Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah Wajib Pajak kendaraan bermotor roda dua di

Kecamatan Medan Utara yang memiliki kewajiban membayar pajak kendaraan bermotor

roda dua. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling.

Terdapat 100 sampel kuesioner yang disebar kepada responden yang digunakan untuk

analisis data dan pengujian hipotesis. Distribusi sampel dalam penelitian ini ditunjukkan

pada Tabel 4.1. berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Sampel


Keterangan Jumlah Responden Persentase
kuesioner yang disebar 100 100%
kuesioner yang lengkap 100 100%
kuesioner yang digunakan 100 100%
Sumber : Data diolah

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebanyak 100 kuesioner disebar kepada

responden dengan 100 kuesioner yang lengkap dan layak digunakan menjadi sampel

untuk dianalisis dalam penelitian ini.

Deskripsi responden digunakan untuk mengetahui latar belakang responden.

Salah satu deskripsi responden yang digunakan adalah responden merupakan wajib pajak

kendaraan bermotor roda dua. Deskripsi responden lainnya adalah jenis kelamin, usia,

pendidikan terakhir, dan pekerjaan.

Data responden yang merupakan wajib pajak kendaraan bermotor roda dua yang

diteliti dalam penelitian ini, ditunjukkan pada Tabel 4.2.


43

Tabel 4.2. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Roda Dua

Keterangan Jumlah Responden Persentase


Ya 100 100%
Sumber : Data diolah

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa 100 responden adalah Wajib Pajak kendaraan

bermotor roda dua dengan persentase 100%, sehingga keseluruhan responden dapat

digunakan dalam penelitan ini.

Data jenis kelamin dari keseluruhan responden yang diteliti, ditunjukkan pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Jenis Kelamin Responden

Keterangan Jumlah Responden Persentase


Pria 63 63%
Wanita 37 37%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data diolah

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa persentase responden pria yang akan dianalisa

dalam penelitian ini sebesar 63% dan wanita sebesar 37%.

Data usia dari keseluruhan responden yang akan diteliti dalam penelitian ini,

ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Usia Responden

Keterangan Jumlah Responden Persentase


18 tahun – 30 tahun 42 42%
31 tahun – 40 tahun 26 26%
41 tahun – 50 tahun 20 20%
> 50 tahun 12 12%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data diolah

Tabel 4.4. menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini
44

adalah berusia 18 tahun – 30 tahun yaitu sebanyak 42 responden dengan persentasi 42%,

dan responden paling sedikit adalah berusia diatas 50 tahun, yaitu sebanyak 12 responden

dengan persentasi 12%.

Tingkat pendidikan terakhir dari keseluruhan responden, ditunjukkan pada

Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Pendidikan Terakhir Responden

Keterangan Jumlah Responden Persentase


SMA 32 32%
Diploma 27 27%
Sarjana 36 36%
Magister 4 4%
Lainya 1 1%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data diolah

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir responden sebagian

besar adalah Sarjana, yaitu sebanyak 36 responden dengan persentasi 36%, dan paling

sedikit adalah tingkat pendidikan terakhir lainnya, yaitu sebanyak 1 responden dengan

persentasi 1%.

Jenis pekerjaan dari keseluruhan responden yang diteliti dalam penelitian ini

ditunjukkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Pekerjaan Responden

Keterangan Jumlah Responden Persentase


PNS 15 15%
Pegawai Swasta 35 35%
Wirausaha 10 13%
Pedagang 27 27%
Lainya 13 10%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data diolah
45

Tabel 4.6. menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai pegawai

swasta, yaitu sebanyak 35 responden dengan persentasi 35%, dan yang paling sedikit

bekerja sebagai wirausaha, yaitu sebanyak 10 responden dengan persentasi 10%.

4.2. Uji Instrumen Penelitian

4.2.1. Uji Kualitas Data

4.2.1.1. Uji Validitas

Validitas adalah prosedur untuk memastikan valid atau tidaknya

kuesioner yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian.

Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan korelasi bivariate

antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Untuk

mengetahui item pernyataan itu valid dengan melihat nilai Corrected Item

Total Corelation. Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat

signifikasi 5% atau 0,05 dengan kriteria pengujian yang dibuktikan oleh

perhitungan apabila nilai pearson correlation (R hitung) < R tabel maka

butir pertanyaan dikatakan tidak valid, sedangkan apabila nilai pearson

correlation (R hitung) > R tabel maka butir pertanyaan dapat dikatakan

valid. Uji validitas pada penelitian ini dari variabel Kepatuhan Wajib

Pajak, Pemahaman Perpajakan, Kualitas Pelayanan Aparat Pajak, dan

Sanksi Pajak yang ditunjukkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas

Variabel Pernyataan R Hitung R Tabel Keterangan


kwp1 0.749 0.1966 Valid
kwp2 0.734 0.1966 Valid
Kepatuhan
Wajib Pajak kwp3 0.695 0.1966 Valid
kwp4 0.661 0.1966 Valid
46

kwp5 0.582 0.1966 Valid


pp1 0.777 0.1966 Valid
pp2 0.751 0.1966 Valid
pp3 0.791 0.1966 Valid
Pemahaman
Perpajakan pp4 0.694 0.1966 Valid
pp5 0.748 0.1966 Valid
pp6 0.486 0.1966 Valid
kpa1 0.515 0.1966 Valid
kpa2 0.630 0.1966 Valid
kpa3 0.728 0.1966 Valid
Kualitas
kpa4 0.795 0.1966 Valid
Pelayanan
Aparat Pajak kpa5 0.852 0.1966 Valid
kpa6 0.767 0.1966 Valid
kpa7 0.832 0.1966 Valid
kpa8 0.844 0.1966 Valid
sp1 0.687 0.1966 Valid
sp2 0.665 0.1966 Valid
Sanksi Pajak sp3 0.737 0.1966 Valid
sp4 0.735 0.1966 Valid
Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)

Tabel 4.8. menunjukan bahwa nilai R Hitung dari semua butir

pernyataan pada tiap variabel menunjukan hasil yang lebih besar dari R

Tabel yaitu sebesar 0.1966. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan-

pernyataan meneganai kepatuhan wajib pajak, kepatuhan wajib pajak adalah

valid.

4.2.1.2. Uji Realibilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatau kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas data pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach yakni tolak ukur yang

digunakan untuk menghubungkan korelasi antara skala yang dibuat dengan

semua skala variabel yang ada. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai
47

Cronbach’s Alpha > 0,60 (Ghozali, 2013).

Tabel 4.9. Hasil Uji Realibilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan


Kepatuhan Wajib Pajak 0.756 Realibel
Pemahaman Perpajakan 0,709 Realibel
Kualitas Pelayanan Aparat Pajak 0,890 Realibel
Sanksi Pajak 0,740 Realibel
Sumber : Data diolah

Tabel 4.9. menunjukan bahwa nilai Cronbach’s Alpha semua variabel

menunjukan hasil yang lebih besar dari 0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel kepatuhan wajib pajak, pemahaman perpajakan, kualitas pelayanan aparat

pajak, dan sanksi pajak reliabel untuk digunakan dalam penelitian.

4.3. Uji Statistik Deskriptif

Analisis pada penelitian ini menggunakan nilai minimum, maksimum, mean, dan

standar deviasi atas jawaban responden pada setiap variabel, dimana variabel independen

dalam penelitian ini adalah Pemahaman Perpajakan (PP) dan Kualitas Pelayanan Aparat

Pajak (KPA), variabel dependen adalah Kepatuhan Wajib Pajak (KWP) dan variabel

moderasi adalah Sanksi Pajak (SP). Penilaian analisis deskriptif memberikan penilaian

tentang tinggi rendahnya persepsi Wajib Pajak kendaraan bermotor roda dua di

Kecamatan Medan Utara. Hasil uji analisis statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel

4.7.

Standar
Variabel N Minimum Maximum Mean
Deviation
Kepatuhan Wajib
100 12.00 17.00 13.5000 1.8694
Pajak (KWP)
48

Pemahaman
100 18.00 24.00 19.3400 2.2963
Perpajakan (PP)
Kualitas
Pelayanan Aparat 100 24.00 32.00 25.3700 2.3641
Pajak (KPA)

Sanksi Pajak (SP) 100 12.00 16.00 13.1200 1.7623

Valid N
100
(listwise)
Tabel 4.7. Hasil Uji Analisis Deskriptif

Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan statistik dari masing-masing variabel

sebagai berikut:

1. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif terhadap variabel

Kepatuhan Wajib Pajak (KWP) menunjukkan nilai minimum sebesar 12.00 dan nilai

maksimum sebesar 17.00 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 13.50 dan standar

deviasi sebesar 1.8694, yakni menjauhi angka 0 yang berarti jawaban dari setiap

responden mengenai pernyataan di kuesioner bervariasi.

2. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif terhadap variabel

Pemahaman Perpajakan (PP) menunjukkan nilai minimum sebesar 18.00 dan nilai

maksimum sebesar 24,00 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 19.34 dan standar

deviasi sebesar 2.2963, yakni menjauhi angka 0 yang berarti jawaban dari setiap

responden mengenai pernyataan di kuesioner bervariasi.

3. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif terhadap variabel Kualitas

Pelayanan Aparat Pajak (KPA) menunjukkan nilai minimum sebesar 24.00 dan nilai

maksimum sebesar 32.00 dengan ilai rata-rata (mean) sebesar 25.37 dan standar

deviasi sebesar 2.3641, yakni menjauhi angka 0 yang berarti jawaban dari setiap

responden mengenai pernyataan di kuesioner bervariasi.


49

4. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik deskriptif terhadap variabel Sanksi

Pajak (SP) menunjukkan nilai minimum sebesar 12.00 dan nilai maksimum sebesar

16.00 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 13.12 dan standar deviasi sebesar 1.7623,

yakni menjauhi angka 0 yang berarti jawaban dari setiap responden mengenai

pernyataan di kuesioner bervariasi.

4.4. Uji Asumsi Klasik

4.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data

mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov Smirnov

digunakan karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya digunakan untuk

penelitian kuantitatif dan dapat digunakan untuk menguji dengan jumlah data

yang banyak. Dengan Uji Kolmogorov Smirnov jika nilai probabilitas ≥ 0.05

maka data berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai probalibilitas < 0.05 maka

data residual tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2013).

Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas


Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.27133459
Most Extreme Differences Absolute .052
Positive .036
Negative -.052
Kolmogorov-Smirnov Z .441
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.990
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
50

Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)

Tabel 4.10. menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.053

yang lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi

normal.

4.4.2. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas merupakan pengujian yang dilakukan dengan tujuan

untuk menunjukkan adanya korelasi atau hubungan kuat antara variabel bebas.

Dikatakan tidak adanya multikolonieritas dalam model regresi berganda apabila

nilai Tolerance > 0,1 dan Variance Inflating Factor (VIF) < 10 (Ghozali, 2013).

Tabel 4.11. Hasil Uji Multikolonieritas - Uji Tolerance dan VIF


Model Collinearity Statistics
Toleran VIF
ce
Pemahaman Perpajakan .358 2.791
1 Kualitas Pelayanan Aparat Pajak .400 2.498
Sanksi Pajak .493 2.027
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)

Tabel 4.11. menunjukan bahwa semua variabel bebas yang digunakan

dalam penelitian ini menunjukan nilai tolerance lebih besar dari 0.1 dimana

variabel Pemahaman Perpajakan sebesar 0.358, Kualitas Pelayanan Aparat Pajak

sebesar 0.400, dan sanksi pajak sebesar 0.493. Adapun nilai VIF untuk semua

variabel memiliki nilai lebih kecil dari 10. Untuk variabel Pemahaman Perpajakan

sebesar 2.791, Kualitas Pelayanan Aparat Pajak sebesar 2.498, dan sanksi pajak

sebesar 2.027. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas

antar variabel independen karena semua nilai tolerance variabel lebih besar dari
51

0,10 dan semua nilai VIF variabel lebih kecil dari 10.

4.4.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas merupakan salah satu pengujian asumsi klasik yang harus

ada dalam model regresi linear yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah

terjadi ketidaksamaan variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain

dalam model regresi. Pada penelitian ini, untuk menguji ada atau tidaknya

heteroskedastisitas, dilakukan Uji Park. Dalam uji Park, jika nilai signifikansi lebih

besar dari 0,05 maka tidak terjadi gelaja heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka terjadi gejala heteroskedastisitas.

