Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Alasan Pentingnya di bentuk UPTD PPA

Bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati
melekat pada diri manusia bersifat universal dan langgeng, karena itu
harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan,
serta dikurangi atau dirampas oleh siapapun. Setiap orang mengemban
kewajiban mengakui dan menghormati hak asasi orang lain, hal ini juga
berlaku bagi setiap organisasi dan pada tataran manapun.
Negara terutama pemerintah bertanggung jawab untuk
menghormati, melindungi, dan menjamin hak-hak asasi manusia dari
setiap warga negara termasuk perempuan dan anak tanpa diskriminasi,
karena perempuan dan anak merupakan bagian dari warga negara
Indonesia memiliki hak yang sama dengan orang lain, dan hak perempuan
dan anak merupakan hak asasi manusia yang harus dijamin, dilindungi
bukan hanya oleh pemerintah tapi juga oleh pemerintah daerah.
Untuk menjabarkan hak asasi manusia khususnya perempuan dan
anak yang merupakan kelompok rentan, maka Negara telah
mengeluarkan beberapa peraturan yang dimaksudkan untuk melindungi
perempuan dan anak misalnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984
tentang Ratifikasi CEDAW, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan
Orang, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak.
Walaupun ada jaminan perundang-undangan yang melindungi
warga negara khususnya perempuan dan anak namun kasus perempuan
dan anak semakin bertambah, tidak menurun, karena kasus kekerasan
perempuan dan anak seperti fenomena gunung es yaitu kasus yang
dilaporkan ke lembaga perlindungan perempuan dan lembaga
perlindungan anak hanya sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya.
Perempuan dan anak korban kekerasan sering merasa ragu atau takut
dalam melaporkan kekerasan yang dialaminya, atau ada kendala lainnya
seperti sulitnya akses dalam mencapai layanan dan kurangnya informasi
tentang hak-hak yang dimiliki karena sebagian besar perempuan dan
anak korban berasal dari keluarga miskin dan kurang mampu sehingga
perlu dilakukan pendampingan, biaya pendampingan, dan konsultasi
hukum mahal. Di sisi lain lembaga yang menangani perlindungan
perempuan dan anak masih kurang, terutama di daerah yang jauh dari
pusat kota.
Perempuan dan anak yang mengalami kekerasan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk melindungi
perempuan dan anak seperti UndangUndang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi mempunyai hak untuk mendapatkan layanan rehabilitasi
sosial, kesehatan, bantuan hukum, pemulangan, dan reintegrasi sosial
yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
Selain itu menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak menjelaskan bahwa anak dalam situasi dan kondisi
tertentu seperti anak korban penyalahgunaan narkotika, anak pengungsi,
anak dalam situasi konflik, anak korban jaringan terorisme, anak dari
kelompok minoritas dan terisolasi, anak dengan perilaku sosial
menyimpang, dan anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan
terkait orang tuanya.
Kebutuhan perempuan dan anak yang mengalami kekerasan serta
anak dalam situasi dan kondisi tertentu harus mendapatkan perhatian
dari pemerintah daerah.
Di sisi lain, penanganan permasalahan perempuan dan anak yang
diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak belum optimal sehingga terlambat dalam memberikan pelayanan
atau tidak sesuai dengan kebutuhan korban.
Seperti dikemukakan bahwa urusan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak merupakan urusan konkuren yang wajib
dilaksanakan oleh pemerintah daerah, di sisi lain kompleksitas urusan
perempuan dan anak cukup banyak yang harus diselesaikan oleh Dinas
PPPA (antara lain menyusun kebijakan, koordinasi pelaksanaan
kebijakan, pengawasan, pembinaan, penyuluhan, advokasi, sosialisasi,
fasilitasi pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, politik, hukum,
kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan fasilitasi pemenuhan hak anak).
Oleh karena itu, perlu dibentuk UPTD PPA untuk melaksanakan kegiatan
teknis operasional di wilayah kerjanya dalam memberikan layanan bagi
perempuan dan anak yang mengalami masalah kekerasan, diskriminasi,
perlindungan khusus dan masalah lainnya.
2. Dasar Pembentukan UPTD PPA
a. Landasan Filosofis
1) Pancasila sebagai dasar falsafah negara merupakan landasan
ideologi bangsa yang mewajibkan negara memikul tanggung
jawab untuk melakukan tindakan hukum dan tindakan lainnya
untuk melindungi warga negara dari segala hal yang melanggar
hak asasi manusia yang menimbulkan kerugian bagi setiap
warga negara.
2) Tanggung jawab negara khususnya pemerintah didasarkan
pada alinea ke IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
yang menyebutkan bahwa tujuan pembentukan negara
Indonesia adalah salah satunya melindungi segenap bangsa
Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3) Sila kedua dari Pancasila tentang kemanusiaan yang adil dan
beradab menunjukkan bahwa adanya jaminan perlindungan
terhadap hak asasi manusia khususnya perempuan dan anak.

b. Landasan Konstitusional
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang termuat dalam Pasal 28 diantaranya adalah :
1. Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”
2. Pasal 28D ayat (1) yang menyebutkan bahwa “Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum”.
3. Pasal 28G:
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia
dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
4. Pasal 28H ayat (2) yang menyebutkan bahwa “Setiap orang
berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan”.

5. Pasal 28I ayat (2) dan ayat (4) :


2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan
hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara,
terutama pemerintah.

c. Landasan Yuridis
1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang. Pasal 48 ayat (1) menjelaskan bahwa korban tindak
pidana perdagangan orang atau ahli warisnya berhak
mendapatkan restitusi.
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
Pasal 16 ayat (1) mengamanatkan bahwa pemerintah, lembaga
sosial, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, keluarga,
dan/atau masyarakat berkewajiban memberikan pembinaan,
pendampingan, serta pemulihan sosial, kesehatan fisik dan
mental bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku
pornografi.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah Lampiran Huruf H mengamanatkan pemerintah daerah
untuk memberikan layanan perlindungan terhadap perempuan
dan anak.
4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pasal 59A menjelaskan bahwa anak dalam
situasi dan kondisi tertentu berhak untuk mendapatkan
pendampingan psikososial, pemberian perlindungan, serta
pendampingan pada setiap proses peradilan.
5. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pembentukan UPTD PPA pasal 4 bahwa UPTD PPA bertugas
melaksanakan kegiatan teknis operasional di wilayah kerjanya
dalam memberikan layanan bagi perempuan dan anak yang
mengalami masalah kekerasan, diskriminasi, perlindungan
khusus, dan masalah lainnya.
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2001 tentang
Penyederhanaan Struktur Organisasi pada Instansi
Pemerintah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan
Dalam Rumah Tangga. Pasal 4 menjelaskan bahwa korban
berhak mendapatkan layanan pemulihan dalam bentuk
pendampingan, konseling, dan bimbingan rohani.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara
dan Mekanisme Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau
Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 6 ayat (1)
menjelaskan pemerintah daerah diwajibkan untuk membentuk
Pusat Pelayanan Terpadu bagi korban perdagangan orang.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2011 tentang
Pembinaan, Pendampingan dan Pemulihan Terhadap Anak
Yang Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi Pasal 18
menjelaskan bahwa pemerintah daerah wajib melaksanakan
pendampingan terhadap anak yang menjadi korban atau
pelaku pornografi.
10. Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2014 tentang
perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam
konflik sosial
 Pasal 6 ayat (3) hurup c mengamanatkan bahwa perempuan
dan anak di daerah konflik berhak mendapatkan layanan
pemenuhan kebutuhan dasar spesifik bagi perempuan dan
anak korban akibat terjadinya konflik
 Pasal 9 bahwa penyediaan layanan terhadap perempuan
dan anak korban kekerasan dalam konflik sosial meliputi
layanan diantaranya bantuan hukum dan pendampingan
11. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pembentukan UPTD PPA pasal 4 bahwa UPTD PPA bertugas
melaksanakan kegiatan teknis operasional di wilayah kerjanya
dalam memberikan layanan bagi perempuan dan anak yang
mengalami masalah kekerasan, diskriminasi, perlindungan
khusus dan masalah lainnya.
12. Peraturan Bupati Nomor 17 Tahun 2016 tentang kedudukan,
susunan Organisasi Tugas dan Fungsi serta tata kerja Dinas
Pemberdayaan Perempuan Dan Pelindugan Anak Kabupaten
TTS

