Anda di halaman 1dari 20

KETUNGGALAN TITIK TETAP PADA DUA PEMETAAN DIRI

TERGENERALISASI DI RUANG b-METRIK

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian matematika khususnya pada bidang matematika analisis saat ini


berkembang sangat cepat, baik untuk matematika maupun penerapannya untuk
bidang ilmu lainnya. Teori titik tetap merupakan salah satu topik yang diminati
sebagai bahan kajian untuk penelitian matematika analisis. Teori titik tetap dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan dalam segala bidang baik dalam bidang
sains, pengobatan dan teknik secara matematis. Calvez dan Wang (2009)
mengatakan bahwa pada tahun 1913 Birkhoff membuktikan “Poincare
Conjecture” yang dikemukakan oleh seorang matematikawan terkenal asal Prancis
yang bernama Henry Poincare, sebagai pendekatan teorema titik tetap.

Literatur yang membahas teori titik tetap sangatlah luas, umumnya berupa
studi kasus mengenai ruang metrik. Karena teori titik tetap merupakan hal penting
dalam kajian yang membahas ruang metrik. Menurut Obeng-Denteh dkk. (2014)
ruang metrik dapat dianggap sebagai pengukuran panjang dan jarak antara titik,
luas, dan volume terhadap himpunan yang mendasarinya. Dalam
pengembangannya dihasilkan ruang gagasan-gagasan baru antara lain ruang 2 –
metrik, ruang d-metrik ruang g-metrik, ruang f-metrik, ruang s-metrik, ruang b-
metrik dan masih banyak lagi.

Seiring berjalannya waktu, Banach pada tahun 1922 mengembangkan teori


titik tetap yang dikenal dengan prinsip kontraksi banach di ruang metrik lengkap
sehingga penelitian yang dikemukakan oleh Banach dijadikan acuan dalam
pengambilan teori titik tetap oleh para peneliti. Penelitian selanjutnya dilakukan
oleh Reich (1971) membahas tentang teori titik tetap pada pemetaan kontraktif di
ruang metrik lengkap. Bakhtin, I.A, (1989) dalam buku yang berjudul “The
Contraction Mapping Principle in Quasimetric Spaces” mempublikasikan ruang
b- metrik sebagai perumuman dari ruang metrik. Berdasarkan penelitian yang
telah ada pada tahun 1998, Czerwik menunjukkan suatu generalisasi dari teorema
titik tetap Banach di ruang b – metric dengan perbedaan yang terletak pada
koefisien dari pertidaksamaan segitiga yang berlaku di definisi ruang b – metric.
Singh dan Prasad (2008) dalam jurnal yang berjudul “Some Coincidence
Theorems and Stability of Iterative Procedures” mempelajari masalah stabilitas
iterasi untuk menyelesaikan bentuk umum persamaan coincidence berikut; S x =T x
di ruang b – metrik, sehingga memenuhi teorema coincidence. Kir dan Kiziltunc
(2013) pada jurnalnya yang berjudul “On Some Well Known Fixed Point
Theorems in b-Metric Spaces” menunjukkan bahwa pemetaan kontraktif Kannan
dan Chatterjea memenuhi ketunggalan titik tetap di ruang b- metrik serta
menyelidiki setiap pemetaan yang memenuhi kondisi kontraktif tidak harus
menjadi kontraktif lemah di ruang b - metrik: Misal pemetaan T : X → X , dengan

[ )
syarat sμ ∈ 0 ,
1
2
diperoleh d (T x , T y )≤ μ[ sd ( x , y )+ sd ( y ,T x ) + sd (x ,T y )] untuk

setiap x , y ∈ X , memenuhi kondisi kontraktif di ruang b - metrik tanpa harus


menjadi kontraktif lemah.

Mishra, dkk (2014) dalam jurnal yang berjudul “Some Fixed Points
Theorems in b- Metric Space” membuktikan bahwa dengan pemetaan dan
aksioma yang sama pada penelitian teori titik tetap di ruang metrik pemetaannya
juga mempunai titik tetap yang tunggal di ruang b – metrik. Jain, dkk (2015)
mengembangkan masalah teorema titik tetap, titik coincidence, dan titik tetap
berserikat dalam kondisi ekspansif di ruang b - metrik dalam jurnal yang berjudul
“Fixed Point, Coincidence Point and Common Fixed Point Theorems under
Various Expansive Conditions in b-Metric Spaces” yang bertujuan membuktikan
beberapa teorema titik tetap, titik coincidence, dan titik tetap berserikat memenuhi
kondisi ekspansif dengan memperhatikan pemetaan yang kurang kompatibel di
ruang b – metrik. Sarwar dan Rahman (2015) dalam jurnal “Fixed Point Theorems
for Cirics and Generalized Contractions in b - Metric Space” membuktikan
variant b-metrik dari hasil titik tetap untuk kontraksi umum dan ciric serta
+¿ ¿
mempelajari beberapa hasil yang melibatkan kontraksi rasional di R .

Kemudian Tiwari, dkk (2020) dalam jurnalnya yang berrjudul “Coincidence


and Fixed Point in b – Metric Spaces” membuktikan ketunggalan dan teorema
titik tetap pada ruang b-metrik untuk 2 pemetaan diri (self – mappings) dengan
menggunakan kondisi kontraktif. Penelitian ini juga membuktikan beberapa
teorema titik coincidence dan teorema titik tetap yang umum dalam ruang b –
metrik. Selain itu, penelitian ini juga menggeneralisasi dan memperluas beberapa
hasil yang diketahui dari ruang metrik menjadi ruang b – metrik.