Tabel 4.12. Hasil Uji Heteroskedastisitas – Uji Park

Model
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta


(Constant) 2.735 2.471 1.107 .272
.103 .162 .125 .634 .528
1 Pemahaman Perpajakan .004
Kualitas Pelayanan Aparat Pajak .003 .143 -.023 .649
.106 .054 .332 -1.979 .134
Sanksi Pajak
a. Dependent Variable: LnRes
Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)

Berdasarkan Tabel 4.12, hasil uji heteroskedastisitas untuk tiap variabel

independen yaitu Pemahaman Perpajakan, Kualitas Pelayanan Aparat Pajak, dan Sanksi

Pajak dengan absolute residual lebih dari 0.05. Variabel Pemahaman Perpajakan

memiliki nilai sig. 0.528 > 0.05, variabel Kualitas Pelayanan Aparat Pajak memiliki

nilai sig. 0.649 > 0.05, dan variabel Sanksi Pajak memiliki nilai sig. 0.134 > 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.


52

4.5. Uji Regresi

4.5.1. Hasil Uji Hipotesis

1. Hasil Uji Regresi Berganda Hipotesis Penelitian H1 dan H2

Pengujian hipotesis H1 dan H2 dilakukan dengan analisis regresi

berganda untuk menguji pengaruh pemahaman perpajakan dan sanksi perpajakan

terhadap kepatuhan wajib pajak.

4.5.1.1. Uji T (Uji Parsial)

Uji T (Uji Parsial) bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Sebelum melakukan Uji T (Uji Parsial) harus mengetahui t tabel dengan

taraf signifikansi 5% atau α = 0,05. Pengambilan keputusan uji T yaitu

apabila Thitung> Ttabel atau sig. t ≤ α maka terdapat pengaruh antara

variabel independen dan variabel dependen. Hasil Uji T (Uji Parsial)

ditunjukkan pada Tabel 4.13. berikut ini:

Tabel 4.13. Hasil Uji T – Uji Parsial

Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 11.052 2.727 4.053 .000
Pemahaman Perpajakan .496 .164 .381 3.019 .004
Kualitas Pelayanan .487 .153 .401 3.176 .002
Aparat Pajak
a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)

Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 4.13. dapat

diinterpretasikan persamaan sebagai berikut:

𝑌 = 11,052 + 0,496𝑋1 + 0,487𝑋2 + 𝑒


53

Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa :

a. Pada model regresi ini nilai konstanta sebesar 11,052 menunjukkan

bahwa jika variabel independen (Pemahaman Perpajakan dan Kualitas

Pelayanan Aparat Pajak) diasumsikan sama dengan nol, maka

kepatuhan wajib pajak akan meningkat sebesar 11,052.

b. Nilai koefisien regresi variabel Pemahaman Perpajakan (X1) sebesar

0,496. Pada penelitian ini dapat diartikan bahwa ketika variabel

Pemahaman Perpajakan (X1) mengalami peningkatan sebesar satu

satuan, maka kepatuhan wajib pajak akan mengalami peningkatan

sebesar 0,496.

c. Nilai koefisien regresi variabel Kualitas Pelayanan Aparat Pajak (X2)

sebesar 0,487. Pada penelitian ini dapat diartikan bahwa ketika variabel

Kualitas Pelayanan Aparat Pajak (X2) mengalami peningkatan sebesar

satu satuan, maka kepatuhan wajib pajak akan mengalami peningkatan

sebesar 0,487.

4.5.1.2. Uji F (Uji Simultan)

Uji F (Uji Simultan) bertujuan untuk menunjukkan apakah semua

variabel independen dimasukkan dalam model, yang mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan Uji

F, harus mengetahui f tabel dengan taraf signifikansi 5% atau α = 0,05.

Pengambilan keputusan uji F yaitu apabila Fhitung> Ftabel atau sig. f < α maka

variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel

dependen atau hipotesis diterima. Hasil Uji F (Uji Simultan) ditunjukkan


54

pada Tabel 4.14. berikut ini:

Tabel 4.14. Hasil Uji F - Uji Simultan


ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 326.825 4 26.510 4.396 .001a
Residual 282.274 95 5.501
Total 609.099 99

a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak


b. Predictors: (Constant), Pemahaman Perpajakan, Kualitas Pelayanan Aparat Pajak

Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa dalam pengujian

regresi berganda menunjukkan hasil f hitung sebesar 4,396 dengan tingkat

signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, dimana nilai f hitung 4,396

lebih besar dari nilai f tabel sebesar 3,13 (df1 = 5 – 1 = 4 dan df2 = 100 -5

= 95). Berarti variabel Pemahaman Perpajakan dan Kualitas Pelayanan

Aparat Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

4.5.1.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika

koefisien determinasi semakin besar atau mendekati satu, maka dapat

dikatakan bahwa kemampuan variabel independen adalah besar terhadap

variabel dependen. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat

untuk menerangkan pengaruh variabel independen yang diteliti terhadap

variabel dependen. Sebaliknya, jika koefisien determinasi semakin kecil


55

atau mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa kemampuan variabel

independen terhadap variabel dependen semakin kecil. Hasil Uji Koefisien

Determinasi (R2) ditunjukkan pada Tabel 4.15 berikut ini:

Tabel 4.15. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)


Model Adjusted R Std. Error of the
R R Square
Square Estimate
1 .733a .537 .523 2.03742
Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)

Hasil uji koefisien deteminasi pada Tabel 4.15 menunjukkan nilai adjusted

r square dari model regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel bebas (independen) dalam menjelaskan variabel

terikat (dependen) atau seberapa besar pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Dari Tabel 4.18, nilai adjusted square sebesar

0,523. Hal ini menunjukkan bahwa 52% kepatuhan wajib pajak

dipengaruhi oleh variabel Pemahaman Perpajakan dan Kualitas Pelayanan

Aparat Pajak. Sisanya sebesar 48% dipengaruhi oleh variabel lain yang

belum diteliti dalam penelitian ini.

Hasil interpretasi atas hipotesis penelitian (H1 dan H2) yang

diajukan dapat dilihat sebagai berikut:

H1 : Pemahaman perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan

wajib pajak kendaraan bermotor.

Berdasarkan hasil Uji T (Uji Parsial), Uji F (Uji Simultan), dan

Uji Koefisien Determinasi (R2), membuktikan bahwa Pemahaman

Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dengan

demikian hipotesis pertama diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin


56

banyak pemahaman masyarakat tentang perpajakan, maka semakin tinggi

pula tingkat kesadaran masyarakat untuk patuh dalam membayar pajak

kendaraan bermotor.

H2 : Kualitas pelayanan aparat pajak berpengaruh terhadap

kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan hasil Uji T (Uji Parsial), Uji F (Uji Simultan), dan

Uji Koefisien Determinasi (R2), membuktikan bahwa Kualitas Pelayanan

Aparat Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dengan

demikian hipotesis kedua diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

baik kualitas pelayanan aparat pajak di kantor SAMSAT dalam melayani

masyarakat, maka semakin tinggi pula niat masyarakat untuk membayar

pajak kendaraan bermotor.

4.5.2. Hasil Uji Regresi Moderasi terhadap Hipotesis Penelitian H3 dan H4

4.5.2.1. Uji T (Uji Parsial)

Tabel 4.16. Hasil Uji T – Uji Parsial

Model Unstandardized Standardized


Coefficients Coefficients T Sig.
B Std.
Beta
Error
(Constant) 32.744 .338 96,904 .000
Zscore(X1) .494 .337 .167 1.466 .148
Zscore(X2) 1.033 .322 .350 3.207 .002
1
Zscore(M) 1.157 .289 .392 4.001 .000
X1_M .970 .452 .170 2.147 .036
X2_M .885 .429 .164 2.064 .043
Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)

Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 4.16. dapat diinterpretasikan


57

persamaan sebagai berikut:

𝑌 = 32,744 + 0,494𝑋1 + 1,033𝑋2 + 1,157𝑀 + 0,970𝑋1 𝑀 + 0,885𝑋2 𝑀 + 𝑒

Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:

1) Nilai konstanta sebesar 32,744 mengindikasikan bahwa jika variabel

independen (Pemahaman Perpajakan, Kualitas Pelayanan Aparat Pajak

dan interaksi antara variabel moderasi terhadap variabel independen)

adalah nol maka Kepatuhan Wajib Pajak akan terjadi sebesar 32,744.

2) Koefisien regresi variabel Pemahaman Perpajakan sebesar 0,494

mengindikasikan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel preferensi

risiko akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebesar 0,494.

3) Koefisien regresi variabel Kualitas Pelayanan Aparat Pajak 1,033

mengindikasikan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel sanksi

perpajakan akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebesar 1,033.

