PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati
melekat pada diri manusia bersifat universal dan langgeng, karena itu
harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan,
serta dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Setiap orang mengemban
kewajiban mengakui dan menghormati hak asasi orang lain, hal ini juga
berlaku bagi setiap organisasi dan pada tataran manapun.
Negara terutama pemerintah bertanggung jawab untuk
menghormati, melindungi, dan menjamin hak-hak asasi manusia dari
setiap warga negara termasuk perempuan dan anak tanpa diskriminasi,
karena perempuan dan anak merupakan bagian dari warga negara
Indonesia memiliki hak yang sama dengan orang lain, dan hak perempuan
dan anak merupakan hak asasi manusia yang harus dijamin, dilindungi
bukan hanya oleh pemerintah tapi juga oleh pemerintah daerah.
Untuk menjabarkan hak asasi manusia khususnya perempuan dan
anak yang merupakan kelompok rentan, maka Negara telah
mengeluarkan beberapa peraturan yang dimaksudkan untuk melindungi
perempuan dan anak misalnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984
tentang Ratifikasi CEDAW, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan
Orang, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.
Walaupun ada jaminan perundang-undangan yang melindungi
warga negara khususnya perempuan dan anak namun kasus perempuan
dan anak semakin bertambah, tidak menurun, karena kasus kekerasan
perempuan dan anak seperti fenomena gunung es yaitu kasus yang
dilaporkan ke lembaga perlindungan perempuan dan lembaga
perlindungan anak hanya sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya.
Perempuan dan anak korban kekerasan sering merasa ragu atau takut
dalam melaporkan kekerasan yang dialaminya, atau ada kendala lainnya
seperti sulitnya akses dalam mencapai layanan dan kurangnya informasi
tentang hak-hak yang dimiliki karena sebagian besar perempuan dan
anak korban berasal dari keluarga miskin dan kurang mampu sehingga
perlu dilakukan pendampingan, biaya pendampingan, dan konsultasi
hukum mahal. Di sisi lain lembaga yang menangani perlindungan
perempuan dan anak masih kurang, terutama di daerah yang jauh dari
pusat kota.
Perempuan dan anak yang mengalami kekerasan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk melindungi
perempuan dan anak seperti UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi mempunyai hak untuk mendapatkan layanan rehabilitasi
sosial, kesehatan, bantuan hukum, pemulangan, dan reintegrasi sosial
yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
Selain itu menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak menjelaskan bahwa anak dalam situasi dan kondisi
tertentu seperti anak korban penyalahgunaan narkotika, anak pengungsi,
anak dalam situasi konflik, anak korban jaringan terorisme, anak dari
kelompok minoritas dan terisolasi, anak dengan perilaku sosial
menyimpang, dan anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan
terkait orang tuanya.
Kebutuhan perempuan dan anak yang mengalami kekerasan serta
anak dalam situasi dan kondisi tertentu harus mendapatkan perhatian
dari pemerintah daerah.
Di sisi lain, penanganan permasalahan perempuan dan anak yang
diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak belum optimal sehingga terlambat dalam memberikan pelayanan
atau tidak sesuai dengan kebutuhan korban.
Seperti dikemukakan bahwa urusan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak merupakan urusan konkuren yang wajib
dilaksanakan oleh pemerintah daerah, di sisi lain kompleksitas urusan
perempuan dan anak cukup banyak yang harus diselesaikan oleh Dinas
PPPA (antara lain menyusun kebijakan, koordinasi pelaksanaan
kebijakan, pengawasan, pembinaan, penyuluhan, advokasi, sosialisasi,
fasilitasi pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, politik, hukum,
kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan fasilitasi pemenuhan hak anak).
Oleh karena itu, perlu dibentuk UPTD PPA untuk melaksanakan kegiatan
teknis operasional di wilayah kerjanya dalam memberikan layanan bagi
perempuan dan anak yang mengalami masalah kekerasan, diskriminasi,
perlindungan khusus dan masalah lainnya.