d. Landasan Sosiologis
Budaya yang ada dalam masyarakat menyebabkan terjadinya
kesenjangan peran antara laki-laki dan perempuan yang berdampak
pada posisi tersubordinasi, termarginalisasi, mempunyai beban
ganda, pelabelan, mengalami kekerasan, eksploitasi, diskriminasi
dan penelantaran. Sedangkan terkait permasalahan anak,
kurangnya pemahaman tentang Hak dan Perlindungan Anak
mengakibatkan kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan
anak.Kondisi ini sering terjadi karena :
1. Pesatnya arus globalisasi dan dampak negatif dari
perkembangan di bidang teknologi dan informasi
memunculkan fenomena baru kekerasan terhadap perempuan
dan anak;
2. Faktor kemiskinan yang mendorong pelaku melakukan
kekerasan terhadap perempuan dan anak;
3. Faktor temperamental pelaku yang sering melakukan
kekerasan terhadap perempuan dan anak;
4. Faktor ketimpangan dan relasi kuasa antara suami dan istri
yang menyebabkan istri mengalami kekerasan;
5. Persepsi yang salah tentang perempuan dan anak yang
menganggap perempuan dan anak sebagai miliknya yang dapat
dilakukan semena-mena; dan
6. Kurangnya pemahaman tekait Hak Asasi Manusia termasuk
Hak Anak
Kekerasan terhadap perempuan dan anak setiap tahun semakin
meningkat secara signifikan dan kekerasan terhadap perempuan
dan anak dapat dilihat dari sisi jenis, bentuk, tempat kejadian,
pelaku, modus, dan tujuan. Jenis kekerasan seperti kekerasan
dalam rumah tangga, perdagangan orang, pornografi, dan lainnya.
Sedangkan bentuk kekerasan antara lain kekerasan psikis, fisik,
seksual (pencabulan, perkosaan, eksploitasi seksual dan penyiksaan
seksual), penelantaran, eksploitasi, dan kekerasan lainnya seperti
ancaman kekerasan dan pemaksaan. Dilihat dari lokasi terjadinya
kekerasan seperti di antaranya dapat terjadi di dalam rumah tangga,
ruang publik, lembaga Pendidikan, dan tempat kerja. Dilihat dari sisi
pelakunya, kekerasan dapat dilakukan oleh teman, tenaga pendidik,
asisten rumah tangga, atasan, pacar, bahkan kekerasan bisa
dilakukan oleh orang dekat korban seperti orang tua dan saudara.
Dilihat dari sisi modusnya, kekerasan dapat terjadi dengan adanya
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan
atau posisi rentan, dijanjikan atau iming-iming, penjeratan utang
atau memberikan bayaran atau manfaat, dan lainnya. Berdasarkan
tujuannya, kekerasan juga dapat dilakukan untuk tujuan kepuasan
seksual pelaku atau eksploitasi untuk mendapatkan keuntungan.

Dampak kekerasan yang dialami perempuan dan anak di antaranya


mengalami penderitaan baik fisik, sosial, spiritual, psikis karena
korban diancam atau diintimidasi dan mengalami trauma
berkepanjangan serta tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat,
mengalami kekerasan seksual dan penelantaran, luka ringan dan
berat, kehilangan fungsi reproduksi, kehilangan ingatan, kehilangan
kepercayaan diri, kehilangan anggota badan, terkena penyakit
menular, pendarahan hebat, kehamilan tidak diinginkan, cacat
seumur hidup bahkan bunuh diri. Yang lebih menyedihkan lagi
adalah korban terkadang disiksa, dilakukan dengan cara yang sadis
dan luar biasa. Pelaku kekerasan tidak hanya orang-perorangan
namun juga dilakukan oleh kelompok masyarakat secara
terorganisir maupun tidak terorganisir serta korporasi.

Anak-anak korban kekerasan seperti yang disebutkan di atas


mengalami trauma dan memerlukan:
 Layanan pendampingan psikologis, karena mengalami trauma.
 Layanan pendampingan hukum, untuk mendampingi korban
dalam menjalani proses hukum baik di tingkat penyidikan
maupun penuntutan maupun peradilan.
 Layanan penguatan dalam bentuk konseling dan spiritual
termasuk penguatan iman dan takwa sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
Di Indonesia sekarang ini anak-anak rentan menjadi korban dari:
 terorisme, karena pelaku terorisme lebih senang merekrut anak-
anak karena masih polos sehingga mudah untuk diberi
pengajaran radikalisme berlatar agama.
 penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya, karena Indonesia merupakan salah satu negara tempat
persebaran narkoba dimana para produsen dan pengedar
narkoba kerap merekrut anak menjadi kurir atau menjadi
pengguna.
 dalam situasi darurat, karena dalam kondisi konflik anak rentan
terpisah dari keluarga. Indonesia sebagai negara yang secara
geografis, demografis, sosiologis, struktural, ideologis, dan
historis secara faktual potensial menjadi daerah konflik. Dan
umumnya jika terjadi konflik, anakanak mengalami trauma
bahkan mengalami berbagai bentuk kekerasan termasuk
kekerasan seksual.
 dalam situasi bencana, Indonesia memiliki kondisi geografis,
geologis, hidrologis, dan demografis yang menyebabkan sering
terjadinya bencana baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor
non alam, maupun faktor manusia di Indonesia. Bila terjadi
bencana, banyak anak-anak mengalami trauma karena melihat
bencana atau rentan mengalami kekerasan, sehingga
memerlukan pendampingan serta pemenuhan atas kebutuhan
spesifik anak (sesuai dengan tingkat usia dan perkembanganya
meliputi makanan, pakaian anak dan balita, mainan, vitamin,
susu, pelayanan kesehatan, dan sarana bermain).
 dalam hal anak dengan HIV/AIDS, selain karena penularan
akibat penggunaan narkoba, anak berpotensi tertular HIV/AIDS
sebagai dampak dari melihat pornografi dan menyalurkan hasrat
seksualnya di tempat prostitusi. Umumnya anak-anak yang
tertular HIV/AIDS mengalami trauma sehingga membutuhkan
pendampingan.
 dalam hal anak berkonflik dengan hukum, umumnya mereka
mengalami trauma dalam menjalani proses hukum, sehingga
perlu pendampingan bantuan hukum dan psikologis.

Berikut data kuantitatif permasalahan di wilayah pembentukan UPTD


PPA dalam kurun waktu 3 tahun terakhir yakni tahun 2019-2021
2019 2020 2021
No Sumber Data
L P Jlh L P Jlh L P Jlh
1. SIMPONI PPA 6 71 77 8 109 117 3 127 130

Beberapa contoh kasus kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di


Kabupaten TTS
1. Kasus percabulan terhadap anak yang berusian … tahun oleh…
a. Kronologi singkat :
- Pada tanggal 10 Juli 2021 korbana atas pergi ke kali untuk
mandi setelah selesai mandi, korban beranjak kembali ke
rumah namun dalam perjalanan pulang tersebut pelaku
menghentikan korban di tengah jalan lalu mengangkat baju
dan memasukan tangan dan meraba, meramas, alat kelamin
korban. Saat itu juga korban berteriak dan berontak, pelaku
yang mendengar teriakan dari korban langsung melepaskan
tangannya dan lari. Seketika itu juga korban langsung
melaporkan kejadian tersebut kepada orang tua korban.
- Mendasari laporan tersebut pihak Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak melakukan pengambilan
keterangan serta mendampingi korban utuk melapor ke
Sentra Pelayanaan Kepolisian Terpadu Pihak Kepolisian Resor
SOE. tertanggal 10 Juli 2021
- Berdasarkan laporan polisi tersebut pikah Kepolisian Resor
SOE menyampaikan kembali hasil perkembangan penyidikan
dengan surat Nomor : B/171/1/2021/reskrim, perihal
Pemberitahuan Perkembangan hasail penyelidikan (SP2HP)
tanggal 19 Januari 2022

2. Kasus MSK
Ada pun kornologis kasus tersebut sebagai berikut :
- MSK pada saat kejadian berada dirumah yang bersangkutan
di kualin. Setelah melakukan penyambilan tuak MSK duduk
dirumahnya seorang diri karena ayah dan ibu yang
bersangkutan sedang berada dikebun
- Pada saat siang hari sekitar pukul 10.00 datang dirumah MSK
Korban atas nama NB datang untuk membeli laru (tuak).
Korban atas nama Nikodemus menyampaikan kepada MSK
bahwa yang bersangkutan ingin membeli 1 botol laru. Namun
MSK menyatakan bahwa laru sudah habis dibeli orang.
- Setelah mendengar pernyataan dari MSK korban NB dengan
meggunakan handpone mengetik dan menulis pesan dalam
handpone tersebut dengan berbunyi : saya ingi hubungan
dengan lu dan korban memberikan handpone tersebut kepada
MSK untuk dibaca.
- MSK setelah membaca yang bersangkutan mengatakan bahwa
tidak ingin berhubungan badan
- Korban NB terus memaksa MSK untuk berhubungan
dengannya. Melihat kondisi NB yang terkesan memaksa MSK
mengelak dan berjalan menuju pantai yang tidak jauh dari
rumahnya, saat tersebut Korban NB mengikuti yang
bersangkutan
- Sesampainya di pinggir pantai korban NB memanggil MSK
untuk menemani NB di hutan sekitar lokasi pantai tersebut
- MSK mengikuti ajakan NB tersebut berada bersama dihutan,
pada saat tersebut NB menarik tangan MSK dengan maksdu
untuk melakukan hubungan layaknya suami istri. Namun
MSK menolak NB hinggah jatuh ketanah
- NB tetap berusaha untuk menarik masuk agar mau
melakukan hubungan suami istri Karen merasa terdesak dan
tidak sengaja MSK Mengambil pisau yang berada di sakunya
dan menusuk perut NB
- Korban NB setelah jatuh tetap berusaha untuk bangun dan
menarik tangan MSK dan untuk kedua kalinya MSK menusuk
NB dan seketika itu MSK langsung kembali ke rumah dan
meninggalkan korban NB di hutan
- Pada sore hari sekitar pukul 15.00 istri dari korban NB datang
mencari suaminya yang pada saat pagi hari keluar dari rumah.
usai korban NB menyatakan kepada Marche susantu Kause
perihal korban NB yang sejak pagi tidak berada di rumah. MSK
menyatakan korban tidak datang kesini
- Mendapat informasi bahwa korban NB tidak berada di rumah
MSK istri korban kembali dan melapor kepada kakanya untuk
mencari di tempat lain.
- Pada saat yang sama pihak korban melapor ke Polsek Kualin
terkait keberadaan korban NB.
- Aparat Polsek Kualin yang mendapat laporan tersebut
langsung bergegas mencari korban NB di seputaran rumah
MSK dan pantai
- Aparat Polsek Kualin dan keluarga NB menemukan NB yang
sudah tidak bernyawa pada lokasi hutan di pingir pantai
Kualin yang tidak jauh dari rumah MSK .
- Pada saat itu juga MSK di minta untuk menghadap ke Polsek
Kualin untuk diminta keterangan oleh pihak Polsek Kualin
- Pada pukul 20.00 Kanit PPA Polres TTS hadir di Polsek Kualin
untuk menjemput MSK dan di bawah ke Polres TTS.
- MSK ditetapkan sebagai tersangka pada saat pemeriksaan di
Polres TTS dan yang bersangkutan di titipkan di balai
rehabilitas anak yang berkebutuhan kusus Naibonat kupang.
- Pemerintah Daerah TTS dalam hal ini Dinas P3A telah
melakukan penjangkauan dan pendampingan terhadap MSK
serta memberikan bantuan kebutuhan pribadi MSK selama
berada di balai Rehabilitas Naibonat kupang.
- Berdasarkan koordinasi dengan Kanit PPA Polres Menyatakan
bahwa sudah ada inkra kasus pada Tanggal 16 September
2021 dengan Nomor Putusan :1/PidSus Anak/ 2021/PN Soe
putusan 5 tahun penjara.
B. Tujuan
Secara umum tujuan pembentukan UPTD PPA adalah untuk
melaksanakan kegiatan teknis operasional dalam memberikan layanan bagi
perempuan dan anak yang mengalami masalah kekerasan, diskriminasi,
perlindungan khusus, dan masalah lainnya.