Mengkaji dan membahas penelitian yang dilakukan oleh Tiwari, dkk


dianggap perlu dan penting, karena hal itu merupakan penelitian yang baru.
Pembahasan tentang ketunggalan, titik coincidence dan titik tetap untuk 2
pemetaan diri di ruang b-metrik dengan kondisi kontraktif dalam jurnal yang
berjudul “Coincedence and Fixed Point in b - Metric Space” masih sangat singkat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam
skripsi ini adalah sebagai beikut :
1. Bagaimana pembuktian teorema ketunggalan titik tetap pada dua
pemetaan diri tergeneralisasi di ruang b-metrik?
2. Sifat-sifat apa saja kah yang mendukung pembuktian teorema
ketunggalan titik tetap pada dua pemetaan diri tergeneralisasi di ruang
b-metrik?
3. Apakah dua pemetaan diri dengan kondisi kontraktif pada ruang metric
menjamin keberadaan dan ketunggalan teorema titik tetap di ruang b -
metrik ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai penulis
adalah mengkaji dan menjelaskan langkah – langkah pembuktian teorema titik
coincidence dan titik tetap di ruang b - metrik serta menjelaskan beberapa contoh
untuk mendukung pembuktian tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut :
1. Memberi pengetahuan tentang titik coincidence dan titik tetap di ruang b -
metrik distertai dengan langkah-langkah pembuktian dan contoh
pendukung.
2. Tambahan referensi tentang ruang metrik serta pemetaan kontraktif di ruang
b - metrik.
1.5 Metode
Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kajian pustaka, yaitu
penulis mempelajari beberapa artikel dan jurnal tertulis mengenai coincidence dan
teorema titik tetap ruang b-metrik untuk dua pemetaan dengan kondisi kontraksi.
Penulis memilih jurnal utama yang berjudul “Coincidence and Fixed Point in b-
Metric Space” yang ditulis oleh Tiwari, N. dkk pada tahun 2020.
Dalam penelitian ini penulis mempelajari tentang definisi pada jurnal utama.
Penulis mencoba memberikan beberapa teorema tambahan yang berkaitan
teorema utama yang terdapat di dalam jurnal utama dan mencoba membuktikan
lemma yang berhubungan dengan jurnal utama. Penulis juga memberikan contoh
secara mandiri dan menjelaskan beberapa contoh yang terdapat dalam jurnal
acuan berdasarkan artikel dan jurnal lainnya.
Pembahasan utama dari penulisan ini adalah membahas mengenai titik
coincidence dan titik tetap di ruang b – metrik. Pada bagian ini penulis
menjelaskan kembali langkah-langkah pembuktian yang dilakukan oleh Tiwari,
dkk (2020), dengan bantuan jurnal pendukung untuk membantu memperjelas
bukti secara rinci dari teorema yang terdapat di jurnal utama.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II akan ditelaah beberapa teori dasar tentang definisi dari ruang
metric, barisan di ruang metric, ruang b-metrik, barisan di ruang b-metrik,
pemetaan di ruang b-metrik, dan diberikan juga beberapa contoh yang berkaitan
dengan definisi dan lemma tersebut. Teori tersebut dibutuhkan sebagai dasar teori
untuk membuktikan teorema yang akan dibuktikan pada bab pembahasan.

2.1 Ruang Metrik

Pada penelitian ini konsep ruang metrik dan barisan di ruang metrik akan
dijelaskan terlebih dahulu. Hal tersebut merupakan ide dasar dari konsep di ruang
b-metrik. Berikut adalah definisi-definisi yang membahas konsep ruang metric
dan barisan di ruang metrik.

Definisi 2.1.1 (Tiwari, dkk., 2020) Misalkan X adalah himpunan tidak kosong,
maka fungsi pemetaan

+¿¿
d:X ×X →R

Dikatakan metrik di X jika memenuhi kondisi berikut, yakni :

1) d ( x , y )=0↔ x= y , ∀ x , y ∈ X
2) d ( x , y )=d ( y , x ) , ∀ x , y ∈ X
3) d ( x , y ) ≤d ( x , z ) +d ( z , y ), ∀ x , y , z ∈ X

Jika d adalah metrik di X maka (X , d ) disebut ruang metrik.

Contoh 2.1.2 Misal d : X × X → R merupakan fungsi yang terdefinsi oleh

{
d ( x , y )= 0 , x= y , ∀ x , y ∈ X
2,x ≠ y

Tunjukkan bahwa ruang metrik diskrit d ( x , y) adalah metrik di X . Karena


1) d ( x , y )=0 jika x= y dan d ( x , y )=2 jika x ≠ y sehingga d ( x , y) nonnegatif
2) d ( x , y )=0 , x= y memenuhi kondisi d ( x , y )=0↔ x= y , ∀ x , y ∈ X
3) Ketika d ( x , y )=0 , x= y
d ( y , x )=0 , x= y
d ( x , y )=d ( y , x ) , x= y
Ketika d ( x , y )=2 , x ≠ y
d ( y , x )=2 , x ≠ y
d ( x , y )=d ( y , x ) , x ≠ y
Sehingga d ( x , y )=d ( y , x ) , ∀ x , y ∈ X .
4) Jika x= y =z, maka d ( x , y )=0 ,d ( x , z )=0 , d ( y , z )=0 sehingga
d ( x , y ) ≤d ( x , z ) +d ( y , z). Jika x ≠ y=z maka
d ( x , y )=2 , d ( x , z )=2 , d ( y , z )=0 sehingga 2 ≤2+0 yang mana memenuhi
kondisi d ( x , y ) ≤d ( x , z ) +d ( y , z).

Definisi 2.1.3 (Tyagi, B. 2010:153) Barisan {x n } di ruang metrik ( X , d ) dikatakan


konvergen ke x ∈ X jika ∀ ε >0 ada N ∈ N sedemikian sehingga d ( x n , x ) < ε untuk
n ≥ N , sehingga berlaku seperti berikut.

lim x n=x
n→∞

Contoh 2.1.4 (Tyagi, B. 2010:153) Misal ( X , d ) ruang metric diskrit, dan barisan
{x n } di X yang konvergen ke x ∈ X dengan ε =1/2. Tunjukkan bahwa barisan
{x n } merupakan barisan konvergen di ruang metric diksrit ( X , d ). Karena barisan
1
{x n } konvergen ke x , ∃ N ∈ N sehingga d ( x n , x ) < , ∀ n≥ N . Dapat disimpulkan
2
bahwa barisan konvergen di ruang metric diskrit adalah barisan konstan.

