Anda di halaman 1dari 29

Metode

Ijtihad
USHUL FIQH
Kelompok 4

01 Farisah Hanani
IAT

Siti Julaeha
PAI
02
03 Monica Herinda
IAT

Zahrotul Fitri
PAI 04
01
Ijtihad
Pengertian ijtihad

Ijtihad adalah suatu istilah tentang


mengerahkan segala yang diusahakan dan
menghabiskan segenap upaya dalam suatu
pekerjaan, dan istilah ini tidak digunakan
kecuali terdapat beban dan kesungguhan.
Maka dikatakan dia berusaha keras untuk membawa batu
besar, dan tidak dikatan dia berusaha (ijtihad) dalam
membawa batu yang ringan. Dan kemudian lafaz ini menjadi
istilah secara khusus di kalangan ulama, yaitu usaha
sungguh-sungguh dari seorang mujtahid dalam rangka
mencari pengetahuan hukum-hukum syari`at. Dan ijtihad
sempurna yaitu mengerahkan segenap usaha dalam rangka
untuk melakukan pencarian, sehingga sampai merasa tidak
mampu lagi untuk melakukan tambahan pencarian lagi.
(Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mushtashfa
Dasar hukum
ijtihad

Banyak alasan yang menunjukkan kebolehan melakukan


ijtihad, diantaranya sebagai berikut
1. Surat an-nisa ayat 59
َ ۡ ‫ٰۤالر ُس ۡو َل َٰۤو ُاولى‬
ٰۤ‫ٰۤاۡل ۡم ِر ِٰۤم ۡن ُٰۤك ۡ ٰۤۚم َٰۤف ِا ۡن‬ َّ ‫ا‬ ‫و‬ ُ
‫ـع‬ ‫ي‬ۡ ‫ط‬ ‫ا‬
َٰۤ ‫ّٰٰۤللا َٰۤو‬
َ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫و‬ ُ
‫ـع‬ ۡ
‫ي‬ ‫ط‬ َ ‫يٰۤ َـا ُّي َها َّٰۤالذ ۡي َنٰۤا َم ُن ۡوا‬
‫ٰۤا‬
ِ ِ ِ ِ
ۡ َ ۡ َ ‫َ َ َ ۡ ُ ۡ ۡ َ ۡ َ ُ ُّ ۡ ُ َ ه َ َّ ُ ۡ ۡ ُ ۡ ُ ۡ ُ ۡ ُ ۡ َ ه‬
ٰۤ‫اّٰللٰۤواليـو ِم‬ ِ ‫ّٰٰۤللا ٰٰۤۤوالرسو ِلٰۤ ِانٰۤكنـتمٰۤتؤ ِمنونِٰٰۤۤب‬ ِ ‫تنازعتم ِٰۤفىٰۤشى ٍءٰۤفردوهٰۤ ِالى‬
ۡ ۡ
ٰۤ‫اۡل ِخ ِٰۤرٰٰۤؕۤذٰۤ ِل َك َٰۤخ ۡي ٌر َّٰۤو َا ۡح َس ُن َٰۤتا ِو ۡيل‬
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
‫‪2. Hadits yang diRiwayatkan dari‬‬
‫‪muadz bin jabal‬‬
‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ‬
‫ّٰٰۤللا َٰۤع َل ْي ِه َٰۤو َس َّٰۤل َمٰۤل َّما َٰۤب َع َث ُهٰۤ ِإلىٰۤال َي َم ِن‪َٰۤ ،‬ق َالٰۤل ُٰۤه‪َٰۤ ":‬ك ْي َف َٰۤت ْق ِضيٰۤ ِإ ْنٰۤ‬ ‫ٰۤص َّلى َّ ُ‬ ‫َع ْن ُٰۤم َع ِاذٰۤبن َٰۤج َبل‪َٰۤ ،‬ا ّن َّ‬
‫ٰۤالن ِب َّي َ‬ ‫ٍ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ال‪":‬فإ ْ ٰۤن ل ْم َٰۤي ُك ْن ِٰۤفيٰۤ ِكـ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َع َر َض َٰۤل َك َٰۤق َض ٌاء؟"‪ٰۤ،‬قالٰۤ‪ :‬اق ِضيٰۤب ِكـ َتاب َّ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ال‪ :‬ف ِب ُٰۤس َّن ِةٰۤ‬ ‫ّٰٰۤللا؟"ق ٰۤ‬ ‫اب َّ ِ‬
‫ِ‬ ‫ت‬ ‫ِ‬ ‫ٰۤ‬ ‫ٰۤق‬ ‫‪،‬‬ ‫ّٰٰۤللا‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫ّٰٰۤللا َٰۤع َل ْي ِه َٰۤو َس َّل َم‪َٰۤ ،‬ق َالٰۤ‪َ ":‬فإ ْنٰۤل ْ ٰۤم َي ُك ْن ِٰۤفي ُٰۤس َّن ِة َٰۤر ُسول َِّ‬ ‫ٰۤص َّلى َّ‬ ‫َر ُسول َّ‬
