Anda di halaman 1dari 5

Nama :

Kelas :
Pahlawan Nasional

1. Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro merupakan nama pahlawan nasional yang berasal dari Yogyakarta. Ia
berperan besar dalam memimpin Perang Jawa yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun,
yaitu pada tahun 1825 hingga 1830.
Perang ini berkobar di hampir seluruh daerah di Pulau Jawa dan merupakan salah satu perang
terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah perjuangan melawan Belanda.
Walaupun berakhir dengan kemenangan Belanda, Pangeran Diponegoro sempat membuat
Belanda mengalami kesulitan dan kerugian akibat gugurnya ribuan serdadu Belanda.

2. Kapitan Pattimura

Thomas Matulessy atau yang lebih dikenal dengan Pattimura adalah pahlawan nasional asal
Maluku yang berperan sebagai panglima perang dalam perlawanan rakyat Maluku dengan
tentara VOC Belanda. Karena jasanya tersebut, Bank Indonesia meletakkan gambar pahlawan
nasional Pattimura beserta namanya di uang seribu rupiah.
Dengan wibawa dan kepemimpinannya, Pattimura berhasil menyatukan kerajaan Nusantara,
tepatnya Ternate dan Tidore untuk menghadapi penjajah pada tahun 1817.

3. Sultan Hasanuddin

Dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur, Sultan Hasanuddin adalah salah satu pahlawan
kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Setelah naik takhta menjadi sultan dari Kerajaan Gowa, ia berupaya menggabungkan
kerajaan-kerajaan kecil Indonesia Timur dan memberikan perlawanan yang cukup sengit
kepada pihak Kompeni Belanda.
4. Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol memiliki nama asli Muhammad Syahab, dan lahir di Bonjol pada 1
Januari 1772. Nama Tuanku Imam Bonjol dikenal berjasa selama berperang melawan
Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri.
Perang Padri terjadi selama sekitar 35 tahun mulai dari tahun 1803–1838 yang melibatkan
peperangan di tanah Sumatera Barat, terutama di daerah Kerajaan Pagaruyung.
Mulanya, Perang Padri terjadi akibat adanya perbedaan pendapat yang melibatkan masalah
agama antara sesama suku Minang dan Mandailing.
Setelah 18 tahun berjalan perang ini berubah menjadi peperangan melawan penjajah yang
pada akhirnya Perang Padri dimenangkan oleh Belanda.
Tuanku Imam Bonjol akhirnya ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat.
Tuanku Imam Bonjol pernah diasingkan Ambon, sampai ke Lotta, Minahasa, dekat Manado
hingga wafat lalu dimakamkan di Minahasa.

5. I gusti Ketut Jelantik

I Gusti Ketut Jelantik lahir di Karangasem, Bali, pada 1800. Pada 1846, 1848, dan 1849, ia
menjadi pemimpin dalam perlawanan terhadap invasi Belanda ke Bali.
Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu aturan yang
memberikan hak kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing beserta
muatannya yang terdampar di Bali. Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan Hak Tawan
Karang, sehingga Belanda melakukan serangan dan terjadilah perang puputan (habis-habisan)
antara kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda. Belanda
berhasil memenangkan peperangan tersebut dan menguasai Bali karena kekuatan militernya
yang lebih unggul.
Pada 1849, Ketut Jelantik berhasil lolos dari serangan Belanda di Buleleng. Ia pun melarikan
diri ke Karangasem untuk menyelamatkan diri. Namun, ia akhirnya tewas dalam penyergapan
yang dilakukan pasukan Lombok, sekutu Belanda. Atas perjuangannya, I Gusti Ketut Jelantik
pun dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keppres RI No.
077/TK/Tahun 1993.
Nama :
Kelas :
Pahlawan Nasional

1. Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro merupakan nama pahlawan nasional yang berasal dari Yogyakarta. Ia
berperan besar dalam memimpin Perang Jawa yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun,
yaitu pada tahun 1825 hingga 1830.
Perang ini berkobar di hampir seluruh daerah di Pulau Jawa dan merupakan salah satu perang
terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah perjuangan melawan Belanda.
Walaupun berakhir dengan kemenangan Belanda, Pangeran Diponegoro sempat membuat
Belanda mengalami kesulitan dan kerugian akibat gugurnya ribuan serdadu Belanda.

2. Kapitan Pattimura

Thomas Matulessy atau yang lebih dikenal dengan Pattimura adalah pahlawan nasional asal
Maluku yang berperan sebagai panglima perang dalam perlawanan rakyat Maluku dengan
tentara VOC Belanda. Karena jasanya tersebut, Bank Indonesia meletakkan gambar pahlawan
nasional Pattimura beserta namanya di uang seribu rupiah.
Dengan wibawa dan kepemimpinannya, Pattimura berhasil menyatukan kerajaan Nusantara,
tepatnya Ternate dan Tidore untuk menghadapi penjajah pada tahun 1817.

3. Sultan Hasanuddin

Dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur, Sultan Hasanuddin adalah salah satu pahlawan
kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Setelah naik takhta menjadi sultan dari Kerajaan Gowa, ia berupaya menggabungkan
kerajaan-kerajaan kecil Indonesia Timur dan memberikan perlawanan yang cukup sengit
kepada pihak Kompeni Belanda.
4. Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol memiliki nama asli Muhammad Syahab, dan lahir di Bonjol pada 1
Januari 1772. Nama Tuanku Imam Bonjol dikenal berjasa selama berperang melawan
Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri.
Perang Padri terjadi selama sekitar 35 tahun mulai dari tahun 1803–1838 yang melibatkan
peperangan di tanah Sumatera Barat, terutama di daerah Kerajaan Pagaruyung.
Mulanya, Perang Padri terjadi akibat adanya perbedaan pendapat yang melibatkan masalah
agama antara sesama suku Minang dan Mandailing.
Setelah 18 tahun berjalan perang ini berubah menjadi peperangan melawan penjajah yang
pada akhirnya Perang Padri dimenangkan oleh Belanda.
Tuanku Imam Bonjol akhirnya ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat.
Tuanku Imam Bonjol pernah diasingkan Ambon, sampai ke Lotta, Minahasa, dekat Manado
hingga wafat lalu dimakamkan di Minahasa.

5. I gusti Ketut Jelantik

I Gusti Ketut Jelantik lahir di Karangasem, Bali, pada 1800. Pada 1846, 1848, dan 1849, ia
menjadi pemimpin dalam perlawanan terhadap invasi Belanda ke Bali.
Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu aturan yang
memberikan hak kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing beserta
muatannya yang terdampar di Bali. Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan Hak Tawan
Karang, sehingga Belanda melakukan serangan dan terjadilah perang puputan (habis-habisan)
antara kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin I Gusti Ketut Jelantik dengan Belanda. Belanda
berhasil memenangkan peperangan tersebut dan menguasai Bali karena kekuatan militernya
yang lebih unggul.
Pada 1849, Ketut Jelantik berhasil lolos dari serangan Belanda di Buleleng. Ia pun melarikan
diri ke Karangasem untuk menyelamatkan diri. Namun, ia akhirnya tewas dalam penyergapan
yang dilakukan pasukan Lombok, sekutu Belanda. Atas perjuangannya, I Gusti Ketut Jelantik
pun dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keppres RI No.
077/TK/Tahun 1993.

Anda mungkin juga menyukai