Anda di halaman 1dari 7

TANGGUNG JAWAB YURIDIS PELAKU

PENYEBARAN VIRUS KOMPUTER MELALUI E-MAIL MENURUT UNDANG-UNDANG


INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK NOMOR 19 TAHUN 2016

*Muhammad Indirwan Dwi Ridho


NPM. 13 81 0064
Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan MAB Banjarmasin

ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaturan tindak pidana penyebaran virus komputer
melalui pengiriman e-mail menurut Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Nomor 19
Tahun 2016 serta tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku tindak pidana penyebaran virus
komputer melalui pengiriman e-mail.Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitis yaitu
menggambarkan secara sistematis fakta-fakta dan permasalahan hukum yang diteliti sekaligus
menganalisis peraturan perundang-undangan yang berlaku, dihubungkan dengan teori hukum danprakti
spelaksanaannya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Undang-Undang Informasi dan
Transaksi ElektronikNomor 19 Tahun 2016 telah diatur beberapa poin tentang kejahatan di dunia maya
namun tindakan penyebaran virus komputer melalui pengiriman e-mail (cyber spamming) tidak diatur
secara khusus. Penyebaran virus melalui pengiriman e-mail (cyber spamming) merupakan modus yang
paling sering terjadi yang dilakukan oleh seorang cracker dan apabila telah ditemukan bukti sebagi
perbuatan yang dilarang maka tindakan penyebaran virus computer melalui pengiriman email dapat
dijerat pasal 46 ayat (2) juncto pasal 30 ayat (2) Undang-Undang ITE.

Kata Kunci : Cyber Spamming, Informasi dan Transaksi Elektronik

A. PENDAHULUAN dan diadili. Kejahatan yang seringkali


berhubungan dengan internet antara lain
Perkembangan dunia teknologi informasi penyebaran virus komputer melalui pengiriman
sekarang ini telah membawa manusia kepada era e-mail (cyber spamming) sebagai kejahatan yang
globalisasi yang memberikan kebebasan kepada dapat dilakukan melalui kecanggihan teknologi
setiap orang di dunia untuk saling bersosialisasi informasi dan komunikasi dalam hal imelalui
dengan siapapun dan dimanapun mereka berada. penyalahgunaan media internet.Pada mulanya
Perkembangan teknologi informasi berdampak semua kejahatan yang terjadi harus dapat
pada revolusi bentuk kejahatan yang diakomodasi dengan peraturan perundang-
konvensional menjadi lebih modern. Jenis undangan yang ada, dalam hal ini Kitab
kegiatannya mungkin sama, namun dengan Undang-Undang Hukum Pidana dan peraturan
media yang berbeda yaitu dalam hal ini internet, lainnya di bidang hukum pidana, walaupun
suatu kejahatan akan lebih sulit diusut, diproses, kejahatan yang dilakukan melalui media internet

