Anda di halaman 1dari 49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kecamatan Sukahaji

sebanyak 100 orang, adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari

dua bagian, yaitu pertayaan mengenai variabel independen yaitu produk, harga,

promosi dan distribusi dan variabeldependen yaitu keputusan pembelian.

Penggolongan karakteristik yang dilakukan terhdap responden bertujuan untuk

mengetahui secara jelas mengenai gambaran responden sebegai objek penelitian.

Gambaran umum objek penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

4.1.1.1 Karakteristik Responden

Pembahasan ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik demografi

dari 100 orang responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Karakteristik

demografi tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)
1 Laki-laki 31 31%
2 Perempuan 69 69%
Total 100 100%
Sumber : Data di olah kembali (2022)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa data jenis kelamin responden

yang diteliti terdiri dari 31 orang dengan jenis kelamin laki-laki dengan presentase

117
118

31%, dan 69 orang dengan jenis kelamin perempuan dengan presentase 69%. Dari

hasil pengamatan menunjukan bahwa masyarakat Kecamatan Sukahaji yang

mengkonsumsi teh Pucuk Harum berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.2
Usia Responden
No Umur (Tahun) Jumlah Prosentase (%)
1 ≤ 20 16 16%
2 21 – 30 39 39%
3 31 – 40 26 26%
4 ≥ 40 19 19%
Total 100 100%
Sumber : Data di olah kembali (2022)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa data usia responden yang

diteliti terdiri dari 16 orang dengan usia kurang dari 20 tahun dengan presentase

16%, 39 orang dalam rentang usia 21 – 30 tahun dengan presentase 39%, 26 orang

dalam rentang usia 31 – 40 tahun dengan presentase 26%, dan 19 orang dalam

rentang usia lebih dari 40 tahun dengan presentase 19%.Dari hasil pengamatan

menunjukan bahwa masyarakat Kecamatan Sukahaji yang mengkonsumsi teh

Pucuk Harum mayoritas berusia 21-30 tahun.

Tabel 4.3
Pekerjaan Responden
No Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
1 Pelajar 16 16%
2 Mahasiswa 37 37%
3 Petani 10 10%
5 Pegawai Negeri Sipil 15 15%
6 Pegawai Swasta 17 17%
119

7 Lainnya 5 5%
Total 100 100%
Sumber : Data di olah kembali (2022)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa data pekerjaan responden

yang diteliti terdiri dari 16 Pelajar dengan tingkat persentase 16%, 37 Mahasiswa

dengan tingkat persentase 37%, 10 orang petani dengan tingkat persentase 10%,

15 orang pegawai Negeri Sipil dengan tingkat persentase 15%, 17 orang pegawai

swasta dengan tingkat persentase 17% dan 5 orang lainnya dengan tingkat

pesentase 5%. Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa masyarakat Kecamatan

Sukahaji yang mengkonsumsi teh Pucuk Harum mayoritas sebagai Mahasiswa.

Tabel 4.4
Pendidikan Terakhir Responden
No Pendidikan Terakhir Jumlah Presentase (%)
1 SMP Sederajat 7 7%
2 SMA Sederajat 61 61%
3 Strata 1 / Diploma 32 32%
Total 100 100%
Sumber : Data di olah kembali (2022)

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa data pendidikan terakhir

responden yang diteliti terdiri dari 7 orang berpendidikan terakhir SMP sederajat

dengan tingkat persentase 7%, 61 orang berpendidika terakhir SMA sederajat

dengan tingkat persentase 61%, dan 32 orang berpendidikan terakhir Strata

1/Diploma dengan tingkat persentase 32%. Dari hasil pengamatan menunjukan

bahwa masyarakat Kecamatan Sukahaji yang mengkonsumsi teh Pucuk Harum

mayoritas berpendidikan terakhir SMA Sederajat.


120

4.1.2 Analisis Deskriptif

4.1.2.1 Tanggapan Responden Terhadap Produk (X1)

Pengukuran variabel produk dilakukan dengan memberikan 8 pernyataan

kepada responden. Berikut ini disajikan hasil penelitian berupa tanggapan

responden terhadap variabel produk.

Tabel 4.5
Rekapitulasi Tanggapan Respoden
Terhadap Variabel Produk (X1)
No Pernyataan Skor
1 Pernyataan 1 394
2 Pernyataan 2 371
3 Pernyataan 3 375
4 Pernyataan 4 343
5 Pernyataan 5 343
6 Pernyataan 6 343
7 Pernyataan 7 339
8 Pernyataan 8 342
Total Skor 2850
Rata-Rata 356
Minimum 339
Maksimum 394
Sumber : Data Kuesioner (2022)
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, diketahui bahwa total skor tanggapan

responden sebesar 2.850, rata-rata skor sebesar 356. Skor terendah sebesar 339

pada pernyataan 7 yaitu Teh pucuk layak dikonsumsi dari segi kemasan. Skor

tertinggi sebesar 421 pada pernyataan 1 yaitu Teh pucuk terbuat dari bahan baku
121

yang berkualitas. Selanjutnya dilakukan pengkategorian dengan langkah sebagai

berikut :

Nilai Minimum = Nilai Minimum x Jumlah Pernyataan x Jumlah Responden

= 1 x 8 x 100

= 800

Nilai Maksimum = Nilai Maksimum x Jumlah Pernyataan x Jumlah Responden

= 5 x 8 x 100

= 4.000

Interval = (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) / Jumlah Kategori

= (4.000– 800) / 5

= 640

Berdasarkan perhitungan diatas, selanjutnya dilakukan penetapan

kategori sebagai berikut :

Tabel 4.6
Kategori Variabel Produk X1
122

Kategori Interval
Sangat Tinggi 3.360 – 4.000
Tinggi 2.720 – 3.359 2.850
Cukup Tinggi 2.080 – 2.719
Rendah 1.440 – 2.079
Sangat Rendah 800 – 1.439
Sumber: Data Kuesioner, 2022

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa

kategori variabel produk sesuai tanggapan responden adalah tinggi. Hal ini

karena total skor sebesar 2.850 berada pada interval 2.720 – 3.359.

4.1.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Harga (X2)

Pengukuran variabel persepsi harga dilakukan dengan memberikan 4

pernyataan kepada responden. Berikut ini disajikan hasil penelitian berupa

tanggapan responden terhadap variabel harga.

