Disusun Oleh :
NIM : 1817202056
2020
ABSTRAK
Saat ini banyak lembaga keuangan syariah yang berkembang dengan pesat dan
menawarkan produk-produknya yang bermacam-macam pada masyarakat. Namun kebanyakan
masyarakat belum mengetahui produk-produk yang di tawarkan oleh bank yang berbasis syariah
ini. Salah satunya adalah Murabahah dan musyarakah. Sebagai seorang muslim, kita harus
mengetahui jual beli yang di perbolehkan dalam syariah islam agar harta yang dimiliki halal dan
baik. Begitu pula dengan syirkah/musyarakah, dimana kedua hal tersebut tentunya akan
dipengaruhi oleh biaya transaksi dan pendapatan.
ii
DAFTAR ISI
Hal.
Halaman judul…………………………………………………………………………………
ABSTRAK ……………………………………………………………………………………II
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...IV
Pendapatan ………………………………………………………………………….….3
PENUTUP ……………………………………………………………………………………16
Kesimpulan …………………………………………………………………………....16
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengaruh Biaya
Transaksi dan Pendapatan terhadap Pembiayaan Murabahah dan Musyarakah”. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah Manajemen
Bank Syariah.
Makalah ini ditulis berdasarkan literature buku dan internet. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan mengenai Pengaruh Biaya Transaksi dan Pendapatan terhadap Pembiayaan
Murabahah dan Musyarakah. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Manajemen Bank Syariah atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan makalah ini, dan juga penulis menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak penyempurnaan makalah ini, sangat penulis harapkan.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Total pembiayaan di perbankan syariah masih didominasi oleh jual-beli
(murabahah) sedangkan skim bagi hasil masih rendah. Rendahnya pembiayaan bagi hasil
(musyarakah) jelas bukanlah kondisi ideal yang diinginkan, karena sektor riil dapat
digerakkan melalui pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil ini
merupakan salah satu prinsip utama dalam kegiatan ekonomi berbasis syariah.
Sebenarnya peluang bank syariah untuk meningkatkan kinerja dan usahanya ada
pada pengembangan produk pembiayaan bagi hasil, sekaligus sebagai tantangan bagi
bank syariah dalam meningkatkan efektivitas kinerjanya. Bank-bank syariah seharusnya
selain membuat strategi khusus agar porsi pembiayaan bagi hasil meningkat juga harus
disertai upaya-upaya peminimalisasian kendala-kendala yang dihadapi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan biaya transaksi?
2. Apa yang dimaksud dengan pendapatan?
3. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan murabahah?
4. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan musyarakah?
5. Bagaimana pengaruh biaya transaksi dan pendapatan terhadap pembiayaan
murabahah dan musyarakah?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan biaya transaksi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendapatan.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembiayaan murabahah.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembiayaan musyarakah.
5. Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh biaya transaksi dan pendapatan terhadap
pembiayaan murabahah dan musyarakah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biaya Transaksi
Biaya adalah pengeluaran yang belum habis masa manfaatnya, jadi masih harus
dibebankan pada periode berikutnya. Biaya timbul dalam usaha menciptakan pendapatan
dan mengakibatkan pengurangan aktiva netto perusahaan termasuk di dalamnya
pengenaan pajak tertentu oleh badan pemerintah.
Biaya transaksi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi
kelembagaan.1 Semakin tinggi biaya transaksi maka semakin tidak efisien pula
kelembagaan tersebut. Terdapat hambatan dalam alat analisis ini, yaitu :
1. Secara teoritis masih belum terdapat definisi yang tepat dari biaya transaksi itu
sendiri.
2. Kegiatan (transaksi) ekonomi selalu bersifat spesifik sehingga berlaku khusus.
3. Definisi dan variabel sudah terukur jelas. Namun, terdapat masalah dalam cara
mengukurnya.
B. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Ikatan akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK)
No. 23 mendefinisikan pendapatan sebagai berikut:
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.”
1
Nuril, “Teori Ekonomi Biaya Transaksi Ekonomi Kelembagaan”, https://medium.com/@heynuril/teori-ekonomi-
biaya-transaksi-ekonomikelembagaan4-49975568bb8a, pada Mei 2020.
3
a. Transaksi modal atau pendapatan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang
ditanamkan oleh pemegang saham.
b. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang dagangan” seperti aktiva
tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan.
b. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.
c. Revaluasi aktiva.
d. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan produk.
