasikan teorema
titik tetap Shyam Lal Singh, dkk. Hardy dan Rogers, serta Reich sehingga
didapatkan hasil yaitu teorema titik tetap di ruang b-metric lengkap.
Definisi 2.2.2 (Tiwari, dkk.,2020) Misalkan X adalah himpunan tidak kosong dan
k ≥ 1 ialah bilangan real tertentu. Fungsi d : X × X → R+¿¿ adalah ruang b - metrik
jika ∀ x , y , z ∈ X memenuhi kondisi berikut ini
1. b ( x , y ) =0 ↔ x= y
2. b ( x , y ) =b(x , y)
3. b ( x , y ) ≤[b ( x , z ) +b( x , y)]
b ( x m , xn ) < ε
Definisi 2.2.6 (Tiwari, N., dkk.,2020) Ruang b-metrik (X , b) disebut lengkap jika
setiap barisan Cauchya konvergen.
d ( x ,T y ) +d ( y , T x )
d ( T x ,T y ) ≤ h max {d ( x , y ) ,d ( x ,T y ) , }
2
Definisi 2.2.8 (Tiwari, N., dkk.,2020) Misalkan (X , d ) ruang metrik memetakan
dirinya sendiri T : X → X disebut kontraksi quasi ∀ x , y ∈ X , ∃h< 1 dan
d ( T x ,T y ) ≤ h max {d ( x , y ) d ( x ,T x ) , d ( y ,T y ) , d ( x , T x ) +d ( y , T x )}
Definisi 2.2.9. (Manuharawati dan huna, 2019) Barisan ( 𝑛) pada (𝑋, 𝑑) dikatakan
konvergen jika ada 𝑥 ∈ 𝑋 , sedemikian hingga untuk setiap 𝜀 ∈ ℝ, 𝜀 > 0, ada 𝑁(𝜀)
∈ ℕ sedemikian sehingga 𝑑(𝑥𝑛, 𝑥) < 𝜀 untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑛 ≥ 𝑁 , dinotasikan
dengan lim𝑛→∞ (𝑥𝑛 ) = 𝑥 atau 𝑥𝑛 → 𝑥 dan 𝑥 disebut limit barisan (𝑥𝑛)
Definisi 2.2.10 (Manuharawati dan huna, 2019) Barisan (𝑥𝑛) pada (𝑋, 𝑑)
merupakan barisan Cauchy jika untuk setiap 𝜀 ∈ ℝ, 𝜀 > 0 , ada 𝑁(𝜀) ∈ ℕ
sedemikian hingga 𝑑(𝑥𝑚, 𝑥𝑛 ) < 𝜀 untuk setiap 𝑚, 𝑛 ∈ ℕ, 𝑚, 𝑛 > N
Teorema 2.2.1 (Manuharawati dan huna, 2019), Setiap barisan yang konvergen
pada ruang metrik adalah barisan Cauchy
Definisi 2.2.11 (Manuharawati dan huna, 2019), (𝑋, 𝑑) disebut ruang metrik
lengkap jika setiap barisan Cauchy pada 𝑋 konvergen
Definisi 2.2.15 (Manuharawati dan huna, 2019) Diketahui ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan
𝑇: 𝑋 → 𝑋. 𝑇 dikatakan 𝐶-kontraktif pada 𝑋 jika ada 𝑘 ∈ ℝ, 𝑘 ∈ (0, 1 2 )
sedemikian hingga untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋 berlaku:
Definisi 2.2.16 (Manuharawati dan huna, 2019) Diketahui ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan
𝑇:𝑋 → 𝑋. 𝑇 dikatakan K-kontraktif pada 𝑋 jika ada 𝛼 ∈ ℝ, 𝛼 ∈ (0, 1 2 )
sedemikian hingga untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋 berlaku:
Definisi 2.2.17 Diberikan ruang b-metrik (𝑋, 𝑏). Barisan {𝑥𝑛} ⊆ 𝑋 dikatakan
konvergen jika terdapat 𝑥 ∈ 𝑋 maka lim𝑛⟶∞ (𝑥𝑛, 𝑥) = 0, yang artinya untuk
setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝑝 ∈ ℕ sedemikian sehingga untuk setiap 𝑛 ≥ 𝑝 berlaku
𝑏(𝑥𝑛, 𝑥) < 𝜀.