Tabel 4.7
Rekapitulasi Tanggapan Responden
Terhadap Variabel Harga (X2)
No Pernyataan Jumlah Skor
1 Pernyataan 1 231
2 Pernyataan 2 240
3 Pernyataan 3 241
4 Pernyataan 4 224
Jumlah Skor Total 922
Skor Tertinggi 241
Skor Terendah 224
Skor Rata-Rata 230
Sumber: Data Kuesioner, 2022
123

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, diketahui bahwa total skor tanggapan

responden sebesar 922, rata-rata skor sebesar 230. Skor terendah sebesar 224

pada pernyataan 4 yaitu harga produk sudah sesuai dengan kualitas. Skor

tertinggi sebesar 241 pada pernyataan 3 yaitu harga produk teh pucuk lebih

murah di banding dengan minuman teh dalam kemasan yang lain. Selanjutnya

dilakukan pengkategorian dengan langkah sebagai berikut :

Nilai Minimum = Nilai Minimum x Jumlah Pernyataan x Jumlah Responden

= 1 x 4 x 100

= 400

Nilai Maksimum = Nilai Maksimum x Jumlah Pernyataan x Jumlah

Responden

= 5 x 4 x 100

= 2.000

Interval = (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) / Jumlah Kategori


124

= (2.000 – 400) / 5

= 320

Berdasarkan perhitungan diatas, selanjutnya dilakukan penetapan

kategori sebagai berikut :

Tabel 4.8
Kategori Variabel Harga (X2)

Kriteria Penilaian Interval


Sangat Tinggi 1.680 – 1999
Tinggi 1.360 – 1679
Sedang 1.040 – 1359
922
Rendah 720 – 1.039
Sangat Rendah 400 – 719
Sumber: Data Kuesioner, 2022

Berdasarkan tabel 4.8 tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa

kategori variabel harga sesuai tanggapan responden adalah rendah. Hal ini

karena total skor sebesar 922 berada pada interval 720 – 1.039.

4.1.2.3 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Promosi (X3)


Pengukuran variabel promosi dilakukan dengan memberikan 6

pernyataan kepada responden. Berikut ini disajikan hasil penelitian berupa

tanggapan responden terhadap variabel kualitas pelayanan.

Tabel 4.9
Rekapitulasi Tanggapan Respoden
Terhadap Variabel Promosi (X3)
125

No Pernyataan Jumlah Skor


1 Pernyataan 1 350
2 Pernyataan 2 369
3 Pernyataan 3 366
4 Pernyataan 4 356
Jumlah Skor Total 1453
Skor Tertinggi 369
Skor Terendah 350
Skor Rata-Rata 363
Sumber : Data Kuesioner, 2022

Berdasarkan tabel 4.9 diatas, diketahui bahwa total skor tanggapan

responden sebesar 1453, rata-rata skor sebesar 363. Skor terendah sebesar 350

pada pernyataan 1 yaitu iklan the pusuk mampu tersebar secara meluas hingga

saya dapat mudah mengetahui tentang produknya. Skor tertinggi sebesar 369

pada pernyataan 2 yaitu penjualan tatap muka langsung lebih efektif.

Selanjutnya dilakukan pengkategorian dengan langkah sebagai berikut :

Nilai Minimum = Nilai Minimum x Jumlah Pernyataan x Jumlah Responden

= 1 x 4 x 100

= 400
126

Nilai Maksimum = Nilai Maksimum x Jumlah Pernyataan x Jumlah

Responden

= 5 x 4 x 100

= 2.000

Interval = (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) / Jumlah Kategori

= (2.000 – 400) / 5

= 320

Berdasarkan perhitungan diatas, selanjutnya dilakukan penetapan


kategori sebagai berikut :
Tabel 4.10
Kategori Variabel Promosi (X3)

Kriteria Penilaian Interval


Sangat Tinggi 1.680 – 1999
Tinggi 1.360 – 1679 1453
Sedang 1.040 – 1359
Rendah 720 – 1.039
Sangat Rendah 400 – 719
Sumber : Data Kuesioner, 2021

Berdasarkan tabel 4.10 tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa

kategori variabel promosi sesuai tanggapan responden adalah tinggi. Hal ini

karena total skor sebesar 1453 berada pada interval 1.360 – 1.453.
127

4.1.2.4 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Distribusi (X4)

Pengukuran variabel distribusi dilakukan dengan memberikan 8

pernyataan kepada responden. Berikut ini disajikan hasil penelitian berupa

tanggapan responden terhadap variabel keputusan pembelian.

Tabel 4.11
Rekapitulasi Tanggapan Respoden
Terhadap Variabel Distribusi (X4)
No Pernyataan Skor
1 Pernyataan 1 342
2 Pernyataan 2 350
3 Pernyataan 3 344
4 Pernyataan 4 346
5 Pernyataan 5 338
6 Pernyataan 6 343
7 Pernyataan 7 355
8 Pernyataan 8 346
Total Skor 2764
Rata-Rata 345
Minimum 338
Maksimum 355
Sumber: Data Kuesioner, 2022

Berdasarkan tabel 4.11 diatas, diketahui bahwa total skor tanggapan

responden sebesar 2.764, rata-rata skor sebesar 345. Skor terendah sebesar 355

pada pernyataan 5 tersedianya tempat yang cukup luas apabila ada perluasan

dikemudian hari. Skor tertinggi sebesar 355 pada pernyataan 7 yaitu persaingan
128

tinggi antar penjual. Selanjutnya dilakukan pengkategorian dengan langkah

sebagai berikut :

Nilai Minimum = Nilai Minimum x Jumlah Pernyataan x Jumlah Responden

= 1 x 8 x 100

= 800

Nilai Maksimum = Nilai Maksimum x Jumlah Pernyataan x Jumlah

Responden

= 5 x 8 x 100

= 4.000

Interval = (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) / Jumlah Kategori

= (4.000– 800) / 5

= 640

Berdasarkan perhitungan diatas, selanjutnya dilakukan penetapan

kategori sebagai berikut :


129

Tabel 4.12
Kategori Variabel Distribusi (X4)

Kriteria Penilaian Interval


Sangat Tinggi 3.360 – 4.000
Tinggi 2.720 – 3.359 2.764
Sedang 2.080 – 2.719
Rendah 1.440 – 2.079
Sangat Rendah 800 – 1.439
Sumber : Data Kuesioner, 2021
Berdasarkan tabel 4.12 tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa

kategori variabel distribusi sesuai tanggapan responden adalah tinggi. Hal ini

karena total skor sebesar 2.764 berada pada interval 2.720-3.359.

4.1.2.5 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Pengukuran variabel Keputusan Pembelian dilakukan dengan memberikan

5 pernyataan kepada responden. Berikut ini disajikan hasil penelitian berupa

tanggapan responden terhadap variabel keputusan pembelian.