4) Koefisien regresi variabel Sanksi Pajak 1,157 mengindikasikan bahwa

setiap kenaikan satu satuan variabel Sanksi Pajak akan meningkatkan

Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 1,157.

5) Koefisien regresi variabel Sanksi Pajak dan pemahaman perpajakan

sebesar 0,970 mengindikasikan bahwa setiap kenaikan satu satuan

variabel Sanksi Pajak akan meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak

sebesar 0,970.

6) Koefisien regresi variabel Sanksi Pajak dan Kualitas Pelayanan Aparat

Pajak sebesar 0,885 mengindikasikan bahwa setiap kenaikan satu

satuan variabel Sanksi Pajak akan meningkatkan Kepatuhan Wajib

Pajak sebesar 0,885.


58

4.5.2.2. Uji F (Uji Simultan)

Tabel 4.17. Hasil Uji F – Uji Simultan


ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 424.794 4 84.959 3.953 .000a
Residual 184.305 95 2.835
Total 609.099 99

a. Dependent Variable: Kepatuhan Wajib Pajak


b. Predictors: (Constant), Pemahaman Perpajakan, Kualitas Pelayanan Aparat Pajak

Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)

Hasil Anova atau F test menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar

3,953 dengan tingkat signifikansi 0,000 jauh di bawah 0,05. Hal ini berarti

bahwa variabel Zscore: Pemahaman Perpajakan, Zscore:Kualitas Pelayanan

Aparat Pajak, Zscore: Sanksi Pajak, X1_M, dan X2_M mempengaruhi

Kepatuhan Wajib Pajak.

4.5.2.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 4.18. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model
R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .835a .697 .674 1.68388

Sumber : Hasil olah data primer, output SPSS (2021)

Berdasarkan Tabel 4.18, nilai R2 adalah 0,835 atau 83,5%

menurut interpretasi koefisien korelasi, angka ini termasuk kedalam


59

kategori berpengaruh kuat. Hal ini menunjukkan bawah variabel Zscore:

Pemahaman Perpajakan, Zscore: Kualitas Pelayanan Aparat Pajak, Zscore:

Sanksi Pajak, X1_M, dan X2_M berpengaruh kuat terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak. Hasil uji koefisien determinasi diatas, nilai R Square sebesar

0,697 yang berarti kepatuhan wajib pajakyang dapat dijelaskan oleh variabel

Zscore: Pemahaman Perpajakan, Zscore:Kualitas Pelayanan Aparat Pajak,

Zscore: Sanksi Pajak, X1_M, dan X2_M sekitar 69,7%. Sisanya sebesar

30,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum diteliti dalam penelitian

ini.

Hasil interpretasi atas hipotesis penelitian (H3 dan H4) yang

diajukan dapat dilihat sebagai berikut:

H3 : Sanksi Pajak Memoderasi Pengaruh Hubungan antara

Pemahaman Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor.

Berdasarkan hasil Uji T (Uji Parsial), Uji F (Uji Simultan), dan

Uji Koefisien Determinasi (R2), membuktikan bahwa terdapat pengaruh

variabel Sanksi Pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Penggunaan variabel

Sanksi Pajak merupakan variabel yang mampu memoderasi hubungan

antara Pemahaman Perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan demikian hipotesis ketiga diterima.

H4 : Sanksi Pajak Memoderasi Pengaruh antara Kualitas Pelayanan

Aparat Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.

Berdasarkan hasil Uji T (Uji Parsial), Uji F (Uji Simultan), dan

Uji Koefisien Determinasi (R2), membuktikan bahwa terdapat pengaruh


60

variabel Sanksi Pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Penggunaan variabel

Sanksi Pajak merupakan variabel yang mampu memoderasi hubungan

antara Kualitas Pelayanan Aparat Pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan demikian hipotesis keempat diterima.

4.6. Pembahasan

1. Pemahaman Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Kendaraan Bermotor

Hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini adalah pemahaman

perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemahaman perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak. Pada variabel pemahaman perpajakan, terlihat bahwa nilai signifikansi lebih

kecil dari nilai probabilitas atau 0,004 < 0,05, maka H1 diterima.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman perpajakan berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak, karena pemahaman wajib pajak terhadap perpajakan

merupakan cara wajib pajak dalam memenuhi peraturan perpajakan yang telah ada.