2. Dasar Pembentukan UPTD PPA
a. Landasan Filosofis
1) Pancasila sebagai dasar falsafah negara merupakan landasan
ideologi bangsa yang mewajibkan negara memikul tanggung
jawab untuk melakukan tindakan hukum dan tindakan lainnya
untuk melindungi warga negara dari segala hal yang melanggar
hak asasi manusia yang menimbulkan kerugian bagi setiap
warga negara.
2) Tanggung jawab negara khususnya pemerintah didasarkan
pada alinea ke IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan negara
Indonesia adalah salah satunya melindungi segenap bangsa
Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3) Sila kedua dari Pancasila tentang kemanusiaan yang adil dan
beradab menunjukkan bahwa adanya jaminan perlindungan
terhadap hak asasi manusia khususnya perempuan dan anak.
b. Landasan Konstitusional
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang termuat dalam Pasal 28 diantaranya adalah :
1. Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”
2. Pasal 28D ayat (1) yang menyebutkan bahwa “Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum”.
3. Pasal 28G:
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia
dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
4. Pasal 28H ayat (2) yang menyebutkan bahwa “Setiap orang
berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan”.
c. Landasan Yuridis
1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang. Pasal 48 ayat (1) menjelaskan bahwa korban tindak
pidana perdagangan orang atau ahli warisnya berhak
mendapatkan restitusi.
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
Pasal 16 ayat (1) mengamanatkan bahwa pemerintah, lembaga
sosial, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, keluarga,
dan/atau masyarakat berkewajiban memberikan pembinaan,
pendampingan, serta pemulihan sosial, kesehatan fisik dan
mental bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku
pornografi.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah Lampiran Huruf H mengamanatkan pemerintah daerah
untuk memberikan layanan perlindungan terhadap perempuan
dan anak.
4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pasal 59A menjelaskan bahwa anak dalam
situasi dan kondisi tertentu berhak untuk mendapatkan
pendampingan psikososial, pemberian perlindungan, serta
pendampingan pada setiap proses peradilan.
5. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pembentukan UPTD PPA pasal 4 bahwa UPTD PPA bertugas
melaksanakan kegiatan teknis operasional di wilayah kerjanya
dalam memberikan layanan bagi perempuan dan anak yang
mengalami masalah kekerasan, diskriminasi, perlindungan
khusus, dan masalah lainnya.
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2001 tentang
Penyederhanaan Struktur Organisasi pada Instansi
Pemerintah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan
Dalam Rumah Tangga. Pasal 4 menjelaskan bahwa korban
berhak mendapatkan layanan pemulihan dalam bentuk
pendampingan, konseling, dan bimbingan rohani.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara
dan Mekanisme Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau
Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 6 ayat (1)
menjelaskan pemerintah daerah diwajibkan untuk membentuk
Pusat Pelayanan Terpadu bagi korban perdagangan orang.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2011 tentang
Pembinaan, Pendampingan dan Pemulihan Terhadap Anak
Yang Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi Pasal 18
menjelaskan bahwa pemerintah daerah wajib melaksanakan
pendampingan terhadap anak yang menjadi korban atau
pelaku pornografi.
10. Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2014 tentang
perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam
konflik sosial
Pasal 6 ayat (3) hurup c mengamanatkan bahwa perempuan
dan anak di daerah konflik berhak mendapatkan layanan
pemenuhan kebutuhan dasar spesifik bagi perempuan dan
anak korban akibat terjadinya konflik
Pasal 9 bahwa penyediaan layanan terhadap perempuan
dan anak korban kekerasan dalam konflik sosial meliputi
layanan diantaranya bantuan hukum dan pendampingan
11. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pembentukan UPTD PPA pasal 4 bahwa UPTD PPA bertugas
melaksanakan kegiatan teknis operasional di wilayah kerjanya
dalam memberikan layanan bagi perempuan dan anak yang
mengalami masalah kekerasan, diskriminasi, perlindungan
khusus dan masalah lainnya.