Tabel 4.13
Rekapitulasi Tanggapan Respoden
Terhadap Variabel Keputusan Pembelian (Y)
No Pernyataan Skor
1 Pernyataan 1 385
2 Pernyataan 2 399
3 Pernyataan 3 354
4 Pernyataan 4 350
130

5 Pernyataan 5 369
Total Skor 1857
Rata-Rata 371
Minimum 350
Maksimum 399
Sumber: Data Kuesioner, 2022

Berdasarkan tabel 4.13 diatas, diketahui bahwa total skor tanggapan

responden sebesar 1.857, rata-rata skor sebesar 371. Skor terendah sebesar 350

pada pernyataan 4 saya memutuskan memilih pembelian the pucuk setelah

mengetahui kelebihan dan segi harga. Skor tertinggi sebesar 399 pada

pernyataan 2 yaitu saya mengetahui the pucuk dari teman yang pernah

mencobanya. Selanjutnya dilakukan pengkategorian dengan langkah sebagai

berikut :

Nilai Minimum = Nilai Minimum x Jumlah Pernyataan x Jumlah Responden

= 1 x 5 x 100

= 500

Nilai Maksimum = Nilai Maksimum x Jumlah Pernyataan x Jumlah

Responden
131

= 5 x 5 x 100

= 2.500

Interval = (Nilai Maksimum – Nilai Minimum) / Jumlah Kategori

= (2.500 – 500) / 5

= 400

Berdasarkan perhitungan diatas, selanjutnya dilakukan penetapan

kategori sebagai berikut :

Tabel 4.14
Kategori Variabel Keputusan Pembelian (Y)

Kriteria Penilaian Interval


Sangat Tinggi 2.100 – 2.499
Tinggi 1.700 – 2.099 1.857
Sedang 1.300 – 1.699
Rendah 900 – 1.299
Sangat Rendah 500 – 899
Sumber : Data Kuesioner, 2022

Berdasarkan tabel 4.14 tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa

kategori variabel keputusan pembelian sesuai tanggapan responden adalah

tinggi. Hal ini karena total skor sebesar 1.857 berada pada interval 1.700 –

2.099.
132

4.1.1 Analisis Verifikatif

4.1.1.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas Data

Data ordinal yang telah ditransformasi menjadi data interval, selanjutnya

dilakukan uji normalitas data. Data peneletian yang baik adalah data yang

memiliki normalitas pada distribusi error. Uji normalitas data dalam penelitian

ini dilakukan dengan uji kolmogrof-Smirnov (K-S). Jika Asymp. Sig pada

Output Kolmogrov- Smirnov lebih dari 0,05 (5%), maka data (nilai residual)

terdistribusi normal. Sedangkan jika Asymp. Sig pada Ouput Kolmogrov-

Smirnov kurang dari 0,05 (5%), maka data (nilai residual) terdistribusi tidak

normal. Adapun hasil uji normalitas disajikan pada tabel 4.14 dibawah ini :

Tabel 4.15
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Keputusan
Pembelian

N 100

Normal Mean 27.5540


Parametersa,b
Std. Deviation 7.36407

Most Extreme Absolute .071


Differences
Positive .071

Negative -.065

Test Statistic .071


133

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber : Output SPSS 25 (2022)

Pada tabel 4.15 diatas, diketahui bahwa Asymp. Sig pada uji

Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 > 0,05 (5%). Dengan demikian, maka dapat

dikatakan bahwa seluruh variabel memiliki nilai residual yang berdistribusi

normal. Selanjutnya secara grafis, hasil uji normalitas tersebut disajikan pada

gambar di bawah ini :

Gambar 4.1
Grafik Histogram Uji Normalitas
Pada gambar 4.1 tersebut, dapat diketahui bahwa sebaran data berbentuk

simetris (rata kekanan dan kekiri) dan mengikuti garis diagonal. Maka dapat

dikatakan bahwa data memiliki nilai residual yang terdistribusi normal, sehingga

data yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis regresi berganda.


134

2. Uji Multikolinieritas

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Cara mendeteksinya adalah dengan

melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Bhouno dalam Sudirno

dan Suparto (2017: 92), jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥

10, maka dapat dikatakan variabel bebas tidak memiliki gejala multikolinearitas.

Tabel 4.16
Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Produk .470 2.127

Harga .476 2.102


Promosi .372 2.685
Distribusi .440 2.272
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian

Sumber : Output SPSS 25 (2022)

Pada tabel 4.16 diatas, diketahui bahwa nilai tolerance dari variabel

produk adalah sebesar 0,470 > 0,1, harga adalah sebesar 0,476 > 0,1, promosi

adalah sebesar 0,372 > 0,1 dan distribusi adalah sebesar 0,440 > 0,1. Sedangakan

nilai VIF produk sebesar 2,127 < 10, harga adalah sebesar 2,102 < 10, promosi

sebesar 2,685 < 10 dan distribusi adalah sebesar 2,272 < 10. Dengan demikian,
135

maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat korelasi sempurna antar variabel

bebas keragaman produk, harga, promosi dan distribusi, atau dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi

heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas (Dadang Sudirno dan L Suparto

( 2018:94). Hasil uji heterokedastisitas, dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan gambar 4.2 tersebut diatas, grafik scatterplot menunjukkan

bahwa titik-titik data menyebar baik diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y

serta titik-titik data tidak hanya mengumpul diatas dan dibawah, hal ini dapat
136

disimpulkan bahwa tidak terdapat Heteroskedastisitas pada model regresi yang

digunakan.

4. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji suatu model regresi apakah antara

variabel pengganggu pada masing-masing variabel bebas saling mempengaruhi.

Adapun hasil pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.17
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .791 a
.626 .611 1.88341 1.989

a. Predictors: (Constant), Distribusi, Produk, Harga, Promosi


b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Output SPSS 25 (2022)

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan program SPSS 25 pada

tabel 4.15 di atas, didapat nilai d (Durbin −Watson) = 1,989. Nilai dL dan dU

yang tertera di dalam tabel Durbin Watson untuk n = 100 dan k = 2 (jumlah

variabel independen) adalah dL = 1,633 dan dU = 1,715. Maka persamaan dalam

penelitian ini yang sesuai dengan tabel 4.16 adalah d > dU dimana 1,918> 1,715

(tidak terdapat autokorelasi positif) dan du < d < 4 – du dimana 1,715< 1,918<
137

2,285 (tidak terdapat autokorelasi negatif). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat autokorelasi negatif dalam model regresi yang digunakan.

4.1.1.2 Uji Kelayakan Model (Uji F)

Untuk memprediksi apakah variabel independen (produk, harga, promosi

dan distribusi) layak atau tepat (fit) terhadap variabel dependen (keputusan

pembelian), maka dilakukan uji F yakni dengan membandingkan Fhitung dengan

Ftabel.

Tabel 4.16
Hasil Analisis Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 564.856 4 141.214 39.810 .000b
Residual 336.988 95 3.547
Total 901.843 99
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
b. Predictors: (Constant), Distribusi, Produk, Harga, Promosi

Sumber: Output SPSS 25 (2022)

Berdasarkan tabel 4.16 diatas, menunjukan bahwa hasil uji F diperoleh

nilai F sebesar 39,810 pada taraf signifikansi 5% dengan df=2 adalah df=n-k-l =

100-2-1= 97 maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 3,09. Hal tersebut menunjukan

bahwa pada tingkat signifikansi 5% Fhitung 39,810 > Ftabel 3,09. Artinya H0 ditolak,

maka kesimpulannya Berarti model yang dipilih yaitu keragaman produk, persepsi
138

harga dan kualitas pelayanansudah tepat (fit) dalam memprediksi keputusan

pembelian.