Tujuan Pembentukan UPTD PPA Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah


:

1. Umum
Menekan angka kekerasan pada perempuan dan anak korban tindak
kekerasan baik kekersan fisik, psikis dan seksual, trafficking/
perdagangan orang, eksploitasi (eksploitasi ekonomi dan seksual),
penelantaran dan masalah lainnya serta anak yang berhadapan dengan
hukum.

2. Khusus
a) Melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional dari Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
b) Sebagai motor utama dalam gerakan penanganan layanan terhadap
perempuan dan anak korban kekerasan di Kabupaten Timor Tengah
Selatan.
c) Melakukan kegiatan pelayanan khusus untuk pemulihan, penguatan,
pendampingan kepada perempuan dan anak melalui pendekatan yang
holistic, multidisiplin dan mudah dijangkau oleh masyarakat di
Kabupaten Timor Tengah Selatan.
d) Melibatkan semua unsur baik pemerintah, lembaga maupun peran
serta masyarakat melalui kerjasama yang terpadu dalam penanganan
korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
BAB II
ANALISIS PEMENUHAN KRITERIA

Bab ini merupakan inti dari kajian akademis pembentukan UPTD PPA. Dalam
bab ini disampaikan pemenuhan atas kriteria sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah.
Dalam penyusunan kajian akademis hendaknya bab ini dieksplorasi secara
mendalam, sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Untuk memperkuat penulisan,
dapat pula disampaikan foto, gambar, data, tabel, dan sebagainya yang dapat
mendukung analisa. Terdapat kriteria-kriteria yang didetailkan dalam beberapa
indikator yang perlu dipenuhi dalam membentuk UPTD PPA sebagai berikut:

Dalam halnya pemenuhan kriteria sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan Dan
Klasifikasi Cabang Dinas Dan Unit Pelaksana Teknis Daerah, maka dapat
disampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Melaksanakan kegiatan teknis operasional atau kegiatan teknis penunjang


tertentu
a. Kegiatan yang merupakan pelaksanaan urusan yang menjadi kewenangan
daerah
Kegiatan yang diselenggarakan di UPTD merupakan pelaksanaan urusan
yang menjadi kewenangan daerah, yaitu pelaksanaan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sub urusan
perlindungan perempuan dan perlindungan khusus anak tepatnya
lampiran huruf h, sub urusan 2 perlindungan perempuan huruf b tentang
penyediaan layanan dan sub urusan 6 perlindungan khusus anak huruf
b.

Lampiran UU Nomor 23 Tahun 2014

Pemerintah
Pemerintah Pemerintah
Sub Urusan Kabupaten/Ko
Pusat Provinsi
ta

Perlindungan Penyediaan Penyediaan Penyediaan


Hidup layanan layanan layanan bagi
Perempuan rujukan akhir rujukan perempuan
bagi perempuan lanjutan bagi korban
korban perempuan kekerasan yang
kekerasan yang korban memerlukan
kekerasan yang koordinasi
memerlukan memerlukan tingkat Daerah
koordinasi koordinasi kabupaten/
tingkat tingkat Daerah kota.
nasional, lintas provinsi dan
provinsi dan lintas Daerah
internasional. kabupaten/
kota.

Perlindungan Penyediaan Penyediaan Penyediaan


Khusus Anak layanan bagi layanan bagi layanan bagi
anak yasng anak yang anak yang
memerlukan memerlukan memerlukan
perlindungan perlindungan perlindungan
khusus yang khusus yang khusus
memerlukan memerlukan yang
koordinasi koordinasi memerlukan
tingkat nasional tingkat Daerah koordinasi
dan provinsi. tingkat Daerah
internasional. kabupaten/
kota.

b. Kegiatan UPTD PPA bukan merupakan kegiatan perumusan kebijakan


Kegiatan yang diselenggarakan di dalam UPTD PPA merupakan kegiatan
operasional pemberian layanan perlindungan yang komprehensif sesuai
pasal 5 Permen PPPA Nomor 4 Tahun 2018 antara lain penyediaan
jasa/layanan berupa :
1. Pengaduan Masyarakat
Fungsi layanan publik berupa penerimaan pengaduan perempuan dan
anak yang berhadapan dengan hukum serta anak yang memerlukan
perlindungan khusus dan atau masyarakat yang mengetahui adanaya
tindak pidana.
Fungsi pengaduan masyarakat :
 Pelaksanaan layanan pengaduan langsung
 Pelaksanaan layanan pengaduan tidak langsung/ layanan
penjangkauan
 Pelaksanaan layanan pengaduan langsung klien dengan kondisi
medis atau semi kritis
Alur layanan dasar pengaduan :
INPUT PROSES OUTPUT
Aduan masyarakat Pencatatan aduan Dokumen status
klien
2. Penjangkauan Korban
Perempaun dan Anak korban kekerasan memerlukan perlindungan
khusus
Fungsi penjangkauan korban adalah kegiatan kunjungan rumah
korban/ klien
Alur layanan penjangkauan :

INPUT PROSES OUTPUT


Dokumen status Kegiatan kunjungan Validasi kasus klien
klien

3. Pengelolaan kasus
Layanan pengelolaan kasus dengan melibatkan kemiteraan para pihak
hingga akhirnya kasus ditangani sampai tuntas.
Fungsi pengelolaan kasus adalah :
 Pelaksanaan administrasi surat menyurat
 Pelaksanaan pengolahan data
 Pelaksanaan upaya preverensi melalui publikasi di media cetak/
elektronik
 Pelaksanaan layanan manajemen kasus/ bedah kasus
 Pelaksanaan pelayanan monitoring dan evaluasi

Alur layanan pengelolaan kasus

INPUT PROSES OUTPUT


Validasi kasus klien Pengelolaan kasus Rekomendasi

4. Penampungan Sementara
Layanan perlindungan bagi perempuan dan anak yang berhadapan
dengan hukum serta anak yang memerlukan perlindungan khusus di
tempat penampungan sementara sehingga mereka bias merasa aman
karena terlindungi.
Fungsi penampungan sementara :
 Pelaksanaan pelayanan di rumah perlindungan perempuan dan
anak
 Pelaksanaan layanan pemulangan klien dari shelter

5. Mediasi
Layanan dari para mediator yang dimiliki UPTD PPA
Fungsinya dalah pelaksanaan pelayanan mediasi bagi klien
6. Pendampingan Korban
perempuan dan anak yang berhadapan dengan hukum serta anak
yang memerlukan perlindungan khusus, adalah suatu tindakan
lanjutan dari pelaksanaan rekomendasi sebuah pengelolaan kasus
pasca pengaduan, dimana UPTD PPA mendampingi klien sesuai hasil
rekomendasi dan memantau perkembangannya.
Layanan pendampingan meliputi :
 Memberikan layanan pendampingan hukum
 Memberikan layanan pendampingan sosial
 Memberikan layanan pendampingan bimbingan rohani

Fungsi pendampingan korban adlah :


 Pelaksanaan layanan pendampingan klien untuk mendapatkan
layanan rehabilitasi sosial
 Pelaksanaan pelayanan pendampingan hukum
 Pelaksanaan pelayanan konsultasi hukum

Alur layanan pendampingan :

