Anda di halaman 1dari 2

Peristiwa Versi Keluarga Brigadir J

Kuasa hukum dari keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak, melaporkan


peristiwa kematian Brigadir J sebagai dugaan pembunuhan berencana, yang dilakukan
dalam kasus baku tembak. Sesuai Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) juncto Pasal 351 KUHP. Selain pembunuhan berencana, tim kuasa hukum juga
melaporkan tindakan pencurian dan/atau penggelapan ponsel genggam milik Brigadir J,
sesuai Pasal 362 KUHP juncto Pasal 372 dan 374 KUHP. Tim kuasa hukum
menemukan tak hanya luka tembakan dan sayatan, tetapi juga luka perusakan di
bawah mata, jari manis, serta jahitan di hidung, bibir, leher, dan bahu sebelah kanan,
dan memar di bagian perut kiri. “Kemudian ada juga perusakan di kaki atau semacam
sayatan-sayatan begitu,” jelas Kamaruddin di Mabes Polri, Senin (18/7). Berdasarkan
temuan timnya, Kamaruddin mendesak agar dilakukan autopsi ulang terhadap jasad
Brigadir J, karena dia meragukan kebenaran hasil autopsi yang telah dilakukan.
"Karena ada dugaan di bawah kontrol atau pengaruh,” katanya.

Kamaruddin juga mengungkapkan komunikasi terakhir yang dilakukan Brigadir J


dengan keluarga. Percakapan terjadi melalui telepon maupun WhatsApp grup keluarga
terjadi sekitar pukul 10.00 WIB, atau 7 jam sebelum baku tembak dilaporkan. Mendiang
memohon izin untuk tak berkomunikasi lagi dengan kedua orang tuanya, sebab akan
mengawal atasannya. “Jadi tujuh jam ini artinya jangan ada telepon-telepon dulu. Itu
diketahui dari pembicaraan Whatsapp group, pembicaraan di telepon kepada orang tua,
kakak, dan adiknya,” jelas Kamaruddin. Setelah tujuh jam berlalu, lanjut Kamaruddin,
orangtua Brigadir J mencoba menghubungi anaknya melalui sambungan telepon
namun tidak bisa. Begitu juga lewat pesan WA, ternyata sudah diblokir, termasuk
nomor kakak dan adiknya juga sudah terblokir, begitu juga dengan WA grup keluarga.
Menurut Kamaruddin, telepon tersebut juga membuka kemungkinan adanya alternatif
locus delicti atau tempat kejadian perkara (TKP) terkait kematian Brigadir J. TKP
pertama kemungkinan di Jakarta, yakni di Kompleks Polri, Jalan Duren Tiga, Pancoran,
Jakarta Selatan, lokasi rumah dinas Irjen Ferdy. Sedangkan alternatifnya merupakan
perjalanan dari Magelang - Jakarta, berdasarkan tugas yang diberikan kepada Brigadir
J untuk mengawal Irjen Ferdy beserta istri dan anaknya.
Tim kuasa hukum telah membuat laporan ke Bareskrim Polri terkait dugaan
pembunuhan berencana Brigadir J. Laporan tersebut tercatat dengan Nomor:
LP/B/0386/VII/2022/SPKT/Bareskrim Polri, tertanggal 18 Juli. Saat melaporkan dugaan
pembunuhan berencana ini, Kamaruddin juga menyertakan beberapa alat bukti. Bukti
pertama yang dimilikinya adalah surat permohonan visum et repertum dari Kapolres
Jakarta Selatan tertanggal Jumat, 8 Juli 2022. Di dalam bukti tersebut tertera temuan
mayat laki-laki berusia 21 tahun pada pukul 17.00 WIB. "Dinyatakan telah menjadi
jenazah di Rumah Sakit Kramat Jati atau Rumah Sakit Polri,” ujar Kamaruddin. Selain
itu, pihaknya juga memperoleh foto dan video kondisi jenazah Brigadir J saat di kamar
jenazah. Dari barang bukti tersebut, terungkap beberapa luka sayatan di bagian kaki,
telinga, dan belakang tubuh Brigadir J.

Kemudian terdapat beberapa luka memar, pergeseran rahang, luka di bahu.


Selanjutnya, luka juga ditemukan di bagian jari-jari, bawah dagu, biru di perut, dan luka
mengaga di bagian bahu dan pipi. “Kemudian ada juga di bawah ketiak, ada lagi
ditemukan luka di belakang telinga kurang lebih satu jengkal luka sajam dan kuping
dalam keadaan bengkak,” ujarnya. Pada kesempatan itu, Kamaruddin juga menampik
kronologi peristiwa penembakan yang disampaikan pihak kepolisian. Menurut
Kamaruddin, mendiang Brigadir J tak melakukan pelecehan terhadap istri Irjen Ferdy.
Dirinya sudah menyampaikan somasi kepada pihak yang menyampaikan dugaan
pelecehan tersebut, termasuk media massa yang membantu penyebarannya.

Anda mungkin juga menyukai