12. Peraturan Bupati Nomor 17 Tahun 2016 tentang kedudukan,
susunan Organisasi Tugas dan Fungsi serta tata kerja Dinas
Pemberdayaan Perempuan Dan Pelindugan Anak Kabupaten
TTS
d. Landasan Sosiologis
Budaya yang ada dalam masyarakat menyebabkan terjadinya
kesenjangan peran antara laki-laki dan perempuan yang berdampak
pada posisi tersubordinasi, termarginalisasi, mempunyai beban
ganda, pelabelan, mengalami kekerasan, eksploitasi, diskriminasi
dan penelantaran. Sedangkan terkait permasalahan anak,
kurangnya pemahaman tentang Hak dan Perlindungan Anak
mengakibatkan kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan
anak.Kondisi ini sering terjadi karena :
1. Pesatnya arus globalisasi dan dampak negatif dari
perkembangan di bidang teknologi dan informasi
memunculkan fenomena baru kekerasan terhadap perempuan
dan anak;
2. Faktor kemiskinan yang mendorong pelaku melakukan
kekerasan terhadap perempuan dan anak;
3. Faktor temperamental pelaku yang sering melakukan
kekerasan terhadap perempuan dan anak;
4. Faktor ketimpangan dan relasi kuasa antara suami dan istri
yang menyebabkan istri mengalami kekerasan;
5. Persepsi yang salah tentang perempuan dan anak yang
menganggap perempuan dan anak sebagai miliknya yang dapat
dilakukan semena-mena; dan
6. Kurangnya pemahaman tekait Hak Asasi Manusia termasuk
Hak Anak
Kekerasan terhadap perempuan dan anak setiap tahun semakin
meningkat secara signifikan dan kekerasan terhadap perempuan
dan anak dapat dilihat dari sisi jenis, bentuk, tempat kejadian,
pelaku, modus, dan tujuan. Jenis kekerasan seperti kekerasan
dalam rumah tangga, perdagangan orang, pornografi, dan lainnya.
Sedangkan bentuk kekerasan antara lain kekerasan psikis, fisik,
seksual (pencabulan, perkosaan, eksploitasi seksual dan penyiksaan
seksual), penelantaran, eksploitasi, dan kekerasan lainnya seperti
ancaman kekerasan dan pemaksaan. Dilihat dari lokasi terjadinya
kekerasan seperti di antaranya dapat terjadi di dalam rumah tangga,
ruang publik, lembaga Pendidikan, dan tempat kerja. Dilihat dari sisi
pelakunya, kekerasan dapat dilakukan oleh teman, tenaga pendidik,
asisten rumah tangga, atasan, pacar, bahkan kekerasan bisa
dilakukan oleh orang dekat korban seperti orang tua dan saudara.
Dilihat dari sisi modusnya, kekerasan dapat terjadi dengan adanya
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan
atau posisi rentan, dijanjikan atau iming-iming, penjeratan utang
atau memberikan bayaran atau manfaat, dan lainnya. Berdasarkan
tujuannya, kekerasan juga dapat dilakukan untuk tujuan kepuasan
seksual pelaku atau eksploitasi untuk mendapatkan keuntungan.
2. Kasus MSK
Ada pun kornologis kasus tersebut sebagai berikut :
- MSK pada saat kejadian berada dirumah yang bersangkutan
di kualin. Setelah melakukan penyambilan tuak MSK duduk
dirumahnya seorang diri karena ayah dan ibu yang
bersangkutan sedang berada dikebun
- Pada saat siang hari sekitar pukul 10.00 datang dirumah MSK
Korban atas nama NB datang untuk membeli laru (tuak).
Korban atas nama Nikodemus menyampaikan kepada MSK
bahwa yang bersangkutan ingin membeli 1 botol laru. Namun
MSK menyatakan bahwa laru sudah habis dibeli orang.
- Setelah mendengar pernyataan dari MSK korban NB dengan
meggunakan handpone mengetik dan menulis pesan dalam
handpone tersebut dengan berbunyi : saya ingi hubungan
dengan lu dan korban memberikan handpone tersebut kepada
MSK untuk dibaca.