INPUT PROSES OUTPUT


Rekomendasi Pelaksanaan Catatan hasil
rekomendasi dalam kegiatan
bentuk pendampingan
pendampingan korban
korban ke institusi
yang menangani
urusan terkait kasus
yang dialami korban
dana tau dalam
bentuk mediasi dan
konsultasi

c. Kegiatan UPTD PPA bukan merupakan kegiatan lintas perangkat daerah


dan bukan pembinaan kepada unit kerja lain
(UPTD PPA menyelenggarakan layanan perlindungan yang tidak
melibatkan kegiatan lintas sektor dan tidak melakukan pembinaan
kepada unit kerja lain(contoh kegiatan pembinaan seperti kegiatan
pengawasan, koordinasi, dan fasilitasi kepada unit kerja lain). Layanan
perlindungan terhadap perempuan korban kekerasan dan anak yang
memerlukan perlindungan khusus merupakan kewenangan Dinas yang
menyelenggarakan urusan PPPA baik di Provinsi maupun
Kabupaten/Kota. Bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD PPA
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 5 Permen PPPA No 4 Tahun 2018
tentang pedoman pembentukan UPTD PPA sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya. UPTD PPA memberikan layanan yang mendukung korban
mendapatkan hak-haknya sebagai korban sehingga dapat kembali pulih
seperti sedia kala.
Dalam pelaksanaan tugasnya tersebut, UPTD PPA melakukan assessment
terhadap kasus yang terjadi terhadap korban melalui cara yang spesifik,
mengelola kasus, melakukan mediasi dan menampung sementara jika
diperlukan. Pelaporan atas tindak kasus kekerasan terhadap perempuan
dan anak masih sedikit jumlahnya, dugaan sosiologis bahwa kekerasan
terhadap perempuan dan anak merupakan fenomena gunung es yang
sulit terungkap seluruhnya. Hal ini dapat disebabkan karena korban
perempuan dan anak seringkali tidak mengetahui cara atau akses untuk
mendapatkan informasi dan layanan yang sesuai untuk kebutuhannya.
Ditambah lagi rasa ragu dan takut menambah keengganan korban untuk
menindaklanjuti kasus yang menimpa dirinya. Untuk itu UPTD PPA juga
perlu mendampingi korban untuk mengakses layanan lainnya sesuai
dengan kebutuhan korban.

d. Kegiatan di dalam UPTD PPA memerlukan arahan, pengaturan dan


pembagian kerja, pengawasan dan/atau pengambilan keputusan dalam
pelaksanaannya.
Penyelenggaraan layanan di UPTD PPA merupakan pelaksanan kegiatan
teknis operasional yang memerlukan fungsi-fungsi manajerial khususnya
dalam pelaksanaan layanan pengelolaan kasus dan layanan rujukan.
Dalam layanan tersebut dilakukan proses identifikasi dan analisa kasus,
dampak dari kasus, kondisi korban dan kebutuhan korban untuk
mendapatkan rekomendasi dalam menindaklanjuti pemberian layanan
sesuai kebutuhan korban.
Terkait dengan pemanfaatan sumber daya yang ada untuk memberikan
layanan sesuai kebutuhan korban, ketersediaan sumber daya hanya
diketahui oleh manajer bukan pelaksana. Manajer organisasi yang
dimaksud adalah kepala UPTD PPA. Khususnya dalam penyelenggaraan
layanan rujukan,dilakukan pengalihan layanan kepada tingkat
pemerintahan yang lebih tinggi karena terdapat kendala dalam pemberian
layanan yang dibutuhkan korban di unit tersebut yang seringkali
disebabkan oleh keterbatasan sumber daya yang ada di unit tersebut.

2. Penyediaan Barang atau jasa yang diperlukan masyarakat atau perangkat


Daerah lain.
a. Jasa yang diberikan bersifat konkrit dan terukur baik barang kolektif
maupun barang individu;
UPTD PPA memberikan layanan kepada setiap korban yang mengadukan
kasusnya sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pelaksanaan tugasnya,
UPTD PPA melakukan penerimaan pengaduan, penjangkauan korban,
pengelolaan kasus, penampungan sementara, mediasi dan pendampingan
korban. Kebutuhan korban perlu dipetakan sesuai dengan hasil penilaian
(assesment) terhadap kasus yang dialami. Analisa terhadap kasus dan
kondisi korban mutlak diperlukan untuk mendapatkan rekomendasi
tindak lanjut yang tepat. Tindak lanjut yang diberikan berupa layanan
pendampingan diantaranya pendampingan psikologis, hukum, sampai
dengan upaya pemulihan korban.

b. Penyediaan jasa diperlukan secara terus menerus.


Bahwa layanan UPTD PPA harus diberikan secara intens dan kontinu
atau secara terus menerus sesuai dengan kebutuhan korban. Dalam
memberikan layanan, tidak harus semua layanan diberikan kepada
korban. Penyediaannya harus intensif untuk menjamin terpenuhinya
hak-hak korban. Khususnya layanan pengaduan yang perlu disiapkan
secara luas sebagai pintu masuknya aduan yang dapat secara mudah di
akses oleh masyarakat baik yang rentan menjadi korban atau untuk
mengadukan kasus yang diketahui terjadi di lingkungannya.
Mengingat kondisi budaya masyarakat yang merasa tabu untuk
membahas kekerasan berbasis gender (gender-based violence) serta
permasalahan lainnya yang disebabkan oleh situasi dan kondisi khusus,
maka keberlangsungan layanan UPTD PPA perlu dijaga. Hal ini
akanberdampak pada kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan
layanan tersebut. Jika masyarakat merasa sulit untuk mengakses
pelayanan, maka kasus-kasus yang terjadi di tengah masyarakat akan
terus berlangsung sebagai akibat dari kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.

3. Memberikan kontribusi dan manfaat langsung dan nyata kepada


masyarakat dan/atau dalam penyelenggaraan pemerintahan
Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak yang
selanjutnya disingkat UPTD-PPA adalah organisasi untuk melaksanakan
kegiatan teknis operasional untuk melayani perempuan dan anak korban
kekerasan serta anak yang berkonflik dengan hukum di daerah
a. Layanan kepada masyarakat menjadi lebih dekat, murah dan cepat.
Pemerintah menjamin bahwa layanan diberikan oleh UPTD PPA dengan
memperhatikan kebutuhan dan kepentingan korban secara cuma-cuma.
Keberadaan UPTD PPA perlu memperhitungkan aksesibilitas masyarakat
sehinggalokasinya berdekatan dengan masyarakat. Dengan demikian
layanan dapat dijangkau secara lebih cepat. Bentuk organisasi UPTD PPA
membuat layanan yang disediakan menjadi lebih ringkas karena
memangkas birokrasi.
b. Layanan yang diberikan UPTD PPA merupakan layanan pemerintah yang
dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga apabila tidak tersedia akan
mengganggu kehidupan masyarakat atau penyelenggaraan pemerintah
Dalam hal terjadi kekerasan, perempuan dan anak merupakan kelompok
masyarakat yang paling rentan atau rapuh hingga sulit untuk dapat
kembali pulih seperti sedia kala. Kesulitan untuk pulih semakin berat jika
korban memiliki ketergantungan terhadap pelaku untuk bertahan hidup,
seperti kekerasan yang terjadi di rumah tangga atau dalam relasi pekerja
dan pemberi kerja. Kekerasan yang terjadi terhadap perempuan dan anak
tidak hanya melukai fisik, tapi juga psikis korban sehingga menimbulkan
trauma yang mendalam. Kondisi trauma tersebut membuat korban tidak
berdaya sehingga perlu mendapatkan intervensi dari luar dirinya dan
dilakukan secara intensif serta fokus pada kepentingan terbaik bagi
korban. Untuk itu dukungan pemerintah sangat diperlukan.

c. Layanan yang diberikan belum disediakan oleh BUMN, BUMD, SWASTA,


atau Penyedia lainnya.
Tidak ada lembaga lain yang memberikan layanan perlindungan kepada
perempuan dan anak secara komprehensif dan berfokus pada
kepentingan korban seperti halnya yang dilakukan oleh UPTD PPA,
dimana layanan diberikan hanya yang sesuai dengan kebutuhan kondisi
yang dialami korban.

4. Tersedianya sumber daya yang meliputi pegawai, pembiayaan, sarana dan


prasarana.
a. Pegawai yang akan ditempatkan pada UPTD PPA tidak mengakibatkan
terganggunya kinerja unit-unit organisasi yang lain
Pegawai di unit kerja Dinas PPPA Kabupaten Timor Tengah Selatan
berjumlah 22 orang. Yang terlatih dalam pelayanan perlindungan korban
sejumlah 2 orang yang memiliki setifikat dan 11 orang yang belum
bersertifikat. Dengan demikian tersedia cukup calon pegawai untuk
ditempatkan pada UPTD PPA yang berasal dari Dinas PPA Provinsi dan
tidak mengganggu kinerja Dinas PPPA.

b. Tidak menambah pegawai baru baik PNS ataupun Honorer


Pembentukan UPTD PPA dapat dilakukan dengan memanfaatkan SDM
yang ada di Dinas PPPA Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Sumber daya Manusia terlatih yang ada di Dinas PPPA Kabupaten Timor
Tengah Selatan sudah mencukupi untuk membentuk UPTD PPPA
mengingat Dinas PPPA Kabupaten Timor Tengah Selatan telah
menjalankan fungsi sebagaimana diharapkan dalam fungsi UPTD PPA
secara tidak terstruktur dan terencana. SDM yang ada di Dinas PPPA
telah dapat memberikan layanan yang diharapkan.

c. Belanja Pegawai dan biaya operasional kantor tidak mengurangi balanja


publik
Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di Dinas PPPA Kabupaten
Kabupaten Timor Tengah Selatan maka pembentukan UPTD PPA tidak
akan mengurangi belanja publik.