2
Dabrata,”Makalah tentang Pendapatam”, http://dabrata.blogspot.com/2018/11/makalah-tentang-pendapata-
sumbernya.html, pada Mei 2020.
4
C. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Akad Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga harga perolehan
dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan
salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa
required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).3
sedangkan secara istilah, Bai’ul murabahah adalah:
Yaitu jual beli dengan harga awal disertai dengan tambahan keuntungan (Azzuhaili,
1997., hal. 3765). Definisi ini adalah definisi yang disepakati oleh para ahli fiqh,
walaupun ungkapan yang digunakan berbeda-beda.
Menurut Para ahli hukum Islam mendefinisikan bai’ al-murabahah sebagai berikut :
a. Ulama Hanafiyah mendefinisikan, murabahah adalah memindahkannya hak milik
seseorang kepada orang lain sesuai dengan transaksi dan harga awal yang dilakukan
pemilik awal ditambah dengan keuntungan yang diinginkan.
b. Ulama Syafi’iyah dan Hanabillah berpendapat, murabahah adalah jual beli yang
dilakukan seseorang dengan mendasarkan pada harga beli penjual ditambah
keuntungan dengan syarat harus sepengetahuan kedua belah pihak
Dengan kata lain, jual-beli murabahah adalah suatu bentuk jual-beli di mana
penjual memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli
membelinya berdasarkan harga pokok tersebut kemudian memberikan margin
keuntungan kepada penjual sesuai dengan kesepakatan. Tentang “keuntungan yang
disepakati”, penjual harus memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.
2. Landasan Hukum
Landasan hukum akad murabahah ini adalah:
a. Al-Qur’an
3
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, hlm.113
5
Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli, diantaranya adalah
firman Allah:
Artinya: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS. Al-
Baqarah:275).
Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli dan murabahah
merupakan salah satu bentuk dari jual beli.
b. Assunnah
Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:
, البَ ْي ُع ِإل َى َأ َج ٍل:ث فِ ْي ِه َّن البَ َر َكة َ َى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآلِ ِه َو َسلَّ َم ق
ٌ َ ثَال:ال َ َأ َّن النَّبِي
َّ صل
) ( َر َواهُ اب ُْن َما َجه.ت الَ لِ ْلبَي ِْع
ِ خَلطُ البُ ّر بِال َّش ِعي ِْر لِ ْلبَ ْي
ْ َو,ضة
َ ار
َ َ َوال ُمقـ
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
e. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
4
Hima Eki, “Makalah Murabahah”, http://himaekisfebuntan.blogspot.com/2018/05/makalah-murabahah.html,
pada Mei 2020.
6
1) Nomor 4/ DSN-MUI IV/ 2000 tanggal 1 April 2000 tentang Murabahah,
2) Nomor 13/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Uang Muka
Dalam Murabahah,
3) Nomor 16/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Diskon Dalam
Murabahah.
4) Nomor 17/ DSN-MUI IX/ 2000 tanggal 16 September 2000 tentang Sanksi Atas
Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran, dan
5) Nomor 23/ DSN-MUI/ III/ 2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang Potongan
Pelunasan Dalam Murabahah.
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
Rukun murabahah adalah:
a. Adanya pihak-pihak yang melakukan akad, yaitu:
Penjual
Pembeli
b. Obyek yang diakadkan, yang mencakup:
Barang yang diperjualbelikan
Harga
c. Akad/Sighat yang terdiri dari:
Ijab (serah)
Qabul (terima)
d. Harga yang disepakati.
Selanjutnya masing-masing rukun diatas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Pihak yang berakad, harus:
Cakap hukum.
Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan terpaksa atau berada dibawah tekanan atau
ancaman.
b. Obyek yang diperjualbelikan harus:
Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang.
Memberikan manfaat atau sesuatu yang bermanfaat.
Penyerahan obyek murabahah dari penjual kepada pembeli dapat dilakukan.
7
Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad.
Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang diterima pembeli.
c. Akad/Sighat
Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.
Antara ijab dan qabul (serah terima) harus selaras baik dalam spesifikasi barang
maupun harga yang disepakati.
Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi
pada kejadian yang akan datang.
Selain itu ada beberapa syarat-syarat sahnya jual beli murabahah adalah sebagai
berikut:
a. Mengetahui Harga pokok.
b. Mengetahui Keuntungan.
c. Harga pokok dapat dihitung dan diukur.
d. Jual beli murabahah tidak bercampur dengan transaksi yang mengandung riba.
e. Akad jual beli pertama harus sah.