- MSK setelah membaca yang bersangkutan mengatakan bahwa
tidak ingin berhubungan badan
- Korban NB terus memaksa MSK untuk berhubungan
dengannya. Melihat kondisi NB yang terkesan memaksa MSK
mengelak dan berjalan menuju pantai yang tidak jauh dari
rumahnya, saat tersebut Korban NB mengikuti yang
bersangkutan
- Sesampainya di pinggir pantai korban NB memanggil MSK
untuk menemani NB di hutan sekitar lokasi pantai tersebut
- MSK mengikuti ajakan NB tersebut berada bersama dihutan,
pada saat tersebut NB menarik tangan MSK dengan maksdu
untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. Namun
MSK menolak NB hinggah jatuh ketanah
- NB tetap berusaha untuk menarik masuk agar mau
melakukan hubungan suami istri Karen merasa terdesak dan
tidak sengaja MSK Mengambil pisau yang berada di sakunya
dan menusuk perut NB
- Korban NB setelah jatuh tetap berusaha untuk bangun dan
menarik tangan MSK dan untuk kedua kalinya MSK menusuk
NB dan seketika itu MSK langsung kembali ke rumah dan
meninggalkan korban NB di hutan
- Pada sore hari sekitar pukul 15.00 istri dari korban NB datang
mencari suaminya yang pada saat pagi hari keluar dari rumah.
usai korban NB menyatakan kepada Marche susantu Kause
perihal korban NB yang sejak pagi tidak berada di rumah. MSK
menyatakan korban tidak datang kesini
- Mendapat informasi bahwa korban NB tidak berada di rumah
MSK istri korban kembali dan melapor kepada kakanya untuk
mencari di tempat lain.
- Pada saat yang sama pihak korban melapor ke Polsek Kualin
terkait keberadaan korban NB.
- Aparat Polsek Kualin yang mendapat laporan tersebut
langsung bergegas mencari korban NB di seputaran rumah
MSK dan pantai
- Aparat Polsek Kualin dan keluarga NB menemukan NB yang
sudah tidak bernyawa pada lokasi hutan di pingir pantai
Kualin yang tidak jauh dari rumah MSK .
- Pada saat itu juga MSK di minta untuk menghadap ke Polsek
Kualin untuk diminta keterangan oleh pihak Polsek Kualin
- Pada pukul 20.00 Kanit PPA Polres TTS hadir di Polsek Kualin
untuk menjemput MSK dan di bawah ke Polres TTS.
- MSK ditetapkan sebagai tersangka pada saat pemeriksaan di
Polres TTS dan yang bersangkutan di titipkan di balai
rehabilitas anak yang berkebutuhan kusus Naibonat kupang.
- Pemerintah Daerah TTS dalam hal ini Dinas P3A telah
melakukan penjangkauan dan pendampingan terhadap MSK
serta memberikan bantuan kebutuhan pribadi MSK selama
berada di balai Rehabilitas Naibonat kupang.
- Berdasarkan koordinasi dengan Kanit PPA Polres Menyatakan
bahwa sudah ada inkra kasus pada Tanggal 16 September
2021 dengan Nomor Putusan :1/PidSus Anak/ 2021/PN Soe
putusan 5 tahun penjara.
B. Tujuan
Secara umum tujuan pembentukan UPTD PPA adalah untuk
melaksanakan kegiatan teknis operasional dalam memberikan layanan bagi
perempuan dan anak yang mengalami masalah kekerasan, diskriminasi,
perlindungan khusus, dan masalah lainnya.
1. Umum
Menekan angka kekerasan pada perempuan dan anak korban tindak
kekerasan baik kekersan fisik, psikis dan seksual, trafficking/
perdagangan orang, eksploitasi (eksploitasi ekonomi dan seksual),
penelantaran dan masalah lainnya serta anak yang berhadapan dengan
hukum.
2. Khusus
a) Melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional dari Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
b) Sebagai motor utama dalam gerakan penanganan layanan terhadap
perempuan dan anak korban kekerasan di Kabupaten Timor Tengah
Selatan.
c) Melakukan kegiatan pelayanan khusus untuk pemulihan, penguatan,
pendampingan kepada perempuan dan anak melalui pendekatan yang
holistic, multidisiplin dan mudah dijangkau oleh masyarakat di
Kabupaten Timor Tengah Selatan.
d) Melibatkan semua unsur baik pemerintah, lembaga maupun peran
serta masyarakat melalui kerjasama yang terpadu dalam penanganan
korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
BAB II
ANALISIS PEMENUHAN KRITERIA
Bab ini merupakan inti dari kajian akademis pembentukan UPTD PPA. Dalam
bab ini disampaikan pemenuhan atas kriteria sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah.
Dalam penyusunan kajian akademis hendaknya bab ini dieksplorasi secara
mendalam, sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Untuk memperkuat penulisan,
dapat pula disampaikan foto, gambar, data, tabel, dan sebagainya yang dapat
mendukung analisa. Terdapat kriteria-kriteria yang didetailkan dalam beberapa
indikator yang perlu dipenuhi dalam membentuk UPTD PPA sebagai berikut:
Pemerintah
Pemerintah Pemerintah
Sub Urusan Kabupaten/Ko
Pusat Provinsi
ta
3. Pengelolaan kasus
Layanan pengelolaan kasus dengan melibatkan kemiteraan para pihak
hingga akhirnya kasus ditangani sampai tuntas.
Fungsi pengelolaan kasus adalah :
Pelaksanaan administrasi surat menyurat
Pelaksanaan pengolahan data
Pelaksanaan upaya preverensi melalui publikasi di media cetak/
elektronik
Pelaksanaan layanan manajemen kasus/ bedah kasus
Pelaksanaan pelayanan monitoring dan evaluasi
4. Penampungan Sementara
Layanan perlindungan bagi perempuan dan anak yang berhadapan
dengan hukum serta anak yang memerlukan perlindungan khusus di
tempat penampungan sementara sehingga mereka bias merasa aman
karena terlindungi.
Fungsi penampungan sementara :
Pelaksanaan pelayanan di rumah perlindungan perempuan dan
anak
Pelaksanaan layanan pemulangan klien dari shelter
5. Mediasi
Layanan dari para mediator yang dimiliki UPTD PPA
Fungsinya dalah pelaksanaan pelayanan mediasi bagi klien
6. Pendampingan Korban
perempuan dan anak yang berhadapan dengan hukum serta anak
yang memerlukan perlindungan khusus, adalah suatu tindakan
lanjutan dari pelaksanaan rekomendasi sebuah pengelolaan kasus
pasca pengaduan, dimana UPTD PPA mendampingi klien sesuai hasil
rekomendasi dan memantau perkembangannya.
Layanan pendampingan meliputi :
Memberikan layanan pendampingan hukum
Memberikan layanan pendampingan sosial
Memberikan layanan pendampingan bimbingan rohani
YA
MELAKUKAN KOFERENSI
PENJANGKAUAN PENGELOLAA
NKASUS
KONFERENSI
KASUS
PENGAKHIRAN
3. Konselor
Konselor adalah sarjana (S1) di bidang Ilmu Psikologi/Hukum.Tugas
Konselor adalah melaksanakan kegiatan pemberian bantuan psikologi /
hukum untuk mengatasi masalah yang dihadapi konseli sehingga dapat
melakukan kegiatan secara normal kembali.
4. Mediator
Mediator adalah sarjana (S1)/ Diploma IV di bidang Hukum/ Sosial dan
politik/ Sosiologi atau bidang lain yang relevan dengan tugas jabatan.
Tugas dari mediator adalah memimpin dan melaksanakan penyiapan
bahan mediasi untuk mencapai penyelesaian atau solusi yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak yang berselisih sesuai dengan peraturan
dan ketentuan yang berlaku.Jabatan mediator harus tersertifikasi yang
diakui oleh Mahkamah Agung.
5. Pengadministrasi Umum
Pengadministrasi Umum merupakan seseorang dengan latar belakang
pendidikan SLTA/DI/ DII/ DIII di bidang manajemen/ administrasi/ tata
perkantoran atau bidang lain yang relevan dengan tugas jabatan. Tugas
dari Pengadministrasi Umum adalah melakukan kegiatan yang meliputi
penerimaan, pencatatan dan pendokumentasian dokumen Administrasi.
6. Pengemudi
Pengemudi merupakan seseorang dengan latar belakang pendidikan
SLTA/DI/ DII/ DIII di bidang Ilmu yang relevan dengan tugas jabatan.
Tugas dari pengemudi adalah melakukan pelayanan transportasi yang
bersifat kedinasan dengan kendaraan dinas.
7. Penjaga Keamanan
Penjaga Keamanan merupakan seseorang dengan latar belakang
pendidikan SLTA/DI/ DII/ DIII di bidang Ilmu yang relevan dengan tugas
jabatan. Tugas dari Penjaga Keamanan adalah melakukan kegiatan yang
meliputi pengamanan dan penertiban.
8. Penjaga Asrama
Penjaga Asrama merupakan seseorang dengan latar belakang pendidikan
SLTA/DI/ DII/ DIII di bidang Ilmu yang relevan dengan tugas jabatan.
Tugas dari Penjaga Asrama adalah melakukan kegiatan pelayanan,
pengoperasian dan pemeriksaan di bidang penjagaan asrama.
a. Pembiayaan
Pembiayaan Belanja Pegawai dan Belanja kegiatan bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasaran yang dimiliki oleh UPTD Perlindungan
Perempuan dan Anak telah tersedia berupa :
1. Gedung Kantor UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak
beralamat di Jl. Bougenville Kelurahan SoE;
2. Rumah Aman (Save House)
3. Mobil perlindungan
4. Motor Pelindungan
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
3 Kepala UPTD Melakukan penyusunan rencana kerja UPTD 1 Dok 180 180
PPA : 4. Merumuskan Rencana Kerja
4 Kepala UPTD Menyelenggarakan Pemeliharaan dan perawatan 12 Dok 180 2.16
sarana dan prasarana UPTD PPA : 2. Memimpin
pelaksanaan kegiatan
5 Kepala UPTD Menyelenggarakan Pemeliharaan dan perawatan 12 Dok 90 1.08
sarana dan prasarana UPTD PPA : 3.
Mengevaluasi hasil kegiatan
6 Kepala UPTD Menyelenggarakan pengkajian monitoring dan 12 Dok 60 720
evaluasi program kerja UPTD PPA :
1. Mencatat kegiatan yang telah dilaksanakan
7 Kepala UPTD Menyelenggarakan pengkajian monitoring dan 12 Dok 30 360
evaluasi program kerja UPTD PPA :
3. Mengoreksi laporan kegiatan yang telah
dilaksakan
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
8 Kepala UPTD Melaksanakan Pembinaan Pegawai di 50 Dok 30 1500
lingkungannya
9 Kepala UPTD Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh 50 Dok 30 1,5
atasan baik secara tertulis maupun lisan :
1. Mencatat tugas/ disposisi yang diberikan
Atasan Langsung
10 Kepala UPTD Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh 50 Dok 300 1'5
atasan baik secara tertulis maupun lisan :
2. Menghadiri rapat atau kunjungan kerja
21 Kepala UPTD Menyelia pelaksanaan tugas bawahan di UPTD 48 Keg 180 8.64
secara berkala sesuai dengan peraturan dan
prosedur yang berlaku untuk mencapai target
kinerja yang diharapkan
111 Petugas Menjaga Keamanan Kantor/ Shelter 240 hari 1.44 345.6
Keamanan
112 Pelaksana Menerima, mencatat, dan menyortir surat masuk, 240 keg 20 4.8
(Pengadministrasi sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
Umum) berlaku, agar memudahkan pencarian. 1.
Menerima Surat
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
113 Pelaksana Memberi lembar pengantar pada surat, sesuai 240 keg 30 7.2
(Pengadministrasi dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku,
Umum) agar memudahkan pengendalian : 1. Memberi
lembar disposisi
114 Pelaksana Memberi lembar pengantar pada surat, sesuai 240 keg 30 7.2
(Pengadministrasi dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku,
Umum) agar memudahkan pengendalian :
3. Mendistribusikan surat ke Seksi/Subag
115 Pelaksana Memberi lembar pengantar pada surat, sesuai 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku,
Umum) agar memudahkan pengendalian : 4. Membuat
tanda terima disposisi surat
116 Pelaksana Menerima surat atau barang cetakan yang akan 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi dikirim sesuai dengan jumlah surat yang diterima
Umum) dari pencatat surat : 1. Menerima surat
117 Pelaksana Memeriksa buku ekspedisi dan menghitung 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi jumlah surat dan barang cetakan yang akan
Umum) didistrribusikan sesuai tujuan : 1. Mengambil
buku ekspedisi surat
118 Pelaksana Memeriksa buku ekspedisi dan menghitung 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi jumlah surat dan barang cetakan yang akan
Umum) didistrribusikan sesuai tujuan : 3. Menghitung
jumlah surat dan barang cetakan yang akan
dikirim
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
119 Pelaksana Memeriksa buku ekspedisi dan menghitung 240 keg 45 10.8
(Pengadministrasi jumlah surat dan barang cetakan yang akan
Umum) didistrribusikan sesuai tujuan
4. Mengantarkan surat dan barang cetakan ke
alamat yang dituju
120 Pelaksana Menyerahkan buku ekspedisi surat kepada 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi penerima surat serta menandatangani tanda
Umum) terima surat atau barang cetakan : 4. Menuju ke
kantor
121 Pelaksana Menyerahkan kembali buku ekspedisi sebagai 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi tanda terima kepada arsiparis atau
Umum) pengadministrasi : 1. Menyerahkan buku
ekspedisi kepada pengelola surat
122 Pelaksana Menyerahkan kembali buku ekspedisi sebagai 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi tanda terima kepada arsiparis atau
Umum) pengadministrasi : 4. Melaporkan kepada
atasan permasalahan dalam pengantaran surat
123 Pelaksana Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai 240 keg 60 14.4
(Pengadministrasi dengan prosedur yang berlaku sebagai bahan
Umum) evaluasi dan pertanggungjawaban : 1. Membuat
laporan hasil hasil pengadministrasian
persuratan
124 Pelaksana Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai 240 keg 45 10.8
(Pengadministrasi dengan prosedur yang berlaku sebagai bahan
Umum) evaluasi dan pertanggungjawaban :
2. Menyerahkan laporan kepada atasan sebagai
bahan evaluasi
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
125 Pelaksana Melaksanakan tugas kedinasan lain yang 240 keg 90 21.6
(Pengadministrasi diperintahkan oleh pimpinan baik tertulis
Umum) maupun lisan.
126 Pelaksana Menerima, mencatat, dan menyortir pengadaan 240 keg 60 14.4
(Pengadministrasi barang, sesuai dengan prosedur dan ketentuan
Umum) yang berlaku, agar memudahkan pencarian :
1. Menerima barang hasil pengadaan
127 Pelaksana Menerima, mencatat, dan menyortir pengadaan 240 keg 120 28.8
(Pengadministrasi barang, sesuai dengan prosedur dan ketentuan
Umum) yang berlaku, agar memudahkan pencarian. :
2. Meneliti dan menghitung barang sesuai
dengan pengadaan
135 Pelaksana Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai 240 lap 20 4.8
(Pengadministrasi dengan prosedur yang berlaku sebagai bahan
Umum) evaluasi dan pertanggungiawaban
2. Menyerahkan laporan kepda atasan sebagai
bahan evaluasi
136 Pelaksana Melaksanakan tugas kedinasan lain yang 240 keg 90 21.6
(Pengadministrasi diperintahkan oleh pimpinan baik tertulis
Umum) maupun lisan.
137 Pelaksana Membayar panjar kegiatan yang akan 240 keg 30 7.2
(Pengadministrasi dilaksanakan dan membayar kuitansi yang telah
Umum) disyahkan KPA : 4. Mencatat dalam buku dan
membukukan kuitansi
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
138 Pelaksana Mengkoreksi SPJ keuangan : 1. Menerima SPJ 240 Keg 45 10.8
(Pengadministrasi dari pengelola kegiatan
Umum)
139 Pelaksana Mengkoreksi SPJ keuangan : 4. Mencatat 240 keg 120 28.8
(Pengadministrasi realisasi SPJ dalam Buku
Umum)
140 Pelaksana Membuat laporan SPJ bulanan : 1. Memeriksa 240 keg 90 21.6
(Pengadministrasi dan meneliti laporan SPJ dengan Buku
Umum)
141 Pelaksana Membuat laporan SPJ bulanan : 2. Membuat 240 keg 120 28.8
(Pengadministrasi laporan SPJ bulanan, triwulan
Umum)
142 Pelaksana Membuat laporan SPJ bulanan : 3. Mencetak 240 keg 30 7.2
(Pengadministrasi laporan SPJ bulanan, triwulan
Umum)
143 Pelaksana Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada 240 lap 45 10.8
(Pengadministrasi atasan : 1. Membuat laporan hasil pengelolaan
Umum) dan pembayaran keuangan
144 Pelaksana Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada 240 lap 15 3.6
(Pengadministrasi atasan 2. Menyerahkan laporan kepada atasan
Umum) sebagai bahan evaluasi
145 Pelaksana Melaksanakan tugas kedinasan lain yang 240 keg 45 10.8
(Pengadministrasi diperintahkan oleh pimpinan baik tertulis
Umum) maupun lisan.
146 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan : 240 keg 15 3.6
1. Mengecek kondisi rem
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
147 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan : 240 keg 10 2.4
2. Mengecek kondisi lampu
148 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan 240 keg 20 4.8
3. Mengecek minyak dan oli mesin
149 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan 240 keg 10 2.4
4. Mengecek air aki dan air radiator
150 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan : 240 keg 15 2.4
5. Mengecek minyak kendaraan
151 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan : 240 keg 45 7.2
6. Memanaskan mobil
152 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan 240 keg 15 3.6
7. Mengecek kelengkapan administrasi
kendaraan
153 Pelaksana Merawat kendaraan, memperbaiki kerusakan 240 keg 45 10.8
kecil dan menjaga kebersihan kendaraan agar
rapi, bersih dan siap pakai. : 1. Membersihkan
mesin
160 Pelaksana Melaksanakan tugas kedinasan lain yang 240 keg 90 21.6
(Pengadministrasi diperintahkan oleh pimpinan baik tertulis
Umum) maupun lisan.
Total 12240 2122.88 1200
Total 16986 15.293,28 16.948,82
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi UPTD PPA Kabupaten Kabupaten Timor Tengah Selatan ditetapkan
sesuai Permen PP-PA Nomor 8 Tahun 2016 tentang Hasil pemetaan Urusan Pemerintah
Bidang Perempuan dan Perlindungan Anak.
a. Struktur Organisasi UPTD PPA Kabupaten Timor Tengah Selatan Kelas A
Kepala UPTD
Pengadministrasi Pengemudi
UmumPADAAN
PANGAN
Penjaga Keamanan
Konselor
Penjaga asrama Mediator
(Psikologis/Hukum)
Sebagaimana fungsinya, kedudukan UPTD PPA yang akan dibentuk adalah berada
di bawah OPD induk, sehingga dalam pengusulan perencanaan maupun pelaksanaan
anggaran program/ kegiatan menyatu dengan pengusulan perencanaan maupun
pelaksanaan anggaran program/ kegiatan dinas induk.
Berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Organisasi Perangkat Daerah
(DPA-OPD) Tahun Anggaran 2022, anggaran belanja Dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Timor Tengah Selatan ditetapkan sebesar
Rp.3.961.421.555,- (Tiga Miliar Sembilan Ratus Enam Puluh Satu Juta Empat Ratus
Dua Puluh Satu Ribu Lima Ratus Lima Puluh Lima Rupiah) terdiri dari :
1) Belanja pegawai Rp.2.216.062.972,- (Dua Miliar Dua Ratus Enam Belas Juta Enam
Puluh Dua Ribu Sembilan Ratus Tujuh Puluh Dua Rupiah)
2) Belanja Barang dan Jasa Rp.1.710.858.506,- (Satu Miliar Tujuh Ratus Sepuluh Juta
Delapan Ratus Lima Puluh Delapan Ribu Lima Ratus Enam Rupiah)
3) Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp.34.500.075 (Tiga Puluh Empat Juta Lima
Ratus Ribu Tjuh Puluh Lima Rupiah)
Sementara itu, kebutuhan anggaran pembiayaan UPTD PPA yang akan dibentuk
direncanakan berjumlah sebesar Rp. 886.800.000,- (Delapan Ratus Delapan Puluh
Enam Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah) atau 0,22% dari total anggaran Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Timor Tengah Selatan.
BAB V
PENUTUP
Ditetapkan di SoE
Pada tanggal ……. 2022