Anda di halaman 1dari 6

PENATALAKSANAAN FRAKTUR ELLIS KELAS III 11 DENGAN

PULPEKTOMI DAN RESTORASI MAHKOTA PASAK


I Gusti Ayu Fienna Novianthi Sidiartha1, Putu Wiswananta Parama2
1
Departemen Gigi dan Mulut, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar.
2
Program Studi Profesi Dokter Gigi, Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi dan Profesi Dokter Gigi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar.
Email: fiennasidiartha@unud.ac.id

ABSTRACT
A 19-year-old male patient came to Unud Hospital with a complaint that his upper right front tooth was broken. The patient's
right front toothaches when he consumes cold food or drinks and bleeds every morning. Pain still exists even if food or cold
drinks are removed. Complaints felt since 7 months ago. The tooth now feels pain but is not as severe as the initial tooth
fracture. Patients have consumed mefenamic acid to reduce pain. The tooth has never been treated by a dentist. The patient is
now treated with pulpectomy accompanied by a fused to metal porcelain jacket crown restoration with a cast post-core. After
controlling for one week after treatment, the desired result is the loss of subjective and objective complaints in the patient.

Keywords: tooth fracture, pulpectomy, custome dowel post core, jacket crown

PENDAHULUAN jaringan keras gigi yang lebih sedikit akibat proses karies
Traumatic dental injuries (TDIs) atau cedera yang meluas sehingga melemahkan struktur gigi, sehingga
traumatik gigi sering terjadi dengan frekuensi cukup tidak mampu mendistribusikan gaya fungsional dengan
tinggi pada usia prasekolah, sekolah dan dewasa muda baik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Pada
dengan proporsi mencakup 5% dari total seluruh cedera gigi anterior dengan kerusakan yang cukup luas
yang menyebabkan seseorang mencari perawatan membutuhkan pasak untuk menambah retensi dan
medis. Salah satu jenis TDIs adalah fraktur enamel- resistensi dari restorasi akhir nya.4
dentin-pulpa, yang merupakan kehilangan substansi Laporan kasus ini bertujuan untuk menjabarkan
gigi pada struktur enamel dan dentin disertai dengan perawatan pulpektomi pada gigi insisivus sentral kanan
adanya keterlibatan pulpa. Secara radiografis bagian dengan diagnosa pulpitis ireversibel yang disertai lesi
dari mahkota biasanya dapat diidentifikasi namun garis periapikal, dengan restorasi akhir berupa pasak tuang
1
fraktur tidak dapat terlihat. disertai mahkota jaket.
Gigi yang paling sering terkena fraktur adalah
insisivus sentral rahang atas, kemudian insisivus lateral
rahang atas dan insisivus rahang bawah. Selain KASUS
menimbulkan kerusakan fisik, fraktur gigi anterior Pasien laki-laki berusia 19 tahun datang ke Pusat
dapat menimbulkan dampak psikologis karena Pelayanan Gigi dan Mulut RS PTN Universitas Udayana
terganggunya estetik penderita. Fraktur gigi anterior pada tanggal 23 Juli 2018 dengan keluhan gigi depan atas
dapat menyebabkan jejas pada jaringan pulpa dengan kanannya patah semenjak 7 bulan yang lalu (Gambar 1).
atau tanpa kerusakan mahkota dan akar, atau terjadi Pasien mengeluhkan adanya darah yang keluar dari dalam
perpindahan gigi dari soketnya. Bila mahkota gigi yang patah setiap pagi dan terasa sakit jika terkena
mengalami fraktur kemungkinan pulpa dapat sembuh makanan atau minuman dingin. Keluhan tetap ada begitu
(reversibel) atau hidup terus tetapi dalam kondisi makanan atau minuman dingin dihilangkan. Gejala yang
mengalami peradangan (ireversibel), dan juga dapat dialami pasien dirasakan sangat mengganggu aktivitas
mengalami degenerasi atau kematian. 2 serta penampilannya. Pasien pernah mengkonsumsi obat
Gigi dengan inflamasi pulpa atau dengan pulpa asam mefenamat untuk mengurangi keluhannya namun
nekrosis membutuhkan perawatan saluran akar untuk saat ini sudah berhenti dikonsumsi. Pasien menyangkal
menghilangkan iritan berupa bakteri dan membersihkan adanya keluhan lain. Gigi yang patah juga belum pernah
saluran akar gigi yang terinfeksi dari jaringan nekrotik. 3 menerima perawatan di dokter gigi. Pasien sama sekali
Gigi pasca perawatan saluran akar umumnya lebih rapuh belum pernah menerima perawatan gigi. Pasien belum
dibandingkan dengan gigi vital karena berkurangnya pernah membersihkan karang gigi sebelumnya sehingga
kandungan air dan elastisitas dentin, memiliki sisa struktur ditemukan adanya kalkulus pada gigi depan atas bawah

