Objek pada penelitian ini adalah Wajib Pajak kendaraan bermotor roda dua di
Kecamatan Medan Utara yang memiliki kewajiban membayar pajak kendaraan bermotor
roda dua. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling.
Terdapat 100 sampel kuesioner yang disebar kepada responden yang digunakan untuk
analisis data dan pengujian hipotesis. Distribusi sampel dalam penelitian ini ditunjukkan
responden dengan 100 kuesioner yang lengkap dan layak digunakan menjadi sampel
Salah satu deskripsi responden yang digunakan adalah responden merupakan wajib pajak
kendaraan bermotor roda dua. Deskripsi responden lainnya adalah jenis kelamin, usia,
Data responden yang merupakan wajib pajak kendaraan bermotor roda dua yang
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa 100 responden adalah Wajib Pajak kendaraan
bermotor roda dua dengan persentase 100%, sehingga keseluruhan responden dapat
Data jenis kelamin dari keseluruhan responden yang diteliti, ditunjukkan pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa persentase responden pria yang akan dianalisa
Data usia dari keseluruhan responden yang akan diteliti dalam penelitian ini,
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini
44
adalah berusia 18 tahun – 30 tahun yaitu sebanyak 42 responden dengan persentasi 42%,
dan responden paling sedikit adalah berusia diatas 50 tahun, yaitu sebanyak 12 responden
Tabel 4.5.
besar adalah Sarjana, yaitu sebanyak 36 responden dengan persentasi 36%, dan paling
sedikit adalah tingkat pendidikan terakhir lainnya, yaitu sebanyak 1 responden dengan
persentasi 1%.
Jenis pekerjaan dari keseluruhan responden yang diteliti dalam penelitian ini
Tabel 4.6. menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai pegawai
swasta, yaitu sebanyak 35 responden dengan persentasi 35%, dan yang paling sedikit
mengetahui item pernyataan itu valid dengan melihat nilai Corrected Item
valid. Uji validitas pada penelitian ini dari variabel Kepatuhan Wajib
pernyataan pada tiap variabel menunjukan hasil yang lebih besar dari R
valid.
stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas data pada penelitian ini dilakukan
semua skala variabel yang ada. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai
47
menunjukan hasil yang lebih besar dari 0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Analisis pada penelitian ini menggunakan nilai minimum, maksimum, mean, dan
standar deviasi atas jawaban responden pada setiap variabel, dimana variabel independen
dalam penelitian ini adalah Pemahaman Perpajakan (PP) dan Kualitas Pelayanan Aparat
Pajak (KPA), variabel dependen adalah Kepatuhan Wajib Pajak (KWP) dan variabel
moderasi adalah Sanksi Pajak (SP). Penilaian analisis deskriptif memberikan penilaian
tentang tinggi rendahnya persepsi Wajib Pajak kendaraan bermotor roda dua di
Kecamatan Medan Utara. Hasil uji analisis statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel
4.7.
Standar
Variabel N Minimum Maximum Mean
Deviation
Kepatuhan Wajib
100 12.00 17.00 13.5000 1.8694
Pajak (KWP)
48
Pemahaman
100 18.00 24.00 19.3400 2.2963
Perpajakan (PP)
Kualitas
Pelayanan Aparat 100 24.00 32.00 25.3700 2.3641
Pajak (KPA)
Valid N
100
(listwise)
Tabel 4.7. Hasil Uji Analisis Deskriptif
sebagai berikut:
Kepatuhan Wajib Pajak (KWP) menunjukkan nilai minimum sebesar 12.00 dan nilai
maksimum sebesar 17.00 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 13.50 dan standar
deviasi sebesar 1.8694, yakni menjauhi angka 0 yang berarti jawaban dari setiap
Pemahaman Perpajakan (PP) menunjukkan nilai minimum sebesar 18.00 dan nilai
maksimum sebesar 24,00 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 19.34 dan standar
deviasi sebesar 2.2963, yakni menjauhi angka 0 yang berarti jawaban dari setiap
3. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif terhadap variabel Kualitas
Pelayanan Aparat Pajak (KPA) menunjukkan nilai minimum sebesar 24.00 dan nilai
maksimum sebesar 32.00 dengan ilai rata-rata (mean) sebesar 25.37 dan standar
deviasi sebesar 2.3641, yakni menjauhi angka 0 yang berarti jawaban dari setiap
4. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif terhadap variabel Sanksi
Pajak (SP) menunjukkan nilai minimum sebesar 12.00 dan nilai maksimum sebesar
16.00 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 13.12 dan standar deviasi sebesar 1.7623,
yakni menjauhi angka 0 yang berarti jawaban dari setiap responden mengenai
mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian kuantitatif dan dapat digunakan untuk menguji dengan jumlah data
yang banyak. Dengan Uji Kolmogorov Smirnov jika nilai probabilitas ≥ 0.05
maka data berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai probalibilitas < 0.05 maka
Tabel 4.10. menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.053
yang lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal.
untuk menunjukkan adanya korelasi atau hubungan kuat antara variabel bebas.
nilai Tolerance > 0,1 dan Variance Inflating Factor (VIF) < 10 (Ghozali, 2013).
dalam penelitian ini menunjukan nilai tolerance lebih besar dari 0.1 dimana
sebesar 0.400, dan sanksi pajak sebesar 0.493. Adapun nilai VIF untuk semua
variabel memiliki nilai lebih kecil dari 10. Untuk variabel Pemahaman Perpajakan
sebesar 2.791, Kualitas Pelayanan Aparat Pajak sebesar 2.498, dan sanksi pajak
sebesar 2.027. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas
antar variabel independen karena semua nilai tolerance variabel lebih besar dari
51
0,10 dan semua nilai VIF variabel lebih kecil dari 10.