1
tidak diatur dalam peraturan-peraturan di atas. spamming). Undang-Undang ITE telah mengatur
Pada praktiknya terhadap kejahatan melalui tentang pembuktian yang menyangkut teknologi
internet diberlakukan peraturan yang mengatur informasi temasuk internet, tetapi masih banyak
kejahatan konvensional dan hakim dituntut dapat kendala-kendala dalam kenyataannya, sehingga
melakukan penemuan hukum sendiri seringkali pelaku penyebaran virus komputer
sebagaimana diamanatkan dalam Undang- melalui pengiriman e-mail ini tidak lolos dari
Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Pokok- hukuman. Sampai saat ini belum ada yang
Pokok Kekuasaan Kehakiman, terkadang hakim membahas secara khusus mengenai kasus
pun mengusahakan pemecahannya melalui penyebaran virus komputer melalui pengiriman
yurisprudensi, yang merupakan suatu keharusan e-mail ini, Oleh karena itu, penelitian ini
Namun demikian, kenyataan yang terjadi, lebih dilakukan.
mengarah pada pembentukan hukum baru
B. METODE PENELITIAN
dengan asumsi KUHP tidak akan mampu
mengatur kejahatan di atas, sehingga
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis
menimbulkan kesulitan bagi para penegak
yaitu menggambarkan secara sistematis fakta-
hukum (polisi, jaksa, hakim dan advokat) untuk
fakta dan permasalahan hukum yang diteliti
mengatasi kondisi tersebut.
sekaligus menganalisis peraturan perundang-
Ketika berhadapan dengan tindak pidana undangan yang berlaku, dihubungkan dengan
penyebaran virus komputer melalui pengiriman teorihukumdanpraktispelaksanaannya, berupa
e-mail menimbulkan masalah baru yang akan data sekunder bahan hukum primer antara lain
muncul, terutama menyangkut barang bukti. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Hal ini disebabkan dalam hukum acara pidana Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-
yang berlaku tidak diatur mengenai alat bukti Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum
elektronik. Namun demikian, telah diterbitkan Acara Pidana, kemudian data sekunder bahan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 dan hukum sekunder yaitu pendapat para ahli yang
telah diperbaharui dengan Undang-Undang no berkaitan dengan tindak pidana penyebaran virus
19 tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi komputer melalui pengiriman e-mail serta data
Elektronik (selanjunya disebut Undang-Undang sekunder bahan hukum tertier seperti kamus
ITE) yang di dalamnya mengatur berbagai hukum.
aktivitas yang dilakukan dan terjadi di dunia
maya (cyberspace), termasuk pelanggaran C. HASIL DAN PEMBAHASAN
hukum yang terjadi. Salah satu pelanggaran 1. Pengaturan Tindak Pidana Penyebaran
Virus Komputer Melalui Pengiriman E-
hukum tersebutadalah penyebaran virus
mail Menurut Undang-Undang Informasi
komputer melalui pengiriman e-mail(cyber

2
dan Transaksi Elektronik Nomor 19 tersebut. E-mail dalam hal ini merupakan
Tahun 2016
sebuah informasi dan/atau dokumen elektronik.
Berdasarkan Pasal 1 angka1 UU ITE, yang
Kejahatan yang dilakukan di dunia maya
dimaksud dengan informasi elektronik adalah
telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 19
satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk
Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi
tetapi tidak terbatas padatulisan, suara, gambar,
Elektronik. Salah satu kejahatan tersebut adalah
peta, rancangan, foto, electronic data
penyebaran virus komputer melalui pengiriman
interchange (EDI), suratelektronik(electronic
e-mail Tindakan penyebaran virus komputer
mail), telegram, teleks, telecopy, atausejenisnya,
melalui pengiriman e-mail tidak diatur secara
huruf, tanda, angka, kodeakses,
khusus.Penyebaran virus melalui pengiriman e-
simbolatauperforasi yang telahdiolah yang
mail merupakan modus yang paling sering
memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang
terjadi yang dilakukan oleh seorang cracker.
yang mampu memahaminya. Sementara itu,
Spam adalah pengiriman surat atau pesan atau
Pasal 1 angka 4 UU ITE menyebutkan, bahwa
sekedar link kepada e-mail/comments.
yang dimaksud dengan dokumen elektronik
Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang ITE yang adalah setiapinformasi elektronik yang dibuat,
menegaskan beberapa perbuatan yang dilarang diteruskan, dikirimkan, diterima atau disimpan
dan diancam sanksi pidana, termasuk larangan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
mengakses komputer dan ataus istem elektronik optikalatausejenisnya, yang dapatdilihat,
pihak lain secara melawan hukum, sehingga ditampilkandan/ataudenganmelaluikomputeratau
perbuatan menyebarkan virus komputer melalui sistemelektronik, termasuk tetapi tidak terbatas
pengiriman e-mail (cyber spamming) dapat pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
dianggap sebagai sebuah tindak pidana. Pada foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode
Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 akses, simbol atau perforasi yang telah diolah
Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh
Elektronik menyatakan bahwa setiap orang orang yang mampu memahaminya. Selain itu,
dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan yang dimaksud dengan sistem elektronik
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem menurut pasal 1 angka 5 adalah serangkaian
Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan perangkat atau prosedur elektronik yang
untuk memperoleh Informasi Elektronik berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan,
dan/atau Dokumen Elektronik. mengolah, menganalisis, menyimpan,

Pada kasus penyebaran virus komputer menampilkan, mengumumkan, mengirimkan

melalui pengiriman email, yang dan/atau menyebarkan informasi elektronik.