1 1
Contoh 2.1.5 Misalkan {( , ) } adalah barisan konvergen yang konvergen
2n 2 n

pada (0,0), di R2 dengan ε > 0 dan ada N ∈ N . d (( 1 1


,
2n 2 n ) )
,( 0,0) adalah

) [( )]
2 1/ 2

(( ) )(
2
1 1 1 1
d , ,(0,0) = −0 + −0 <ε ,∀ n≥ N
2n 2 n 2n 2n
Definisi 2.1.6 (Yunus, dkk., 2019) Barisan {x n } di ruang metrik ( X , d ) dikatakan
barisan Cauchy jika ∀ ε >0 ada N (ε)∈ N sedemikian sehingga
d ( x n , x ) < ε , ∀ m ,n ≥ N (ε ).

Contoh 2.1.7 Barisan {x n } di ruang metric ( X , d ) dengan d ( x m , x n ) =|x m−x n| dan


1
x n= untuk setiap n=1,2,3 , … adalah barisan Cauchy.
n

Lemma 2.1.8 (Kreyszig, E., 1978) Setiap barisan konvergen di ruang metrik
( X , d ) adalah barisan Cauchy.

Bukti:

Misalkan {x n } barisan di X dan ε > 0 dimana nlim


→∞
x n=x . Maka ∃ N sehingga

1
d ( x n , x ) < ε , ∀ n ≥ N sehingga untuk n ≥ N dan m ≥ N berlaku
2

d ( xn , xm) ≤ d ( x , xm)+ d ( xn , x)< ε

Jadi {x n } adalah barisan Cauchy.

Definisi 2.1.9 (Yunus, dkk., 2019) Misal ruang metrik ( X , d ) dan himpunan E ⊆ X
. himpunan E disebut lengkap jika setiap barisan Chauchy di E memiliki limit di
E . Jika X lengkap maka ruang metrik ( X , d ) lengkap.

Contoh 2.1.10 Tunjukkan bahwa himpunan bilangan riil R dengan metrik


d ( x , y )=| x− y| adalah ruang metric lengkap. Hal tersebut dapat dibuktikan seperti
1
berikut. Misal {x n } dengan x n=1− dan n=1,2,3 , … adalah barisan Cauchy
2+ √ n
di (R , d ) dengan {x n } konvergen ke 1 ∈ R .

Definisi 2.1.11 Diberikan 𝑋 himpunan tak kosong. Fungsi 𝑑: 𝑋 × 𝑋 → ℝ


merupakan metrik jika setiap 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑋 memenuhi: (𝑝1) (𝑥, 𝑦) ≥ 0, dan 𝑑(𝑥, 𝑦) =
0 ⟺ 𝑥 = 𝑦 (𝑝2) 𝑑(𝑥, 𝑦) = 𝑑(𝑦, 𝑥) (𝑝3) 𝑑(𝑥, 𝑦) ≤ 𝑑(𝑥, 𝑧)+ 𝑑(𝑧, 𝑦) Pasangan (𝑋, 𝑑)
disebut ruang metrik.

2.2 Ruang b - Metrik


Setelah diperoleh konsep mengenai ruang metrik dan barisan di ruang
metrik, akan dijelaskan konsep ruang b-metrik , barisan di ruang b-metrik dan
pemetaan di ruang b-metrik yang merupakan perluasan dari ruang metrik dan
barisan di ruang metrik.

Konsep ruang metric-b pertama kali ditemukan oleh Bakhtin pada tahun
1989. Pada tahun 1993, Czerwik dalam jurnal nya yang berjudul” Contraction
Mapping in b-metric Spaces” menjelaskan tentang ruang b-metric beserta sifat-
sifat yang berlaku pada ruang metrik-b. Pada tahun 1971, Simeon Reich dalam
jurnal nya yang berjudul ”Some Remarks Concerning Contractions Mapping”
menjelaskan tentang ruang b-metric lengkap dan ketunggalan titik tetap di ruang
metric. Pada tahun 1973, G.E. Hardy dan T.D. Rogers mengembangkan terema
ketunggalan titik tetap Reich di ruang metric dengan beberapa kondisi, yaitu
kompak, kontinu, dan lengkap dalam jurnalnya yang berjudul “ A Generalization
Fixed Point Theorem Of Reich”. Kemudian pada tahun 2008 Shyam Lal Singh,
dkk. Melakukan penelitian tentang pemetaan kontraktif dan sifat titik tetap di
ruang metric-b.

Tahun 2014, Pankaj Kumar Mishra, dkk. Melakukan penelitian lebih lanjut
tentang teorema titik tetap di ruang metric-b dengan menggabungkan beberapa
penelitian sebelumnya yaitu mengambil definisi ruang metric-b dan sifat yang
berlaku di ruang metric-b dari buku Czerwik dengan mengkombinasikan teorema
titik tetap Shyam Lal Singh, dkk. Hardy dan Rogers, serta Reich sehingga
didapatkan hasil yaitu teorema titik tetap di ruang b-metric lengkap.

Definisi 2.2.1 (Nurwahyu, dkk.,2020) Misalkan 𝑋 adalah himpunan tak kosong


dan 𝑘 ≥ 1 adalah bilangan real maka fungsi 𝑏: 𝑋 × 𝑋 ⟶ [0, ∞) adalah b-metrik
jika memenuhi kondisi:

1. (𝑥, 𝑦) ≥ 0 untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋


2. (𝑥, 𝑦) = 0 jika dan hanya jika 𝑥 = 𝑦
3. (𝑥, 𝑦) = 𝑏(𝑦, 𝑥) untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋 (sifat simetris)
4. 𝑏(𝑥, 𝑦) ≤ 𝑘[𝑏(𝑥, 𝑧) + 𝑏(𝑧, 𝑦)] untuk setiap 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑋 (ketidaksamaan segitiga)
Himpunan 𝑋 yang dilengkapi dengan suatu b-metrik, dituliskan dengan (𝑋, 𝑏)
disebut ruang 𝑏- metrik.