8
b. Margin dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan
bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank
yang berbasis Bungan yang menjadi saingannya.
c. Menjauhkan ketidakpastian dari pendapatan bisnis.
d. Murabahah tidak memungkinkan bank syariah untuk mencampuri manajemen bisnis,
karena pada pembiayaan murabahah konsep yang dikembangkan bukan konsep
mitra, melainkan hubungan antara kreditor dan debitor.
9
D. Pembiayaan Musyarakah
1. Pengertian Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah berasal dari kata syarika yang berarti persekutuan. Secara etimologi
as-syarikah atau al-musyarakah mengndung makna al-ikhtilāt wa al-imtijāz yaitu
percampuran. Dalam lisan al-’Arab disebutkan as-syirkah dan as-syarikah mengandung
makna yang sama mukhalaṭatu as-syarikaini (bercampur atau bergabungnya dua orang)
untuk melakukan kerja sama.5
Sedangkan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/Kep/Dir
tanggal 12 Mei 1999, pasal 28 butir b.2.b. sebagaimana dijabarkan dalam lampiran 6
bahwa penyaluran dana masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk musyarakah yaitu
akad kerjasama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal untuk
membiayai suatu jenis usaha yang halal dan produktif. Pendapatan atau keuntungan
dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Jadi secara istilah musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
2. Landasan Syariah
Dasar hukum syariah yang mendasari konsep musyarakah ini adalah Al-Qur’an
dan Hadits. Ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi
syarikah, adalah QS. An-Nisa’ ayat 12 juga QS. Ash-Shaad ayat 24.
Sedangkan Hadits-hadits Rasul yang dapat dijadikan rujukan dasar, adalah :
“Dari hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw.
telah Bersabda, “Allah swt. telah berkata kepada saya; menyertai dua pihak yang sedang
berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak menghianati yang lain, seandainya
5
Tri Bakti, “Makalah Pembiayaan Musyarakah”, http://mpstribakti.blogspot.com/2016/04/makalah-pembiayaan-
musyarakah.html, pada Mei 2020.
10
berkhianat maka saya keluar dari penyertaan tersebut” ( HR.Abu Dawud no.2936,
dalam kitab al-Buyu, dan Hakim).
Landasan hukum positif tentang musyarakah ini diatur dalam Undang-Undang
No.10 Tahun 1998 dengan aturan pelaksana Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
32/34/Kep/Dir tanggal 12 Mei 1999, pasal 28 butir b.2.b. sebagaimana dijabarkan dalam
lampiran 6, juga terdapat dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor
08/DSN-MUI/IV/2000, tanggal 13 April 2000.
3. Rukun, Syarat dan ketentuan dalam Pembiayaan Musyarakah
Adapun rukun dari akad musyarakah itu sendiri ada 4, yaitu:
a. Pelaku terdiri dari para mitra
b. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
c. Ijab qabul
d. Nisbah keuntungan (bagi hasil)
Sedangkan syarat dan ketentuan dalam pembiayaan musyarakah yang dimuat dalam
fatwa DSN no. 8 tentang musyarakah adalah sebagai berikut:
a. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).
b. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hokum.
c. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)
d. Biaya Operasional dan Persengketaan
4. Jenis Musyarakah
Secara umum, musyarakah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Musyarakah permanen (syirkah ‘uqud) adalah musyarakah dengan ketentuan bagian
dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa
akad.
b. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyarakah dengan
ketentuan bagian dana entitas akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga
bagian dana entitas akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi
pemilik penuh usaha tersebut.
5. Mekanisme Pembiayaan Musyarakah dalam Perbankan Syari’ah
Adapun mekanismenya yaitu:
11
a. Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan bersama-
sama menyediakan dana dan/atau barang untuk membiayai suatu kegiatan usaha
tertentu;
b. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan Bank sebagai mitra usaha dapat ikut
serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang disepakati
seperti melakukan review, meminta bukti-bukti dari laporan hasil usaha yang dibuat
oleh nasabah berdasarkan bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan;
c. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah yang
disepakati;
d. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu
investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak;
e. Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan dalam bentuk uang dan/atau
barang, serta bukan dalam bentuk piutang atau tagihan;
f. Dalam hal Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan dalam bentuk uang
harus dinyatakan secara jelas jumlahnya;
g. Dalam hal Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah diberikan dalam bentuk barang,
maka barang tersebut harus dinilai atas dasar harga pasar (net realizable value) dan
dinyatakan secara jelas jumlahnya;
h. Jangka waktu Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah, pengembalian dana, dan
pembagian hasil usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Bank dan nasabah;
i. Pengembalian Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah dilakukan dalam dua cara,
yaitu secara angsuran ataupun sekaligus pada akhir periode Pembiayaan, sesuai
dengan jangka waktu Pembiayaan atas dasar Akad Musyarakah;
j. Pembagian hasil usaha berdasarkan laporan hasil usaha nasabah berdasarkan bukti
pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan; dan
k. Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut porsi modal
masing-masing.