28
Interdent.jkg. vol.16, no.2. Desember 2020

bagian lingual dan labial. Hubungan gigi posterior cusp to


marginal ridge normal, cusp to marginal fossa normal,
overjet 2 mm, overbite 1 mm.

Gambar 2. Rontgen pre operatif gigi 11

Selanjutnya dilakukan preparasi saluran akar.


Preparasi saluran akar dilakukan dengan teknik step-back
Gambar 1. Kondisi klinis pada gigi 11 sebelum dilakukan
perawatan
hingga MAF nomor file #30 sesuai panjang kerja. Setelah
itu preparasi dilanjutkan hingga 3 nomor diatas MAF
Pemeriksaan objektif pada gigi 11 menunjukkan dengan pengurangan panjang kerja 1 mm setiap pergantian
adanya fraktur enamel-dentin-pulpa sebanyak lebih dari nomor file hingga file #50. Irigasi dilakukan setiap
2/3 insisal. Tes vitalitas pada gigi 11 berupa tes thermal pergantian file dengan menggunakan NaOCl 2.5%, EDTA
menunjukkan hasil positif, tes kavitas tidak dilakukan, tes 17% cair dan dibilas dengan saline. Pada akhir preparasi
jarum miller tidak dilakukan, nilai Electric pulp tester diirigasi dengan chlorhexidine 2% (biodinamica®
(EPT) low 22, mid 19. Tes jaringan pendukung perkusi Clorexoral 2%) dan dibilas kembali dengan saline.
positif, palpasi tidak dilakukan dan mobilitas tidak ada. Saluran akar kemudian dikeringkan dengan paper point
Terdapat diskolorasi. Keadaan gingiva normal. Pada steril. Selanjutnya dilakukan prosedur sterilisasi dengan
pemeriksaan radiografi menunjukkan bagian mahkota pemberian dressing saluran akar menggunakan Ca(OH)2
terdapat gambaran radiolusen pada bagian koronal hingga (Prevest Dentpro® Calplus). Dressing dilakukan
ruang pulpa, PDLS melebar 0.5 mm di mesial, lamina dura sebanyak 3 kali hingga sampai dengan kunjungan kelima.
Terputus pada bagian apikal, alveolar crest tidak terdapat
resorpsi interna dan eksterna, pada bagian apikal terdapat
gambaran radiolusen berbatas difuse ± 1.5mm
Diagnosa yang dapat ditegakan berdasarkan hasil
anamnesa, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiografi
yaitu gigi 11 adalah pulpitis ireversibel. Rencana
perawatan yang akan dilakukan yaitu perawatan
endodontic pulpektomi dengan restorasi tetap mahkota
pasak inti tuang dengan bahan restorasi mahkota jaket
porcelain fused to metal dan prognosis dari perawatan ini
adalah baik dilihat dari struktur gigi yang tersisa dan
radiografi pre operatif.

TATA LAKSANA KASUS


Pada kunjungan pertama dilakukan pengisian Gambar 3. DWP panjang kerja
rekam medis dan foto rontgen periapikal gigi 21(Gambar
1). Kemudian dijelaskan kepada pasien mengenai Pada kunjungan berikutnya dilakukan trial photo
prosedur perawatan, waktu serta biaya dan pasien bersedia dengan gutta percha utama sesuai ukuran MAF. Obturasi
untuk dirawat, lalu dilakukan pencetakan model studi saluran akar dengan gutta percha dan sealer (resin based
untuk mock-up model restorasi. sealer Epoxidine®) menggunakan teknik kondensasi
lateral. Sealer diaplikasikan pada saluran akar dengan
Pada kunjungan berikutnya dilakukan anestesi menggunakan jarum lentulo. Sealer juga diaplikasikan
infiltrasi di bagian labial gigi 11, lalu access opening pada gutta percha utama (Gambar 4)
menggunakan endo access bur dan ekstirpasi jaringan Gutta percha utama dan auxilliary gutta percha atau
pulpa dengan jarum ekstirpasi, kemudian dilakukan tambahan ditekan ke apikal hingga tidak ada ruang yang
diagnostic working length dan kemudian didapatkan tersisa dan spreader tidak bisa masuk ke saluran akar.
panjang kerja 19 mm (Gambar 3) .