d. Tersedianya sarana dan prasarana kerja


Dalam hal penyelenggaraan UPTD PPA, Sarana Prasarana yang
diperlukan dan telah dimiliki oleh Dinas PPPA Kabupaten Kabupaten
Timor Tengah Selatan antara lain :
1. Kendaraan Operasional, 1 (satu) buah mobil ambulans, juga yang telah
disediakan oleh Pemerintah Pusat berupa Molin dan Torlin
2. Sistem Informasi Pengaduan (SIMFONI)

5. Memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan tugas


teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu.
Dukomen SOP sudah ditandatangani oleh kepala perangkat daerah
Dalam pelaksanaan tugas di UPTD PPA, adapun standar operasional prosedur
sebagai berikut :
Sementara penyiapan NSPK Layanan Perlindungan, dapat menggunakan SOP
yang telah distandarisasi ISO dan ditanda tangani oleh Kepala Dinas.
SOP UPTD PPA
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

PENERIMAAN VERIFIKASI TIDAK RUJUKAN


PENGADUAN PENGADUA

YA
MELAKUKAN KOFERENSI
PENJANGKAUAN PENGELOLAA
NKASUS

PENAMPUNGAN MELAKUKAN PENDAMPINGAN PENERIMAAN


SEMENTARA MEDIASI KORBAN PENGADUAN

KONFERENSI
KASUS

PENGAKHIRAN

Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak
Kabupaten Timor Tengah Selatan

ROBINSON LIUNOKAS, SH, M.Si


Pembina Tk. I
NIP. 19641226 199312
6. Tersedianya jabatan fungsional teknis sesuai dengan tugas dan fungsi UPTD
yang bersangkutan
a. Terdapat tenaga teknis yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pada
UPT tersebut sesuai dengan standar kompetensi yang berlaku.
1. Psikolog Klinis (JF)
Psikolog Klinis adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan pelayanan
psikologi klinis di sarana pelayanan kesehatan yang diduduki oleh PNS
dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang
berwenang.
Tugas Psikolog Klinis adalah memberikan pelayanan psikologi klinik yang
meliputi assesmen, interpretasi hasil assesmen, intervensi, pembuatan
laporan pemeriksaan psikologi, pelaksanaan tugas di tempat risiko tinggi,
dan pengabdian masyarakat yang meliputi pelaksanaan penanggulangan
problem psikologi klinik pada masyarakat rumah sakit, pelaksanaan
tugas khusus lapangan di bidang psikologi klinik pada komunitas, dan
menjadi saksi ahli.

2. Pekerja Sosial (JF)


Pekerja Sosial adalah PNS yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang
dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
pelayanan kesejahteraan sosial di lingkungan instansi pemerintah
maupun pada badan/organisasi sosial lainnya.
Tugas Pekerja Sosial adalah menyiapkan, melakukan dan menyelesaikan
kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial dan pengembangan kualitas
pelayanan kesejahteraan sosial.

3. Konselor
Konselor adalah sarjana (S1) di bidang Ilmu Psikologi/Hukum.Tugas
Konselor adalah melaksanakan kegiatan pemberian bantuan psikologi /
hukum untuk mengatasi masalah yang dihadapi konseli sehingga dapat
melakukan kegiatan secara normal kembali.

4. Mediator
Mediator adalah sarjana (S1)/ Diploma IV di bidang Hukum/ Sosial dan
politik/ Sosiologi atau bidang lain yang relevan dengan tugas jabatan.
Tugas dari mediator adalah memimpin dan melaksanakan penyiapan
bahan mediasi untuk mencapai penyelesaian atau solusi yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak yang berselisih sesuai dengan peraturan
dan ketentuan yang berlaku.Jabatan mediator harus tersertifikasi yang
diakui oleh Mahkamah Agung.
5. Pengadministrasi Umum
Pengadministrasi Umum merupakan seseorang dengan latar belakang
pendidikan SLTA/DI/ DII/ DIII di bidang manajemen/ administrasi/ tata
perkantoran atau bidang lain yang relevan dengan tugas jabatan. Tugas
dari Pengadministrasi Umum adalah melakukan kegiatan yang meliputi
penerimaan, pencatatan dan pendokumentasian dokumen Administrasi.

6. Pengemudi
Pengemudi merupakan seseorang dengan latar belakang pendidikan
SLTA/DI/ DII/ DIII di bidang Ilmu yang relevan dengan tugas jabatan.
Tugas dari pengemudi adalah melakukan pelayanan transportasi yang
bersifat kedinasan dengan kendaraan dinas.

7. Penjaga Keamanan
Penjaga Keamanan merupakan seseorang dengan latar belakang
pendidikan SLTA/DI/ DII/ DIII di bidang Ilmu yang relevan dengan tugas
jabatan. Tugas dari Penjaga Keamanan adalah melakukan kegiatan yang
meliputi pengamanan dan penertiban.

8. Penjaga Asrama
Penjaga Asrama merupakan seseorang dengan latar belakang pendidikan
SLTA/DI/ DII/ DIII di bidang Ilmu yang relevan dengan tugas jabatan.
Tugas dari Penjaga Asrama adalah melakukan kegiatan pelayanan,
pengoperasian dan pemeriksaan di bidang penjagaan asrama.

Berikut daftar personil UPTD PPA Kabupaten Timor Tengah Selatan


No Nama/ Pangkat/ NIP Jabatan
1. Maicel J. Tualak Pengadministrasi Umum
2. Sofia Keling Pengadministrasi Umum
3. Amon D. Tahun Penjaga Keamanan
4. Furnish D. Tutfaut Penjaga Keamanan
5. Nitanel Liunome Penjaga Asrama
6. Lani A. Tanono, SE Penjaga Asrama
7. Vivin C. Selan, S.Psi Konselor Psikologi
8. Konselor Hukum
9. Desto E. Liunesi Pengemudi
10. Erni Liu, SH Mediator

a. Pembiayaan
Pembiayaan Belanja Pegawai dan Belanja kegiatan bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasaran yang dimiliki oleh UPTD Perlindungan
Perempuan dan Anak telah tersedia berupa :
1. Gedung Kantor UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak
beralamat di Jl. Bougenville Kelurahan SoE;
2. Rumah Aman (Save House)
3. Mobil perlindungan
4. Motor Pelindungan

7. Memperhatikan keserasian hubungan antara Pemerintah Provinsi dengan


Pemerintah Kabupaten/ Kota
Dengan mempertimbangkan ketersediaan sarana dan prasarana serta
infrastruktur yang lebih baik di provinsi dibandingkan dengan Kabupaten/ Kota
maka UPTD PPA Provinsi menjadi rujukan lanjutan UPTD PPA Kabupaten/ Kota.
Selain itu, UPTD PPA Provinsi juga melaksanakan kegiatan yang berbeda
terhadap UPTD PPA Kabupaten/ Kota seperti :
a. Melaksanaka pemulangan korban dari ibu kota provinsi menuju ibu kota
kabupaten/ kota, termasuk penerimaan jika posisi korban lintas provinsi/
lintas negara.
b. Melaksanakan pendampingan korban untuk dapat mengakses layanan
kesehatan jiwa.
BAB III
ANALISIS BEBAN KERJA

Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)

28.745 15.245 1.724.700


Perencanaan 1 Kepala UPTD Melakukan penyusunan rencana kerja UPTD 1 Dok 300 300
PPA : 1. Memimpin Pengumpulan data-data
/dokumen kegiatan
2 Kepala UPTD Melakukan penyusunan rencana kerja UPTD 1 Dok 900 900
PPA : 2. Mengkoordinir rencana kegiatan

3 Kepala UPTD Melakukan penyusunan rencana kerja UPTD 1 Dok 180 180
PPA : 4. Merumuskan Rencana Kerja
4 Kepala UPTD Menyelenggarakan Pemeliharaan dan perawatan 12 Dok 180 2.16
sarana dan prasarana UPTD PPA : 2. Memimpin
pelaksanaan kegiatan
5 Kepala UPTD Menyelenggarakan Pemeliharaan dan perawatan 12 Dok 90 1.08
sarana dan prasarana UPTD PPA : 3.
Mengevaluasi hasil kegiatan
6 Kepala UPTD Menyelenggarakan pengkajian monitoring dan 12 Dok 60 720
evaluasi program kerja UPTD PPA :
1. Mencatat kegiatan yang telah dilaksanakan
7 Kepala UPTD Menyelenggarakan pengkajian monitoring dan 12 Dok 30 360
evaluasi program kerja UPTD PPA :
3. Mengoreksi laporan kegiatan yang telah
dilaksakan
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
8 Kepala UPTD Melaksanakan Pembinaan Pegawai di 50 Dok 30 1500
lingkungannya
9 Kepala UPTD Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh 50 Dok 30 1,5
atasan baik secara tertulis maupun lisan :
1. Mencatat tugas/ disposisi yang diberikan
Atasan Langsung
10 Kepala UPTD Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh 50 Dok 300 1'5
atasan baik secara tertulis maupun lisan :
2. Menghadiri rapat atau kunjungan kerja

11 Kepala UPTD Menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan : 1 Dok 180 180


1. Mengecek penyelenggaraan Ketatausahaan

12 Kepala UPTD Menyelenggarakan kegiatan ketatausahaan : 1 Dok 180 180


2. Mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan
dengan kepala Sub Bag Tata Usaha

13 Kasubag TU Menyusun program kerja UPTD PPA : 1 Dok 300 300


1. Mengawasi pengumpulan data-data
/dokumen kegiatan TU
14 Kasubag TU Menyusun program kerja UPTD PPA : 1 Dok 300 300
2. Mencatat rencana kegiatan Tata Usaha
15 Kasubag TU Menyusun program kerja UPTD PPA : 1 Dok 2.1 2.1
3. Membuat data kegiatan UPTD PPA
16 Kasubag TU Menyusun program kerja UPTD PPA : 1 Dok 120 120
4. Mengkoordinasikan kegiatan dan Program
ketatausahaan dengan kepala UPTD PPA
Total 207 0 3182.1 5045.34
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
Penugasan 17 Kepala UPTD Mendistribusikan tugas kepada bawahan di 240 Keg 80 19.2
lingkungan UPTD sesuai dengan tugas pokok
dan tanggung jawab
18 Kasubag TU Mendistribusikan tugas kepada bawahan di Sub 240 Keg 15 3.6
Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas pokok
dan tanggung jawab
19 Kepala UPTD Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada 240 Keg 60 14.4
bawahan di lingkungan UPTD PPA sesuai
dengan peraturan dan prosedur yang berlaku
agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan
tugas

20 Kasubag TU Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada 240 Keg 15 3.6


bawahan di Sub Bagian Tata Usaha sesuai
dengan peraturan dan prosedur yang berlaku
agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan
tugas

21 Kepala UPTD Menyelia pelaksanaan tugas bawahan di UPTD 48 Keg 180 8.64
secara berkala sesuai dengan peraturan dan
prosedur yang berlaku untuk mencapai target
kinerja yang diharapkan

22 Kasubag TU Menyelia pelaksanaan tugas bawahan Sub 48 Keg 30 1.44


Bagian Tata Usaha secara berkala sesuai dengan
peraturan dan prosedur yang berlaku untuk
mencapai target kinerja yang diharapkan
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
23 Kepala UPTD Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di 48 Keg 120 5.76
lingkungan UPTD PPA dengan cara
membandingkan antara rencana kerja dengan
tugas yang telah dilaksanakan sebagai bahan
laporan kegiatan dan perbaikan kinerja di masa
yang akan datang
Evaluasi 24 Kasubag TU Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di 48 Keg 60 2.88
Sub Bagian Tata Usaha dengan cara
membandingkan antara rencana operasional
dengan tugas-tugas yang telah dilaksanakan
sebagai bahan laporan kegiatan dan perbaikan
kinerja di masa yang akan datang
25 Kasubag TU Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di 48 Keg 60 2.88
Sub Bagian Tata Usaha dengan cara
membandingkan antara rencana operasional
dengan tugas-tugas yang telah dilaksanakan
sebagai bahan laporan kegiatan dan perbaikan
kinerja di masa yang akan datang
Pelaporan 26 Kepala UPTD Menyusun laporan pelaksanaan tugas UPTD PPA 48 Lap 90 4.32
sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan
secara berkala
27 Kasubag TU Menyusun laporan pelaksanaan tugas Sub 48 Lap 30 1.44
Bagian Tata Usaha sesuai dengan tugas yang
telah dilaksanakan secara berkala
28 Kasubag TU menyiapkan bahan penyusunan laporan 48 Lap 60 2.88
pelaksanaan tugas UPTD PPA
Total 1344 800 71.04
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
Rujukan 29 Pengadmi- Mengumpulkan Hasil Rekomendasi dalam 48 Keg 10 480
nistrasi Umum Pengelolaan Kasus

30 Kepala UPTD Menganalisa kemampuan sumber daya UPTD 48 Keg 30 1.44


PPA dalam menindaklanjuti kasus
31 Kasubag TU Menyiapkan surat rujukan ke penyedia layanan 48 Keg 15 720
tingkat pemerintahan yang lebih tinggi sesuai
hasil rekomendasi
32 Kepala UPTD Mengoreksi dan menyetujui surat rujukan 48 Dok 5 240
33 Kepala UPTD Menetapkan Memo Rujukan 48 Dok 5 240
34 Kepala UPTD Menyampaikan Memo Rujukan kepada Kepala 48 Keg 10 480
Dinas Untuk mendapatkan persetujuan/
diketahui
35 Kasubag TU Mendistribusikan Memo Rujukan kepada UPTD 48 Keg 15 720
PPA yang lebih tinggi
36 Pengadministrasi Mendistribusikan surat rujukan
Umum
Total 288 85 2641.44
Penerimaan 37 Pengadmi- Menerima notifikasi kasus melalui aplikasi 50 5 250
Kasus nistrasi Umum SIMFONI

38 Pengadmi- Mengadministrasi kasus ke dalam buku 50 10 500


nistrasi Umum register/formulir manual

39 Pengadmi- Menyiapkan formulir pengaduan untuk konselor 50 5 250


nistrasi Umum
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
40 Kepala UPTD Melakukan pertemuan internal Dinas terkait 50 60 3
persiapan pelaksanaan pengelolaan kasus

41 Konselor Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya yang 50 60 3


diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan
kasus
42 Konselor Mengajukan kebutuhan sumber daya yang 50 15 750
diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan
kasus kepada Kasi II
43 Kepala UPTD Mempelajari dan menyetujui kebutuhan sumber 50 30 1.5
daya pelaksanaan pengelolaan kasus

44 Kasubag TU Menyiapkan Pelaksanaan pengelolaan kasus 50 60 3

45 Pengadmi- Menyiapkan Pelaksanaan pengelolaan kasus 50 60 3


nistrasi Umum

46 Kepala UPTD Memastikan persiapan pelaksanaan pengelolaan 50 15 750


kasus
47 Konselor Mempelajari kasus yang akan dikelola 50 60 3
48 Kepala UPTD Melaksanakan pengelolaan kasus sesuai standar 50 120 6
prosedur
49 Pengadministrasi Mencatat usulan rekomendasi dalam 50 120 6
Umum pengelolaan kasus
50 Pengadministrasi melaporkan adminstrasi Pengelolaan Kasus 50 10 500
Umum kepada Kasubag TU
51 Konselor Mengidentifikasi jenis kekerasan 50 10 500
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
Pengelola Kasus 52 Konselor Mencari referensi kasus 50 30 1.5
53 Konselor Menyusun telaahan kasus 50 60 3
54 Konselor Mengidentifikasi jenis layanan yang dibutuhkan 50 30 1.5

55 Konselor Menyusun informasi ke dalam formulir aduan 50 30 1.5


status pengadu
56 Pengadmi- Melengkapi isian buku register kasus dengan 50 15 750
nistrasi Umum informasi formulir aduan status pengadu dari
konselor secara manual
57 Pengadmi- Memindahkan informasi dari buku register kasus 50 120 6
nistrasi Umum ke dalam aplikasi Simfoni PPA

58 Pengadmi- Melaporkan adminstrasi Pengelolaan Kasus 50 10 500


nistrasi Umum kepada Kasi I

Total 600 335 3263.5


59 Kepala UPTD Menyetujui daftar kasus yang telah divalidasi 50 15 750
untuk dikelola dalam pertemuan

60 Pengadministrasi Menyusun laporan hasil pelaksanan pengelolaan 50 120 6


Umum kasus

61 Kasubag TU Mengoreksi dan menyampaikan laporan hasil 50 60 3


pelaksanaan pengelolaan kasus

62 Kepala UPTD Mempelajari dan menyetujui hasil laporan 50 60 3


pelaksanaan pengelolaan kasus
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
63 Kepala UPTD Mempelajari dan menyetujui penyediaan 50 120 6
kebutuhan untuk menindaklanjuti hasil
rekomendasi atas penyelesaian kasus korban
termasuk surat rujukan kepada lembaga atau
institusi rujukan

64 Kepala UPTD Menyiapkan pengantar laporan pelaksanaan dan 25 15 500


dokumen lainnya termasuk rujukan eskalasi
kasus kepada provinsi terkait pelaksanaan
pengelolaan kasus kepada kepala dinas

65 Kasubag TU Menyampaikan tembusan rekomendasi dan 50 20 1


laporan pelaksanaan pengelolaan kasus kepada
Kepala Dinas
66 Konselor Menyusun informasi perkembangan pemberian 50 60 3
layanan ke dalam formulir aduan status
pengadu
67 Konselor Menginformasikan kepada pengadu tentang hal- 50 30 1.5
hal yang perlu diketahui sebagai hasil
pengelolaan kasus
68 Pengadmi- Melengkapi isian buku register kasus dengan 50 15 750
nistrasi Umum informasi formulir aduan status pengadu dari
konselor secara manual
69 Pengadmi- Memindahkan informasi dari buku register kasus 50 120 6
nistrasi Umum ke dalam aplikasi Simfoni PPA

70 Konselor Melaporkan Hasil Pengelolaan Kasus kepada 50 30 1.5


Kepala UPTD
Total 1100 1265 3809.5
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
Pendampingan 71 Konselor Mempelajari rekomendasi hasil pengelolaan 50 30 1.5
kasus
72 Konselor Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya yang 50 30 1.5
diperlukan dalam pelaksanaan pendampingan
sebagai tindak lanjut rekomendasi
73 Konselor Mengajukan kebutuhan sumber daya yang 25 30 1.5
diperlukan dalam pelaksanaan pendampingan
kepada Kasi II
74 Kepala UPTD Mempelajari dan menyetujui kebutuhan sumber 25 10 400
daya pelaksanaan pengelolaan kasus
75 Konselor Mempersiapkan pelaksanaan pendampingan 25 30 1.5

76 Konselor Memotivasi dan mendukung korban agar 25 30 1.5


berpartisipasi aktif dalam penyelesaian kasusnya.

77 Konselor Mengkomunikasikan hal-hal yang perlu diketahui 25 30 1.5


korban terkait hal atau langkah yang
direkomendasikan
78 Driver Mengantarkan Pendamping dan Korban ke 50 900 45
penyedia layanan
79 Konselor mendampingi korban untuk mendapatkan hak 25 30 1.5
restitusi di dalam proses penyidikan
80 Konselor mendampingi korban untuk mendapatkan hak 25 30 1.5
restitusi di dalam proses penuntutan
81 Konselor mendampingi korban untuk mendapatkan hak 25 30 1.5
restitusi di dalam proses pengadilan
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
82 Konselor mendampingi korban untuk mendapatkan hak 25 30 1.5
restitusi di dalam proses eksekusi panitera

83 Konselor memantau pelaksanaan hasil putusan 25 30 1.5


pengadilan
84 Konselor Mencatat setiap kegiatan layanan pendampingan 50 30 1.5
yang dilakukan
85 Konselor assesment awal : mengidentifikasi kasus (untuk 25 30 1.5
pelaku dan korban, memastikan bahwa bersedia
untuk dimediasi. Jika salah 1 pihak tidak
bersedia, akan dilakukan konfirmasi kesediaan
sebanyak 3 kali)
86 Konselor Persiapan mediasi 25 60 1.5
87 Konselor identifikasi kasus 25 60 1.5
(Mediator)
88 Konselor menentukan metode assesment 25 60 1.5
(Mediator)
89 Konselor menghubungi para pihak untuk penentuan 25 120 3
(Mediator) pelaksanaan mediasi
90 Konselor melakukan mediasi 25 600 15
(Mediator)
91 Konselor penyusunan akta kesepakatan hasil mediasi 25 60 1.5
(Mediator)
92 Konselor persetujuan akta kesepakatan hasil mediasi oleh 25 30 750
(Mediator) para pihak
93 Konselor menyampaikan akta kesepakatan hasil mediasi 25 60 1.5
(Mediator) kepada penyidik
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
94 Konselor bukan mendampingi korban melaporkan pengingkaran 25 60 1.5
mediator akta kesepakatan terkait pembayaran ganti rugi

95 Konselor bukan mendampingi korban selama proses pengadilan 25 300 7.5


mediator terkait pengingkaran akta kesepakatan
pembayaran ganti rugi
pengadilan 96 Konselor bukan pengawasan hasil mediasi 25 1.2 30
mediator

97 Konselor menghadiri sidang pengadilan sebagai saksi ahli 25 300 7.5

98 Konselor mendampingi korban untuk mendapatkan hak 25 540 13.5


restitusi di dalam proses pengadilan
99 Konselor mendampingi korban untuk mendapatkan hak 25 540 13.5
restitusi di dalam proses eksekusi panitera

100 Konselor memantau pelaksanaan hasil putusan 25 300 7.5


pengadilan
101 Konselor Mencatat setiap kegiatan layanan pendampingan 25 30 1.5
yang dilakukan
102 Konselor Melaporkan perkembangan kasus yang perlu 25 30 1.5
diketahui pimpinan
103 Konselor Menyusun informasi perkembangan pemberian 25 30 1.5
layanan ke dalam formulir aduan status
pengadu
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
104 Pengadmi- Melengkapi isian buku register kasus dengan 240 15 3.6
nistrasi Umum informasi formulir aduan status pengadu dari
konselor secara manual
105 Pengadmi- Memindahkan informasi dari buku register kasus 240 15 3.6
nistrasi Umum ke dalam aplikasi Simfoni PPA

Total 800 4201.2 912


106 Konselor Mempelajari hasil kegiatan pendampingan 25 30 1.5
korban
107 Konselor Mengkomunikasikan hasil kegiatan 25 30 1.5
pendampingan korban yang telah dilakukan oleh
konselor pendamping
108 Konselor Melaporkan perkembangan kondisi korban 25 30 1.5
sebagai bahan evaluasi
109 Konselor Memastikan kebutuhan atas pengulangan 25 30 1.5
perlakuan/ treatment sampai dengan korban
pulih.
Total 200 120 6
Penampungan 110 Penjaga Asrama Menjaga Shelter 240 hari 1.44 345.6

111 Petugas Menjaga Keamanan Kantor/ Shelter 240 hari 1.44 345.6
Keamanan
112 Pelaksana Menerima, mencatat, dan menyortir surat masuk, 240 keg 20 4.8
(Pengadministrasi sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
Umum) berlaku, agar memudahkan pencarian. 1.
Menerima Surat
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
113 Pelaksana Memberi lembar pengantar pada surat, sesuai 240 keg 30 7.2
(Pengadministrasi dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku,
Umum) agar memudahkan pengendalian : 1. Memberi
lembar disposisi

114 Pelaksana Memberi lembar pengantar pada surat, sesuai 240 keg 30 7.2
(Pengadministrasi dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku,
Umum) agar memudahkan pengendalian :
3. Mendistribusikan surat ke Seksi/Subag

115 Pelaksana Memberi lembar pengantar pada surat, sesuai 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku,
Umum) agar memudahkan pengendalian : 4. Membuat
tanda terima disposisi surat

116 Pelaksana Menerima surat atau barang cetakan yang akan 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi dikirim sesuai dengan jumlah surat yang diterima
Umum) dari pencatat surat : 1. Menerima surat

117 Pelaksana Memeriksa buku ekspedisi dan menghitung 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi jumlah surat dan barang cetakan yang akan
Umum) didistrribusikan sesuai tujuan : 1. Mengambil
buku ekspedisi surat
118 Pelaksana Memeriksa buku ekspedisi dan menghitung 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi jumlah surat dan barang cetakan yang akan
Umum) didistrribusikan sesuai tujuan : 3. Menghitung
jumlah surat dan barang cetakan yang akan
dikirim
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
119 Pelaksana Memeriksa buku ekspedisi dan menghitung 240 keg 45 10.8
(Pengadministrasi jumlah surat dan barang cetakan yang akan
Umum) didistrribusikan sesuai tujuan
4. Mengantarkan surat dan barang cetakan ke
alamat yang dituju

120 Pelaksana Menyerahkan buku ekspedisi surat kepada 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi penerima surat serta menandatangani tanda
Umum) terima surat atau barang cetakan : 4. Menuju ke
kantor
121 Pelaksana Menyerahkan kembali buku ekspedisi sebagai 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi tanda terima kepada arsiparis atau
Umum) pengadministrasi : 1. Menyerahkan buku
ekspedisi kepada pengelola surat

122 Pelaksana Menyerahkan kembali buku ekspedisi sebagai 240 keg 15 3.6
(Pengadministrasi tanda terima kepada arsiparis atau
Umum) pengadministrasi : 4. Melaporkan kepada
atasan permasalahan dalam pengantaran surat

123 Pelaksana Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai 240 keg 60 14.4
(Pengadministrasi dengan prosedur yang berlaku sebagai bahan
Umum) evaluasi dan pertanggungjawaban : 1. Membuat
laporan hasil hasil pengadministrasian
persuratan

124 Pelaksana Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai 240 keg 45 10.8
(Pengadministrasi dengan prosedur yang berlaku sebagai bahan
Umum) evaluasi dan pertanggungjawaban :
2. Menyerahkan laporan kepada atasan sebagai
bahan evaluasi
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
125 Pelaksana Melaksanakan tugas kedinasan lain yang 240 keg 90 21.6
(Pengadministrasi diperintahkan oleh pimpinan baik tertulis
Umum) maupun lisan.
126 Pelaksana Menerima, mencatat, dan menyortir pengadaan 240 keg 60 14.4
(Pengadministrasi barang, sesuai dengan prosedur dan ketentuan
Umum) yang berlaku, agar memudahkan pencarian :
1. Menerima barang hasil pengadaan

127 Pelaksana Menerima, mencatat, dan menyortir pengadaan 240 keg 120 28.8
(Pengadministrasi barang, sesuai dengan prosedur dan ketentuan
Umum) yang berlaku, agar memudahkan pencarian. :
2. Meneliti dan menghitung barang sesuai
dengan pengadaan

128 Pelaksana Mendokumentasikan barang yang dikelola 240 keg 45 10.8


(Pengadministrasi sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang
Umum) berlaku, agar tertib administrasi : 1. Menyimpan
barang di tepat penyimpanan
129 Pelaksana Mendokumentasikan barang yang dikelola sesuai 240 keg 45 10.8
(Pengadministrasi dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku,
Umum) agar tertib administrasi : 2. Membuat buku
jumlah persediaan barang berdasarkan jenis dan
klasifikasi