‫ٰۤصلى َّ ُٰۤ‬
‫ّٰٰۤللا َعل ْي ِهٰۤ‬ ‫ّٰٰۤللا َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ّٰٰۤللا َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬
‫ْ‬
‫ٰۤص ٰۤد َر ُه‪ٰۤ،‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬
‫ٰۤصلى ُ‬
‫ّٰٰۤللا َٰۤعل ْي ِه َٰۤو َسل َم َ‬ ‫َّ‬ ‫ُ‬
‫ال‪ :‬فض َر َب َٰۤر ُسول ِٰۤ‬
‫ّٰٰۤللا َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ال‪ :‬اجت ِهد َٰۤرا ِي ـي َٰۤوۡلٰۤالو‪ٰۤ،‬ق ٰۤ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َو َس َّل َم؟"ق ٰۤ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ٰۤص َّلى َّ ُ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ٰۤص َّٰۤلى َّ ُ َ‬ ‫ال‪ْ ":‬ال َح ْم ُد َّّٰٰۤلل َّٰۤالذي َٰۤو َّف َق َٰۤر ُس َ‬ ‫َو َق َ‬
‫ّٰللاٰۤ‬ ‫ّٰٰۤللا َ‬ ‫ّٰٰۤللا َٰۤعل ْي ِه َٰۤو َسل َمٰۤ ِل َما ُٰۤي ْر ِضي َٰۤر ُٰۤسول َّ ِ‬ ‫ّٰٰۤللا َ‬‫ول َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬
‫س‬ ‫ٰۤر‬‫َ‬ ‫ول‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٰۤ‬
‫َّ‬
‫َعل ْي ِه َٰۤو َسل َ ٰۤم"‬ ‫َ‬
“Dari Muadz ibn Jabal ra bahwa Nabi Saw ketika
mengutusnya ke Yaman, Nabi bertanya: “Bagaimana kamu
jika dihadapkan permasalahan hukum? Ia berkata: “Saya
berhukum dengan kitab Allah”. Nabi berkata: “Jika tidak
terdapat dalam kitab Allah” ?, ia berkata: “Saya berhukum
dengan sunnah Rasulullah Saw”. Nabi berkata: “Jika tidak
terdapat dalam sunnah Rasul Saw” ? ia berkata: “Saya akan
berijtihad dan tidak berlebih (dalam ijtihad)”. Maka Rasul
Saw memukul ke dada Muadz dan berkata: “Segala puji bagi
Allah yang telah sepakat dengan utusannya (Muadz) dengan
apa yang diridhai Rasulullah”.
(HR.Tirmidzi)
Macam-macam ijtihad
Ijtihad dilihat dari sisi jumlah
pelakunya, dibagi menjadi dua
yaitu

1 Ijtihad fardi Ijtihad jama’i 2


Merupakan kegiatan ijtihad
Ijtihad yang dilakukan oleh yang melibatkan berbagai
perorangan atau hanya beberapa disiplin ilmu disamping ilmu fiqih
orang mujtahid. itu sendiri sesuai dengan
Misalnya, dilakukan oleh imam permasalahan yang akan
mujtahid besar seperti Imam Abu dibahas.
Hanifah.
Syarat-syarat ijtihad
Mengerti dengan makna-makna yang dikandung oleh
1 ayat-ayat hukum dalam Al-Qur’an baik secara bahasa
maupun secara istilah.
Mengetahui tentang hadis-hadis hukum baik secara
2 bahasa maupun dalam pemakaian syara’ seperti, telah
diuraikan pada syarat pertama.

3 Mengetahui tentang mana ayat atau hadis yang telah di


mansukh dan mana ayat atau hadis yang menasakh.

Mempunyai pengetahuan tentang masalah yang


4 sudah terjadi ijma’ tentang hukumnya dan mengetahui
tempat-tempatnya.