29
IGA Fienna: Penatalaksanaan Fraktur Ellis Kelas III

Kelebihan gutta percha dipotong sebanyak 1 mm dibawah


orifice dengan plugger yang dipanaskan. Lalu aplikasi
liner GIC, tumpatan sementara dan ronsen hasil obturasi
(Gambar 5).

Gambar 6. Foto rontgen pengurangan guttap

Gambar 4. Foto rontgen trial guttap

Gambar 7. Foto rontgen pasang coba pasak

Kunjungan berikutnya dilakukan pasang coba


pasak inti tuang dan foto rontgen pasang coba (Gambar 7).
Hasil foto rontgen menunjukkan pasak sesuai dengan
panjang kerja dan mengisi seluruh ruangan preparasi.
Kemudian dilakukan sementasi pasak dengan luting
cement GIC Tipe I lalu preparasi seat dengan flat end
Gambar 5. Foto rontgen obturasi fissure bur pada bidang bukal dan round end fissure bur
pada bidang proksimal serta palatal, dan pencetakan
model kerja mahkota PFM dengan teknik double
Kunjungan berikutnya dilakukan kontrol. impression menggunakan material elastomer. Cetakan
Pemeriksaan objektif didapatkan hasil berupa; tumpatan kemudian dikirim ke lab beserta dengan instruksi untuk
sementara utuh dan perkusi negatif (-). Dilakukan pembuatan mahkota PFM warna A3 (penentuan warna
dekaputasi mahkota gigi 11 dan pengurangan guttap point dengan shade guide Vivadent Ivoclar®).
dengan gates glidden drill dan peeso reamer sesuai Kunjungan berikutnya dilakukan scaling
panjang kerja pasak kemudian foto rontgen hasil ultrasonik, kemudian pasang coba mahkota PFM.
pengurangan guttap point (Gambar 6). Berikutnya Dilakukan pengecekan marginal fit, bentuk anatomi,
dilakukan pembuatan model malam pasak dengan malam warna, oklusi serta kontak proksimal dari crown-nya.
biru dan dicetak dengan bahan elastomer. Hasil cetakan Kemudian dilakukan isolasi daerah kerja, lalu mahkota
dikirim ke lab beserta instruksi. Kemudian dilakukan wax PFM disementasi dengan luting cement GIC tipe I (GC®
up pada model kerja dan pembuatan provisional crown Fuji 1 Luting Cement). Kelebihan semen kemudian
secara direct menggunakan bahan self cured acrylic dibersihkan dengan sonde half-moon. Dilakukan KIE pada
(Tempron) dan disementasi sementara. untuk kontrol satu minggu setelahnya.