4.1.1.3 Uji Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh variabel independen (keragaman produk, persepsi harga dan kualitas

pelayanan) terhadap variabel dependen (keputusan pembelian). Hasil uji regresi

berganda disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.17
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.916 2.581 2.292 .000
Produk .234 .053 .159 2.649 .000
Harga -.416 -.299 -.307 -3.179 .000
Promosi .324 .151 .241 2.146 .000
Distribusi .546 .120 .419 4.535 .000
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Output SPSS 24 (2022)

Berdasarkan tabel 4.17 tersebut diatas, maka dapat disusun persamaan

hasil regresi yang diperoleh sebagai berikut :

Y = 5,916 + 0,234 (X1) - 0,416 (X2) + 0,324 (X3) + 0,546 (X4) + ε

Dari persamaan tersebut, dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Konstanta (α) sebesar 5,916 dan bertanda positif. Artinya keputusan pembelian

bernilai 5,916 tanpa adanya pengaruh dari produk, harga, promisi dan

keputusan pembelian.
139

2. Koefisien regresi produk sebesar 0,234 dan bertanda positif. Artinya, produk

memiliki pengaruh dan searah terhadap keputusan pembelian. Semakin tinggi

produk maka keputusan pembelian akan meningkat.

3. Koefisien regresi harga sebesar -0,426 dan bertanda negatif. Artinya, harga

tidak memiliki pengaruh dan tidak searah terhadap keputusan pembelian.

Semakin tinggi harga maka keputusan pembelian akan menurun.

4. Koefisien regresi promosi sebesar 0,324 dan bertanda positif. Artinya, promosi

memiliki pengaruh dan searah terhadap keputusan pembelian. Semakin baik

promosi maka keputusan pembelian akan meningkat.

5. Koefisien regresi distribusi sebesar 0,546 dan bertanda positif. Artinya,

distribusi memiliki pengaruh dan searah terhadap keputusan pembelian.

Semakin baik distribusi maka keputusan pembelian akan meningkat.

6. Nilai residual (ε) artinya error bahwa kesalahan dalam memprediksi data

sampel yang dilakukan oleh peneliti.

4.1.1.4 Uji Koefisien Determinasi

Untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas (produk, harga,

promosi dan distribusi) terhadap variabel dependen (keputusan pembelian) dapat

dihitung dengan suatu besaran yang disebut koefisien determinasi yang

dinyatakan dengan persentase.

Tabel 4.19
Hasil Koefisien Determinasi Parsial

Coefficientsa

Correlations
Model Zero-order Partial Part
1 Produk .403 .266 .141
140

Harga ,364 ,175 ,004


Promosi .482 .240 .192
Distribusi ,583 ,383 ,222
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Output SPSS 25 (2022)

1. Koefisien determinasi produk (X1) :

KD = r2 x 100%

= 0,4032x 100%

= 16,24%

Besarnya kontribusi keragaman produkterhadap keputusan pembelian

yaitu sebesar 16,24%

2. Koefisien determinasi harga (X2):

KD = r2 x 100%

= 0,3642x 100%

= 13,24%

Besarnya kontribusi perspsi hargaterhadap keputusan pembelian yaitu

sebesar 13,24%

3. Koefisien determinasi promosi (X3):

KD = r2 x 100%

= 0,4822x 100%

= 23,23%

Besarnya kontribusi kualitas pelayananterhadap keputusan pembelian

yaitu sebesar 23,23%

4. Koefisien determinasi distribusi (X3):

KD = r2 x 100%
141

= 0,5832x 100%

= 33,98%

Besarnya kontribusi kualitas pelayananterhadap keputusan pembelian

yaitu sebesar 33,98%

4.1.2 Uji Hipotesis t

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis antara produk, harga, promosi

dan distribusi secara parsial terhadap keputusan pembelian. Uji t pada dasarnya

menunjukkan apakah terdapat pengaruh signifikan suatu variabel independen

terhadap variabel dependen.

Tabel 4.20
Hasil Analisis Uji t Statistik
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.916 2.581 2.292 .000
Produk .234 .053 .159 2.649 .000
Harga -.416 -.299 -.307 -3.179 .000
Promosi .324 .151 .241 2.146 .000
Distribusi .546 .120 .419 4.535 .000
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Sumber : Output SPSS 25, (2022)

Ha : r ≠ 0 : produk, harga, promosi dan distribusi berpengaruh secara parsial

terhadap keputusan pembelian.


142

Ho : r = 0 : produk, harga, promosi dan distribusi tidak berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian.

Derajat kebebasannya adalah :

Df = n-2

= 100-2

= 98

Hasil uji parsial adalah sebagai berikut :

Berdasarkan tabel 4.19 untuk uji hipotesis secara parsial adalah sebagai

berikut:

1. Variabel produk menunjukan nilai t hitung sebesar 2,649 dan t tabel sebesar 1,984

dengan tingkat signifikasi 5% maka t hitung 2,649 > t tabel 1,984 dan nilai

signifikansinya 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak. Hal ini berarti produk

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dengan demikian

hipotesis yang pertama dapat dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan uji

hipotesis tersebut maka digunakan kurva uji dua pihak seperti berikut :
143

-2,649 -1,984 1,984 2,649

Gambar 4.3
Kurva Uji Dua Pihak
Produk Terhadap Keputusan Pembelian

2. Variabel harga menunjukan nilai t hitung sebesar -3,179 dan t tabel sebesar 1,984

dengan tingkat signifikasi 5% maka t hitung -3,179 > t tabel 1,984 dan nilai

signifikansinya 0,000 < 0,05 H0 diterima. Hal ini berarti harga tidak

berpengaruh signifikasi terhadap keputusan pembelian, dengan demikian

hipotesis yang kedua dapat dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan uji hipotesis

tersebut maka digunakan kurva uji dua pihak seperti berikut :

-3,579 -1,984 1,984 3,579


Gambar 4.4
Kurva Uji Dua Pihak
Harga Terhadap Keputusan Pembelian

3. Variabel promosi menunjukan nilai t hitung sebesar 2,146 dan t tabel sebesar 1,984

dengan tingkat signifikasi 5% maka t hitung 2,146 > t tabel 1,984 dan nilai
144

signifikansinya 0,000 < 0,05 H0 ditolak. Hal ini berarti promosi berpengaruh

signifikasi terhadap keputusan pembelian, dengan demikian hipotesis yang

ketiga dapat dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan uji hipotesis tersebut maka

digunakan kurva uji dua pihak seperti berikut :

-2,146 -1,984 1,984 2,146


Gambar 4.5
Kurva Uji Dua Pihak
Promosi Terhadap Keputusan Pembelian

4. Variabel distribusi menunjukan nilai t hitung sebesar 4,535 dan t tabel sebesar 1,984

dengan tingkat signifikasi 5% maka t hitung 4,535 > t tabel 1,984 dan nilai

signifikansinya 0,000 < 0,05 H0 ditolak. Hal ini berarti distribusi berpengaruh

signifikasi terhadap keputusan pembelian, dengan demikian hipotesis yang

keempat dapat dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan uji hipotesis tersebut

maka digunakan kurva uji dua pihak seperti berikut :


