Corresponding Author :
Hairani Lubis
Program Studi Psikologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman
Email : hairani.lubis@fisip.unmul.ac.id
417
PSIKOBORNEO Volume 9 No 2 Juni 2021: 417-429
Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perilaku Agresif pada Anak Pra-Sekolah (4-6 Tahun) 418
(Fariza Jasmin Nikmah1, Hairani Lubis2)
PSIKOBORNEO Volume 9 No 2 Juni 2021: 417-429
Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perilaku Agresif pada Anak Pra-Sekolah (4-6 Tahun) 419
(Fariza Jasmin Nikmah1, Hairani Lubis2)
PSIKOBORNEO Volume 9 No 2 Juni 2021: 417-429
terganggu akibat terus menerus menerima agresif verbal seperti berteriak dan
pukulan dan tusukan (menggunakan menangis serta mudah marah ketika SKH
tangan) dibagian perut. Kemudian ZAR (5 mencoba membatasi ADZ dalam
tahun), SAC (6 tahun), APG (6 tahun) dan menggunakan gadet.
ADZ (6 tahun) senang menirukan gerak- TES ayahanda dari TNT menyatakan,
gerakan Tiktok yang sedang menjadi tren anaknya sering menggunakan gadget
saat ini. Ketika gerakan yang sedang untuk bermain game Mobile Legend, game
ditirukan berdeda, mereka cenderung Minecraft, mengakses Youtube dan
berteriak dan berkata kasar untuk menggunakan kamera untuk merekam
memerintahkan temannya agar gerakan serta memotret. Anaknya sering
mereka sama. menunjukan perilaku agresif fisik seperti
Hasil wawancara dengan guru kelas memukul, menendang dan menarik baju
B2, RSM menyatakan anak sering kali orangtua ketika TES tidak memberikan
mengganggu temannya saat berada di gadget dan ketika TES mengambil gadget
dalam kelas, menyanyikan lagu yang ia yang sedang digunakan TNT. TNT juga
dengar melalui Youtube dan televisi. Ketika sering melempar gadgetnya saat baterai
sekolah mengadakan rapat dengan gadget yang ia gunakan habis dan
orangtua, anak diberi gadget agar bisa menangis untuk meminta kuota.
duduk diam. Hasil wawancara dengan Menurut hasil survei yang dilakukan
orangtua anak didik, RLT ibunda dari APG oleh Sobkin & Skobeltsyna (2011) yang
menyatakan ia sering memberikan berjudul “Game Preferences of Modern
anaknya gadget agar bisa duduk diam Preschoolers (Based on Survey among
terutama ketika sedang berada di tempat Parents)”, jenis kelamin anak
umum namun lama-kelamaan sang anak mempengaruhi bentuk dan media
terus meminta gadget dan memainkan permainan. Anak laki-laki lebih menyukai
gadget tersebut dalam waktu yang cukup permainan komputer, permainan strategi
lama. Ketika ia mengambil gadget dari (military games) dan permainan
anaknya, anak cenderung menunjukan konstruksi, sementara itu anak perempuan
perilaku agresif seperti tantrum (berteriak lebih menyukai board games dan bermain
dan menangis), menarik baju dan “rumah-rumahan”.
menggerak-gerakkan tubuhnya secara Kemudian menurut hasil penelitian
berlebihan. Karena hal tersebut, ia yang dilakukan oleh Dwiyono (2009) yang
terpaksa memberikan anaknya gadget berjudul “Kecenderungan Berperilaku
agar anaknya tidak menangis. Agresif Ditinjau dari Identitas Peran
Kemudian SKH ibunda dari ADZ Gender”, berdasarkan analisis data
menyatakan, awalnya ia membiarkan diketahui bahwa ada perbedaan
anaknya menggunakan aplikasi Tiktok kecenderungan berperilaku agresif yang
untuk sekedar bermain saja. Pada awalnya signifikan ditinjau dari identitas peran
ia sering menggunakan aplikasi tersebut gender, dimana identitas peran maskulin
bersama anaknya, namun lama-kelamaan memiliki kecenderungan berperilaku
anak mulai mengerti cara menggunakan agresif lebih tinggi dibandingkan dengan
aplikasi tersebut dan gadgetnya mulai identitas peran tak terbedakan, androgini
dikuasai oleh sang anak hanya untuk dan feminim.
sekedar membuat video Tiktok. Ketika SKH Dengan adanya hasil dari observasi
tidak mengizinkan ADZ menggunakan dan wawancara serta penelitian
gadget, anaknya menunjukan perilaku sebelumnya, peneliti menyebarkan
Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perilaku Agresif pada Anak Pra-Sekolah (4-6 Tahun) 420
(Fariza Jasmin Nikmah1, Hairani Lubis2)
PSIKOBORNEO Volume 9 No 2 Juni 2021: 417-429
Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perilaku Agresif pada Anak Pra-Sekolah (4-6 Tahun) 421
(Fariza Jasmin Nikmah1, Hairani Lubis2)
PSIKOBORNEO Volume 9 No 2 Juni 2021: 417-429
Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perilaku Agresif pada Anak Pra-Sekolah (4-6 Tahun) 423
(Fariza Jasmin Nikmah1, Hairani Lubis2)
PSIKOBORNEO Volume 9 No 2 Juni 2021: 417-429
2. Skala Intensitas Penggunaan Gadget analisis butir didapatkan dari r hitung >
Skala intensitas penggunaan gadget 0.300, sehingga berdasarkan hasil uji
terdiri dari 34 butir dan terbagi atas validitas menunjukan dua butir yang
empat aspek. Berdasarkan data hasil gugur.
Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perilaku Agresif pada Anak Pra-Sekolah (4-6 Tahun) 424
(Fariza Jasmin Nikmah1, Hairani Lubis2)
PSIKOBORNEO Volume 9 No 2 Juni 2021: 417-429
HASIL PENELITIAN
Tabel 11. Mean Empirik dan Mean Hipotetik
Variabel SD Empirik Mean Empirik SD Hipotetik Mean Hipotetik Status
Perilaku Agresif 15.272 64.47 16.5 82.5 Rendah
Intensitas
10.645 77.83 16 80 Rendah
Penggunaan Gadget
Melalui tabel di atas diketahui empirik 15.272 lebih rendah dari rerata
gambaran sebaran data pada subjek hipotetik 82.5 dengan kategori rendah. Hal
penelitian orangtua yang memiliki anak ini membuktikan bahwa subjek berada
pra-sekolah di Balikpapan Barat. pada kategori tingkat perilaku agresif yang
Berdasarkan hasil pengukuran melalui rendah. Adapun sebaran frekuensi data
skala perilaku agresif diperoleh rerata untuk skala tersebut sebagai berikut:
Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perilaku Agresif pada Anak Pra-Sekolah (4-6 Tahun) 425
(Fariza Jasmin Nikmah1, Hairani Lubis2)
PSIKOBORNEO Volume 9 No 2 Juni 2021: 417-429
Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perilaku Agresif pada Anak Pra-Sekolah (4-6 Tahun) 427
(Fariza Jasmin Nikmah1, Hairani Lubis2)
PSIKOBORNEO Volume 9 No 2 Juni 2021: 417-429
Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perilaku Agresif pada Anak Pra-Sekolah (4-6 Tahun) 428
(Fariza Jasmin Nikmah1, Hairani Lubis2)
PSIKOBORNEO Volume 9 No 2 Juni 2021: 417-429
Hubungan Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perilaku Agresif pada Anak Pra-Sekolah (4-6 Tahun) 429
(Fariza Jasmin Nikmah1, Hairani Lubis2)