Pengetahuan pajak yang rendah dapat menyebabkan ketidakpercayaan dan sikap

negatif terhadap pajak, sedangkan pengetahuan pajak yang baik berkorelasi dengan

sikap positif terhadap pajak.

Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian Adiasa (2013), Suntono

dan Andi (2015),dan Mahaputri dan Naniek (2016) yang menyatakan bahwa

pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh secara positif terhadap kepatuhan

wajib pajak dimana pemahaman peraturan perpajakan ialah proses wajib pajak

mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu untuk


61

membayar pajak.

2. Kualitas Pelayanan Aparat Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak

Hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan aparat

pajakn berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kualitas pelayanan aparat pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pada variabel kualitas pelayanan aparat pajak, terlihat bahwa nilai signifikansi

sebesar 0,002 < 0,05, maka H2 diterima.

Hasil penelitian menunjukkan semakin baik kualitas pelayanan yang

diberikan aparat pajak kepada masyarakat, maka dapat meningkatkan antusias

masyarakat untuk patuh wajib pajak dalam membayar pajak peraturan perpajakan.

Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Siregar (2017), Ardyanto dan

Utaminingsih (2014) dan Wirawan dan Naniek (2017) dalam penerapan sanksi pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak berpengaruh positif karena saat aparat pajak

memberikan kualitas yang baik, maka antusiasme masyarakat dalam membayar

pajak menjadi meningkat. Lain halnya dengan penelitian Rorong dkk (2017) yang

menyatakan kul tidak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

dikarenakan bila sanksi yang dikenakan masih ringan.

3. Sanksi Pajak memooderasi Pemahaman Perpajakann terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak

Hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian membuktikan adalah sanksi pajak

memoderasi pemahaman perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil

poenelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0,036 < 0,05, maka H3

diterima.
62

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara sanksi pajak dan

pemahaman perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Pemahaman

merupakan suatu proses dari berjalannya pengetahuan seseorang. Meskipun

Direktorat Jenderal Pajak telah berusaha membuat Wajib Pajak dan masyarakat

menjadi mudah dalam memahami dan melaksanakan kewajiban perpajakannya,

namun pada kenyataannya ada beberapa wajib pajak tidak/belum melaksanakan

kewajiban perpajakannya dengan benar secara sukarela (voluntary) dikarenakan

Wajib pajak kurang memahami ketentuan/kewajiban di bidang perpajakan.

Pemahaman pajak menjadi faktor yang sangat penting dalam membantu wajib pajak

melaksanakan tingkat kepatuhan wajib pajak khususnya pemahaman dasar mengenai

perpajakan. Selain itu hal yang harus diperhatikan wajib pajak dalam melakukan

pembayaran pajak adalah risiko. Sebagaimana dalam penelitian ini yang membahas

mengenai teori prospek yang menjelaskan

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Julianti

(2014) yang mengemukakan bahwa hubungan antara pemahaman wajib pajak tentang

peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dapat dikatakan baik apabila

dimoderasi oleh sanksi pajak pada wajib pajak dalam menghadapi risiko yang muncul.

Karena hal ini, wajib pajak harus memahami khususnya pemahaman dasar mengenai

pajak agar wajib pajak dapat mempertimbangkan segala sesuatu sebelum melakukan

pembayaran pajak.

4. Sanksi Pajak memoderasi pengaruh Kualitas Pelayanan Aparat Pajak dalam

membayar pajak kendaraan bermotor

Hipotesis keempat (4) dalam penelitian adalah bahwa sanksi pajak

memoderasi kualitas pelayanan aparat pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil
63

penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,043 yang lebih kecil dari

0,05, maka H4 diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara sanksi

pajak kualitas pelayanan aparat pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitian Ardyanto dan Utaminingsih (2014) menemukan bahwa sanksi

pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap hubungan antara sanksi pajak dengan

kepatuhan wajib pajak. Karena semakin tinggi sanksi yang diberikan, maka akan

menghasilkan kepatuhan yang tinggi pula. Apabila aparat pajak memberikan pelayanan

dengan kulitas yang baik terhadap wajib pajak, baik dalam menjelaskan pemahaman

tentang perpajakan ataupun sanksi yang akan dikenakan, maka masyarakap semakin

antusias daklam membayar pajak.

Anda mungkin juga menyukai