30
Interdent.jkg. vol.16, no.2. Desember 2020

Untuk preparasi saluran akar dipilih teknik


stepback. Kelebihan teknik ini yaitu lebih efektif
membersihkan saluran akar, mempermudah obturasi,
pengisian lebih padat karena spreader dapat menjangkau
sampai dekat dengan apeks sehingga mengurangi
kebocoran apikal. Kerugiannya yaitu membutuhkan waktu
lama, ukuran saluran akar hasil preparasi biomekanik kecil
pada aspek korona, dan proses obturasi rentan terjadinya
gap baik yang vertikal maupun horizontal.7 Preparasi
dengan teknik stepback akan mempertahankan preparasi
Gambar 8. Kontrol 1 minggu setelah sementasi mahkota PFM
di bagian apikal sekecil mungkin dengan secara bertahap
gigi 11 memperlebar preparasi ke arah koronal. Pada dasarnya
preparasi stepback dibagi menjadi dua tahap. Tahap I yaitu
Pada saat kontrol (Gambar 8) dilakukan dengan dilakukan preparasi pada apikal konstriksi sepanjang
pemeriksaan subjektif dan objektif. Pasien merasa giginya panjang kerja dengan IAF hingga mencapai MAF. Pada
tidak ada keluhan, crown utuh dan dalam kondisi baik, kasus ini hingga file #25. Tahap II dilakukan pada sisa
jaringan lunak sekitar gigi 11 normal, tes perkusi negatif saluran akar dikurangi 1mm dari panjang kerja awal.
(-). Begitu seterusnya hingga naik 3 nomor file (panjang kerja
berkurang hingga 3 mm). Preparasi dilakukan dengan file
PEMBAHASAN K-Flex hingga file #70.
Penjelasan pasien tentang keluhan subjektifnya Obturasi pada kasus ini menggunakan teknik
yaitu pernah mengalami nyeri spontan sesuai dengan kondensasi lateral yang sesuai untuk preparasi teknik
gejala dari pulpitis ireversible yaitu adanya nyeri stepback. Teknik kondensasi lateral yaitu saluran akar
spontan, hipersensitifitas terhadap rangsangan suhu diulasi semen dan guttap point utama, yang pada kasus ini
(panas, dingin) dan akan tetap ada walaupun rangsangan adalah #25 dimasukkan sesuai dengan panjang preparasi,
telah dihilangkan. Tes thermal menggunakan ethyl kemudian ditekan dengan spreader ke arah lateral, dengan
chloride dilakukan pada bagian servikal gigi 11 dan cara yang sama dimasukkan auxilliary guttap atau guttap
respon positif. Tes EPT (Electric Pulp Tester) dilakukan point tambahan yang lebih kecil dari guttap point utama
pertama dengan kategori low, didapatkan angka 27, hingga seluruh saluran akar terisi sempurna dan spreader
kemudian kategori medium didapatkan angka 22 yang tidak dapat masuk lebih dari 1/3 koronal. Setelah foto
mengindikasikan bahwa gigi 11 masih vital. Tes kavitas rontgen post obturasi terdapat radiolusen pada 1/3 apikal
tidak dilakukan dan tes jarum miller tidak dilakukan yang menandakan bahwa pengisian guttap tidak sesuai
karena tidak ada kavitas dan gigi pasien dalam keadaan dengan panjang preparasi sehingga dilakukan obturasi
sakit. Perkusi positif, palpasi tidak dilakukan karena ulang.
tidak ada pembengkakan, tidak ada mobilitas, dan Restorasi gigi pasca endodontik bergantung kepada
terdapat diskolorisasi. Berdasarkan pemeriksaan sisa jaringan gigi, kebutuhan fungsi bagi pasien,
subjektif dan objektif, dapat ditegakkan diagnosa pada posisi/lokasi dari gigi serta morfologi dari saluran akar.
kasus ini yaitu pulpitis ireversibel. Bagi gigi anterior (gigi 11) pada kasus ini memenuhi
Pada kasus ini termasuk dalam indikasi perawatan syarat bagi pembuatan pasak, yaitu kurang adekuatnya
saluran akar beberapa kali kunjungan karena pasien sisa jaringan koronal gigi untuk dilakukan restorasi jenis
mengeluhkan adanya rasa sakit dan pada radiografi lainnya. Selain itu, gigi 11 juga menunjukkan tidak adanya
terdapat kelainan periapikal. Penggunaan pasak pada gigi inflamasi aktif, merespon negatif pada perkusi pasca
11 pasca pulpektomi adalah berdasarkan sisa jaringan perawatan, tidak adanya kelainan periodontal, tidak
keras gigi yang tersisa, diameter saluran akar pada daerah terdapat tanda-tanda infeksi, fistula, kegoyangan ataupun
servikal, panjang akar yang masih terpegang tulang pembengkakan support tulang yang memadai, serta tidak
alveolar, serta sebagai penunjang restorasi akhir.5 Pada adanya fraktur pada akar gigi. Sehingga perawatan dapat
kasus ini digunakan pasak customed dowel dengan dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu preparasi pasak.8
mahkota selubung porselen fusi metal karena Pemilihan bentuk dan jenis pasak tergantung pada
mempertimbangkan sisa struktur gigi yang tersisa kurang ukuran mahkota klinis gigi, diameter saluran akar dan
dari ½ tinggi mahkota serviko insisal, dan dinding saluran posisi gigi yang akan direstorasi sehingga kesehatan
akar masih cukup tebal. Restorasi mahkota jaket porselen jaringan periodontal tetap terjaga dengan baik.9
fusi metal berdasarkan pertimbangan monoblok dengan Penentuan panjang pasak harus menyisakan apical seal
customed dowel yang juga berbahan metal, mampu sebanyak 4 mm untuk menghindari kebocoran apikal.
menahan gaya lateral sehingga tekanan dapat Selain itu syarat panjang pasak adalah sama dengan
didistribusikan dengan baik ke seluruh permukaan gigi. panjang mahkota klinis atau anatomis, atau 2/3 panjang
Coping porselen dibutuhkan untuk keperluan estetik akar. Pada kasus ini dilakukan restorasi pasak customed
mengingat gigi yang direstorasi adalah gigi anterior dowell inti tuang logam dengan pertimbangan hasil
dimana sangat membutuhkan tampilan estetik yang pengukuran panjang saluran akar yang lebih panjang
tinggi.6 dibandingkan mahkota klinis dan sesuai dengan indikasi
31
IGA Fienna: Penatalaksanaan Fraktur Ellis Kelas III