Definisi 2.2.2 (Tiwari, dkk.,2020) Misalkan X adalah himpunan tidak kosong dan
k ≥ 1 ialah bilangan real tertentu. Fungsi d : X × X → R+¿¿ adalah ruang b - metrik
jika ∀ x , y , z ∈ X memenuhi kondisi berikut ini

1. b ( x , y ) =0 ↔ x= y
2. b ( x , y ) =b(x , y)
3. b ( x , y ) ≤[b ( x , z ) +b( x , y)]

Sehingga (X , b), disebut ruang b-metrik dengan koefisien k .

Contoh 2.2.3 (Tiwari, N., dkk.,2020) Misalkan X ={1,2,3 }. Diketahui


+¿ ¿ +¿¿
f : X× X →R dan g: X ×X → R demikian sehingga f ( x , y )=1+ x + y dan
g ( 1,1 )=g ( 2,2 )=g ( 3,3 )=0 dan
g ( 1,2 )=g ( 2,1 )=80 , g ( 1,3 )=g ( 3,1 )=1000 , g (2,3 )=g ( 3,2 )=600 .

Definisi 2.2.4 (Tiwari, N., dkk.,2020) Barisan {x n } di ruang b-metrik (X , b)


disebut barisan Cauchy jika ∀ ε >0 , ada N ∈ N sehingga ∀ m, n ≥ N berlaku

b ( x m , xn ) < ε

Definisi 2.2.5 (Tiwari, N., dkk.,2020) Barisan {x n } di X disebut konvergen di


ruang b-metrik (X , b) jika dan hanya jika ada x ∈ X dan ∀ ε >0 ada N ∈ N
lim ❑ x =x
sehingga ∀ n ≥ N didapatkan b ( x n , x ) < ε dapat ditulis
n→∞ n

Definisi 2.2.6 (Tiwari, N., dkk.,2020) Ruang b-metrik (X , b) disebut lengkap jika
setiap barisan Cauchya konvergen.

Definisi 2.2.7 (Tiwari, N., dkk.,2020) Misalkan (X , d ) ruang metrik. T : X → X


disebut kontraksi tipe Ciric’s jika dan hanya jika ∀ x , y ∈ X ada h<1 sehingga

d ( x ,T y ) +d ( y , T x )
d ( T x ,T y ) ≤ h max {d ( x , y ) ,d ( x ,T y ) , }
2
Definisi 2.2.8 (Tiwari, N., dkk.,2020) Misalkan (X , d ) ruang metrik memetakan
dirinya sendiri T : X → X disebut kontraksi quasi ∀ x , y ∈ X , ∃h< 1 dan

d ( T x ,T y ) ≤ h max {d ( x , y ) d ( x ,T x ) , d ( y ,T y ) , d ( x , T x ) +d ( y , T x )}

Definisi 2.2.9. (Manuharawati dan huna, 2019) Barisan ( 𝑛) pada (𝑋, 𝑑) dikatakan
konvergen jika ada 𝑥 ∈ 𝑋 , sedemikian hingga untuk setiap 𝜀 ∈ ℝ, 𝜀 > 0, ada 𝑁(𝜀)
∈ ℕ sedemikian sehingga 𝑑(𝑥𝑛, 𝑥) < 𝜀 untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑛 ≥ 𝑁 , dinotasikan
dengan lim𝑛→∞ (𝑥𝑛 ) = 𝑥 atau 𝑥𝑛 → 𝑥 dan 𝑥 disebut limit barisan (𝑥𝑛)

Definisi 2.2.10 (Manuharawati dan huna, 2019) Barisan (𝑥𝑛) pada (𝑋, 𝑑)
merupakan barisan Cauchy jika untuk setiap 𝜀 ∈ ℝ, 𝜀 > 0 , ada 𝑁(𝜀) ∈ ℕ
sedemikian hingga 𝑑(𝑥𝑚, 𝑥𝑛 ) < 𝜀 untuk setiap 𝑚, 𝑛 ∈ ℕ, 𝑚, 𝑛 > N

Teorema 2.2.1 (Manuharawati dan huna, 2019), Setiap barisan yang konvergen
pada ruang metrik adalah barisan Cauchy

Definisi 2.2.11 (Manuharawati dan huna, 2019), (𝑋, 𝑑) disebut ruang metrik
lengkap jika setiap barisan Cauchy pada 𝑋 konvergen

Definisi 2.2.12 (Manuharawati dan huna, 2019), Diketahui 𝑇: 𝑋 → 𝑌 dari ruang


metrik (𝑋, 𝑑𝑋) ke ruang metrik (𝑌, 𝑑𝑌) . 𝑇 kontinu di titik 𝑥 ∈ 𝑋 jika untuk setiap
𝜀 ∈ ℝ, 𝜀 > 0 ada 𝛿 ∈ ℝ, 𝛿 > 0 sedemikian hingga 𝑑Y(𝑇(𝑥), 𝑇(𝑥0 )) < 𝜀 untuk
setiap 𝑥 ∈ 𝑋 dengan 𝑑𝑋 (𝑥, 𝑥0 ) < 𝛿. Jika 𝑇 kontinu di setiap titik 𝑥 ∈ , maka 𝑇
disebut fungsi kontinu pada X

Teorema 2.2.2 (Manuharawati dan huna, 2019) Pemetaan 𝑇: 𝑋 → 𝑌 dari ruang


metrik (𝑋, 𝑑𝑋) ke ruang metrik (𝑌, 𝑑𝑌) kontinu di titik 𝑥0 ∈ 𝑋 jika dan hanya jika:

𝑥𝑛 → 𝑥0 mengakibatkan (𝑥𝑛 ) → 𝑇(𝑥0 )

Definisi 2.2.13 (Manuharawati dan huna, 2019) Diketahui pemetaan 𝑇: 𝑋 → 𝑋.


