A. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Instrument Penelitian
Uji validitas dan reliabilitas intrument penelitian yaitu kuesioner
dinytakan valid jika rhitung > rtabel dan dinyatakan tidak valid jika rhitung <
rtabel. Rtabel adalah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas. Nilai r tabel
35
P7 0,479 0,361 Valid
P8 0,727 0,361 Valid
P9 0,479 0,361 Valid
P10 0,727 0,361 Valid
P11 0,598 0,361 Valid
P12 0,598 0,361 Valid
P13 0,435 0,361 Valid
P14 0,435 0,361 Valid
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil uji validitas yang
melihat bahwa setiap pertanyaan memiliki rhitung > rtabel. Hal ini
fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam
Instrumen dinyatakan realibel apabila nilai Cronbach's Alpha > rtabel dan
dinyatakan tidak reliabel apabila Cronbach's Alpha < rtabel. Rtabel adalah
36
resiliensi ibu dinyatakan reliabel. Hal ini disimpulkan dengan melihat
bahwa variabel resiliensi ibu memiliki nilai Cronbach's Alpha > rtabel.
Ety, Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat. SLB didirikan oleh Bapak
Vence Mandaku, S.Pd. SLB didirikan pada tanggal 25 Agustus 2014. Awal
mula SLB berdiri, terdapat 8 orang guru dan 24 siswa. Semua guru yang
mengajar di SLB adalah lulusan pendidikan dan keguruan. Visi Misi dari
dalam kehidupan
Tujuan SLB Negeri Piru
a. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berintrskdi
responden yang meliputi umur ibu, umur anak, pendidikan dan pekerjaan.
37
adalah variabel independen yaitu resiliensi ibu dan variabel dependen yaitu
sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden
1) Umur Ibu
Karateristik responden berdasarkan umur di tempat penelitian dapat
(32,4%) dan sebagian kecil berada pada kelompok umur >50 tahun
38
16-20 tahun yaitu sebanyak 31 orang (83,8%) dan sebagian kecil
(16,2%).
3) Pendidikan
Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin di tempat
perguruan tinggi.
4) Pekerjaan
Karateristik responden berdasarkan pekerjaan di tempat penelitian
39
sebagian kecil bekerja sebagai PNS dan pedagang, masing-masing 5
orang (13,5%).
b. Variabel Penelitian
1) Resiliensi Ibu
Karateristik responden berdasarkan resiliensi ibu di tempat penelitian
resiliensi ibu dengan kategori baik sebanyak 15 orang (40,5%) dan ketegori
anak autis di SLB Negeri Piru Kabupaten Seram Bagian Barat dengan
40
menggunakan uji Chi Square dengan nilai p < 0,05, dapat dilihat pada
tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hubungan Resiliensi Ibu Dengan Kemapuan Personal
Hygiene Anak Autis Di SLB Negeri Piru Kabupaten Seram Bagian
Barat.
Kemampuan Personal Hygiene P
Mampu Tidak Total
Resiliensi Ibu Mampu value
n % n % N %
sebanyak 2 orang (9,1%) dan resiliensi ibu yang kurang baik dengan
resiliensi ibu yang kurang baik cenderung memiliki anak yang tidak
yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara resiliensi ibu
41
dengan kemampuan personal hygiene anak autis di SLB Negeri Piru
orang (40,5%) dan responden dengan resiliensi ibu yang kurang baik
pada anak autis di SLB Negeri Piru Kabupaten Seram Bagian Barat. Ibu
terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan.
untuk dapat berespon secara sehat dan produktif serta dapat mengatasi dan
42
berdampak positif bagi diri ibu itu sendiri, melainkan dapat menunjang
perkembangan hidup anak secara optimal dan dapat membantu anak yang
dapat mengganggu fungsi dan peran ibu terutama dalam tugas pengasuhan.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Beatrix Edyta
(2016) tentang gambaran resiliensi ibu yang memiliki anak autis di Taman
bangkit kembali serta selalu berpikir positif kelak anak mereka akan
menjadi lebih baik. Mereka merasa yakin dapat memberikan yang terbaik
proses terapi.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
43
berupa kontrol diri, berpasrah, melakukan pengalihan, mencari informasi,
lebih aktif dan mandiri sehingga anak mampu untuk melakukan kegiatan
Kabupaten Seram Bagian Barat. Anak autis yang status personal hygiene
kurang bisa disebabkan oleh masih banyak orang tua yang kurang terlibat
dalam kegiatan anak, tidak bisa melatih anak dalam melakukan tugas
fisik maupun mental. Bagi anak reguler yang secara mental dia adalah
44
hygiene adalah sesuatu yang sangat penting dan dapat ia lakukan dengan
mandiri.
Sehingga secara fisik, anak reguler akan dengan mudah mandiri
untuk melakukan kegiatan personal hygiene sendiri. Tetapi, hal ini akan
personal hygiene pada anak autis akan menumbuhkan rasa percaya diri
pada Anak Autis di SD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Anak
45
rambut, toilet training, mandi dan menggosok gigi. Mereka melakukan
didampingi orang tua dan tanpa diperintah oleh orang tua. Hal ini
menunjukkan bahwa anak autis yang mandiri tidak memiliki rasa ragu-
ragu dan dapat lebih bertanggung jawab terhadap dirinya. Sedangkan bagi
anak autis yang kurang mandiri masih sering dibantu orang tua secara
hygiene. Selain masih banyak kegiatan yang dibantu secara verbal, banyak
pula kegiatan yang perlu dibantu secara fisik oleh orang tua.
hygiene namun orang tua masih ragu dan kurang puas saat melihat
anak autis berbeda dengan anak lainnya. Anak autis memiliki gangguan
46
yang ringan sampai yang berat, dan seperti hidup dalam dunianya sendiri
yang baik sangat tergantung dari perhatian dan kepedulian orang tua dalam
dalam melaukan personal hygiene, karena hal tersebut sangat penting bagi
baik yang sesame autis maupun dengan tema-teman yang tidak autis.
3. Hubungan Resiliensi Ibu Dengan Kemampuan Personal Hygiene Anak
aktivitas sehari-hari.
Hal ini didukung oleh penelitian Yudit Arazi (2017) dalam penelitian
47
semangat menyembuhkan anak sehingga semangat dalam melakukan
personal hygiene untuk melatih anak lebih mandiri dan tidak bergantung
mandiri. Anak autis masih banyak tergantung kepada orang tua dalam
sosok yang sangat dekat dengan anak, jadi jika resiliensi ibu kurang baik
waktu yang tersita banyak dan kendala ekonomi. Dinamika resiliensi yang
perasaan tertekan seperti stres dan putus asa, kemudian orangtua merasa iri
48
dengan orangtua lain yang mempunyai anak normal sehingga
mampu melakukan personal hygiene memiliki resiliensi ibu baik. Hal ini
dilakukan oleh ibu. Hal ini sejalan dengan teori Hasdianah (2013) autistik
Hal ini disebabkan karena ibu yang awalnya tidak menerima keadaan anak
49
anak mengikuti semua hal yang diajarkan oleh guru di sekolah dan orang-
dari orang tua terutama ibu dalam mendidik anak yang autis untuk anak
personal hygiene.
Asumsi yang lain juga, anak sangat bergantung pada orang lain
karena tidak adanya penerimaan terhadap kenyataan yang terjadi, ibu tidak
50