pasak customed dowell karena sisa mahkota yang tersisa 3. Thalib, B., Perawatan Gigi Fraktur dengan
hanya sedikit, sehingga sulit didapatkan retensi untuk core Mahkota, 2012. PT Gakken Health and
build up jika digunakan pasak prefabricated, selain itu Education Indonesia, Unhas.
pasak fabricated memiliki konfigurasi menyerupai saluran 4. Heyman, H.O., Swift Jr., E.J., Ritter, A.V.,
pasak yang sudah dipreparasi.10 Bahan logam digunakan Gopikrishna, V., 2013. Sturdevant’s Art and
untuk pembuatan inti pasak karena memiliki resisten Science of Operative Dentistry – South Asian
fraktur yang baik dan harganya yang relatif lebih murah Edition. India: Elsevier Inc.
dibandingkan inti pasak resin komposit atau fiber.11
Pasak yang telah selesai dipasang coba, dilakukan 5. Siqueira Jr JF, Magalhàes KM, Rôças IN.
Bacterial reduction in infected root canals treated
foto rontgen kemudian diinsersikan dengan luting agent
with 2.5% NaOCl as an irrigant and calcium
GIC tipe 1. Luting agent ini larut dalam cairan rongga
hydroxide/ camphorated paramonochlorophenol
mulut namun juga dapat berikatan secara kimiawi
paste as an intracanal dressing. J Endod 2007; 33
terhadap dinding dentin. Kerugiannya utama dari
dalam Mia Rachmawati, dkk.: Perawatan
digunakannya GIC adalah reaksi settingnya. Luting agent
saluran akar satu kali kunjungan pada gigi
ini tidak mencapai kekuatan maksimalnya dalam beberapa
insisivus. Dentofasial. 2011; 10(3):175-8.
hari, sehingga ada kemungkinan rekonturing pada inti
sebelum dilakukan sementasi pasak dapat mengganggu 6. Grossman. Ilmu endodontik dalam praktek (terj).
proses setting dari lutting agent tersebut serta melemahkan Ed.11 Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
GIC yang belum setting sempurna. Mahkota selubung 1995. H. 196-380. dalam Surya, T., Erna, M.,
yang dipilih adalah PFM, dengan alasan bahan backing Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Pada
yang terbuat dari logam dapat menahan beban yang Pulpa Nekrosis Disertai Restorasi Mahkota
diterima, sedangkan coping terbuat dari porselen karena Jaket Porselin Fusi Metal dengan Pasak Fiber
estetiknya baik untuk gigi anterior. 12 Mahkota selubung Reinforced Composit (Kasus Gigi Insisivus
full porcelain tidak merupakan pilihan pada kasus ini Sentralis Kanan Maksila), Maj Ked Gi. 2013;
karena preparasi mahkota jenis ini akan lebih banyak 20(1): 71-77.
mengambil struktur jaringan gigi, sementara struktur gigi 7. Ismiatin K : Restorasi kerusakan mahkota klinis
yang tersisa tinggal sedikit sehingga dikhawatirkan akan gigi yang luas dengan penguat pasak jadi.
semakin melemahkan struktur gigi tersisa.13 Majalah Kedokteran Gigi ( Dental Journal)
Saat dilakukan follow-up satu minggu pasca insersi 2001: 34(4) : 767-769 dalam Elisabeth D.H.N.,
mahkota PFM didapatkan hasil yang diinginkan yaitu dkk. : Restorasi Mahkota Jaket Porselin. Maj