E. Pengaruh Biaya Transaksi dan Pendapatan terhadap Pembiayaan Murabahah dan
Musyarakah
Berdasarkan penjabaran di atas maka dapat diketahui bahwa biaya transaksi dan
pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan murabahah maupun
12
musyarakah. Hal ini terjadi karena apabila nasabah telah mengetahui tentang biaya
transaksi pada sebuah bank lalu membandingkan dengan bank lain maka ia akan
memutuskan untuk menabung ataupun berinvestasi pada pilihannya. Sementara itu,
pendapatan sangat mempengaruhi tingkat seseorang untuk melakukan pembiayaan.
Semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi pula pembiayaan yang akan ia
dapatkan.
Angsuran per bulan = total piutang - uang muka : jumlah bulan pelunasan
= 118.000.000 - 10.000.000 : 24
= 108.000.000 : 24
= 4.500.000
6
Adelia, “Contoh Perhitungan Pembiayaan Murabahah”, http://adeliaakhirta28.blogspot.com/2019/03/contoh-
perhitungan-pembiayaan-murabahah.html, pada Mei 2020.
13
Margin = persentase keuntungan x angsuran per bulan
= 16,6666 % x 4.500.000
= 750.000
Total modal yang dibutuhkan adalah Rp1 miliar, sementara ia hanya memiliki modal
Rp400 juta. Maka ia dapat mengajukan penambahan modal kerja kepada bank syariah
sebesar Rp600 juta. Atas permohonan nasabah tersebut, bank syariah akan memberikan
pembiayaan berbasis bagi hasil berupa pemberian tambahan modal sejumlah Rp600 juta
yang dijadikan penyertaan bank syariah dalam proyek tersebut dengan menggunakan
akad kemitraan bagi hasil (musyarakah).
Dalam hal ini, kontraktor dan bank syariah bermitra dalam bentuk kongsi penyertaan
modal. Misalnya disepakati nisbah bagi hasil adalah 40 persen untuk pengusaha dan 60
persen untuk bank syariah. Misalnya juga disepakati proyeksi keuntungan total sebesar
Rp400 juta. Maka ilustrasi pembayaran untuk pembiayaan modal kerja iB oleh pengusaha
sebagai berikut:
Termin I, pembayaran dari pemerintah sebesar Rp200 juta, pengembalian pokok kepada
bank syariah sebesar Rp100 juta dan bagi hasil bagi bank syariah sebesar Rp34,3 juta (1/7
x 60 persen x Rp400 juta).
7
Okezone, “Pembiayaan Bagi Hasil Musyarakah”,
https://economy.okezone.com/read/2012/03/30/316/602652/pembiayaan-bagi-hasil-musyarakah, pada Mei
2020.
14
Termin II, pembayaran dari pemerintah sebesar Rp400 juta, pengembalian pokok kepada
bank syariah sebesar Rp200 juta dan bagi hasil bagi bank syariah sebesar Rp68,6 juta (2/7
x 60 persen x Rp400 juta).
Termin III, pembayaran dari pemerintah sebesar Rp800 juta, pengembalian pokok
kepada bank syariah sebesar Rp300 juta dan bagi hasil bagi bank syariah sebesar Rp137,1
juta (3/7 x 60 persen x Rp400 juta).
BAB III
PENUTUP
15
A. Kesimpulan
Biaya transaksi adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi
kelembagaan, Semakin tinggi biaya transaksi maka semakin tidak efisien pula
kelembagaan tersebut.
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga harga
perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini
merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah
ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise)
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman. 2014. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi Kelima. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
16
Adelia, “Contoh Perhitungan Pembiayaan Murabahah”,
http://adeliaakhirta28.blogspot.com/2019/03/contoh-perhitungan-pembiayaan-
murabahah.html, pada Mei 2020.
17