Titik 𝑥 disebut titik tetap 𝑇 jika (𝑥) = x
Definisi 2.2.14 (Manuharawati dan huna, 2019) Diketahui ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan
𝑇: 𝑋 → 𝑋. T dikatakan kontraktif pada 𝑋 jika ada 𝑘 ∈ ℝ, 𝑘 ∈ (0,1) sedemikian
hingga 𝑑(𝑇(𝑥), 𝑇(𝑦)) ≤ 𝑘𝑑(𝑥, 𝑦) untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋

Definisi 2.2.15 (Manuharawati dan huna, 2019) Diketahui ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan
𝑇: 𝑋 → 𝑋. 𝑇 dikatakan 𝐶-kontraktif pada 𝑋 jika ada 𝑘 ∈ ℝ, 𝑘 ∈ (0, 1 2 )
sedemikian hingga untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋 berlaku:

𝑑(𝑇(𝑥), 𝑇(𝑦)) ≤ 𝑘 (𝑑(𝑥, 𝑇(𝑦)) +𝑑(𝑦, 𝑇(𝑥)))

Definisi 2.2.16 (Manuharawati dan huna, 2019) Diketahui ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan
𝑇:𝑋 → 𝑋. 𝑇 dikatakan K-kontraktif pada 𝑋 jika ada 𝛼 ∈ ℝ, 𝛼 ∈ (0, 1 2 )
sedemikian hingga untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋 berlaku:

𝑑(𝑇(𝑥), 𝑇(𝑦)) ≤ 𝛼 (𝑑(𝑥, 𝑇(𝑥)) + 𝑑(𝑦, 𝑇(𝑦)))

Definisi 2.2.17 Diberikan ruang b-metrik (𝑋, 𝑏). Barisan {𝑥𝑛} ⊆ 𝑋 dikatakan
konvergen jika terdapat 𝑥 ∈ 𝑋 maka lim𝑛⟶∞ (𝑥𝑛, 𝑥) = 0, yang artinya untuk
setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝑝 ∈ ℕ sedemikian sehingga untuk setiap 𝑛 ≥ 𝑝 berlaku

𝑏(𝑥𝑛, 𝑥) < 𝜀.

Definisi 2.2.18 Diberikan ruang b-metrik (𝑋, 𝑏). Barisan {𝑥𝑛} ⊆ 𝑋 dikatakan
barisan Cauchy apabila lim 𝑛,⟶∞ 𝑏(𝑥𝑛, 𝑥𝑚) = 0, artinya untuk setiap 𝜀 > 0
terdapat 𝑝 ∈ ℕ sedemikian sehingga untuk setiap 𝑛, 𝑚 ≥ 𝑝 berlaku

𝑏(𝑥𝑛, 𝑥𝑚) < 𝜀.

Definisi 2.2.19 Ruang b-metrik (𝑋, 𝑏) dikatakan lengkap apabila setiap barisan
Cauchy di 𝑋 selalu konvergen di 𝑋.

Definisi 2.2.20 Misalkan 𝑋 adalah himpunan tak kosong dan 𝑠 ≥ 1 adalah suatu
bilangan real. Pemetaan 𝑑𝑏𝑐: 𝑋 x 𝑋 → 𝐸 dikatakan b–Metrik cone jika dan hanya
jika untuk semua 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑋, berlaku :
(BC1) 𝜃 ≺ 𝑑𝑏𝑐(𝑥, 𝑦)
(BC2) 𝑑𝑏(𝑥, 𝑦) = 𝜃 jika dan hanya jika 𝑥 = 𝑦
(BC3) 𝑑𝑏𝑐(𝑥, 𝑦) = 𝑑𝑏𝑐(𝑦, 𝑥)
(BC4) 𝑑𝑏𝑐(𝑥, 𝑦) ≺ 𝑠[𝑑𝑏𝑐(𝑥, 𝑧) + 𝑑𝑏𝑐(𝑧, 𝑦)]
selanjutnya (𝑋, 𝑑𝑏𝑐) disebut ruang b–metrik cone.
Contoh 2.2.1 Diberikan suatu himpunan 𝑋 = {1,2,3,4}, ruang Banach 𝐸 = ℝ2 dan
cone 𝑃 = ℝ0+ 2 = {(𝑥, 𝑦) ∈ 𝐸: 𝑥 ≥ 0, 𝑦 ≥ 0} .Didefinisikan:
𝑑𝑏𝑐: 𝑋 x 𝑋 → 𝐸 dengan 𝑑𝑏(𝑥, 𝑦) = {(|𝑥 − 𝑦|−1, |𝑥 − 𝑦|−1), jika 𝑥 ≠ 𝑦 𝜃 , jika 𝑥=𝑦
Pemetaan 𝑑 tersebut adalah b-metrik cone.

Definisi 2.2.21 Adapun mengenai definisi titik interior, persekitaran, barisan


konvergen, barisan Cauchy dan kelengkapan dalam ruang b–metrik cone
diuraikan dalam definisi berikut.

Definisi 2.2.22 Misalkan (𝑋, 𝑑𝑏𝑐) adalah ruang b–metrik cone dan 𝐵 ⊆ 𝑋.
Kemudian, 𝑏 ∈ 𝐵 disebut titik interior dari 𝐵 jika ∃𝑐 dengan 𝜃 ≪ 𝑐 sedemikian
sehingga 𝐵(𝑏) ⊆ 𝐵 dengan definisi himpunan 𝐵𝑐 (𝑏) = {𝑦 ∈ 𝑋: 𝑑𝑏𝑐(𝑏, 𝑦) ≪ 𝑐}.