5 Mengetahui tentang seluk-beluk qiyas.


Syarat-syarat ijtihad

Menguasai bahasa arab serta ilmu-ilmu bantu yang


6 berhubungan dengannya.

7 Menguasai ilmu ushul fiqh

8 Mampu menangkap tujuan syariat dalam merumuskan


suatu hukum.
Objek ijtihad
Menurut al-Ghazali, objek ijtihad adalah setiap
hukum syara’ yang tidak memiliki dalil yang
qathi. Dari pendapatnya itu, diketahui ada
permasalahan yang tidak bisa dijadikan objek
ijtihad.
Hukum Berijtihad

Melakukan ijtihad untuk kasus dirinya sendiri dan


Fardhu ‘ain
dia harus mengamalkan hasil ijtihad nya sendiri
Untuk menjawab permasalahan yang belum ada
hukumnya.
Jika permasalahan yang diajukan kepadanya tidak
Fardhu kifayah dikhawatirkan akan habis waktunya,atau ada lagi
mujtahid lain yang telah memenuhi syarat
Jika berijtihad terhadap permasalahan yang
Sunnah
baru,baik ditanya ataupun tidak
Terhadap ijtihad yang telah ditetapkan secara qat’I
Haram
karena bertentangan dengan syara’
Tingkatan-Tingkatan mujtahid
Mujtahid
Mustaqil Mujtahid fi
Al-mazhab

Mujtahid Mujtahid
Muntasib Fi at-tarjih
Terbuka dan tertutupnya pintu ijtihad
. Pintu ijtihad dapat dikatakan terbuka atau tertutup sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat pada waktu itu. Pintu ijtihad dapat dikatakan terbuka jika masyarakat
membutuhkan ijtihad untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Islam. Sebaliknya, pintu ijtihad dapat
dikatakan tertutup jika masyarakat sudah merasa tidak membutuhkan ijtihad lagi, atau jika
sudah ada hukum yang jelas dan tidak perlu diinterpretasikan lagi.

Secara umum, pintu ijtihad terbuka dan tertutup merupakan bagian dari proses evolusi
hukum Islam, yang terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan
kebutuhan masyarakat. Namun, perlu diingat bahwa ijtihad tidak selalu menghasilkan
pendapat yang sama dari ulama yang berbeda, karena setiap ulama memiliki
pandangan dan interpretasi yang berbeda-beda terhadap teks-teks agama. Oleh karena
itu, ijtihad tidak boleh dijadikan sebagai dasar hukum yang mutlak, melainkan harus
dipertimbangkan dengan baik dan diintegrasikan dengan prinsip-prinsip dasar Islam
yang lain.
02
Istihsan
pengertian istihsan
Istihsan adalah kecenderungan seseorang
pada sesuatu karena menganggapnya lebih
baik, dan ini bisa bersifat lahiriah (hissiy)
ataupun maknawiah; meskipun hal itu dianggap
tidak baik oleh orang lain. atau dapat diartikan
dengan penangguhan hukum seseorang
mujtahid dari hukum yang jelas (Alquran,
sunnah, ijmak, dan qiyas) ke hukum yang
samar-samar (qiyas khafi, dll) karena kondisi
atau keadaan darurat atau adat istiadat
Macam-macam istihsan

Istihsan qiyasi

Istihsan istisnai’
Istihsan istisnai’
Istihsan bin-nas Istihsan berlandaskan ijma’
Maknanya adalah pengalihan hukum dari Maknanya adalah terjadinya sebuah ijma’
ketentuan yang umum kepada ketentuan baik yang sharih maupun sukuti terhadap
lain dalam bentuk pengecualian, karena ada sebuah hukum yang menyelisihi qiyas
nash yang mengecualikannya, baik nash atau kaidah umum.
tersebut Al-Qur’an atau Sunnah.

Istihsan dengan ‘urf


Artinya meninggalkan apa yang menjadi
Istihsan dengan maslahah al-mursalah
konsekuensi qiyas menuju hukum lain yang Yaitu mengecualikan ketentuan hukum yang
berbeda karena ‘urf yang umum berlaku—baik berlaku umum berdasarkan kemaslahatan,
‘urf yang bersifat perkataan maupun perbuatan dengan memberlakukan ketentuan lain yang
memenuhi prinsip kemaslahatan.
Kehujjahan istihsan
‫ّٰللُ لى َو أ ُ ۤلئِكَ َُ ُْ أُلُ ْوا ْاْل َ ْل هبب‬
‫سنَهُ ج أ ُ ْو ۤلئِكَ الَّ ِذيْنَ َ هََُٰ ُُ ه‬
َ ْ‫الَّ ِذيْنَ يَ ْست َ ِمعُ ْونَ ْالقَ ْو َل فَيَتَّبِعُ ْونَ أَح‬

Artinya: “Orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti


apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang
yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-
orang yang mempunyai akal.”

Bagi mereka para pendukung istihsan, ayat di atas berisi


pujian kepada orang-orang yang mengikuti perkataan
(pendapat) yang baik. Mengikuti istihsan berarti mengikuti
sesuatu yang baik, oleh karena itu istihsan dapat dijadikan
landasan hukum.
ُْ ‫سنَ َم ۤا أ ُ ْن ِز َل إِلَ ْي ُك ُْ ِم ْن َّربِ ُك‬
َ ‫َواتَّبِعُ ْوا أ َ ْح‬

Artinya: “Dan ikutilah apa yang paling baik yang telah


diturunkan kepadamu oleh Tuhanmu.”

Menurut para ulama Malikiyah dan Hanafiyah, ayat ini


memerintahkan untuk mengikuti yang paling baik dari apa
yang diturunkan Allah.
‫ّٰللُ ِب ُك ُُ ْاليُس َْر َو ََل يُ ِر ْي ُٰ ِب ُك ُُ ْالعُس َْر‬
‫يُ ِر ْي ُٰ ه‬

Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak


menghendaki kesukaran bagi kalian.”
Hadits Nabi:
)ٰ‫س ٌن )رواه أحم‬
َ ‫ّٰلل َح‬ َ ‫َما َرأَى ْال ُم ْس ِى ُم ْونَ َح‬
ِ ‫سنًا فَ ُه َو ِع ْن َٰ ه‬

Artinya: “Apa yang dianggap baik oleh kaum muslimin maka hal itu pun
baik di sisi Allah SWT.” (H. R. Ahmad).

Hadits di atas memperkuat posisi kehujjahan istihsan. Menurut para


pendukung istihsan, hadits di atas menganjurkan untuk mengikuti apa
yang dianggap baik oleh orang Islam karena hal itu juga merupakan
sesuatu yang dianggap baik pula di sisi Allah SWT.
Kesamaran orang yang menolak istihsan

Terdapat sekelompok mujtahid yang mengingkari


terhadap istihsan sebagai hujjah, dan mereka
menganggapnya sebagai beristimbath terhadap
hokum syara’ berdasarkan hawa nafsu dan
seenaknya sendiri. Tokoh kelompok ini adalah Imam
Syafi’i. Menurut sebuah riwayat,bahwa ia berkata :
”Barangsiapa yang menetapkan hukum
berlandaskan istihsan sama dengan membuat
syariat baru dengan hawa nafsu.”
03
Al Maslahah
Mursalah
Pengertian Al-Maslahah Mursalah

Maslahah Mursalah adalah sesuatu yang baik


menurut akal dengan pertimbangan dapat
mewujudkan kebaikan atau menghindarkan
keburukan bagi manusia, Apa yang baik
menurut akal itu, juga selaras dan sejalan
dengan tujuan syara' dalam menetapkan
hukum, Apa yang baik menurut akal dan
selaras pula dengan tujuan syara' tersebut ...
Dalil Al-Maslahah Mursalah

Maslahah mursalah merupakan dalil


hukum untuk menetapkan hukum atas
persoalan-persoalan baru yang secara
eksplisit tidak disebutkan di dalam al-
Quran dan as-Sunnah al-Maqbûlah.
Objek maslahah mursalah

Objek Maslahah Mursalah adalah ranah


muamalah, yaitu hubungan antara satu
manusia dengan yang lain. Muamalah adalah
wilayah luas dimana banyak hal tidak
tercakup dalam nash. Ranah Ibadah tidak
termasuk dalam obyek Maslahah Mursalah.
Perbedaan pendapat ulama
mengenai maslahah mursalah

Para ulama ushul fiqh sepakat bahwa maslahah


mursalah tidak sah menjadi landasan hukum dalam
bidang ibadah, karena bidang ibadah harus diamalkan
sebagaimana adanya diwariskan oleh Rasulullah, dan
oleh karena itu bidang ibadah tidak berkembang.

Anda mungkin juga menyukai