145

-4,535 -1,984 1,984 4,620

Gambar 4.6
Kurva Uji Dua Pihak
Distribusi Terhadap Keputusan Pembelian

4.2 Pembahasan

Setelah dilakukan pengujian statistic terhadap data yang diperoleh penulis

mendapatkan gambaran mengenai variabel Produk, Harga, Promosi dan Distribusi

terhadap Keputusan Pembelian pada Teh Pucuk Harum Di Kecamatan Sukahaji

secara parsial. Adapun hal tersebut dapat dibahas sebagai berikut :

4.2.1 Analisis Deskriptif

4.2.1.1 Persepsi Produk Teh Pucuk Harum Di Kecamatan Sukahaji

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tanggapan responden mengenai

produk dengan total skor 2850 menunjukan bahwa produk berada dalam kategori

tinggi. Produkdikatakan tinggi dapat dilihat berdasarkan pada beberapa indikator,

yaitu 1) Kinerja, 2) Fitur, 3) Reliabilitas, 4) Kesesuaian, 5) Daya Tahan, 6)

Serviceability, 7) Keindahan, dan 8) Kualitas.

Responden memberikan kategori tinggi pada produk disebabkan oleh

beberapa alasan antara lain teh pucuk terbuat dari bahan baku yang berkualitas

sehingga aman untuk di konsumsi dengan porsi yang sesuai konsumen dan juga
146

citra teh pucuk sudah baik dipandangan masyarakat khususnya di Kecamatan

Sukahaji.

Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden terdapat jawaban diatas

rata-rata yaitu merek produk teh pucuk memang sudah dikenal oleh hampir semua

masyarakat di kecamatan Sukahaji dengan bahan baku yang digunakan untuk

pembuatan teh pucuk berkualitas, komposisi teh pucuk sesuai dengan apa yang

diharapkan masyarakat, dan pengemasan teh pucuk yang tidak pernah gagal dan

membuat konsumennya kecewa. Hal ini mencerminkan bahwa masyarakat lebih

banyak menyukai teh pucuk karena produknya sendiri layak untuk di konsumsi

sesuai kebutuhan masyarakat.

Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan karakteristik responden yang

didominasi oleh perempuan, karakter perempuan cenderung memiliki keinginan

yang tinggi untuk mengkonsumsi teh pucuk. Bukan hanya itu karakteristik

responden berdasarkan umur didominasi oleh karyawan yang berumur 21-30

tahun, usia tersebut merupakan usia produktif dimana konsumen memiliki

pendapatan yang memadai untuk melakukan pembelian. Selain itu, pekerjaan

responden juga turut diperhatikan, dalam penelitian ini pekerjaan di dominasi oleh

mahasiswa karena mahasiswa cenderung memiliki kebutuhan yang tinggi baik itu

untuk gaya hidup ataupun kebutuhan primer lainnya. Begitupun dengan

pendidikan terarakhir responden yang didominasi oleh responden dengan

pendidikan terakhir SMA Sederajat, baik itu melanjutkan pada jengjang

pendiditan tinggi atau yang telah bekerja, hal tersebut dikarenakan pendidikan

terakhir dapat mempengaruhi pemahaman akan kualitas produk tersebut.


147

Sedangkan skor dibawah rata-rata yaitu desain produk untuk teh pucuk

harum baik, teh pucuk dapat bertahan lama, teh pucuk layak dikonsumsi dari segi

kesehatan, teh pucuk layak dikonsumsi dari segi kemasan, dan juga citra merek

teh pucuk sudah baik di pandangan masyarakat.

4.2.1.2 Harga Teh Pucuk Harum di Kecamatan Sukahaji

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tanggapan responden mengenai

harga dengan total skor 922 menunjukan bahwa harga berada dalam kategori

rendah. Harga dikatakan rendah dapat dilihat berdasarkan pada beberapa

indikator, yaitu 1) Tingkatan, 2) Kesesuaian, 3) Daya saing dan 4) Penentuan

Harga.

Responden memberikan kategori rendah pada harga disebabkan oleh

beberapa alasan antara lain harga produk teh pucuk terjangkau oleh konsumen

yang dimana juga harga yang ditawarkan sudah sesuai dengan kualitas dari

produk dimana membuat masyarakat percaya akan produk teh pucuk.

Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden terdapat jawaban diatas

rata-rata yaitu harga produk teh pucuk sesuai dengan rasanya dan harga produk

teh pucuk lebih murah dibanding dengan minuman teh dalam kemasan lainnya

yang cederung lebih terjangkau oleh konsumen menengah kebawa. Hal ini

mencerminkan bahwa tanggap mengenai harga ialah tentang nominal dimana

padangan konsumen terhadap suatu nilai dari produk tersebut dan menganggap

bahwa dengan harga yang ditawarkan tergolong murah dan dapat dibandingkan

dengan produk pesaing. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan karakteristik


148

responden yang didominasi oleh perempuan, karakter perempuan cenderung

memiliki keinginan yang tinggi untuk pembelian.

Sedangkan skor dibawah rata-rata yaitu harga produk teh pucuk sudah

sesuai dengan kualitas produknya.

4.2.1.3 Promosi Teh Pucuk Di Kecamatan Sukahaji

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tanggapan responden mengenai

promosi dengan total skor 1.453 menunjukan bahwa promosi berada dalam

kategori sangat baik. Promosi dikatakan tinggi dapat dilihat berdasarkan pada

beberapa indikator, yaitu 1) Periklanan 2) Penjualan Personal 3) Promosi

Penjualan dan 4) Hubungan Masyarakat.

Responden memberikan kategori tinggi pada promosi disebabkan oleh

beberapa alasan diantaranya promosi dengan penjualan tatap muka langsung lebih

efektif untuk dilakukan karena masyarakat dapat mengenal dan mengenal

langsung produk yang akan dibeli mulai dari segi tampilan produk, kualitas

produk, komposisi, dengan harga yang terjangkau mendapatkan porsi yang sesuai

kebutuhan.

Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden terdapat jawaban diatas

rata-rata yaitu dengan penjualan yang sering dilakukan secara langsung membuat

masyarakat bisa jauh lebih mengenal terlebih teh pucuk sering menjadi sponsor

dalam kegiatan untuk meningkatkan penjualannya, mulai dari pembukaan stand di

berbagai kegiatan atau event menjadi salah satu bentuk promosi yang baik.

Masyarakat akan lebih sering melihat dan akan tertarik untuk melakukan

pembelian. Hal ini mencerminkan bahwa promosi yang dilakukan secara sering
149

membuat masyarakat akan cepat mengenal produk dan memutuskan untuk

membeli.

Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan karakteristik responden yang

didominasi oleh responden dengan pendidikan terakhir SMA Sederajat, baik itu

melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi atau yang telah bekerja, hal tersebut

dikarenakan pendidikan terakhir dapat mempengaruhi pemahaman promosi yang

diberikan oleh perusahaan tersebut.