Definisi 2.2.23 Misalkan (𝑋, 𝑑𝑏𝑐) adalah ruang b–metrik cone, 𝑥 ∈ 𝑋 dan (𝑥𝑛)
adalah barisan di 𝑋, berlaku bahwa : (i) (𝑥𝑛) konvergen ke 𝑥 apabila untuk setiap
𝑐 ∈ 𝐸 dengan 𝜃 ≪ 𝑐 ada bilangan asli 𝑁 sedemikian sehingga 𝑑𝑏𝑐(𝑥𝑛, 𝑥) ≪ 𝑐
untuk setiap 𝑛 ≥ 𝑁, dapat ditulis bahwa 𝑙𝑖𝑚𝑛→∞ 𝑥𝑛= 𝑥 atau 𝑥𝑛 → 𝑥 (𝑛 → ∞);
(ii) (𝑥𝑛) adalah barisan Cauchy apabila untuk setiap 𝑐 ∈ 𝐸 dengan 𝜃 ≪ 𝑐, ada
bilangan asli 𝑁 sedemikian sehingga 𝑑𝑏𝑐(𝑥𝑛, 𝑥𝑚) ≪ 𝑐 untuk semua 𝑛, 𝑚 ≥ 𝑁;
(iii) (𝑋, 𝑑𝑏𝑐) adalah ruang b–metrik cone lengkap jika setiap barisan Cauchy
konvergen di 𝑋.

Contoh 2.2.2 Diberikan ((0,1], 𝑑𝑏𝑐) adalah ruang b-metrik cone dengan 𝑑𝑏𝑐(𝑥, 𝑦)
= (|𝑥 − 𝑦|2 , |𝑥 − 𝑦|2 ) untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ (0,1], cone 𝑃 = ℝ0+ 2 dan int 𝑃 = ℝ+
2 . Barisan (𝑥 ) = (1 𝑛 ) , 𝑛 ∈ ℕ adalah barisan Cauchy pada (0,1] tetapi tidak
konvergen pada (0,1].

Definisi 2.2.24 Diberikan himpunan X dan fungsi p X X : 0,      sehingga


untuk setiap x y z X , ,  berlaku:

(P1) x y  jika dan hanya jika p (x,x) = p (y, y) = p (x, y)


(P2) p (x,x)  p (x,y)

(P3) p (x,y) = p (y,x)

(P4) p (x,y)  p (x,z) + p(z, y) - p (z z)

Selanjutnya,  X p,  adalah ruang metrik parsial.

Lemma 2.2.1 Setiap ruang metrik merupakan ruang metrik parsial.

Definisi 2.2.26 Barisan ( 𝑥𝑛) pada (𝑋, 𝑑) dikatakan konvergen jika ada 𝑥 ∈ 𝑋 ,
sedemikian hingga untuk setiap 𝜀 ∈ ℝ, 𝜀 > 0, ada 𝑁(𝜀) ∈ ℕ sedemikian sehingga
𝑑(𝑥𝑛, 𝑥) < 𝜀 untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑛 ≥ 𝑁 , dinotasikan dengan
lim𝑛→∞ (𝑥 ) = 𝑥 atau 𝑥𝑛 → 𝑥 dan 𝑥 disebut limit barisan (𝑥𝑛)

Definisi 2.2.27 Barisan (𝑥𝑛) pada (𝑋, 𝑑) merupakan barisan Cauchy jika untuk
setiap 𝜀 ∈ ℝ, 𝜀 > 0 , ada 𝑁(𝜀) ∈ ℕ sedemikian hingga

(𝑥𝑚, 𝑥𝑛 ) < 𝜀 untuk setiap 𝑚, 𝑛 ∈ ℕ, 𝑚, 𝑛 > 𝑁

Teorema 2.2.1 Setiap barisan yang konvergen pada ruang metrik adalah barisan
Cauchy.

Definisi 2.2.28 (𝑋, 𝑑) disebut ruang metrik lengkap jika setiap barisan Cauchy
pada 𝑋 konvergen (Kreyszig, 1978).

Definisi 2.2.29 Diketahui 𝑇: 𝑋 → 𝑌 dari ruang metrik (𝑋, 𝑑𝑋) ke ruang metrik (𝑌,
𝑑𝑌) . 𝑇 kontinu di titik 𝑥 ∈ 𝑋 jika untuk setiap 𝜀 ∈ ℝ, 𝜀 > 0 ada 𝛿 ∈ ℝ, 𝛿 > 0
sedemikian hingga 𝑑Y(𝑇(𝑥), 𝑇(𝑥0 )) < 𝜀 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑋 dengan 𝑑𝑋 (𝑥, 𝑥0 ) <
𝛿. Jika 𝑇 kontinu di setiap titik 𝑥 ∈ , maka 𝑇 disebut fungsi kontinu pada 𝑋

Teorema 2.2.2 Pemetaan 𝑇: 𝑋 → 𝑌 dari ruang metrik (𝑋, 𝑑𝑋) ke ruang metrik (𝑌,
𝑑𝑌) kontinu di titik 𝑥0 ∈ 𝑋 jika dan hanya jika 𝑥𝑛 → 𝑥0 mengakibatkan (𝑥𝑛 ) →
𝑇(𝑥0 ).

Definisi 2.2.30 Diketahui pemetaan 𝑇: 𝑋 → 𝑋. Titik 𝑥 disebut titik tetap 𝑇 jika (𝑥)
=𝑥
Definisi 2.2.31 Diketahui ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan 𝑇: 𝑋 → 𝑋. 𝑇 dikatakan
kontraktif pada 𝑋 jika ada 𝑘 ∈ ℝ, 𝑘 ∈ (0,1) sedemikian hingga 𝑑(𝑇(𝑥), 𝑇(𝑦)) ≤
𝑘𝑑(𝑥, 𝑦) untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋.