Definisi 2.2.18 Diberikan ruang b-metrik (𝑋, 𝑏). Barisan {𝑥𝑛} ⊆ 𝑋 dikatakan
barisan Cauchy apabila lim 𝑛,⟶∞ 𝑏(𝑥𝑛, 𝑥𝑚) = 0, artinya untuk setiap 𝜀 > 0
terdapat 𝑝 ∈ ℕ sedemikian sehingga untuk setiap 𝑛, 𝑚 ≥ 𝑝 berlaku
Definisi 2.2.19 Ruang b-metrik (𝑋, 𝑏) dikatakan lengkap apabila setiap barisan
Cauchy di 𝑋 selalu konvergen di 𝑋.
Definisi 2.2.20 Misalkan 𝑋 adalah himpunan tak kosong dan 𝑠 ≥ 1 adalah suatu
bilangan real. Pemetaan 𝑑𝑏𝑐: 𝑋 x 𝑋 → 𝐸 dikatakan b–Metrik cone jika dan hanya
jika untuk semua 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑋, berlaku :
(BC1) 𝜃 ≺ 𝑑𝑏𝑐(𝑥, 𝑦)
(BC2) 𝑑𝑏(𝑥, 𝑦) = 𝜃 jika dan hanya jika 𝑥 = 𝑦
(BC3) 𝑑𝑏𝑐(𝑥, 𝑦) = 𝑑𝑏𝑐(𝑦, 𝑥)
(BC4) 𝑑𝑏𝑐(𝑥, 𝑦) ≺ 𝑠[𝑑𝑏𝑐(𝑥, 𝑧) + 𝑑𝑏𝑐(𝑧, 𝑦)]
selanjutnya (𝑋, 𝑑𝑏𝑐) disebut ruang b–metrik cone.
Contoh 2.2.1 Diberikan suatu himpunan 𝑋 = {1,2,3,4}, ruang Banach 𝐸 = ℝ2 dan
cone 𝑃 = ℝ0+ 2 = {(𝑥, 𝑦) ∈ 𝐸: 𝑥 ≥ 0, 𝑦 ≥ 0} .Didefinisikan:
𝑑𝑏𝑐: 𝑋 x 𝑋 → 𝐸 dengan 𝑑𝑏(𝑥, 𝑦) = {(|𝑥 − 𝑦|−1, |𝑥 − 𝑦|−1), jika 𝑥 ≠ 𝑦 𝜃 , jika 𝑥=𝑦
Pemetaan 𝑑 tersebut adalah b-metrik cone.
Definisi 2.2.22 Misalkan (𝑋, 𝑑𝑏𝑐) adalah ruang b–metrik cone dan 𝐵 ⊆ 𝑋.
Kemudian, 𝑏 ∈ 𝐵 disebut titik interior dari 𝐵 jika ∃𝑐 dengan 𝜃 ≪ 𝑐 sedemikian
sehingga 𝐵(𝑏) ⊆ 𝐵 dengan definisi himpunan 𝐵𝑐 (𝑏) = {𝑦 ∈ 𝑋: 𝑑𝑏𝑐(𝑏, 𝑦) ≪ 𝑐}.
Definisi 2.2.23 Misalkan (𝑋, 𝑑𝑏𝑐) adalah ruang b–metrik cone, 𝑥 ∈ 𝑋 dan (𝑥𝑛)
adalah barisan di 𝑋, berlaku bahwa : (i) (𝑥𝑛) konvergen ke 𝑥 apabila untuk setiap
𝑐 ∈ 𝐸 dengan 𝜃 ≪ 𝑐 ada bilangan asli 𝑁 sedemikian sehingga 𝑑𝑏𝑐(𝑥𝑛, 𝑥) ≪ 𝑐
untuk setiap 𝑛 ≥ 𝑁, dapat ditulis bahwa 𝑙𝑖𝑚𝑛→∞ 𝑥𝑛= 𝑥 atau 𝑥𝑛 → 𝑥 (𝑛 → ∞);
(ii) (𝑥𝑛) adalah barisan Cauchy apabila untuk setiap 𝑐 ∈ 𝐸 dengan 𝜃 ≪ 𝑐, ada
bilangan asli 𝑁 sedemikian sehingga 𝑑𝑏𝑐(𝑥𝑛, 𝑥𝑚) ≪ 𝑐 untuk semua 𝑛, 𝑚 ≥ 𝑁;
(iii) (𝑋, 𝑑𝑏𝑐) adalah ruang b–metrik cone lengkap jika setiap barisan Cauchy
konvergen di 𝑋.
Contoh 2.2.2 Diberikan ((0,1], 𝑑𝑏𝑐) adalah ruang b-metrik cone dengan 𝑑𝑏𝑐(𝑥, 𝑦)
= (|𝑥 − 𝑦|2 , |𝑥 − 𝑦|2 ) untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ (0,1], cone 𝑃 = ℝ0+ 2 dan int 𝑃 = ℝ+
2 . Barisan (𝑥 ) = (1 𝑛 ) , 𝑛 ∈ ℕ adalah barisan Cauchy pada (0,1] tetapi tidak
konvergen pada (0,1].
Definisi 2.2.26 Barisan ( 𝑥𝑛) pada (𝑋, 𝑑) dikatakan konvergen jika ada 𝑥 ∈ 𝑋 ,
sedemikian hingga untuk setiap 𝜀 ∈ ℝ, 𝜀 > 0, ada 𝑁(𝜀) ∈ ℕ sedemikian sehingga
𝑑(𝑥𝑛, 𝑥) < 𝜀 untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑛 ≥ 𝑁 , dinotasikan dengan
lim𝑛→∞ (𝑥 ) = 𝑥 atau 𝑥𝑛 → 𝑥 dan 𝑥 disebut limit barisan (𝑥𝑛)
Definisi 2.2.27 Barisan (𝑥𝑛) pada (𝑋, 𝑑) merupakan barisan Cauchy jika untuk
setiap 𝜀 ∈ ℝ, 𝜀 > 0 , ada 𝑁(𝜀) ∈ ℕ sedemikian hingga
Teorema 2.2.1 Setiap barisan yang konvergen pada ruang metrik adalah barisan
Cauchy.
Definisi 2.2.28 (𝑋, 𝑑) disebut ruang metrik lengkap jika setiap barisan Cauchy
pada 𝑋 konvergen (Kreyszig, 1978).
Definisi 2.2.29 Diketahui 𝑇: 𝑋 → 𝑌 dari ruang metrik (𝑋, 𝑑𝑋) ke ruang metrik (𝑌,
𝑑𝑌) . 𝑇 kontinu di titik 𝑥 ∈ 𝑋 jika untuk setiap 𝜀 ∈ ℝ, 𝜀 > 0 ada 𝛿 ∈ ℝ, 𝛿 > 0
sedemikian hingga 𝑑Y(𝑇(𝑥), 𝑇(𝑥0 )) < 𝜀 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑋 dengan 𝑑𝑋 (𝑥, 𝑥0 ) <
𝛿. Jika 𝑇 kontinu di setiap titik 𝑥 ∈ , maka 𝑇 disebut fungsi kontinu pada 𝑋
Teorema 2.2.2 Pemetaan 𝑇: 𝑋 → 𝑌 dari ruang metrik (𝑋, 𝑑𝑋) ke ruang metrik (𝑌,
𝑑𝑌) kontinu di titik 𝑥0 ∈ 𝑋 jika dan hanya jika 𝑥𝑛 → 𝑥0 mengakibatkan (𝑥𝑛 ) →
𝑇(𝑥0 ).
Definisi 2.2.30 Diketahui pemetaan 𝑇: 𝑋 → 𝑋. Titik 𝑥 disebut titik tetap 𝑇 jika (𝑥)
=𝑥
Definisi 2.2.31 Diketahui ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan 𝑇: 𝑋 → 𝑋. 𝑇 dikatakan
kontraktif pada 𝑋 jika ada 𝑘 ∈ ℝ, 𝑘 ∈ (0,1) sedemikian hingga 𝑑(𝑇(𝑥), 𝑇(𝑦)) ≤
𝑘𝑑(𝑥, 𝑦) untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋.
f ( g ( x ) )=g (f (x ))
( f ∘ g )( x )=( g ∘ f )( x )
f ∘ g=g ∘ f
Lemma 2.3.1 (Tiwari, N., dkk.,2020) Misal (X , d ) ruang metrik lengkap dan {x n }
barisan di ruang b-metrik sehingga berlaku
b ( x n , x n +1 ) ≤ α . b (x n−1 , x n)
Bukti:
Ambil sebarang n ∈ N
Maka
b ( x n , x n +1 ) ≤ α . b (x n−1 , x n)
b ( x n , x n +1 ) ≤ α 2 . b( xn−2 , xn −1 )
3
b ( x n , x n +1 ) ≤ α . b ( xn −3 , x n−2)
b ( x n , x n +1 ) ≤ α n . b (x 0 , x 1)
Maka
b ( x n , x m ) ≤ k ¿]
b ( x n , x m ) ≤ kb ( x n , x n +1 ) +k 2 [b ( x n+1 , xn +2 ) +b ( x n+2 , xm )+ …]
n 2 n +1 3 n +2
b ( x n , x n +1 ) ≤ k α b ( x 0 , x 1 )+ k α b ( x 0 , x1 ) + k α b ( x 0 , x1 ) + …
2 n
b ( x n , x n +1 ) ≤(1+ kα + ( kα ) +…)k α b ( x 0 , x 1 )
b ( x n , x n +1 ) ≤ k α n ( 1−kα
1
)b ( x , x ) 0 1
Karena kα <1
Definisi 2.5.1 Diberikan ruang metrik (𝑋, 𝑑) adalah ruang metrik. Pemetaan 𝑇 ∶ 𝑋
→ 𝑋 dikatakan kontraksi-F jika terdapat 𝜏 > 0 untuk setiap 𝑥, 𝑦 𝜖 𝑋 sedemikian
sehingga
(𝑇𝑥,(𝑇𝑦) > 0 ⇒ 𝜏 + 𝐹 (𝑑(𝑇𝑥, 𝑇𝑦)) ≤ 𝐹(𝑑(𝑥, 𝑦))
dimana 𝐹 ∶ (0, +∞) → (−∞, +∞) adalah pemetaan yang memenuhi kondisi :
(𝐹1) F naik murni untuk setiap 𝛼, 𝛽 𝜖 (0, +∞) sedemikian sehingga 𝛼 < 𝛽 jika dan
hanya jika 𝐹(𝛼) < 𝐹(𝛽).
(𝐹2) Untuk setiap barisan {𝑥𝑛} di bilangan riil positif, memenuhi kondisi :
𝑙𝑖𝑚𝑛→+∞ 𝑥𝑛 = 0jika dan hanya jika𝑙𝑖𝑚𝑛→+∞ (𝑥𝑛) = −∞.
(𝐹3) terdapat 𝑘 𝜖 (0,1) sedemikian sehingga 𝑙𝑖𝑚𝑥→0+ 𝑥𝑘𝐹(𝑥) = 0.
Definisi 2.5.2 Diberikan ruang seperti-metrik-b (𝑋, 𝑑). Pemetaan 𝑇 ∶ 𝑋 → 𝑋
dikatakan kontraksi-F yang di per umum jika terdapat 𝜏 > 0 untuk setiap 𝑥, 𝑦 𝜖 𝑋
sedemikian sehingga
1/2𝑘 (𝑥, 𝑇𝑥) < (𝑥, 𝑦) ⇒ 𝜏 + 𝐹 (𝑑(𝑇𝑥, 𝑇𝑦)) ≤ 𝛼𝐹(𝑑(𝑥, 𝑦)) + 𝛽𝐹(𝑑(𝑥, 𝑇𝑥)) + 𝛾𝐹
(𝑑(𝑦, 𝑇𝑦)) + 𝑡𝐹 ((𝑥, 𝑇𝑦)/2𝑘) + ℎ𝐹 ((𝑦, 𝑇𝑥)/2𝑘).
Dengan (𝑇𝑥, 𝑇𝑦) > 0, dimana 𝛼, 𝛽, 𝛾,, ℎ 𝜖 [0,1] sedemikian sehingga 𝛼 + 𝛽 + 𝛾 +
𝑡 + ℎ = 1 dan 1 − 𝛾 − 𝑡 > 0.
DAFTAR RUJUKAN
Obeng - Denteh, W., Zigli, D. D., Quansah, A. M. & Ayekple, Y.E. 2014. On the
Contruction of
special metrics involving Levenshtein and Hamming distances. European
Journal of
Academic Essays, 1(7): 59-62. ISSN:2183-1904.
Sir, Mehmet., & Kiziltunc, Hukmi. 2013. On Some Well Known Fixed Point
Theorems in b-
Metric Spaces. Turkish Journal of Analysis and Number Theory, 1(1): 13-
16. DOI:
10.12691/tjant-1-1-4.
Mishra, Pankaj K., Sachdeva, S., & Banerjee, S. K. 2014. Some Fixed Point
Theorems in b-
metric Spaces. Turkish Journal of Analysis and Number Theory, 2(1): 19-
22. DOI:
10.12691/tjant-2-2-5.
Jain, R., Daheriya, R.D., & Ughade, Manoj. 2010. Fixed Point, Coincidence Point
and Common
Tiwari, N., Tripahti, T. K., & Singh, M. K. 2020. Coincidence and Fixed Point in
b-Metric