Sedangkan skor dibawah rata-rata yaitu iklan teh pucuk mampu tersebar

secara meluas sehingga masyarakat dengan mudah mengetahui tentang

produknya, dan juga kegiatan bersama masyarakat mempererat hubungan.

4.2.1.4 Distribusi Teh Pucuk Di Kecamatan Sukahaji

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tanggapan responden mengenai

distribusi dengan total skor 2.764 menunjukan distribusi berada dalam kategori

tinggi. Distribusi dikatakan tinggi dapat dilihat berdasarkan pada beberapa

indikator, yaitu 1) Akses, 2) Visibilitas, 3) LalunLintas, 4) Parkir, 5) Lingkungan,

6) Persaingan, 7) Ekspansi dan 8) Peraturan Pemerintah.

Responden memberikan kategori sangat tinggi pada distribusi

disebakabkan oleh beberapa alasan antara lain tersedianya tempat yang cukup luas

apabila ada perluasan dikemudian hari untuk dilakukan penjualan.

Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden terdapat jawaban diatas

rata-rata yaitu akses transportasi mudah dijangkau, lahan parkir yang luas,

persaingan tinggi antar penjual, dan juga penjualan bebas tidak teratur oleh
150

Pemerintah. Hal ini mencerminkan bahwa distribusi teh pucuk di Kecamatan

Sukahaji begitu tinggi dari konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.

Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan karakteristik responden yang

didominasi oleh karyawan yang berumur 21-30 tahun, usia tersebut merupakan

usia produktif dimana konsumen memiliki pendapatan yang memadai untuk

berbelanja.

Sedangkan skor dibawah rata-rata yaitu distribusi teh pucuk mudah

dijangkau, kondisi lingkungan penjual bersih dan nyaman, tersedianya tempat

yang cukup luas apabila ada perluasan dikemudian hari dan daerah mendukung

produk yang ditawarkan.

4.2.1.5 Keputusan Pembelian Teh Pucuk Di Kecamatan Sukahaji

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tanggapan responden mengenai

keputusan pembelian dengan total skor 1.857 menunjukan keputusan pembelian

berada dalam kategori tinggi. Keputusan pembelian dikatakan tinggi dapat dilihat

berdasarkan pada beberapa indikator, yaitu 1) Pengenalan, 2) Pencarian Informasi,

3) Evaluasi Alternatif 4) Keputusan Pembelian dan 5) Kosumen Pasca Pembelian

dan Evaluasi.

Responden memberikan kategori tinggi pada keputusan pembelian

disebakabkan oleh beberapa alasan antara lain mengetahui produk teh pucuk dari

teman yang pernah mencobanya, selain itu teh pucuk merupakan minuman yang

tepat untuk mengisi waktu bersama teman atau kerabat.

Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban responden terdapat jawaban diatas

rata-rata yaitu teh pucuk merupakan minuman yang pas untuk dijadikan teman
151

dalam mengisi waktu bersama-sama baik bersama teman, keluarga atau kerabat,

dijadikan minuman pelangkap yang pas. dan juga teh pucuk dapat direkomendasi

dari teman yang sudah pernah mencobanya. Hal ini mencerminkan bahwa tingkat

keputusan pembelian teh pucuk di Kecamatan Sukahaji begitu tinggi dari

konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.

Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan karakteristik responden yang

didominasi oleh karyawan yang berumur 21-30 tahun, usia tersebut merupakan

usia produktif dimana konsumen memiliki pendapatan yang memadai untuk

berbelanja.

Sedangkan skor dibawah rata-rata yaitu masyarakat memutuskan memilih

pembelian teh pucuk harum setelah mengetahui kelebihan dari segi komposisinya,

masyarakat memutuskan memilih pembelian teh pucuk setelah mengetahui

kelebihan dari segi harga dan masyarakat merasa puas dan akan melakukan

pembelian ulang konsumsi teh pucuk.

4.2.2 Hasil Analisis Verifikatif

4.2.2.1 Pengaruh Produk Terhadap Keputusan Pembelian Teh Pucuk di

Kecamatan Sukahaji

Hasil penelitian pengaruh variabel produk terhadap keputusan pembelian

dengan menggunakan bantuan program SPSS 25 menyatakan bahwa variabel

produk mempunyai kontribusi atau pengaruh terhadap keputusan pembelian

karena dengan kualitas produk yang baik maka dapat menumbuhkan keputusan

pembelian yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan koefisien

determinasi menunjukan kontribusi produk terhadap keputusan pembelian sebesar


152

16,24%. Berdasarkan hasil koefisien determinasi secara parsial menunjukan

produk memiliki kontribusi yang kuat dan signifikan terhadap keputusan

pembelian. Hal ini dikarenakan apabila produknya tinggi maka keputusan

pembelian akan meningkat. Hipotesis pertama menunjukan bahwa produk

berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa

masyakat lebih cenderung akan membeli teh pucuk dengan jumlah yang banyak

sehingga masyarakat dapat memilihi produk sesuai dengan yang dibutuhkan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil Fitri Komalasari (2017) dengan

judul “Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Pembelian (Pembelian

Nokia di Depok). Penelitian Fitri Komalasari menjelaskan bahwa dengan adanya

produk dapat menumbuhkan keputusan pembelian.

Penelitian ini selaras dengan teori yang dikemukanan oleh Garvin dalam

Umar (2016:36) mengemukakan bahwa kualitas produk sebagai kemampuan

suatu produk untuk melaksanakan fungsinya. Kualitas dan peningkatan produk

merupakan bagian penting dalam sebagian besar strategi pemasaran. Oleh karena

itu, pelaku usaha harus membuat keputusan yang tepat mengenai produk yang

ditawaran, karena dengan adanya produk akan memberikan kemudahan kepada

konsumen untuk memilih dan melakukan keputusan pembelian sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan konsumen.

4.2.2.2 Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian Teh Pucuk Harum

di Kecamatan Sukahaji

Hasil penelitian pengaruh variabel harga terhadap keputusan pembelian

dengan menggunakan bantuan program SPSS 25 menyatakan bahwa variabel


153

harga mempunyai kontribusi atau pengaruh terhadap keputusan pembelian karena

dengan pandangan konsumen terhadap harga itu baik dapat menumbuhkan

keputusan pembelian yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan

koefisien determinasi menunjukan kontribusi persepsi harga terhadap keputusan

pembelian sebesar 13,24%. Berdasarkan hasil koefisien determinasi secara parsial

menunjukan harga memiliki kontribusi yang kuat dan signifikan terhadap

keputusan pembelian. Hal ini dikarenakan apabila harga itu baik maka keputusan

pembelian akan meningkat. Hipotesis kedua menunjukan bahwa harga

berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa

konsumen harga yang ditawarkan teh pucuk harum dapat terjangkau.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Celina A. Rompas,

Victor P.K Lengkong dan Merlyn M. Karuntu (2017) dengan judul “ Analisis

Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian (Mobil Daihatsu Ayla Papa

PT. Astra International Tbk Daihatsu Cabang Martadinata Manado). Penelitian

Celina A. Rompas, Victor P.K Lengkong dan Merlyn M. Karuntu menjelaskan

bahwa dengan adanya harga dapat menumbuhkan keputusan pembelian.