Definisi 2.2.32 Diketahui ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan 𝑇: 𝑋 → 𝑋. 𝑇 dikatakan 𝐶-


kontraktif pada 𝑋 jika ada 𝑘 ∈ ℝ, 𝑘 ∈ (0, 1 2 ) sedemikian hingga untuk setiap 𝑥,
𝑦 ∈ 𝑋 berlaku: 𝑑(𝑇(𝑥), 𝑇(𝑦)) ≤ 𝑘 (𝑑(𝑥, 𝑇(𝑦)) +𝑑(𝑦, 𝑇(𝑥)).

Definisi 2.2.33 Diketahui ruang metrik (𝑋, 𝑑) dan 𝑇:𝑋 → 𝑋. 𝑇 dikatakan K-


kontraktif pada 𝑋 jika ada 𝛼 ∈ ℝ, 𝛼 ∈ (0, 1 2 ) sedemikian hingga untuk setiap 𝑥,
𝑦 ∈ 𝑋 berlaku: 𝑑(𝑇(𝑥), 𝑇(𝑦)) ≤ 𝛼 (𝑑(𝑥, 𝑇(𝑥)) + 𝑑(𝑦, 𝑇(𝑦)))

2.3 Titik Coincidence

Titik Coincidence Diberikan dua pemetaan f , g : X →Y , kita sebut bahwa titik di


X adalah titik coincidence pada fungsi f ∧g. Jika f ( x )=g (x). Dapat ditulis X =Y
dan g adalah identitas pemetaan. Pada kasus ini f ( x )=x , x adalah titik tetap.

Pemetaan Terhitung. Dua pemetaan f , g : X → X dikatakan terhitung jika ∀ x

f ( g ( x ) )=g (f (x ))

( f ∘ g )( x )=( g ∘ f )( x )

f ∘ g=g ∘ f

Lemma 2.3.1 (Tiwari, N., dkk.,2020) Misal (X , d ) ruang metrik lengkap dan {x n }
barisan di ruang b-metrik sehingga berlaku

b ( x n , x n +1 ) ≤ α . b (x n−1 , x n)

untuk n=1,2,3 , … dan 0 ≤ αk<1 , α ∈ ¿ dan k terdefinisi di ruang b-metrik maka


{x n } merupakan barisan Cauchy di X .

Bukti:

Ambil sebarang n ∈ N

Maka
b ( x n , x n +1 ) ≤ α . b (x n−1 , x n)

b ( x n , x n +1 ) ≤ α 2 . b( xn−2 , xn −1 )

3
b ( x n , x n +1 ) ≤ α . b ( xn −3 , x n−2)

b ( x n , x n +1 ) ≤ α n . b (x 0 , x 1)

Ambil sebarang x n , x m ∈{x n } dan m>n, dengan menggunakan syarat ke - 3 pada


definisi 2.1.1

Maka

b ( x n , x m ) ≤ k ¿]

b ( x n , x m ) ≤ kb ( x n , x n +1 ) +k 2 [b ( x n+1 , xn +2 ) +b ( x n+2 , xm )+ …]

Karena m>n, pilih m=n+ 1 maka diperoleh

b ( x n , x n +1 ) ≤ kb ( x n , x n+1 ) +k 2 [b ( x n+1 , x n+2 ) +b ( x n+ 2 , x n+3 ) +… ]

b ( x n , x n +1 ) ≤ kb ( x n , x n+1 ) +k 2 b ( x n+1 , xn +2 ) +k 3 b ( x n+2 , xn +3 ) +…

Berdasarkan lemma 2.3.1, diperoleh

n 2 n +1 3 n +2
b ( x n , x n +1 ) ≤ k α b ( x 0 , x 1 )+ k α b ( x 0 , x1 ) + k α b ( x 0 , x1 ) + …

2 n
b ( x n , x n +1 ) ≤(1+ kα + ( kα ) +…)k α b ( x 0 , x 1 )

b ( x n , x n +1 ) ≤ k α n ( 1−kα
1
)b ( x , x ) 0 1

Karena kα <1

lim b ( x n , x n+1 )=0


m , n→ 0

Jadi {x n } adalah barisan Cauchy pada ruang b-metrik di X .

2.3 Titik Tetap


Definisi 2.3.1. Diberikan X himpunan tak kosong dan pemetaan 𝑇 ∶ 𝑋 → 𝑋, 𝑥 ∈ 𝑋
dikatakan titik tetap dari T jika dan hanya jika (𝑥) = 𝑥.Selanjutnya notasi (𝑥) yang
menyatakan pemetaan 𝑇 untuk suatu 𝑥 ∈ 𝑋 dapat dituliskan menjadi
𝑇𝑥.Sebagaimana yang telah dinyatakan pada latar belakang, teorema titik tetap
Banach diperkenalkan oleh seorang Matematikawan bernama Banach dan diberi
nama Teorema Kontraksi atau Teorema Titik Tetap Banach. Teorema tersebut
memiliki aplikasi penting dalam menentukan eksistensi dan ketunggalan solusi
persamaan differensial, juga dalam bidang komputasi. Titik tetap pada pemetaan
𝑇: 𝑋 → 𝑋 adalah 𝑥 ∈ 𝑋 yang dipetakan atas dirinya sendiri, didefinisikan 𝑇𝑥 = 𝑥.
Teorema titik tetap Banach memberikan prosedur untuk mendapatkan perkiraan
titik tetap yang diberi nama iterasi. Berdasarkan definisinya, ditentukan sebarang
𝑥0 ∈ . Kemudian, didefinisikan 𝑥𝑛+1 = 𝑇𝑥𝑛, 𝑛 = 0,1,2, … Berikut diuraikan
definisi pemetaan kontraktif dan teorema titik tetap Banach yang mendasari
teorema titik tetap pada ruang b-metrik cone.