Uji heteroskedastisitas merupakan salah satu pengujian asumsi klasik yang harus
ada dalam model regresi linear yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
terjadi ketidaksamaan variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain
dalam model regresi. Pada penelitian ini, untuk menguji ada atau tidaknya
heteroskedastisitas, dilakukan Uji Park. Dalam uji Park, jika nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 maka tidak terjadi gelaja heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika nilai
Model
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients T Sig.
independen yaitu Pemahaman Perpajakan, Kualitas Pelayanan Aparat Pajak, dan Sanksi
Pajak dengan absolute residual lebih dari 0.05. Variabel Pemahaman Perpajakan
memiliki nilai sig. 0.528 > 0.05, variabel Kualitas Pelayanan Aparat Pajak memiliki
nilai sig. 0.649 > 0.05, dan variabel Sanksi Pajak memiliki nilai sig. 0.134 > 0,05
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 11.052 2.727 4.053 .000
Pemahaman Perpajakan .496 .164 .381 3.019 .004
Kualitas Pelayanan .487 .153 .401 3.176 .002
Aparat Pajak
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)
sebesar 0,496.
sebesar 0,487. Pada penelitian ini dapat diartikan bahwa ketika variabel
sebesar 0,487.
Pengambilan keputusan uji F yaitu apabila Fhitung> Ftabel atau sig. f < α maka
signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, dimana nilai f hitung 4,396
lebih besar dari nilai f tabel sebesar 3,13 (df1 = 5 – 1 = 4 dan df2 = 100 -5
variabel dependen. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat
Hasil uji koefisien deteminasi pada Tabel 4.15 menunjukkan nilai adjusted
terhadap variabel dependen. Dari Tabel 4.18, nilai adjusted square sebesar
Aparat Pajak. Sisanya sebesar 48% dipengaruhi oleh variabel lain yang
kendaraan bermotor.
adalah nol maka Kepatuhan Wajib Pajak akan terjadi sebesar 32,744.
sebesar 0,970.
3,953 dengan tingkat signifikansi 0,000 jauh di bawah 0,05. Hal ini berarti
Model
R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .835a .697 .674 1.68388
Wajib Pajak. Hasil uji koefisien determinasi diatas, nilai R Square sebesar
0,697 yang berarti kepatuhan wajib pajakyang dapat dijelaskan oleh variabel
Zscore: Sanksi Pajak, X1_M, dan X2_M sekitar 69,7%. Sisanya sebesar
30,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian
ini.
Kendaraan Bermotor.
4.6. Pembahasan
Kendaraan Bermotor
pajak. Pada variabel pemahaman perpajakan, terlihat bahwa nilai signifikansi lebih
kecil dari nilai probabilitas atau 0,004 < 0,05, maka H1 diterima.
terhadap kepatuhan wajib pajak, karena pemahaman wajib pajak terhadap perpajakan
merupakan cara wajib pajak dalam memenuhi peraturan perpajakan yang telah ada.
negatif terhadap pajak, sedangkan pengetahuan pajak yang baik berkorelasi dengan
dan Andi (2015),dan Mahaputri dan Naniek (2016) yang menyatakan bahwa
wajib pajak dimana pemahaman peraturan perpajakan ialah proses wajib pajak
membayar pajak.
Pajak
Hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan aparat
bahwa kualitas pelayanan aparat pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pada variabel kualitas pelayanan aparat pajak, terlihat bahwa nilai signifikansi
masyarakat untuk patuh wajib pajak dalam membayar pajak peraturan perpajakan.
Utaminingsih (2014) dan Wirawan dan Naniek (2017) dalam penerapan sanksi pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak berpengaruh positif karena saat aparat pajak
pajak menjadi meningkat. Lain halnya dengan penelitian Rorong dkk (2017) yang
Wajib Pajak
poenelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0,036 < 0,05, maka H3
diterima.
62
Direktorat Jenderal Pajak telah berusaha membuat Wajib Pajak dan masyarakat
Pemahaman pajak menjadi faktor yang sangat penting dalam membantu wajib pajak
perpajakan. Selain itu hal yang harus diperhatikan wajib pajak dalam melakukan
pembayaran pajak adalah risiko. Sebagaimana dalam penelitian ini yang membahas
(2014) yang mengemukakan bahwa hubungan antara pemahaman wajib pajak tentang
peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dapat dikatakan baik apabila
dimoderasi oleh sanksi pajak pada wajib pajak dalam menghadapi risiko yang muncul.
Karena hal ini, wajib pajak harus memahami khususnya pemahaman dasar mengenai
pajak agar wajib pajak dapat mempertimbangkan segala sesuatu sebelum melakukan
pembayaran pajak.
memoderasi kualitas pelayanan aparat pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil
63
penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,043 yang lebih kecil dari
0,05, maka H4 diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara sanksi
pajak kualitas pelayanan aparat pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan antara sanksi pajak dengan
kepatuhan wajib pajak. Karena semakin tinggi sanksi yang diberikan, maka akan
menghasilkan kepatuhan yang tinggi pula. Apabila aparat pajak memberikan pelayanan
dengan kulitas yang baik terhadap wajib pajak, baik dalam menjelaskan pemahaman
tentang perpajakan ataupun sanksi yang akan dikenakan, maka masyarakap semakin