Penelitian ini selaras dengan teori yang dikemukanan oleh Menurut Kotler

dan Armstrong (2016:62) Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayar

pelanggan untuk memperoleh produk. Harga mempunyai banyak bentuk dan

melaksanakan banyak fungsi serta terdiri dari banyak komponen. Dengan

demikian penilaian harga suatu produk dikatakan mahal, murah atau biasa saja

dari setiap individu tidaklah harus sama, karena tergantung dari persepsi individu

yang dilatar belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu


154

4.2.2.3 Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Teh Pucuk

Harum di Kecamatan Sukahaji

Hasil penelitian pengaruh variabel promosi terhadap keputusan pembelian

dengan menggunakan bantuan program SPSS 25 menyatakan bahwa variabel

promosi mempunyai kontribusi atau pengaruh terhadap keputusan pembelian

karena dengan promosi yang baik dapat menumbuhkan keputusan pembelian yang

tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan koefisien determinasi

menunjukan kontribusi promosi terhadap keputusan pembelian sebesar 23,23%.

Berdasarkan hasil koefisien determinasi secara parsial menunjukan promosi

memiliki kontribusi yang kuat dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal

ini dikarenakan apabila promosi baik maka keputusan pembelian akan meningkat.

Hipotesis ketiga menunjukan bahwa promosi berpengaruh positif terhadap

keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa promosi begitu penting bagi

konsumen, karena tanpa adanya promosi konsumen akan merasa bingung dalam

meentukan produk yang hendak dibeli.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian I Gede Marendra

(2018) dengan judul “Pengaruh Bauran Pemasaran Produk, Harga, Lokasi, dan

Promosi terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Minimarket ALFAMART

atau INDOMARET). Penelitian I Gede Marendra menjelaskan bahwa dengan

adanya promosi dapat menumbuhkan keputusan pembelian.

Menurut Tjiptono (2015:387) promosi merupakan elemen bauran

pemasaran yang berfokus pada upaya menginformasikan, membujuk, dan

mengingatkan kembali konsumen akan merek dan produk perusahaan.


155

4.2.2.4 Pengaruh Distribusi Terhadap Keputusan Pembelian Teh Pucuk

Harum di Kecamatan Sukahaji

Hasil penelitian pengaruh variabel distribusi terhadap keputusan

pembelian dengan menggunakan bantuan program SPSS 25 menyatakan bahwa

variabel distribusi mempunyai kontribusi atau pengaruh terhadap keputusan

pembelian karena dengan distribusi yang baik dapat menumbuhkan keputusan

pembelian yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan koefisien

determinasi menunjukan kontribusi distribusi terhadap keputusan pembelian

sebesar 33,98%. Berdasarkan hasil koefisien determinasi secara parsial

menunjukan distribusi memiliki kontribusi yang kuat dan signifikan terhadap

keputusan pembelian. Hal ini dikarenakan apabila distribusi tinggi maka

keputusan pembelian akan meningkat. Hipotesis keempat menunjukan bahwa

distribusi berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukan

bahwa distribusi begitu penting bagi konsumen, karena tanpa adanya distribusi

merata konsumen akan merasa bingung dalam menentukan produk yang hendak

dibeli berada dimana untuk membelinya.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Sabda Dian Nurani

Siahaan (2019) dengan judul “Pengaruh Bauran terhadap Keputusan Pembelian

Konsumen (Besi di UD. Besi Aji). Sabda Dian Nurani Siahaan menjelaskan

bahwa dengan adanya distribusi dapat menumbuhkan keputusan pembelian.

Tjiptono (2018:155) distribusi adalah suatu perangkat organisasi yang

saling bergantung dalam menyediakan satu produk untuk digunakan atau

dikonsumsi oleh konsumen/pengguna.


156

Berdasarkan koefisien determinasi, kontribusi variabel independen

(variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel terikat) yang dinyatakan

dalam bentuk presentase data digambarkan sebagai berikut :

Produk
16,24%

13,24%
Harga

Keputusan
23,23%
Pembelian

Promosi
157

33,98%
Distribusi

Gambar 4.6
Hasil penelitian

Keterangan :
1. Produk terhadap keputusan pembelian menghasilkan angka sebesar

16,24%yang artinya bahwa produk mempengaruhi keputusan pembelian

sebesar 16,24%

2. Harga terhadap keputusan pembelian menghasilkan angka sebesar 13,24%


yang artinya bahwa harga mempengaruhi keputusan pembelian sebesar
13,24%
3. Promosi terhadap keputusan pembelian menghasilkan angka sebesar 23,23%

yang artinya bahwa promosi mempengaruhi keputusan pembelian sebesar

23,23%

4. Distribusi terhadap keputusan pembelian menghasilkan angka sebesar

33,98% yang artinya bahwa distribusi mempengaruhi keputusan pembelian

sebesar 33,98%.
158
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat disimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Produk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian. Artinya bahwa, semakin tinggi produk, maka akan semakin tinggi

pula keputusan pembeliannya.

2. Harga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian. Artinya bahwa, semakin tinggi harga, maka akan semakin rendah

pula keputusan pembeliannya.

3. Promosi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian. Artinya bahwa, semakin tinggi promosi, maka akan semakin

rendah pula keputusan pembeliannya.

4. Distribusi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian. Artinya bahwa, semakin tinggi distribusi, maka akan semakin

tinggi pula keputusan pembeliannya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

penulis memberikan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat

dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan adalah :

1. Produk teh pucuk harum di Kecamatan Sukahaji termasuk dalam kategori

tinggi, akan tetapi berdasarkan hasil rekapitulasi terdapat pernyataan yang

157
158

memiliki skor dibawah rata-rata, yaitu “Desain produk baik, teh pucuk dapat

betahan lama, teh pucuk layak dikonsumsi dari segi kesehatan, teh pucuk

layak dikonsumsi dari segi kemasan dan citra tehpucuk sudah baik di

pandangan masyarakat”. Artinya bahwa konsumen berangapan bahwa produk

teh pucuk harum belum sepenuhnya baik harus diperbaiki seperti mendesain

kembai untuk desain dari kemasan agar ada pembaharuan dari sebelumnya

agar membuat konsumenya tidak bosan, citra merek yang sudah baik harus

memperkuat produknya dari mulai kemasan sampai kesehatannya.

2. Harga pada pucuk harum di Kecamatan Sukahaji termasuk dalam kategori

rendah, akan tetapi berdasarkan hasil rekapitulasi terdapat pernyataan yang

memiliki skor dibawah rata-rata, yaitu “harga produk teh pucuk lebh murah di

banding dengan minuman teh dalam kemasan yang lain, dan juga harga

produk sudah sesuai dengan kualitas”. Maka penulis menyarankan, terus

mengupdate dengan para pesaingnya agar bisa dipertimbangkan untuk

melakukan keputusan pembelian setiap harga dari produk sesuai dengan harga

pasar yang berlaku.