dapatdijadikansebagaialatbuktiantara lain e-mail Sementara itu, Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang

3
ITE menyatakan bahwa komputer adalah alat aktivitas di dunia maya, termasuk perbuatan-
untuk memproses data elektronik, magnetik, perbuatan yang dilarang. Sekalipun perbuatan
optik, atau sistem yang melaksanakan fungsi penyebaran virus komputer melalui pengiriman
logika, aritmatika, dan penyimpanan. Pada kasus e-mail tidak diatur secara khusus dalam undang-
penyebaran virus komputer melalui undang tersebut, namun ada ketentuan yang
pengirimane-mail (cyber spamming) inisul itu dapat diterapkan yakni Pasal 30 ayat (2) yang
untuk membuktikannya, karena semua alat bukti menegaskanbahwasetiap orang dengan sengaja
berbentuk informasi dan/atau dokumen dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
elektronik, namun hal tersebut dapat dijadikan Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan
alat bukti sebagaimana ditentukan dalamPasal 5 cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh
ayat (1) UU ITE yang menyatakanbahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
informasi elektronik dan/atau dokumen Elektronik.
elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan
Pada kasus penyebaran virus komputer
alat bukt ihukum yang sah. Selain itu, padaPasal
melalui pengiriman email, harus dapat
5 ayat (2) UU ITE juga ditegaskanbahwa
dibuktikan bahwa perbuatan tersebut merupakan
informasi elektronik dan/atau dokumen
perbuatan yang dilarang sebagaimana diatur
elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana
dalam Pasal 30 ayat 92) Undang-Undang ITE.
dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan dari
Pasal 5 ayat (1) UU ITE yang menyatakanbahwa
alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara
informasi elektronik dan/atau dokumen
yang berlaku di Indonesia. Alat bukti yang
elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan
digunakan hakim untuk menjatuhkan putusan
alat bukti hukum yang sah. Selainitu, pada Pasal
pada perkara pidana , dapat diperluas dari
5 ayat (2) UU ITE juga ditegaskanbahwa
ketentuan alat bukti sebagaimana telah diatur
informasi elektronik dan/atau dokumen
dalam pasal 184 KUHAP, yaitu bahwa alat bukti
elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana
yang sah adalah keterangan saksi, keterangan
dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan dari
ahli, surat, petunjuk,keterangan terdakwa.
alatbukti yang sahsesuaidenganhukum acara
yang berlaku di Indonesia. Alatbukti yang
2. TindakanHukumTerhadapPelakuPenyeb
aran Virus Komputer Melalui E-mail digunakan hakim untuk menjatuhkan putusan
MenurutUndang-UndangInformasi dan
pada perkara pidana, dapat diperluas dari
Transaksi Elektronik Nomor 19 Tahun
2016 ketentuan alat buktis ebagaimana telah diatur
dalam pasal 184 KUHAP.
Di Indonesia, telah berlaku Undang-Undang
Nomor 19 tahun 2016 Tentang Informasi dan Pada kasus termaksud, yang dapat dijadikan
Transaksi Elektronik, yang mengatur berbagai sebagai alat bukti antara lain e mail tersebut. E-

4
mail dalam hal ini merupakan sebuah informasi Sementara itu, Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang
dan/atau dokumen elektronik. Berdasarkan ITE menyatakan bahwa komputer adalah alat
Pasal 1 angka 1 UU ITE, yang dimaksud dengan untuk memproses data elektronik, magnetik,
informasi elektronik adalah satu atau optik, atau sistem yang melaksanakan fungsi
sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi logika, aritmatika, dan penyimpanan. Apabila
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, telah terbukti bahw apenyebaran virus komputer
rancangan, foto, electronic data interchange melalui pengiriman e-mail termasuk perbuatan
(EDI), surat elektronik (electronic mail), yang dilarang maka pelaku dapat dijerat dengan
telegram, teleks, telecopy, ataus ejenisnya, Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang ITE.
huruf, tanda, angka, kod eakses, simbol atau
perforasi yang telah diolah yang memiliki arti D. KESIMPULAN

atau dapat ipahami oleh orang yang mampu Perbuatan penyeberan virus computer
memahaminya. Sementara itu, Pasal 1 angka 4 melalui pengiriman email merupakan salah satu
UU ITE menyebutkan, bahwa yang dimaksud perbuatan yang dilarang sebagaimana mana
dengan dokumen elektronik adalah setiap diatur dalam pasal 30 ayat(2) Undang-undang
informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, ITE, karena dalam hal ini email dianggap
dikirimkan, diterima atau disimpan dalam sebagai informasi dan dokumen elektronik yang
bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal dapat dijadikan sebagai salah satu alat bukti
atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan dalam pasal 5 ayat (1) dan (2) Undang-Undang
dan/atau dengan melalui komputer atau ITE. Selain itu, email juga dapat dianggap
sistemelektronik, termasuk tetapi tidak terbata sebagai alat bukti surat yang selanjutnya
spada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, dijadikan alat bukti petunjuk sesuai ketentuan
foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, pasal 184 KUHAP. Dengan demikian tindakan
kodeakses, simbol atau perforasi yang telah penyebaran virus computer dapat dijerat dengan
diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami pasal 46 ayat (2) junctopasal 30 ayat (2)
oleh orang yang mampu memahaminya. Undang-Undang ITE.

Selainitu, yang dimaksud dengan sistem


DAFTAR PUSTAKA
elektronik menurut pasal 1 angka 5 adalah
serangkaian perangkat atau prosedur elektronik Agus raharjo, Cyber Crime Pemahaman dan
yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, Upaya Pencegahan Kejahatan
mengolah, menganalisis, menyimpan, Berteknologi, Bandung : Citra Aditya
menampilkan, mengumumkan, mengirimkan Bakti, 2012
dan menyebarkan informasi elektronik.

5
Ahmad M Ramli, Cyberlaw dan HAKI dalam Munir Fuady. Teori Hukum Pembuktian (Pidana
Sistem Hukum Indonesia, Bandung : dan Perdata). Citra Aditya Bhakti.
Refika Aditama, 2014 Jakarta. 2006.

Al Wisnubroto, Kebijakan Hukum Pidana dalam M. Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan


Penanggulangan Penyalahgunaan dan Penerapan KUHAP : Penyidikan
Komputer, Yogyakarta : Universitas dan Penuntutan. Sinar Grafika. Jakarta.
Widyatama, 2007 2003.

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, _____,Pembahasan Permasalahan dan


Jakarta : CV Sapta Arta Jaya, 2007 Penerapan KUHAP :Pemeriksaan
Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi
Andri Kristanto, Jaringan Komputer,
dan Peninjauan Kembali. Sinar Grafika.
Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013
Jakarta.2013.
Anthon F. Susanto. Wajah Peradilan Kita :
Otje Salman S.dan Anthon F. Susanto. Teori
Konstruksi Sosial Tentang
Hukum:Mengingat, Mengumpulkan, dan
Penyimpangan, Mekanisme Kontrol dan
membuka Kembali. Refika Aditama.
Akuntabilitas Peradilan Pidana. Refika
Bandung. 2011.
Aditama. Bandung. 2008
Romli Atmasasmita. Sistem Peradilan Pidana
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil. Hukum
Perspektif Eksistensialisme dan
Tata Negara Republik Indonesia.
Abolisionisme. Putra Abardin bandung.
Rineka Cipta. Jakarta. 2006.
2006.
J.E. Sahetapi. Kejahatan Korporasi. Refika
Soejono Soekanto. Pengantar Penelitian
Aditama. Bandung. 2007
Hukum.UI-Press. Jakarta. 2008.
Mochtar Kusumaatmadja. Hukum, Masyarakat,
Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni.
Dan Pembinaan Hukum Nasional. Bina
Bandung. 2009.
Cipta. Bandung. 1976.
Waluyadi. Pengetahuan dasar Hukum Acara
Moeljatno. Dasar-Dasar Hukum PIdana. Rineka
Pidana. Mandar Maju. Bandung 2009.
Cipta. Jakarta. 2003.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang
Muladi. Kapita Selekta Sistem Peradilan
Hukum Acara Pidana.
Pidana. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang. 2005.

6
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 Tentang
Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman. Informasi dan Transaksi Elektronik.

Anda mungkin juga menyukai