Definisi 2.3.2. Diberikan (𝑋, 𝑑) adalah ruang metrik. Pemetaan 𝑇: 𝑋 → 𝑋 disebut


kontraktif pada (𝑋, 𝑑) jika terdapat bilangan real 0 < 𝑘 < 1 untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋
yang memenuhi (𝑇𝑥, 𝑇𝑦) ≤ 𝑘(𝑥, 𝑦). Teorema 2.1 Diberikan (𝑋, 𝑑) ruang metrik
dengan (𝑋, 𝑑) ≠ ∅. Jika (𝑋, 𝑑) lengkap dan diberikan 𝑇: 𝑋 → 𝑋 kontraktif pada
(𝑋, 𝑑) maka 𝑇 mempunyai tepat satu titik tetap.

2.5 Pemetaan di Ruang b-metrik

Definisi 2.5.1 Diberikan ruang metrik (𝑋, 𝑑) adalah ruang metrik. Pemetaan 𝑇 ∶ 𝑋
→ 𝑋 dikatakan kontraksi-F jika terdapat 𝜏 > 0 untuk setiap 𝑥, 𝑦 𝜖 𝑋 sedemikian
sehingga
(𝑇𝑥,(𝑇𝑦) > 0 ⇒ 𝜏 + 𝐹 (𝑑(𝑇𝑥, 𝑇𝑦)) ≤ 𝐹(𝑑(𝑥, 𝑦))
dimana 𝐹 ∶ (0, +∞) → (−∞, +∞) adalah pemetaan yang memenuhi kondisi :
(𝐹1) F naik murni untuk setiap 𝛼, 𝛽 𝜖 (0, +∞) sedemikian sehingga 𝛼 < 𝛽 jika dan
hanya jika 𝐹(𝛼) < 𝐹(𝛽).
(𝐹2) Untuk setiap barisan {𝑥𝑛} di bilangan riil positif, memenuhi kondisi :
𝑙𝑖𝑚𝑛→+∞ 𝑥𝑛 = 0jika dan hanya jika𝑙𝑖𝑚𝑛→+∞ (𝑥𝑛) = −∞.
(𝐹3) terdapat 𝑘 𝜖 (0,1) sedemikian sehingga 𝑙𝑖𝑚𝑥→0+ 𝑥𝑘𝐹(𝑥) = 0.
Definisi 2.5.2 Diberikan ruang seperti-metrik-b (𝑋, 𝑑). Pemetaan 𝑇 ∶ 𝑋 → 𝑋
dikatakan kontraksi-F yang di per umum jika terdapat 𝜏 > 0 untuk setiap 𝑥, 𝑦 𝜖 𝑋
sedemikian sehingga
1/2𝑘 (𝑥, 𝑇𝑥) < (𝑥, 𝑦) ⇒ 𝜏 + 𝐹 (𝑑(𝑇𝑥, 𝑇𝑦)) ≤ 𝛼𝐹(𝑑(𝑥, 𝑦)) + 𝛽𝐹(𝑑(𝑥, 𝑇𝑥)) + 𝛾𝐹
(𝑑(𝑦, 𝑇𝑦)) + 𝑡𝐹 ((𝑥, 𝑇𝑦)/2𝑘) + ℎ𝐹 ((𝑦, 𝑇𝑥)/2𝑘).
Dengan (𝑇𝑥, 𝑇𝑦) > 0, dimana 𝛼, 𝛽, 𝛾,, ℎ 𝜖 [0,1] sedemikian sehingga 𝛼 + 𝛽 + 𝛾 +
𝑡 + ℎ = 1 dan 1 − 𝛾 − 𝑡 > 0.

DAFTAR RUJUKAN

LE CALVEZ, P., & WANG, J. 2010. Some Remarks on The Poincare-Birkhoff


Theorems.
Proceeding of the American Mathematical Society, 138(2): 703-715.

Czerwik, S. 1998. Nonlinear set-valued contraction mappings in b-metric spaces,


Atti. Sem. Mat. Fis. Univ. Modena, 1:5-11.
Manuharawati, dan Tarbiyah HH. 2019. Teorema Ketunggalan Titik Tetap pada
Ruang b-Metrik Lengkap. Jurnal Ilmiah Matematika. 7(2).

Obeng - Denteh, W., Zigli, D. D., Quansah, A. M. & Ayekple, Y.E. 2014. On the
Contruction of
special metrics involving Levenshtein and Hamming distances. European
Journal of
Academic Essays, 1(7): 59-62. ISSN:2183-1904.

Ciric, Ljubomir B. 1971. Generalized Contraction and Fixed-Point Theorems.


Publication De
L’Institut Mathematique.

Bakhtin, I. A. 1989. The Contraction Mapping Principle in Quasi-Metric Spaces.


Functional
Analysis, 30: 26-37.

S. L. Singh, Bhagwati Prasad. 2008. Some coincidence theorems and stability of


iterative
procedure. Computers & Mathematics with Application, 55(11): 2512-
2520. DOI:
10.1016/j.camwa.2007.10.026.

Sir, Mehmet., & Kiziltunc, Hukmi. 2013. On Some Well Known Fixed Point
Theorems in b-
Metric Spaces. Turkish Journal of Analysis and Number Theory, 1(1): 13-
16. DOI:
10.12691/tjant-1-1-4.

Mishra, Pankaj K., Sachdeva, S., & Banerjee, S. K. 2014. Some Fixed Point
Theorems in b-
metric Spaces. Turkish Journal of Analysis and Number Theory, 2(1): 19-
22. DOI:
10.12691/tjant-2-2-5.

Jain, R., Daheriya, R.D., & Ughade, Manoj. 2010. Fixed Point, Coincidence Point
and Common

Fixed Point Theorems under Various Expansive Conditions in b-Metric


Spaces.

International Journal of Scientific and Innovative Mathematics Research,


3(9): 26-34.

Tiwari, N., Tripahti, T. K., & Singh, M. K. 2020. Coincidence and Fixed Point in
b-Metric

Space. International Journal of Advanced Science and Thecnology, 29(2):


1121-1124.

Anda mungkin juga menyukai