3. Promosi teh pucuk harum di Kecamatan Sukahaji termasuk dalam kategori

tinggi, akan tetapi berdasarkan hasil rekapitulasi terdapat pernyataan yang

memiliki skor dibawah rata-rata, yaitu “iklan teh pucuk mampu tersebar

secara meluas sehingga saya dengan mudah mengetahui tentang produknya,

dan kegiatan bersama masyarakat mempererat hubungan”. Maka penulis

menyarankan, penyebaran iklan semakin di perluas bukan hanya di media

televisi saja akan tetapi perkembangan dunia digital semakin meningkat


159

dengan itu harus dijadikan pemanfaatan untuk media periklanan dengan

menggunakan media sosial dan juga diperbanyak melakukan kegiatan yang

melibatkan masyarakat lebih menunjang rasa ingat yang kuat dari sisi

masyarakat untuk produk.

4. Distribusi teh pucuk harum di Kecamatan Sukahaji termasuk dalam kategori

tinggi, akan tetapi berdasarkan hasil rekapitulasi terdapat pernyataan yang

memiliki skor dibawah rata-rata, yaitu “distribusi teh pucuk mudah dijangkau,

kondisi lingkungan penjual bersih dan nyaman, tersedianya tempat yang

cukup luas apabila ada perluasan dikemudian hari dan daerah mendukung

produk yang ditawarkan”. Maka penulis menyarankan perluasan distribusi

harus dilakukan agar bisa menjangkau semua wilayah, tetap menjaga

kebersihan mulai dari pembuatan dengan menggunakan bahas yang baik dan

bersih seningga dapat menjamin kenyamanan masyarakat.

5. Keputusan pembelian termasuk dalam kategori tinggi, akan tetapi berdasarkan

hasil rekapitulasi terdapat pernyataan yang memiliki skor dibawah rata-rata,

yaitu “keputusan memilih pembelian teh pucuk setelah mengetahui kelebihan

dari segi komposisinya, memutuskan pembelian teh pucuk setelah mengetahui

kelebihan dari segi harga, dan merasa puas akanmelakukan pembelian ulang

untuk mengkonsumsi teh pucuk”. Maka penulis menyarankan, perlu adanya

pembaharuan dan perkembangan kembali untuk produk baik itu dari mulai

komposisi menggunakan bahan baku yang terbaik tidak akan merubah cita

rasa apabila terus menerus penjualannya meningkat, pertimbangan harga yang

jadi utama dikarenakan kebanyakan masyarakat mengutamakan harga


160

dibanding rasa dengan harga dan produk yang seimbang masyarakat akan

terus melakukan pembelian yang berulang.

6. Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi

keputusan pembelian dilihat dari keragaman produk, harga, promosi dan

distribusi. Oleh karena itu, diharapkan agar penulis selanjutnya menambahkan

variabel lainnya yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

A.B. Susanto; Himawan Wijarnako. (2018). Power Branding : Membangun


Merek Unggul dan Organisasi Pendukungnya. Jakarta: Quantum
Bisnis&Manajemen.

Andi. Harun Al Rasyid. 2000.Minat beli Konsumen. Undergraduate Thesis of


Universitas Negeri. Semarang.

Arikunto, Suharsimi, 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Rineke Cipta: Jakarta

Aris Jatmika Diyatma. 2017. Pengaruh Promosi Melalui Media Sosial Instagram
Terhadap Keputusan Pembelian Produk Saka Bistro, eProceeding of
Management. Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Telkom.

Baroes, Hendra. 2019. ”Teori Ekonomi: Pengertian Pangsa Pasar”. Rineke


Cipta: Jakarta

Basu Swastha. 2017. Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua. Cetakan Kedelapan.


Jakarta: Penerbit Liberty

Celina A. Rompas, Victor P.K. Lengkong, Merlyn M. Karuntu. 2017. Analisis


Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Daihatsu Ayla
Papa Pt. Astra International Tbk. Daihatsu Cabang Martadinata Manado.

Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl Mcdaniel. 2011. Pemasaran, Edisi


Pertama. Salemba Empat: Jakarta.

Cooper, Donal R. Dan Emory, William, 2016. Metode Penelitian Bisnis, Alih


Bahasa Widyono Soecipto Dan Uka Wikarya, Jilid 11. Jakarta: Erlangga.

Dadang, L Suparto. 2019. Metode Penelitian Ekonomi Dan Bisnis Teori Dan
Aplikasi. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Majalengka.

Didih Suryadi. 2017. Promosi Efektif Menggugah Minat & Loyalitas Pelanggan.


Jakarta: Pt. Suka Buku.

Djaslim Saladin. 2017. Unsur-Unsur Inti Pemasaran Dan Manajemen


Pemasaran. Bandung: Mandar Maju

Fandy Tjiptono. 2018. Strategi Pemasaran Edisi Iii. Yogyakarta : Cv. Andi


Offset.

161
162

Fitri Komalasari. 2017. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan


Pembelian Nokia Di Depok.

G. Leon, Schiffman Dan Lazar L Kanuk. 2016. Perilaku Konsumen. Edisi


Ketujuh.

Gujarati, Damodar N. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Husein Umar. 2016. Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Jakarta: Pt


Gramedia. Pustaka

I Gede Marendra. 2018. Pengaruh Bauran Pemasaran (Produk, Harga, Lokasi


Dan Promosi) Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Minimarket
(Alfamart Atau Indomaret).

Imam Ghozali. 2013. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program Ibm Spss.
Edisi 7. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

Kotler, Philip Dan Kevin Lane Keller. 2016. Manajemen Pemasaran. Jakarta:


Erlangga.

Kotler, Philip. 2016. Manajemen Pemasaran Jilid I Edisi Kesebelas. Jakarta: P.T.


Indeks Gramedia.

Kotler, Philip Armstrong, Garry. 2016. Prinsip-Prinsip Pemasaran,Jilid 1.


Jakarta: Erlangga.

Kuznets, S. 2018. Modern Economic Growth. Yale University Press.

M. Tohar. 2001. Membuka Usaha Kecil. Yogyakarta: Kanisius

Malayu S.P. Hasibuan. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.


Jakarta: Bumi Aksara

Marina, Edy Sunarti. 2016. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan


Pembelian (Survei Pada Konsumen Baker’s King Donuts & Coffee Di Mx
Mall Malang).

Rambat Lupiyoadi. 2018. Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kompetensi


Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. 

Ratih Hurriyati. 2017. Bauran Pemasaran Dan Loyalitas Konsumen. Bandung:


Alfabetha.

Sabda Dian Nurani Siahaan. 2019. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap


Keputusan Pembelian Besi Di Ud. Besi Aji.
163

Shinta Agustina. 2018. Manajemen Pemasaran. Universitas Brawijaya Press.


Malang

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Thamrin Abdullah; Francis Tantri. 2016. Manajemen Pemasaran. Depok : PT


Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai