Anda di halaman 1dari 18

MIGRASI SPASIAL SEBAGAI SOLUSI PERCEPATAN

PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP KLUSTER 4 (PTSL-K4)


DI KANTOR PERTANAHAN KOTA BALIKPAPAN

Helmi Muhammad Hanifuddin


NIT: 22313968
Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional
Koresponden email: helmi.mhanif@gmail.com

Abstrak: Peningkatan kualitas data pertanahan merupakan salah satu tujuan dari program
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Data-data sertipikat yang masih berstatus
KW 4, KW 5 dan KW 6 harus ditingkatkan statusnya menjadi KW 1 melalui program PTSL
Kluster 4 (PTSL-K4). Terhitung mulai tahun 2020, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN) telah menetapkan tahun
tersebut sebagai permulaan Tahun Peningkatan Kualitas Data dalam Road Map untuk
Mewujudkan Visi Kementerian ATR/BPN 2020-2024. Kantor Pertanahan Kota Balikpapan
pada kegiatan PTSL-K4 2022 memiliki volume pekerjaan peningkatan kualitas data yang
besar yaitu 16.200 bidang tanah. Berbagai macam kendala dialami Kantor Pertanahan
Kota Balikpapan dalam pelaksanannya, salah satunya data-data sertipikat lama yang telah
berpindah wilayah administrasi akibat dari pemekaran wilayah, sehingga menghambat
proses pemetaan bidang-bidang tanahnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
solusi terhadap permasalahan yang dihadapi serta merekam strategi Kantor Pertanahan
Kota Balikpapan dalam menyelesaikan target PTSL-K4. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian campuran bertahap dengan pendekatan deskriptif agar mendapatkan
hasil penelitian yang informatif. Kesimpulan yang diperoleh bahwa proses migrasi spasial
mampu menjawab persoalan yang terjadi di Kantor Pertanahan Kota Balikpapan, dan
menjadi solusi agar progress/capaian PTSL-K4 dapat terpenuhi. Hal ini diindikasikan
dengan tercapainya target peningkatan kualitas data yang telah ditetapkan di Kantor
Pertanahan Kota Balikpapan.
Kata Kunci: PTSL-K4, migrasi spasial, pemekaran wilayah, peningkatan kualitas data

A. Pendahuluan
Untuk meningkatkan pelayanan pertanahan dibutuhkan data pertanahan
yang lengkap dan valid (Arif, 2020). Data tersebut menjadi informasi yang
mendasar untuk meningkatkan kualitas data pertanahan agar mumpuni
ketika dijadikan landasan overlay berbagai informasi dan kepentingan
perencanaan, pengembangan serta kontrol sumber daya tanah guna
menghadirkan pelayanan pertanahan yang mudah, cepat dan akurat
(Aisiyah & Erawanta 2010; Syamsi, 2015). Hal ini didukung dengan
diterbitkannya Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional (Permen ATR/KBPN) Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2020 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN) Tahun
2020-2024. Untuk itu terhitung sejak tahun 2020, telah ditetapkan sebagai
Tahun Peningkatan Kualtias Data pada Road Map Mewujudkan Visi
Kementerian ATR/BPN 2020-2024. Pada Road Map tersebut disebutkan
beberapa hal penting yang menjadi fokus pekerjaan guna membangun basis
data pertanahan yang berkualitas (Arif, 2020), diantarnya adalah program
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang harus sudah diproses
secara elektronik dan tervalidasi baik tekstual maupun spasialnya, serta
peningkatan kualitas data melalui program PTSL Kluster 4 (PTSL-K4) dan
mewujudkan Kabupaten/Kota Lengkap.
PTSL-K4 merupakan turunan dan/atau lanjutan dari salah satu Program
Strategis Nasional (PSN) yakni PTSL yang secara umum kita ketahui
sebagai agenda prioritas yang dimiliki pemerintah (Mujiburohman, 2018)
dalam rangka menyelenggarakan percepatan pendaftarah tanah secara
serentak di seluruh Indonesia. Secara umum, berdasarkan Peraturan
Menteri (Permen) ATR/KBPN Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap menyebutkan bahwa produk akhir dari kegiatan
ini dibagi menjadi 4 (empat) jenis kluster yaitu; Kluster 1 (K1), yang
menunjukkan bahwa bidang tanah lengkap baik data fisik maupun
yuridisnya sehingga memenuhi syarat untuk diterbitkan Sertipikat Hak Atas
Tanah (SHAT); Kluster 2 (K2), berupa bidang tanah yang memenuhi syarat
untuk diterbitkan SHAT namun masih terdapat perkara/sengketa di luar
maupun di dalam pengadilan; Kluster 3 (K3) yaitu bidang tanah yang secara
administrasi belum bisa diterbitkan SHAT karena belum terpenuhinya
persyaratan tertentu dari segi subjeknya; serta Kluster 4 (K4) yang
merupakan bidang tanah sudah bersertipikat, subjek dan objeknya sudah
terdaftar, namun belum terpetakan di Peta Pendaftaran pada sistem
Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP). Dari empat jenis kluster tersebut,
fokus dari penelitian ini adalah yang memiliki keterkaitan dengan
peningkatan kualitas data yaitu penyelesaian K4. Eksisnya bidang tanah
bersertipikat yang masih melayang ini memiliki potensi besar dalam
memunculkan sertipikat ganda (Dewi, dkk., 2022) serta dapat menghambat
pelayanan pertanahan lainnya seperti hak tanggungan, roya, dan balik
nama.
Potensi penyelesaian pekerjaan K4 ini sebenarnya tergolong mudah,
akan tetapi masih terdapat banyak kendala yang dialami sejumlah Kantor
Pertanahan (Artika & Utami 2020 dalam Handono dkk. 2020). Berdasarkan
realita di lapangan dan penelitian yang telah dilakukan mengungkap
beberapa kendala yang terjadi antara lain basis data peta yang masih
banyak terdapat bidang tanah overlap/tumpang tindih, penomoran ganda
pada sejumlah dokumen pertanahan, BT dan SU yang hilang atau belum
dientry di sistem KKP, terdapat bidang tanah bersertipikat tanpa NIB,
sulitnya mengidentifikasi letak bidang tanah yang belum memiliki titik
koordinat, dan keterbatasan dana dalam rangka kegiatan peningkatan
kualitas data spasial (Marni 2015; Permadi 2016; Handono, dkk. 2020;
Mawadah 2021).
Sejumlah kendala tersebut telah ditindaklanjuti baik secara langsung
oleh masing-masing Kantor Pertanahan dan Kementerian ATR/BPN secara
umum, maupun dikaji dalam beberapa penelitian tentang K4. Respon
langsung kementerian dalam menanggapi masalah keterbatasan
pendanaan adalah dengan diterbitkannya Petunjuk Teknis (Juknis) PTSL
Tahun 2022 Nomor 1/Juknis-100.HK.02.01/I/2022 tanggal 26 Januari 2022
yang di dalamnya mengatur prosedur pelaksanaan PTSL-K4 dengan
ketentuan anggaran yang telah diatur sebagaimana mestinya, sehingga
diharapkan mampu menjadi stimulus bagi rekan-rekan di Kantah untuk
segera menyelesaikan pekerjaan peningkatan kualitas data ini. Kemudian
penelitian Arlana & Basyid (2015) menawarkan solusi terkait penentuan
posisi bidang tanah yang masih melayang menggunakan bantuan CSRT
(Citra Satelit Resolusi Tinggi). Alternatif lainnya berdasarkan penelitian
Bashit, dkk. (2020) yaitu dapat dilakukan melalui proses digitalisasi
dokumen SU dengan metode scanning data lalu hasil digitasi gambar pada
SU tersebut diplotkan dengan bantuan CSRT. Sedangkan Artika & Utami
(2020) melakukan pengumpulan data dengan melaksanakan survei secara
langsung dan door to door ke rumah-rumah masyarakat yang menjadi
subjek K4, kemudian menguji hasil kerjanya dengan bantuan digitasi bidang
dari Peta Analog yang sebelumnya telah discan. Kegiatan yang dilakukan
secara langsung di lapangan juga dikemukakan sekaligus dipraktikkan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Junarto & Suhattanto (2022) yang
melibatkan mahasiswa Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) dalam
rangka penyeselasian PTSL-K4 yang dikemas melalui Praktik Kerja
Lapangan (PKL). Karena menurut Junarto & Suhattanto (2022), sistem
kadaster yang berkualitas dan lengkap sangat bergantung pada
pelaksanaan survei dan kunjungan langsung di lapangan.
Namun terdapat kendala yang belum banyak dikaji padahal secara nyata
terjadi di sejumlah Kantor Pertanahan di Indonesia. Salah satunya di Kantor
Pertanahan Kota Balikpapan yaitu permasalahan terkait pindah
kelurahan/desa akibat dari pemekaran wilayah. Permasalahan tersebut
berimplikasi pada terhambatnya proses pemetaan bidang tanah karena
pada sistem pemetaan Geo-KKP yang termutakhir tidak memungkinkan
untuk melandingkan bidang tanah yang berlokasi di luar batas wilayah
administrasi. Berdasarkan jumlah counter Buku Tanah di Kantah Kota
Balikpapan pada bulan Januari 2022 dari total 206.682 bidang tanah
terdaftar, masih terdapat data sertipikat KW 4, 5, 6 sejumlah 44.584 bidang.
Terdapat 4 (empat) kelurahan induk yang menyumbang presentase jumlah
objek K4 tersebut sebanyak 44% di antaranya, yang mana telah mengalami
pemekaran wilayah berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Balikpapan
Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pembentukan Tujuh Kelurahan dalam Wilayah
Kota Balikpapan. Itu artinya, untuk sertipikat yang terbit sebelum Perda
tersebut dikeluarkan, kemudian lokasi aktualnya sudah berada di kelurahan
yang baru, maka perlu dilakukan Ganti Wilayah. Namun, dengan adanya
fitur Migrasi Spasial proses pemetaan dapat dilakukan dengan cepat tanpa
harus melalui serangkaian proses yang panjang seperti mensiasati dengan
merubah batas wilayah administrasi di Geo-KKP, atau bahkan diarahkan
untuk Proses Ganti Wilayah secara sepihak yang akan merubah seluruh
atribut bidang tanah tersebut, yang tentunya akan menjadi berbeda dengan
yang di pegang oleh masyarakat. Oleh karena berfokus pada penyelesaian
PTSL-K4 dengan kendalanya terkait pemekaran wilayah dan implikasinya
terhadap peningkatan kualitas data pertanahan, penelitian ini berbeda
dengan penelitian-penilitan sebelumnya yang membahas tentang
penyelesaian K4 pada program PTSL dengan kendala yang sudah umum
terjadi.
B. Metode
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode campuran
bertahap/ekploratis sekuensial (sequential mixed methods/sequential
explanatory design) yakni metode penelitian dengan mengkombinasi
pengumpulan data secara kualitatif dan kuantitaif untuk memperoleh data
yang komprehensif, valid, reliabel dan obyektif (Sugiyono, 2014). Dalam
penelitian ini penulis ingin memberikan solusi sekaligus merekam strategi
Kantah Kota Balikpapan dalam merampungkan target sebanyak 16.200
bidang pada PTSL-K4 tahun anggaran 2022 ini dengan kendala yang
dihadapinya khususnya terkait pemekaran wilayah/kelurahan, serta cara
penyelesaiannya menggunakan fitur migrasi spasial pada sistem KKP
dengan mengambil lokus pada 4 (empat) kelurahan induk yang berkontribusi
besar terhadap jumlah objek K4 di Kantah Kota Balikpapan. Data penelitian
diperoleh dari observasi secara berkala, dokumentasi dan pengamatan
langsung serta analisis data statistik pertanahan yang bersumber dari
Dashboard KKP dan PTSL yang selanjutnya disajikan dengan interpretasi
penulis disertai dengan penarikan kesimpulan.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Pada tahap awal penelitian, penulis mengidentifikasi jumlah Buku Tanah
terdaftar pada bulan Januari tahun 2022 di Kantah Kota Balikpapan adalah
sebanyak 206.682 bidang tanah (Sumber: Dashboard KKP). Kemudian dari
sekian banyak buku tanah tersebut terdapat data KW 4, 5, 6 sejumlah
44.584 bidang tanah. Dari jumlah objek K4 (KW 4, 5 ,6) tersebut, terdapat
44% di antaranya berasal dari 4 (empat) kelurahan yang telah dilakukan
pemekaran wilayah. Empat kelurahan tersebut ialah; Pertama, Kelurahan
Sepinggan yang dimekarkan menjadi 4 (empat) kelurahan, yaitu Kelurahan
Sepinggan Baru, Kelurahan Sepinggan Raya, Kelurahan Sungai Nangka,
dan Kelurahan Sepinggan itu sendiri; Kedua, Kelurahan Damai yang
dimekarkan menjadi 3 (tiga) kelurahan, yaitu Kelurahan Damai Baru,
Kelurahan Damai Bahagia, dan Kelurahan Damai itu sendiri; Ketiga,
Kelurahan Batu Ampar yang dimekarkan menjadi 2 (dua) kelurahan, yaitu
Kelurahan Graha Indah dan Kelurahan Batu Ampar itu sendiri; Keempat,
Kelurahan Gunung Samarinda yang dimekarkan menjadi 2 (dua) kelurahan
juga, yaitu Kelurahan Gunung Samarinda Baru dan Kelurahan Gunung
Samarinda. Berikut adalah data jumlah KW 4, 5, 6 pada bulan Januari 2022
di 4 (empat) kelurahan induk tersebut dan presentasenya terhadap jumlah
keselurahan data objek K4 di Kantah Kota Balikpapan:

Tabel 1. Jumlah KW 4, 5, 6 di Empat Kelurahan Induk pada Bulan Januari

Kelurahan Jumlah KW 4, 5, 6 Presentase (%)


Sepinggan 5.878 bidang 13.18 %
Damai 4.535 bidang 10.18 %
Batu Ampar 5.448 bidang 12.22 %
Gunung Samarinda 3.752 bidang 8.42 %
Jumlah 19.613 bidang 44.00 %
Sumber: Analisis data statistik pertanahan pada Dashboard KKP

Berdasarkan data kuantitatif di atas, menunjukkan bahwan hampir setengah


dari jumlah keseluruhan data objek K4 berasal dari kelurahan-kelurahan
induk yang telah mengalami pemekaran wilayah. Kemudian berikut
ditampilkan data jumlah KW 4, 5, 6 di empat kelurahan tersebut pada akhir
semester pertama yaitu pada bulan Juni terhadap jumlah keseluruhan data
objek K4 yang tersisa yaitu berjumlah 42.740 bidang:

Tabel 2. Jumlah KW 4, 5, 6 di Empat Kelurahan Induk pada Bulan Juni

Kelurahan Jumlah KW 4, 5, 6 Presentase (%)


Sepinggan 5.118 bidang 11.97 %
Damai 4.506 bidang 10.54 %
Batu Ampar 5.386 bidang 12.60 %
Gunung Samarinda 3.720 bidang 8.70 %
Jumlah 18.730 bidang 43.81 %
Sumber: Analisis data statistik pertanahan pada Dashboard KKP

Tabel di atas apabila dikomparasikan dengan data pada Tabel 1


menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 6 (enam) bulan hanya mengalami
penurunan jumlah KW 4, 5, 6 sebanyak 44 % – 43.81 % = 0.19 % saja atau
progress/capaian pemetaan sejumlah 19.631 – 18.370 = 1.243 bidang.
Capaian tersebut belum termasuk kelurahan lain di luar dari empat
kelurahan induk. Pada intinya, 1.243 bidang tersebut hanya berkontribusi
sebesar 7.67 % saja dari jumlah target penetapan lokasi (penlok) PTSL-K4
sebanyak 16.200 bidang. Masih sangat jauh dari target, dan progressnya
tergolong lambat mengingat sudah enam bulan program PTSL-K4 ini
berjalan.
Pada awal semester kedua yakni di bulan Juli, Kantah Kota
Balikpapan mulai menerapkan penggunaan fitur ‘Update Wilayah Spasial
Persil’ atau yang selanjutnya disebut dengan fitur ‘Migrasi Spasial’ untuk
bidang-bidang yang berhasil diidentifikasi letak kelurahan aktualnya namun
atribut yang melekat pada bidang tersebut masih berasal dari kelurahan
induk yang lama. Pada awal penggunaannya, fitur ini diuji coba di dua
kelurahan yaitu Kelurahan Sepinggan dan Kelurahan Damai. Berikut adalah
hasilnya berupa sisa jumlah KW 4, 5, 6 dan progress/capaian pemetaan
bidang tanah yang diperoleh selama 2 (dua) bulan terhitung sejak awal
semester kedua dari bulan Juli sampai bulan Agustus, serta presentase
kontribusinya terhadap jumlah target PTSL-K4 sebanyak 16.200 bidang,
yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. Jumlah Data KW 4, 5, 6 di Empat Kelurahan Induk dan
Progress/Capaian Pemetaan pada Bulan Juli - Agustus

Capaian Presentase
Kelurahan Jumlah KW 4, 5, 6
Pemetaan (%)
Sepinggan 4.149 bidang 969 bidang 5.98 %
Damai 3.520 bidang 986 bidang 6.09 %
Batu Ampar 5.329 bidang 57 bidang 0.29 %
G. Samarinda 3.673 bidang 47 bidang 0.35 %
Jumlah 16.671 bidang 2.059 bidang 12.71 %
Sumber: Analisis data statistik pertanahan pada Dashboard KKP

Data kuantitatif di atas menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan jumlah


KW 4, 5, 6 sekaligus peningkatan capaian pemetaan bidang K4 yang
signifikan hanya dalam kurun waktu 2 (dua) bulan saja. Penurunan data
dan peningkatan capaian tersebut berasal dari selisih yang didapat antara
Tabel 2 dan Tabel 3, karena apabila dibandingkan terdapat penurunan
jumlah KW 4, 5, 6 sebanyak 18.730 – 16.671 = 2.059 bidang, sekaligus
data tersebut berkontribusi sebanyak 12.71 % terhadap jumlah target
PTSL-K4. Hal ini menandakan adanya kenaikan progress/capaian
pemetaan bidang tanah pada PTSL-K4 yang berasal dari empat kelurahan
induk.sebesar ((2.059 – 1.243) ÷ 1.243) x 100% = 65.64 % dibandingkan
dengan capaian selama enam bulan pada semester pertama yang hanya
memperoleh 1.243 bidang.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, Kantah Kota Balikpapan
memutuskan penggunaan fitur Migrasi Spasial ini di keempat kelurahan
induk sampai dengan akhir tahun sehingga berhasil merampungkan target
peningkatan kualitas data dalam program PTSL-K4 ini dengan sempurna
sebanyak 16.200 bidang pada akhir semester bulan Desember, dan
menyisakan jumlah KW 4, 5, 6 secara keseluruhan sebanyak 27.141
bidang. Berikut sisa jumlah objek K4 tersebut di empat kelurahan induk dan
progress/capaian jumlah bidang yang diperoleh serta presentase
kontribusinya terhadap jumlah target PTSL-K4 sebanyak 16.200 bidang:
Tabel 4. Sisa Jumlah KW 4, 5, 6 di Empat Kelurahan Induk dan
Progress/Capaian Pemetaan pada Bulan Desember

Capaian
Kelurahan Jumlah KW 4, 5, 6 Presentase (%)
Pemetaan
Sepinggan 2.471 bidang 3.004 bidang 18.54 %
Damai 2.721 bidang 1.636 bidang 10.10 %
Batu Ampar 1.890 bidang 3.239 bidang 19.99 %
G. Samarinda 2.035 bidang 1.593 bidang 9.83 %
Jumlah 9.117 bidang 9.472 bidang 58.47 %
Sumber: Analisis data statistik pertanahan pada Dashboard KKP dan PTSL

Tabel di atas menunjukkan sisa jumlah KW 4, 5, 6 di empat kelurahan induk


adalah sebanyak 9.117 bidang dari yang sebelumnya adalah 19.613 bidang
pada awal tahun. Sehingga terdapat penurunan jumlah data sebanyak
19.613 – 9.117 = 10.496 bidang atau sebesar ((19.613 – 10.496) ÷ 19.613)
x 100% = 46.48 %. Sedangkan dari capaian bidang yang berhasil
terpetakan, keempat kelurahan induk ini berkontribusi sebanyak 9.472
bidang atau sebesar 58.47 %, lebih dari setengah total target PTSL-K4
sebanyak 16.200 bidang. Namun apabila diteliti kembali terdapat selisih
antara jumlah awal KW 4, 5, 6 di empat kelurahan induk tersebut dengan
hasil penjumlahan sisa data KW 4, 5, 6 pada bulan Desember dengan
capaian pemetaan bidang tanahnya. Tabel/skema hitungannya adalah
sebagai berikut:

Tabel 5. Hitungan Selisih antara Jumlah Awal KW 4, 5, 6 dan


Penjumlahan dari Sisa Data KW 4, 5, 6 dengan Progress/Capaian
Pemetaan di Empat Kelurahan Induk pada Bulan Desember

A B A+B C
Sisa Data Capaian Data Awal
Jumlah
KW 4, 5, 6 + Pemetaan = = KW 4, 5, 6
9.177
9.472 bidang 18.589 bidang 19.613 bidang
bidang
C A+B
Selisih = Data Awal - = 1.204 bidang
Jumlah
KW 4, 5, 6
19.613 bidang 18.589 bidang
Sumber: Analisis data statistik pertanahan pada Dashboard KKP dan PTSL

Dari tabel/skema hitungan di atas dapat disimpulkan bahwa seharusnya


hasil penjumlahan dari sisa data KW 4, 5, 6 dengan capaian pemetaannya
pada akhir bulan Desember adalah sama dengan data awal KW 4, 5, 6 di
empat kelurahan induk tersebut. Namun terdapat selisih sebanyak 1.204
bidang, dan selisih tersebut terletak pada lebih sedikitnya sisa data KW 4,
5, 6 ditambah jumlah bidang yang dipetakan daripada total keseluruhan
data KW di awal. Hal tersebut terjadi karena tidak kesemua data KW 4, 5, 6
tersebut dapat naik menjadi KW 1, 2, 3 atau dapat dipetakan seluruhnya.
Dikarenakan kebanyakan dari data tersebut atau bahkan seluruhnya
merupakan residu dari sertipikat-sertipikat lama yang telah selesai kegiatan
dan sudah seharusnya dimatikan status Hak/Buku Tanahnya, namun masih
terbaca sebagai objek K4 (Purba & Bandhono, 2021). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebanyak 1.204 bidang tanah objek K4 tersebut telah
dimatikan dan tidak terbaca lagi sebagai data KW 4, 5, 6 di Kantah Kota
Balikpapan.

2. Pembahasan
Dari data dan hasil yang didapat, permasalahan terkait pemekaran
wilayah dan implikasinya terhadap progress/capaian pemetaan bidang tanah
K4 dalam program PTSL-K4 cukuplah besar. Dikarenakan banyaknya
bidang tanah besertipikat yang terbit sebelum dilakukannya pemekaran
wilayah, ini berkontribusi banyak sebagai bagian dari objek K4. Hal ini
tercermin dari buruknya kinerja Kantah Kota Balikpapan pada semester
pertama (sebelum mengenal fitur Migrasi Spasial) dan kenaikan
progressnya saat memasuki semester kedua (setelah mengenal fitur Migrasi
Spasial) dalam proses pemetaan bidang tanah K4 yang berasal dari empat
kelurahan induk.
Permasalahan yang terjadi di awal adalah karena tidak tersedianya
solusi konkrit dalam menyelesaikan persoalan terkait pemetaan bidang
tanah yang berada di luar batas wilayah administrasi kelurahan lamanya.
Praktik yang selama ini terjadi dan banyak dilakukan di kantor-kantor
pertanahan adalah sebatas mensiasati dengan merubah bentuk batas
wilayah administrasi di Geo-KKP melalui menu command ‘IMPADM’ pada
aplikasi AutoCAD, sehingga bidang tanah yang dimaksud dapat secara
langsung masuk ke dalam batas wilayah admintrasi kelurahan yang
diinginkan. Hal ini secara prosedur tidaklah dibenarkan karena telah
merubah batas administrasi wilayah yang telah definitif, walaupun nantinya
dapat dikembalikan lagi ke bentuk batas yang semula. Seperti yang terjadi
pada gambar berikut:

Gambar 1. Praktik Merubah Batas Wilayah Administrasi Yang Tidak Sesuai

Kemudian praktik/cara yang lain agar dapat melandingkan bidang tanah


objek K4 yang sudah tidak sesuai dengan kelurahan/desa lamanya, adalah
dengan mengarahkan bidang tanah tersebut ke proses Ganti Wilayah, baik
secara sepihak ataupun atas sepengetahuan pemegang sertipikat. Jika
dilakukan atas sepengetahuan yang bersangkutan maka ini tidak mengapa,
namun mengingat target peningkatan kualitas data cukup besar dengan
waktu yang singkat maka sangat kecil kemungkinan untuk dapat
dilaksanakan. Kemudian apabila dilakukan secara sepihak oleh kantor
pertanahan saja tanpa sepengetahuan pemegang sertipikat, hal ini dapat
menimbulkan ketidaksesuaian data sertipikat yang berada di tangan
masyarakat dengan data di kantor pertanahan, karena fitur Ganti Wilayah ini
akan merubah seluruh atribut yang melekat pada bidang tersebut mulai dari
Nomor Hak, Nomor SU, NIB, dan sebagainya. Sehingga akan mempersulit
pemohon ketika hendak melakukan kegiatan terhadap sertipikatnya karena
akan kesulitan ketika melakukan proses pengecekan sertipikat. Fitur ini
memang sudah tersedia di KKP dan menjadi salah satu kegiatan di bidang
pendaftaran tanah yang sudah bersertipikat sebagai salah satu upaya juga
untuk meningkatkan kualitas data, seperti pada gambar berikut:

Gambar 2. Fitur Ganti Wilayah pada KKP

Dari 2 (dua) cara yang telah dipraktikan di banyak kantor pertanahan


tersebut, masih terdapat sejumlah kekurangan yang dapat menimbulkan
permasalahan terkait data pertanahan kedepannya. Maka dari itu Pusdatin
(Pusat Data dan Informasi) ATR/BPN selaku pihak yang bertanggungjawab
penuh terhadap data pertanahan dan sistem KKP memunculkan fitur
‘Update Wilayah Spasial Persil’ atau yang penulis sebut dengan fitur ‘Migrasi
Spasial’ sebagai solusi konkrit dalam mengatasi permasalahan pemetaan
terkait bidang-bidang objek K4 korban pemekaran wilayah. Fitur ini
memungkinkan kantor pertanahan untuk dapat melakukan pemetaan bidang
tanah walaupun lokasi bidang tersebut berada di luar batas wilayah
administrasi tanpa merubah atribut yang menempel pada bidang tanah
tersebut. Sehingga tidak akan mengakibatkan perbedaan data antara
sertipikat yang dipegang oleh masyarakat dengan data di kantor
pertanahan. Maka, akan mempermudah dan mempercepat proses
pengecekan sertipikat ketika akan memulai kegiatan. Di situlah baru dapat
diarahkan menuju proses Ganti Wilayah untuk sekaligus meningkatkan
kualitas data pada sertipikat tersebut.
Pemanfaatan fitur Migrasi Spasial ini belum banyak dilakukan oleh
kantor-kantor pertanahan, namun sudah dibuktikan manfaatnya dengan
hasil yang dicapai oleh Kantor Pertanahan Kota Balikpapan dalam
menyelesaikan target peningkatan kualitas data pada program PTSL-K4
tahun anggaran 2022. Berikut adalah sekilas langkah-langkah dalam
penggunaan fitur Migrasi Spasial pada sistem KKP:

Gambar 3. Langkah ke-1 dan Letak Fitur Migrasi Spasial

Fitur ini terletak sejajar dengan fitur-fitur lain yang telah ada sebelumnya di
Dokumen Hak pada sistem KKP. Berada di paling ujung kanan berbentuk
simbol ‘bola dunia’ warna hijau. Kemudian langkah selanjutnya adalah
menyesuaikan wilayah aktual dari bidang tanah yang dimaksud, disini
sebagai contoh adalah bidang tanah yang terdaftar di Kelurahan Sepinggan
dan letak aktualnya sudah berada di Kelurahan Sepinggan Baru. Dan
kemudian klik ‘Proses’, seperti pada gambar berikut:

Gambar 4. Langkah ke-2 Fitur Migrasi Spasial

Setelah data wilayah sudah disesuaikan dengan kelurahan yang aktual,


kemudian dilik pada tombol ‘Proses’, maka akan muncul pemberitahuan
sebagai konfirmasi terakhir apakah yakin dengan pelaksanaan proses
Migrasi Spasial tersebut. Seperti pada gambar berikut:

Gambar 5. Langkah ke-3 Fitur Migrasi Spasial

Setelah dirasa semua data sudah sesuai dengan data yang aktual,
selanjutanya klik ‘Ya’ dan akan muncul pemberitahuan seperti berikut:
Gambar 5. Langkah ke-4 Fitur Migrasi Spasial

Pemberitahuan tersebut menandakan bahwa proses migrasi spasial telah


selesai, dan selanjutnya bidang tanah tersebut sudah dapat dipetakan
menggunakan cara seperti biasa pada sistem Geo-KKP di aplikasi Auto
CAD.

D. Kesimpulan
Kendala dalam melakukan pemetaan bidang tanah objek K4 yang
berada di luar batas wilayah administrasi akibat dari pemekaran wilayah
dapat ditemukan solusinya melalui fitur Migrasi Spasial yang belum lama ini
dimunculkan oleh Pusdatin. Dengan adanya fitur tersebut, percepatan
peningkatan kualitas data pada program PTSL-K4 dapat dilakukan dengan
efektif dan efisien tanpa harus melanggar prosedur dan memunculkan
potensi permasalahan lain kedepannya.

E. Saran/Rekomendasi
Fitur Migrasi Spasial ini memberikan dampak yang signifikan dalam
penyelesaian target program PTSL-K4 di Kantor Pertanahan Kota
Balikpapan, yang mempunyai kendala terkait pemetaan bidang tanah K4
yang berada di luar wilayah administrasi. Namun, pada kenyataannya belum
banyak kantor pertanahan yang memanfaatkan fitur yang disediakan oleh
Pusdatin tersebut. Banyak kantor-kantor pertanahan malah mempraktikkan
cara-cara yang melanggar prosedur dan berpotensi memunculkan masalah
baru. Maka dari itu, perlu adanya sosialiasi, pengumuman dan pelatihan
yang lebih menyeluruh oleh Pusdatin kepada seluruh kantor pertanahan di
Indonesia akan kemanfaatan dan fungsi yang diberikan oleh fitur Migrasi
Spasial ini. Dapat dilakukan melalui webinar/pelatihan online melalui aplikasi
Zoom atau Surat Rekomendasi agar dapat ditindaklanjuti dengan baik.
Mengingat bukan hanya Kantor Pertanahan Kota Balikpapan saja yang
pernah mengalami pemekaran wilayah kelurahan/desa yang berdampak
pada menurunnya kualitas data pertanahan apabila tidak diaktualisasikan.

Daftar Pustaka
Aisiyah, N., & Erawanta, T. T. (2010). Sistem informasi pertanahan sebagai
alat untuk pengembangan. Jurnal Pertanahan Bhumi, (72).
Arif, A. F. (2020). PENINGKATAN KUALITAS DATA PERTANAHAN
MENUJU PULAU LENGKAP, Studi di Pulau Ndao, Kecamatan Ndao
Nuse, Kabupaten Rote Ndao. Prosiding Aksi Perubahan Pelatihan
Kepemimpinan Pengawas PPSDM Kementerian ATR/BPN.
Arlana, A., Basyid, M. A. (2022). IDENTIFIKASI BIDANG TANAH KKP DI
KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN BEKASI UNTUK KEBUTUHAN
PENINGKATAN KUALITAS DATA (Studi Kasus: Desa Muktijaya,
Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi). Prosiding Seminar Nasional dan
Diserminasi Tugas Akhir 2022.
Artika, I. G. K., & Utami, W. (2020). Percepatan Pembenahan Data Bidang
Tanah Kluster 4 melalui Survei Data Pertanahan. BHUMI: Jurnal Agraria
Dan Pertanahan, 6(1). https://doi.org/10.31292/jb.v6i1.425
Bashit, N., Sujianto, U., & Utomo, D. C. (2020). Peningkatan Kualitas Data
Spasial Bidang Tanah Kota Lengkap. Prosiding Seminar Nasional
Pengabdian Kepada Masyarakat UNDIP 2020.
Dewi, S. R., Wulansari, H., Tilman, A., & Santoso, R. T. (2022). Optimalisasi
migrasi dan pembaharuan data pertanahan dalam komputerisasi
pertanahan di kabupaten Banyuasin. Tunas Agraria, 5(3), 211-222.
Handono, A. B., Suhattanto, M. A., & Nugroho, A. (2020). Strategi
Percepatan Peningkatan Kualitas Data Pertanahan di Kantor Pertanahan
Kabupaten Karanganyar. Tunas Agraria, 3(3).
https://doi.org/10.31292/jta.v3i3.125
Junarto, R., Suhattanto M. A. (2022). Kolaborasi Menyelesaikan
Ketidaktuntasan Program Strategis Nasional (PTSL-K4) di Masyarakat
Melalui Praktik Kerja Lapang (PKL). Widya Bhumi, 2(1), 21-38.
Marni, N. (2015). Peningkatan Kualitas Data Spasial Bidang Tanah Terdaftar
Pada Program GeoKKP di Kantor Pertanahan Kabupaten Kotabaru
Propinsi Kalimantan Selatan. Skripsi pada Program Diploma IV
Pertanahan, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
Mawadah, M. (2021). Peningkatan Kualitas Data Bidang Tanah di Kantor
Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Tunas Agraria, 4(2).
https://doi.org/10.31292/jta.v4i2.143
Mujiburohman, D. A. (2018). POTENSI PERMASALAHAN PENDAFTARAN
TANAH SISTEMATIK LENGKAP (PTSL). BHUMI: Jurnal Agraria Dan
Pertanahan, 4(1). https://doi.org/10.31292/jb.v4i1.217
Permadi, I. (2016). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBELI
TANAH BERSERTIFIKAT GANDA DENGAN CARA ITIKAD BAIK DEMI
KEPASTIAN HUKUM. Yustisia Jurnal Hukum, 95.
https://doi.org/10.20961/yustisia.v95i0.2824
Purba, R. S., & Bandhono, F. A. (2021). Kajian Pemetaan Kelurahan
Lengkap Terdaftar berdasarkan Implementasi di Kantor Pertanahan
Kota Pontianak. Prosiding Forum Ilmiah Tahunan (FIT)- Ikatan Surveyor
Indonesia (ISI), 1, 53–61.
https://proceedings.undip.ac.id/index.php/isiundip2021/article/view/606/0
Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan pengembangan (Research and development/R&D).
Alfabeta, July.
Syamsi, A. (2015). MIGRASI DATA SPASIAL PADA KKP desktop MENUJU
KKP web DI KANTOR PERTANAHAN KOTA BATU. Skripsi pada
Program Diploma IV Pertanahan, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.

Peraturan Perundan-undangan dan Petunjuk Teknis


Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2020-2024.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap.
Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Tujuh Kelurahan dalam Wilayah Kota Balikpapan.
Petunjuk Teknis Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Tahun 2022 Nomor
1/Juknis-100.HK.02.01/I/2022.

Anda mungkin juga menyukai