pasien tidak memiliki keluhan subjektif, crown utuh dan Ked Gi, 2011; 18(1) : 58-62.
dalam kondisi baik, gigi merespon negatif pada perkusi, 8. Peroz I., Blankenstein, F., Peter-Lange, K., dan
dan jaringan lunak di sekitar gigi dalam kondisi normal. Naumann, M : Restoration endodontically
treated teeth with post and core – A review,
Quintessence Int, 2005; 36: 737-746 dalam
SIMPULAN DAN SARAN Elisabeth D.H.N., dkk. : Restorasi Mahkota Jaket
Restorasi mahkota pasak custom dowel paska Porselin. Maj Ked Gi. 2011; 18(1) : 58-62.
pulpektomi memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi
pada kasus fraktur Ellis Kelas III gigi insisivus sentral
9. Sorensen, J.A., Martinof, J.T. Clinically
significant factors in dowel design. J Prosthet
dengan retensi dan resistensi yang baik terhadap tekanan
Dent. 1984; 52: 28-35 dalam Surya, T., Erna, M.,
vertikal maupun horizontal.
Perawatan Saluran Akar Satu Kunjungan Pada
Pulpa Nekrosis Disertai Restorasi Mahkota
Jaket Porselin Fusi Metal dengan Pasak Fiber
UCAPAN TERIMA KASIH Reinforced Composit (Kasus Gigi Insisivus
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Rumah
Sentralis Kanan Maksila), Maj Ked Gi. 2013;
Sakit Universitas Udayana dan semua pihak yang telah
20(1): 71-77.
membantu dalam pembuatan jurnal laporan kasus ini.
10. Haapasalo M, Wei Qian. Irrigants and intracanal
medication. In: Ingle JI, Bakland LK,
DAFTAR PUSTAKA 32 Baumgartner JC, editor. Ingle’s Endodontics 6.
6th Ed. Ontario: BC Decker Inc, Hamilton; 2008.
1. Ingle, J.I., Bakland, L.K., Baumgartner, J.C., pp.997-1008 dalam Maria Tanumihardja:
2019, Ingle’s Endodontics 7th Ed, BC Decker Larutan irigasi saluran akar. Dentofasial. 2010;
Inc. 9(2):108-11.
2. Zaleckiene, V., Peciuliene V., Brukiene V., 11. Chiche G, Pinault A. Metal ceramic crowns
Drukteinis, S., 2014. Traumatic Dental Injuries: dalam esthetichs of anterior fixed
Etiology, Prevalence and Possible Outcomes. prosthodontics. Chicago: Quintessence
Stomatologija. Baltic Dental dan Maxillofacial Publishing & Co; 1994. p.75-96 dalam Roeli
Journal. 16: 7-14. Andries & Farisza Gita: M ahkota tiruan metal
30
Interdent.jkg. vol.16, no.2. Desember 2020

porselen dengan modifikasi tepi porselen. 13. Bartlett, D., dan Brunton, P.A : Aesthetic
Dentofasial. 2010; 9(2):101-7. Dentistry, London, Qintessence Publishing
12. Cheung W: A review of the management of Co.Ltd, 2005: 43-9 dalam Mella, S.D., dkk :
endodontically treated teeth. J Am Dent Assoc, Restorasi Resin Komposit dengan Pasak Fiber
2005; 5:611-619 dalam Mella, S.D., dkk : Reinforced Composite untuk Perbaikan Gigi
Restorasi Resin Komposit dengan Pasak Fiber Insisivus Sentralis Maksila Pasca Trauma. Maj
Reinforced Composite untuk Perbaikan Gigi Ked Gi, Juni 2011; 18(1): 92-7.
Insisivus Sentralis Maksila Pasca Trauma. Maj
Ked Gi. 2011; 18(1): 92-7.

33

Anda mungkin juga menyukai