130 Pelaksana Mendistribusikan barang : 1. Meneliti nota 240 keg 10 2.4


(Pengadministrasi permintaan barang dari Subag/Seksi
Umum)
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
131 Pelaksana Mendistribusikan barang : 2. Menyiapkan 240 keg 20 4.8
(Pengadministrasi barang sesuai nota permintaan
Umum)
132 Pelaksana Mendistribusikan barang : 3. Membuat tanda 240 keg 10 2.4
(Pengadministrasi terima distribusi barang
Umum)
133 Pelaksana Mendistribusikan barang 4. Mencatat pada 240 keg 5 1.2
(Pengadministrasi buku jumlah persediaan barang
Umum)
134 Pelaksana Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai 240 lap 120 28.8
(Pengadministrasi dengan prosedur yang berlaku sebagai bahan
Umum) evaluasi dan pertanggungiawaban 1. Membuat
laporan hasil pengadministrasi barang

135 Pelaksana Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai 240 lap 20 4.8
(Pengadministrasi dengan prosedur yang berlaku sebagai bahan
Umum) evaluasi dan pertanggungiawaban
2. Menyerahkan laporan kepda atasan sebagai
bahan evaluasi

136 Pelaksana Melaksanakan tugas kedinasan lain yang 240 keg 90 21.6
(Pengadministrasi diperintahkan oleh pimpinan baik tertulis
Umum) maupun lisan.
137 Pelaksana Membayar panjar kegiatan yang akan 240 keg 30 7.2
(Pengadministrasi dilaksanakan dan membayar kuitansi yang telah
Umum) disyahkan KPA : 4. Mencatat dalam buku dan
membukukan kuitansi
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
138 Pelaksana Mengkoreksi SPJ keuangan : 1. Menerima SPJ 240 Keg 45 10.8
(Pengadministrasi dari pengelola kegiatan
Umum)
139 Pelaksana Mengkoreksi SPJ keuangan : 4. Mencatat 240 keg 120 28.8
(Pengadministrasi realisasi SPJ dalam Buku
Umum)
140 Pelaksana Membuat laporan SPJ bulanan : 1. Memeriksa 240 keg 90 21.6
(Pengadministrasi dan meneliti laporan SPJ dengan Buku
Umum)
141 Pelaksana Membuat laporan SPJ bulanan : 2. Membuat 240 keg 120 28.8
(Pengadministrasi laporan SPJ bulanan, triwulan
Umum)
142 Pelaksana Membuat laporan SPJ bulanan : 3. Mencetak 240 keg 30 7.2
(Pengadministrasi laporan SPJ bulanan, triwulan
Umum)
143 Pelaksana Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada 240 lap 45 10.8
(Pengadministrasi atasan : 1. Membuat laporan hasil pengelolaan
Umum) dan pembayaran keuangan
144 Pelaksana Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada 240 lap 15 3.6
(Pengadministrasi atasan 2. Menyerahkan laporan kepada atasan
Umum) sebagai bahan evaluasi
145 Pelaksana Melaksanakan tugas kedinasan lain yang 240 keg 45 10.8
(Pengadministrasi diperintahkan oleh pimpinan baik tertulis
Umum) maupun lisan.
146 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan : 240 keg 15 3.6
1. Mengecek kondisi rem
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
147 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan : 240 keg 10 2.4
2. Mengecek kondisi lampu
148 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan 240 keg 20 4.8
3. Mengecek minyak dan oli mesin
149 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan 240 keg 10 2.4
4. Mengecek air aki dan air radiator
150 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan : 240 keg 15 2.4
5. Mengecek minyak kendaraan
151 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan : 240 keg 45 7.2
6. Memanaskan mobil
152 Pelaksana Memeriksa kondisi kendaraan agar laik jalan 240 keg 15 3.6
7. Mengecek kelengkapan administrasi
kendaraan
153 Pelaksana Merawat kendaraan, memperbaiki kerusakan 240 keg 45 10.8
kecil dan menjaga kebersihan kendaraan agar
rapi, bersih dan siap pakai. : 1. Membersihkan
mesin

154 Pelaksana Merawat kendaraan, memperbaiki kerusakan 240 keg 60 14.4


kecil dan menjaga kebersihan kendaraan agar
rapi, bersih dan siap pakai. : 2. Membersihkan
ruang kabin
155 Pelaksana Merawat kendaraan, memperbaiki kerusakan 240 keg 60 14.4
kecil dan menjaga kebersihan kendaraan agar
rapi, bersih dan siap pakai. : 4. Memperbaiki
kerusakan kecil yang tidak membahayakan
penumpang
Norma
Jumlah
Layanan No Jabatan Beban Kerja Hasil Kerja Satuan Waktu
Beban Kerja
(Menit)
156 Pelaksana Merawat kendaraan, memperbaiki kerusakan 240 keg 20 4.8
kecil dan menjaga kebersihan kendaraan agar
rapi, bersih dan siap pakai. 5. Menyerahkan
kendaraan kepada petugas apabila ada
kerusakan atau servise
157 Pelaksana Mengantarkan pejabat atau tamu sesuai perintah 240 keg 180 43.2
pimpinan dengan baik dan mematuhi peraturan
lalulintas 1. Mengantarkan Petugas UPTD PPA
dan Korban ke tujuan
158 Pelaksana Melaporkan pelaksanaan dan hasil kegiatan 240 lap 30 7.2
kepaada atasan sebagai bahan evaluasi dan
pertanggungjawaban : 1. Membuat laporan
hasil pengolahan data laporan kegiatan
159 Pelaksana Melaporkan pelaksanaan dan hasil kegiatan 240 keg 15 3.6
kepaada atasan sebagai bahan evaluasi dan
pertanggungjawaban : 2. Menyerahkan laporan
kepda atasan sebagai bahan evaluasi

160 Pelaksana Melaksanakan tugas kedinasan lain yang 240 keg 90 21.6
(Pengadministrasi diperintahkan oleh pimpinan baik tertulis
Umum) maupun lisan.
Total 12240 2122.88 1200
Total 16986 15.293,28 16.948,82
BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi UPTD PPA Kabupaten Kabupaten Timor Tengah Selatan ditetapkan
sesuai Permen PP-PA Nomor 8 Tahun 2016 tentang Hasil pemetaan Urusan Pemerintah
Bidang Perempuan dan Perlindungan Anak.
a. Struktur Organisasi UPTD PPA Kabupaten Timor Tengah Selatan Kelas A

Kepala UPTD

Kepala Sub Bagian


KELOMPOK JABATAN Tta Usaha
FUNGSIONAL

Pengadministrasi Pengemudi
UmumPADAAN
PANGAN

Penjaga Keamanan

Konselor
Penjaga asrama Mediator
(Psikologis/Hukum)

Gambar 3 Struktur Organisasi UPTD PPA Kabupaten/ Kota Kelas A


BAB IV
ANALISIS RASIO BELANJA PEGAWAI

Sebagaimana fungsinya, kedudukan UPTD PPA yang akan dibentuk adalah berada
di bawah OPD induk, sehingga dalam pengusulan perencanaan maupun pelaksanaan
anggaran program/ kegiatan menyatu dengan pengusulan perencanaan maupun
pelaksanaan anggaran program/ kegiatan dinas induk.
Berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Organisasi Perangkat Daerah
(DPA-OPD) Tahun Anggaran 2022, anggaran belanja Dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Timor Tengah Selatan ditetapkan sebesar
Rp.3.961.421.555,- (Tiga Miliar Sembilan Ratus Enam Puluh Satu Juta Empat Ratus
Dua Puluh Satu Ribu Lima Ratus Lima Puluh Lima Rupiah) terdiri dari :
1) Belanja pegawai Rp.2.216.062.972,- (Dua Miliar Dua Ratus Enam Belas Juta Enam
Puluh Dua Ribu Sembilan Ratus Tujuh Puluh Dua Rupiah)
2) Belanja Barang dan Jasa Rp.1.710.858.506,- (Satu Miliar Tujuh Ratus Sepuluh Juta
Delapan Ratus Lima Puluh Delapan Ribu Lima Ratus Enam Rupiah)
3) Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp.34.500.075 (Tiga Puluh Empat Juta Lima
Ratus Ribu Tjuh Puluh Lima Rupiah)

Sementara itu, kebutuhan anggaran pembiayaan UPTD PPA yang akan dibentuk
direncanakan berjumlah sebesar Rp. 886.800.000,- (Delapan Ratus Delapan Puluh
Enam Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah) atau 0,22% dari total anggaran Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Timor Tengah Selatan.
BAB V
PENUTUP

Demikian Kajian Akademis Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Perlindungan


Perempuan dan Anak (UPT PPA) pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Timor Tengah Selatan ini disusun sebagai bahan
pertimbangan guna mengambil kebijakan dalam rangka perwujudan dari kehadiran
pemerintah untuk melindungi segenap rakyatnya yang mengalami permasalahan
kekerasan dan diskriminasi untuk memberikan rasa aman bagi korban.
Dengan semakin maraknya permasalahn kekerasaan dan diskriminasi terhadap
perempuan dan anak yang terjadi dan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak terhadap
perempuan dan anak, maka keberadaan Unit Pelaksana Teknnis Perlindungan
Perempuan dan Anak di Kabupaten Timor Tengah Selatan sangat diperlukan.

Ditetapkan di SoE
Pada tanggal ……. 2022

Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak
Kabupaten Timor Tengah Selatan

Robinson Liunokas, SH, M.Si


Pembina Tk. I/ IV b
NIP. 196412261993021003
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah.
3. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 4
Tahun 2018 tentang Pedoman Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah
Perlindungan Perempuan dan Anak.
DOKUMENTASI
SARANA DAN PRASARANA UPTD PPA
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
DOKUMENTASI
PENANGANAN KORBAN KEKERASAN

Anda mungkin juga menyukai